Sinopsis The Secret Life Of My Secretary Episode 5 Part 1
Sumber: SBS
Mereka sudah ada di kantor polisi. Detektif menunjukkan rekaman kotak hitam yang menunjukkan kalau Dae Joo dan pelaku bertemu.
Dae Joo: Ini sebabnya kalian mencurigai saya?
Detektif: Sebagian korban pembunuhan dibunuh oleh orang yang sudah mereka kenal. Dan hampir semuanya adalah teman dekat. 75% pembunuh membunuh orang yang mereka kenal.
Min Ik: Detektif.
Dae Joo: Jika kalian curiga soal itu... akan saya jelaskan.
Dae Joo kesana untuk menemui Min Ik, tapi kemudian Sekretaris Lee meneleponnya. Jadi ia harus pergi.
Ia terus menghubungi Min Ik, tapi gak ada jawaban, jadi ia memutuskan kembali karena cemas sesuatu terjadi. Sayangnya baterai ponselnya abis.
Saat itulah ia bertemu dengan pelaku yang sedang teleponan sambil jalan. Dae Joo meminjam telepon dan disitulah ia terekam kamera kotak hitam.
Dae Joo: Jika saya tahu dia pelakunya, saya akan lihat lebih dekat.
Detektif 2: Anda bayar taksi pakai kartu kredit?
Dae Joo: Saya bayar tunai.
Detektif: Tunai? Siapa yang masih bayar tunai? Semua orang pakai kartu kredit.
Dae Joo: Makanya saya selalu berusaha bayar tunai. Supir taksi sangat suka dibayar tunai.
Detektif: Anda baik.
Detektif melemparkan buku catatannya, menyuruh Dae Joo menulis nomor telepon Sekretaris Lee.
"Harus ya menemuinya?" Tanya Dae Joo.
"Jika tidak bertemu, bagaimana Anda akan buktikan alibi Anda pada kami?"
Dae Joo menghela nafas, tapi tetap akan menulisnya. Tiba-tiba Min Ik merebut pena dan buku itu, melarang Dae Joo menulis nomor ponsel Sek. Lee.
"Penyelidikan dibatalkan saja." Kata Min Ik yang langsung diprotes Gal Hee.'
Detektif: Orang ini bercanda ya? Anda ribut karena kami tak bisa menangkap pelakunya. Sekarang, Anda ingin membatalkan penyelidikan? Apa polisi harus ikuti perintah Anda? Anda pikir, saya sekretaris pribadi Anda?
Dae Joo: Saya juga berpikir untuk membatalkan penyelidikan.
Gal Hee: Apa?
Dae Joo: Perusahaan akan segera memilih presiden berikutnya. Polisi dan kecurigaan percobaan pembunuhan hanya akan membuat orang bergosip ria. Jika pers juga tahu dan mulai menulis berita, segalanya akan di luar kendali. Tak ada yang terjadi padanya sampai sekarang, saya yakin dia baik-baik saja. Jika 75% pembunuh adalah kenalan, berarti 25% lainnya bukan.
Detektif 2: Ini gila.
Di mobil, Gal Hee mencereweti Min Ik, "Anda harus waspada untuk sementara, jadi Anda harus naik mobil kalau pergi." Gal Hee juga minta kerja samanya Jeong Su yang langsung diiyakan dengan senyuman.
Tapi Min Ik malah cuek, gak mau denger dia omongan Gal Hee yang berlebihan. Gal Hee menyarankan untuk menyewa pengawal, tapi gak jadi karena akan sangat kentara.
Akhirnya Min Ik menoleh pada Gal Hee dengan pandangan yang masih gak enak. Min Ik tanya, kenapa Gal Hee ada disana? Gal Hee gak mudeng pertanyaan Min Ik.
"Sekarang jam 11:50 malam. Kamu harusnya pulang hampir 4 jam lalu. Sesuai dengan persyaratan, kamu bisa saja meneleponku. Kenapa malah mengikutiku kemari? Apa mungkin.. kamu mencemaskan aku?"
Gal Hee meninggikan nada bicaranya, "Saya tidak cemas. Ini cuma kebiasaan. Saya belum terbiasa pulang jam 8 malam."
"Itu kebiasaan bagus. Semoga kamu tak pernah mengoreksinya."
Setelah mengatakannya Min Ik kembali menoleh ke jendela. Gal Hee serasa pengen mencakar tu wajah bos yang ngeselin banget. Tapi diem-diem Min Ik senyum seneng juga diperhatiin Gal Hee.
