-->

Sinopsis One Spring Night Episode 4 Part 1

- Mei 26, 2019
>
Sinopsis One Spring Night Episode 4 Part 1

Sumber: MBC



Ha Rin sempat berbicara dengan pengunjung balita. Jung In terus menandangi anak itu sampai membuat Young joo heran. Jung In segera bilang bukan apa-apa dan mengajak keduanya naik.

Young Joo: nak-anak itu menakutkanku.

Ha Rin: Kenapa?

Young Joo: Mereka begitu polos dan murni. Bagaimana jika aku melukainya? Kau pernah pikirkan itu?

Jung In: Entahlah. Mungkin.



Ibu membawakan makanan untuk Ji Ho, tapi Ji Ho makannya gak lahap. 

"Ibu buat ini untukmu sebab kau selalu makan di luar. Kenapa makanmu sedikit."

"Aku sedang makan, Bu."

"Tak apa-apa tak kerja hari ini?"

"Sudah kuberi tahu rekan kerja."

"Eun Woo harus rawat inap satu atau dua hari lagi, jadi, Ibu akan menginap bersamanya. Habiskan dan pulanglah. Fokus bekerja saja mulai besok."

"Tidak, aku bisa cuti lagi."

"Astaga, jangan bolos kerja. Kau masih bisa bekerja. Kenapa harus menyusahkan rekan kerjamu? Jangan begitu."

"Ibu. Haruskah aku kembali?"

"Masalahmu tak akan beres jika tinggal jauh dari Apotek. Kau kira bisa menemui Eun Woo lebih sering di pagi dan malam hari? Lupakanlah. Ibu lebih mengkhawatirkanmu. Kau masih muda."

"Masih muda itu bagus. Aku masih punya kesempatan."



Ibu bertanya, apa Ji Ho sudah berkencan lagi? Ji Ho mengangguk, kadang kala.

"Sudah bertemu orang yang kau suka?"

"Tidak, belum."

"Jodohmu akan menemukanmu."

"Begitukah?"

"Ya, tentu saja. Takdir tak bisa dihentikan. Dia sebaiknya menemukanmu. Kau mau melajang selamanya?"

Ji Hoo hanya ketawa.

"Astaga, kau memang tak khawatir, ya."


Gi Seok minum kopo bareng So Hoo. So Hoo menerima pesan kalau Ji Hoo gak bisa main basket pekan ini. 

"Dia pergi lebih awal dan bilang ada urusan. Karena itukah?" Tanya Gi Seok. 

"Ya, kurasa begitu."

"Apa yang terjadi?"

"Ini rahasia."

"Baik."

"Sebenarnya dia sudah punya anak."



Gi Seok kaget sampai membuka mulutnya lebar. Gi Seok tanya lagi, kalau begitu Ji Ho sudah nikah dong?

"Belum. Dia punya pacar saat kuliah, dan pacarnya masih muda. Usianya 24 tahun saat itu? Usia Ji Ho 28 atau 29 tahun saat itu. Wanita itu menyembunyikan kehamilannya dan menghilang, lalu muncul setelah delapan bulan."

"Tiba-tiba?"

"Ya. Mereka bahas soal pernikahan untuk setelah melahirkan. Dia tinggal dengan keluarga Ji Ho, tapi dia menghilang lagi."

"Apa yang terjadi? Ji Ho tak mencarinya?"

"Saat itu terjadi, Ji Ho menggila. Dia bahkan sampai absen dan mencarinya ke mana-mana, tapi tak ditemukan. Ternyata wanita itu sudah keluar negeri."

"Astaga. Sungguh gila."

"Benar."

"Pasti sulit menjadi dirinya."

"Sudah lama berlalu, dia kini baik-baik saja. Tapi saat itu... Dia sangat kebingungan."

"Astaga. Aku merasa kasihan. Andai tahu, aku akan bersikap baik."

"Kenapa? Maksudmu?"

"Aku merasa kasihan."

"Jangan kasihan. Siapa peduli dia ayah tunggal? Penghasilannya bagus, dia sehat. Orang tuanya suportif. Yang lainnya tak masalah."

"Bagaimana bisa? Wanita mana yang mau?"



Jung In dan Ha Rin berpisah di halte karena bis mereka berbeda. Saat melihat apotek, Jung in jadi kepikiran Ji Ho. Ia mengeluarkan ponselnya


Sementara itu, Ji Ho ada di bis.


Jung In sengaja naik taksi ke APoteknya Ji Ho. Ia sempet ragu sih mau nyebrang ke sana, tapi hatinya menyuruhnya melakukannya.




Jung In mengintip ke dalam tapi Ji Ho nya gak ada disana. Eh tiba-tiba Ji Ho muncul di belakangnya. 


Kaget dong Jung In dan buru-buru masuk setelah memberi salam. Ji Ho ikutan masuk.

Jung In mendengarkan perkapan Ji Ho dan apoteker wanita.

"Kenapa kau kemari?" Tanya wanita itu. 

"Aku mampir. Besok aku akan masuk."

"Kubilang tak apa. Jangan memaksakan diri."

"Tak apa. Aku bisa kerja."

"Apa kata dokter? Dia baik-baik saja?"

"Ya, sudah membaik."

Lalu Ji Ho pamit.


Jung In mengambil sesuatu sekenanya anggep aja koyo lalu membayarnya. Ji Ho mengirim pesan, "Kutunggu kau di tikungan".


Jung In menuju ke tempat yang dimaksud Ji Ho. Ji Ho tanya, Jung In kesana untuk menemuinya? Jung In gak bohong, gak mungkin ia kesana jauh-jauh hanya untuk membeli koyo. 

