Sinopsis The Secret Life Of My Secretary Episode 7 Part 2
Sumber: SBS
Nyonya Park menemui Nyonya Sim untuk membahas pertemuan putra putri mereka. Nyonya Park penasaran dengan tanggapan Min Ik.
"Pimpinan Park. Kamu langsung ke bagian klimaks tanpa intro lagi. Bukankah kamu seharusnya berbasa-basi dahulu?"
"Aku sudah tidak sabar. Aku tidak peduli dengan intro. Untuk apa berbasa-basi? Kamu tahu mereka bertemu tadi malam, bukan?"
"Bagaimana pendapat putrimu?"
"Nama julukannya Pompa Isap. Aku tidak peduli dengan pendapatnya. Yang terpenting adalah pendapat putramu."
"Jadi... Tidak seperti dugaannya, ternyata putrimu..."
Kilas Balik...
Min Ik pulang membawa payung Gal Hee dan ia berkata pada ibunya kalau Veronica Park itu orangnya baik. Ya iyalah, secara Gal Hee gitu yang ditemui.
Kilas Balik Selesai...
Nyonya Park seakan gak percaya kalau Min Ik berkata bahwa putrinya itu orangnya baik.
Di depan kantor, Gal Hee menarik nafas dan menghembuskannya berkali-kali. Bahkan setelah masuk gedung pun ia masih melakukannya.
"Tidak apa-apa, Jung Gal Hee. Anggap saja itu novel dan lupakan itu. Anggap saja itu mimpi. Lupakan semuanya. Astaga. Kenapa aku melakukan itu? Aku pasti sudah gila. Benar-benar gila! Bagaimana caraku bertemu dengannya nanti? Aku tidak percaya ini. Astaga."
Gal Hee gak tau kalau Min Ik ada dibalik kaca dan memperhatikan tingkahnya, bahkan sengaja menggodanya.
"Apa yang ingin kamu lupakan? Kamu habis bermimpi buruk?" Tanya Min Ik.
Gal Hee mengangkat cardigannya untuk menutupi wajah bagian samping, "Kenapa kamu datang pagi sekali? Anda belum minum kopi, bukan?"
Gal Hee akan membuatkan kopi tapi Min Ik menahannya.
"Sudah. Karena kamu tidak pernah membelikanku kopi sebelum jam kerja."
"Bagaimana dengan sepatu Anda?"
"Aku sudah menyemirnya. Katamu tidak mau menerima perintah yang tidak terkait pekerjaan."
"Sudah beri makan ikan? Sudah menyiram tanaman? Kumohon perintahkan aku sesuatu."
"Apa, ya... Kurasa lampu di ruanganku sudah habis masa pakainya."
" Baiklah. Aku akan membelinya sekarang juga."
Lagi-lagi Min Ik menahan Gal Hee yang mau kabur darinya.
"Sekretaris Jung."
"Ya."
"Aku tahu kamu tidak mau melihat wajahku. Tapi aku mau kamu menatap wajahku selagi bekerja."
"Baiklah." Tapi Gal Hee tetap menghndari kontak mata dengan Min Ik.
"Sayangnya, hanya kamu yang bisa kulihat."
"Baiklah."
Gal Hee mendapat telepon dari Veronica Park. Ia buru-buru permisi setelah melihat layar ponselnya. Min Ik hanya menghela nafas.
" Halo" Sapa Gal Hee.
"Hi! It's me. Ini membuatku teringat akan masa lalu. Jika kamu bersenang-senang tadi malam, kini saatnya mencocokkan alibi kita. Kuharap kamu melakukan bagianmu dengan senang hati kemarin. Itu adalah keahlianmu."
"Begini... Sepertinya pertemuan itu diatur oleh ibu kalian. Jika kita memberi tahu mereka Anda tidak datang, itu akan membuat pimpinan geram, dan bosku akan berpikir dia diberikan harapan palsu. Karena itu, aku tidak bisa memberi tahu mereka."
"Lalu?"
"Jadi, kurasa aku sebaiknya meminta pengertian dari bosku dan memberi tahu mereka bahwa kalian bertemu."
"Jadi, kamu memberi tahu mereka aku datang?"
"Ya. Aku memberi tahu mereka kalian bertemu."
Veronica Park diem aja membuat Gal Hee semakin takut.
"Halo?" Panggil Gal Hee.
"Bagus. Berarti itu yang akan kukatakan kepada keluargaku. Cukup beri aku nomor telepon pria itu."
"Apa?! Kenapa kamu menginginkan nomor telepon bosku?"
"Maksudku, bukan bosmu."
Veronica mengelus proposal yang diserahkan Dae Joo semalam.
Dae Joo makan bareng dengan Sek. Lee.
"Bukankah tempat ini membuatmu teringat akan masa lalu?" Tanya Dae Joo.
"Aku biasanya kemari saat gajian. Saat aku dan ibumu bekerja untuk Pimpinan Do Wan Bae."
"Aku ingat itu. Setelah ibuku meninggal, aku tidak punya uang untuk kuliah. Tapi Pimpinan Do membiayai kuliahku di luar negeri. Kita kemari, memesan tonkatsu, dan merayakannya."