"Apa aku... sudah bilang?" Gumam Min Ik yang masih bisa Gal Hee dengar.
"Apa?" Tanya Gal Hee.
"Terima kasih.. sudah kembali." Kata Min Ik tanpa memandang Gal Hee, kemudian menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.
Gal Hee yang tersentuh pun memberikan bantal untuk Min Ik. Min Ik membuka matanya saat Gal Hee memakaikan bantal, tapi kemudian menutupnya lagi.
Gal Hee senyum-senyum sendiri, tapi gak lama, ia malah memukul bibirnya sendiri karena sneyum.
Nyonya Sim memikirkan sikap Min Ik kemarin di galerinya yang tiba-tiba salah mengenali orang.
Kemudian seorang wanita datang, Nyonya Park Seok Ja. Nyonya Park bukannya memberi salam terlebih dahulu malah membahas soal Min Ik yang dalam masalah kemarin.
"Bukan dalam masalah. Cuma berbuat salah." Koreksi Nyonya Sim.
"Saya cukup akrab dengan subjek itu. Ketika dia tidak mengenali ibunya sendiri, ada dua kemungkinan. Alkohol atau narkoba."
Nyonya Sim menunjukkan ekspresi terkejut tapi Nyonya Park malah kelihatan bahagia.
Nyonya Park melanjutkan, "Astaga, Anda pasti kaget. Saya datang karena saya kira dia akan jadi pasangan yang cocok untuk putri saya."
"Putri Anda?"
"Saya punya putri yang aneh. Tahu, kan?"
Kali ini Nyonya Sim yang ketawa, "Aneh, ya? Dia itu unik dan istimewa."
"Jika Anda serius, Anda mau menyetujuinya?"
"Putra saya dan putri Anda?"
"Tadi Anda bicara soal bosnya Cinepark."
Nyonya Park mengeluarkan foto, "Minta putra Anda untuk mencoba. Jika dia bisa meraih hati putri saya, saya bisa beri Anda sesuatu yang lebih. Dia bisa ambil alih seluruh Park Group."
Min Ik pulang dan ibunya menunggu di ruang tamu.
"Bagaimana kondisi hari ini? Kamu mengenal Ibu?"
"Maaf, hari itu aku mabuk."
"Kalau mau main-main, lakukan dengan benar. Jangan sampai yang lain lihat."
Nyonya Sim menunjukkan foto yang diberikan Nyonya Park, beliau meminta Min Ik berkencan dengannya.
"Pernah lihat dia sebelumnya?"
Min Ik berusah bersikap biasa, ia gak bisa lihat wajah difoto itu, tai pura-pura pernah lihat wanita itu sebelumnya.
"Ya. Dia cukup terkenal. Kamu mungkin pernah ketemu dia. Tetap saja, kamu tidak kaget."
"Apa aku harus kaget?"
"Kamu sama seperti ayahmu. Kamu tahu cara memanfaatkan wanita."
Min Ik bertanya dalam hati, memang siapa wanita itu?
Nyonya Sim melanjutkan, "Ikuti dia, kamu akan segera jadi presiden. Dan dengan itu, Ibu akan singkirkan pamanmu dan ambil alih perusahaan. Bagaimana? Apa Ibu jahat?"
"Jika aku lakukan, akankah aku jadi bagian keluarga ini?"
"Kamu akan... setidaknya jadi bagian keluarganya."
Min Ik tersenyum, kemudian mengambil foto wanita itu, "Aku tidak butuh wanita untuk menjadi presdir, tapi aku akan temui dia. Jika itu yang diperlukan untuk berterimakasih karena sudah merawat dan memberiku makan."
Min Ik di kamarnya memandangi foto wanita itu.
"Keluarga? Bagus. Aku juga suka wanita. Aku.. cuma tak bisa lihat." Min Ik merasa frustasi.
"Siapa kamu? Seperti apa kamu?"
Wanita itu adalah Veronica Park, Presdir Cinepark, dimana ruang kantornya seperti istana. Sayangnya dikapnya gak banget sama Asistennya. Ia suka lempar-lempar tas ke asistennya untuk dibawakan.
Saat mengikuti Veronica, dua pria bisik-bisik dibelakang.
"Direktur Kim, ikuti Veronica Park dan perhatikan bibirnya."
"Bibirnya?"
"Belum dengar ya? Selama preview, jika dia terkekeh pelan, film mendapat 1 juta penonton. Jika tersenyum, dapat 5 juta. Sama seperti gurita ajaib waktu Piala Dunia, ada Veronica Park di industri film. Dia tak pernah salah."