"Apa kabar?" Tanya Ji Ho lagi. 

"Kau sendiri?"

"Apotek mau tutup, mereka akan keluar. Kita ke tempat lain saja."

"Tak bisa bicara di sini?"

"Jika melihat kita, mereka akan mulai bergosip soalmu."

Ji Ho jalan duluan lalu diikuti Jung In.



Di kafe, Ji Ho mengaku kalau putranya agak sakit.

"Kenapa? Penyakitnya parah?"

"Dia akan segera pulih."

"Syukurlah. Aku khawatir saat kau pergi tiba-tiba. Saat melihat teman-temanmu diam, kukira ada kabar buruk. Aku mau melupakannya, tapi malah kemari."

"Kau bisa kirim pesan saja."

"Kau jarang membalas."

"Aku sengaja melakukannya, dan sudah kuberi tahu alasannya."



Hening sebentar sebelum Ji Ho menegaskan kalau ia sudah melanjutkan hidupnya jadi gak usah khawatir.

"Apa maksud ucapanmu tadi, soal orang-orang akan bergosip?" Tanya Jung In mengalihkan pembicaraan.

"Aku bukan pria biasa. "Siapa wanita yang di dekat pria seperti itu? Ada apa dengannya? Dia orang tua tunggal juga?" Orang-orang akan menghakimi. Kau bisa jadi bahan gosip."

"Karena itukah kau menolak tawaranku untuk berteman?"

"Kau tahu... bukan karena itu aku melakukannya.""

"Kenapa kau mau... menjadi temanku?"

"Tak ada alasan."

"Aku tak butuh rasa ibamu."

"Kau selalu merasa menjadi korban."

"Jika jadi aku, kau akan paham."

"Kau mau menolakku lagi? Berteman itu bukan masalah. Bisa saling menanyakan kabar dan bertemu sesekali jika mau."

"Pacarmu akan berkata apa?"



"Kau mengkhawatirkan aku, atau mengkhawatirkan dirimu? Ini tak perlu dikatakan, tetapi aku yakin pilihan hidupku harus dihormati. Mulai kini, aku akan menghargainya jika kau tak berasumsi, atau khawatir mengenai hal yang tak kusebutkan. Membuatku tak nyaman."

Akhirnya Ji Ho setuju, "Mari kita coba. Mari berteman."

Tapi Jung In diem aja.

"Apa kau tiba-tiba berubah pikiran?"

"Kau lucu."

"Kau baru dapat teman lucu."

Keduanya tersenyum.



Jung In berlari pulang untuk mengambil mobilnya. Ia membawanya untuk menjemput Jung In di kafe, lalu mengantarnya pulang.





Dalam perjalanan mereka gak bicara apa-apa. Sampai Jung In melihat mobil Ji Ho penuh stiker dinosaurus, itu membuatnya ketawa, Ji Ho juga. Jung In kemudian memotretnya.


Sampai di depan apartemen Ji Ho menghentikan mobil, tapi terus menatap sepion. Jung In heran dong. Ji Ho mengatakan dibelakang ada Jae In yang sedang bersama Yeong Jae.

"Siapa? Temanmu kala itu?" Tanya Jung In. 

Kemudian mereka menoleh kebelakang dan memang benar itu adalah Yeong Jae. Ji Ho ketawa melihatnya.





"Apa yang lucu?"

"Mereka bersama-sama."

"Kenapa lucu? Ada apa dengannya?"

"Kenapa? Mereka pasti bertukar nomor."

"Sulit dipercaya."



Jung In akan keluar tapi Ji Ho tampaknya tidak setuju, jadi Jung In diem dimobil aja setelah melepaskan sabuk pengaman.

"Bagaimana kita terus berteman jika kau pikir itu sulit dipercaya?" Heran Ji Ho. 

"Kita teman, lantas kenapa?" Jung In mengakhirinya dengan helaan nafas, "Biasanya aku memikirkan ucapanku, entah kenapa aku sembarangan saat bersamamu."

"Itu yang membuat kita berteman."

Lagi-lagi keduanya saling tersenyum.



Sampai di rumah, Jung In langsung memarahi adiknya, 

"Kau dari mana malam ini? Aku lihat semua, jujurlah."

"Lihat apa?" Tanya Jae In santai.

"Kulihat kau bersama calon PNS itu di depan."

"Kenapa tak menyapa?"

"Kenapa kau bersamanya?"

"Kami berteman. Kami setuju untuk berteman."

"Seseorang seusiamu tak cocok jadi temannya."

"Umur dan hal lain tak penting dalam pertemanan. Kau sungguh kekanak-kanakan."

Jae In mengakhiri pembicaraan ini dengan masuk kamar.


Tapi kemudian keluar lagi untuk membicarakan Ji Ho. Jae In bilang kalau Ji Ho itu lumayan. 

"Kenapa? Ada yang bilang sesuatu?"

"Yeong Jae cerita soal semua temannya, dan apoteker itu yang terbaik. Haruskah kudekati dia?"



Jung In melotot.

"Kenapa tidak? Menantunya seorang dokter, dan akan ada apoteker. Ayah pasti senang."

"Jangan kelewatan. Ingatlah, mereka berhubungan dengan Gi Seok Oppa."

"Itu urusanmu, bukan aku. Pikirkanlah. Kau akan kesulitan mengencani siapa pun dari grup itu, kecuali aku."

Kata-kata Jae In itu sukses membungkam Jung In karena masuk banget ke situasinya saat ini.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search