"Aku tidak mungkin melupakan hari itu. Karena kamu..."
"Karena aku apa?"
"Karena kamu, aku bahagia."
Tiba-tiba Sek. Lee bicara serius, "Dae Joo-ya~ Kamu tahu, apa pun yang terjadi, aku akan memihakmu. Dan apa pun yang terjadi, kamu akan memihakku."
Dae Joo tersenyum mengangguk.
Min Ik menemukan USB di deket laptop, padahal ia pikir hilang saat penyerangan itu terjadi. USB tentang proyek barunya.
Min Ik memeriksa isi USB itu dan ternyata masih sama. Ia keheranan.
"Tapi ini sudah hilang. Apa yang terjadi?"
Dae Joo datang, Min Ik langsung menanyakan mengapa USB itu ada disana.
"Kamu memberiku dan bilang aku harus menontonnya. Katamu anjing itu mirip dengan anjing kita. Kenapa?" Jawab Dae Joo yang diakhiri pertanyaan.
"Lupakan. Hei, jangan terpaku dengan hal lain hari ini. Aku ingin mendengarkan rahasiamu."
Min Ik kemudian rebahan di sofa. Dae Joo tiba-tiba mengaku kalau ia akan mengundurkan diri dari perusahaan.
"Kenapa kamu melantur sambil memasang muka serius?"
"Aku ingin memberitahumu dahulu sebelum menyerahkan suratnya. Aku akan bekerja di sini sampai bulan depan."
"Kenapa? Kenapa?"
"Dunia ini luas sekali. Aku bisa pergi ke Maladewa dan meminum segelas mojito. Aku bisa membuat film jalanan dengan wanita asing."
"Tidak boleh."
Dae Joo tetap memaksa. Min Ik mengingatkan bahwa mereka telah bersama selama lebih dari 20 tahun sejak usia 7 tahun jadi Dae Joou tidak boleh mengundurkan diri tanpa berdiskusi dengannya. Ia tidak akan mengizinkan.
"Aku telah bersamamu selama 27 tahun sejak kita berusia 7 tahun. Bukankah sudah saatnya kita menjalani hidup masing-masing?"
"Tidak. Aku membutuhkanmu. Aku tidak akan mengizinkanmu. Titik. Dah."
Min Ik udah jalan, tapi Dae Joo menghentikannya dengan berkata, "Sampai kapan aku harus menjadi babumu?"
Min Ik jelas berbaik, "Apa?"
"Kumohon biarkan aku pergi, Min Ik-ah. Hanya itu pilihan hidupmu."
Min Ik gak menjawabnya, ia memilih pergi dari sana.
Min Ik ke kembali ke ruangannya, ia menyalakan lampu tapi lampunya cuma berkedip kemudian mati.
Min Ik menghela nafas, "Lampunya masih padam. Katanya dia akan menghubungi teknisi."
Akhirnya Min Ik cuma menggunakan lampu di dekat meja kerjanya.
Ada yang mengetuk pintu, Min Ik menyuruhnya masuk saja. Ternyata yang datang adalah Jeong Su yang membawakan ponsel Min Ik yang ketinggalan di mobil.
"Kenapa Anda tidak menyalakan lampu?" Tanya Jeong Su.
"Kurasa lampunya sudah habis. Lampunya tidak bisa menyala. Kamu boleh pergi sekarang. Aku bisa pulang sendiri." Min Ik mengatakannya sambil meletakkan USB tadi ke laci mejanya. Jeong Su memperhatikan.
"Baiklah." Jawab Jeong Su lalu permisi.
"Terima kasih."
Teman-teman menyuruh Gal Hee membayar tagihan club mereka semalam karena Gal Hee kemarin kabur, bahkan mereka meminta uang parkir.
Se Young: Kamu beruntung kami tidak menagihmu atas pakaian dan gaya rambutmu yang kami dandani.
Gal Hee: Maaf soal kemarin.
Gal Hee dengan berat hati memberikan uangnya. Myung Jung yang menerima uang itu-dengan sedikit menarik dari genggaman Gal Hee-mengajak yang lain makan jokbal dengan uang itu.
Gal Hee: Aku akan menyusul. Aku harus membawa tas kantorku.
Jeong Su menunggu sampai Min Ik keluar ruangan dan pulang. Ia memakai topi dan masker kemudian menyusup ke dalam ruangan.
Sampai di lobby Min Ik mencari kunci mobilnya tapi ketinggalan, ia pun masuk lagi.
Jeong Su berhasil membobol laci yang udah dikunci dengan cutter, ia mendapatkan USB nya.
Tapi.. Min Ik kembali tiba-tiba. Min Ik bertanya siapa Jeong Su.
Jeong Su mengantongi USB, kemudian mengeluarkan cutter. Min Ik mengingatnya, itu sama persis yang dilakukan oleh penyerangnya.
Min Ik ditodong cutter oleh Jeong Su. Ia kembali nanya, "Kamukah.. orangnya?
>
EmoticonEmoticon