Veronica ini siperlakukan bak ratu pokoknya.
Sebelum masuk, Veronica berhenti tepat di depan pintu, "Aku minta kamu buat aku tersenyum."
Ha Ni nempelin Gal Hee untuk menjalankan tugasnya dari Presdir Sim. Di akhir pekan ini, Ha Ni mengajak Gal Hee keluar.
"Tapi, eonni.. soal polisi yang datang ke kantor waktu itu. Apa yang terjadi?"
"Apa?"
"Apa Direktur Do dalam masalah? Masalah minum? Penyerangan? Atau... pelecehan seksual?"
Mengalihkan pembicaraan, Gal Hee menunjuk gedung Cinepark yang berada tepat di depan mereka. Gal Hee heran, Ha Ni mau nonton disana? Ha Ni mengiyakan, secara itu Cinepark loh!
"Aku tak pernah menonton film di teater ini. Dah." Gal Hee pamit.
Ha Ni menarik tangan Gal Hee, "Apa maksudmu? Setengah teater di Seoul itu teater Cinepark. Jika tidak menonton film di sini, kamu tak pernah bisa menontonnya."
"Makanya aku belum nonton film sejak "Frozen"."
"Kenapa kamu tidak suka teater ini?"
Diputerlah lagu sedih. Gal Hee menatao tulisan Cinepark sambil beberapa kali menghela nafas,
"Aku dulu bekerja di perusahaan ini. Sebelum di TnT."
Di dalam gedung, sedang diputar film parodi Train ti Busan yang tentang Zombi. Orang DIrektur Kim memperhatikan reaksi Veronica dan keknya dia bosen dengan filmnya.
Percakapan antara Ha Ni dan Ga Hee.
Ha Ni: Maksudmu pewaris Park Group yang memiliki distributor film, perusahaan produksi, dan teater?
Gal Hee: Ya. Presiden Cinepark, Veronica Park.
Mengucapkan nama Veronica Park, Gal Hee penuh penghayatan, kaya orang bule.
Ha Ni: Dia orang aneh dalam industri film.
Belum selesai tuh film, Veronica udah berdiri dan menkode agar film dihentikan.
Dengan merentangkan kedua tangan, Veronica berkata, "Minta maaflah kepada teknisi listrik. Minta maaflah kepada karyawan KEPCO yang menghabiskan hari di ruang listrik dengan pakaian bebas debu, cuma untuk menunjukkan sampah seperti ini. Minta maaflah kepada anak-anak di Kamboja yang tak bisa belajar di malam hari karena kekurangan listrik. Dan minta maaflah kepada Tesla dan Edison yang mengabdikan hidup mereka menciptakan listrik, untuk film sampah ini. Minta maaflah kepada mereka semua. Right Now (Sekarang)!"
Kemudian ia pergi dengan langkah tegap.
Kembali ke perbincangan Ha Ni dan Gal Hee.
Ha Ni: Kudengar julukannya itu Pompa Hisap. Dia menghisap setiap pria yang ditemui.
Veronica meminta asistennya mencarikan nomor ponsel aktor film yang berperan sebagai penjual kue beras tadi.
Gal Hee: 3 tahun yang lalu.
Disaat Veronica sedang mesra-mesraan dengan pria di ruangannya, Gal Hee harus berkutat dengan ponsel Veronica yang dari tadi diteleponi orang.
Veronica gak mau diganggu, akhirnya Gal Hee yang menjawabnya, dengan suara dimirip-miripin dengan Veronica, nada bicaranya melengking.
"Hey, aku lagi di jalan. Aku akan segera tiba. Awesome!"
AWESOME adalah kata khasnya, pengucapannya pun bernada, "AWE~ SOME!"
Gal Hee: Aku bisa urus semua hal, tapi aku tidak tahan itu. Jadi aku berhenti. Kurasa seluruh tubuhku terbakar setelah bekerja dengannya. Dibandingkan itu, pekerjaanku sekarang mudah."
Tiba-tiba ada suara yang tak asing mengucapkan kata "AWESOME!!" Gal Hee langsung membelalakkan mata, pelan banget ia memutar tubuhnya menatap ke pintu gedung.
Veronica melambai dengan senyum lebar ke arah Gal Hee. Gal Hee cuma bisa melotot tegang.
>
3 komentar
Kak episode 6 please
Cepettt lanjut minnnn
Lanjut episode 7
EmoticonEmoticon