-->

Sinopsis One Spring Night Episode 2 Part 2

- Mei 24, 2019
>
Sinopsis One Spring Night Episode 2 Part 3

Sumber: MBC




Saat masuk, Jung In diprotes Young Joo karena lama sekali.

"Kau kenal tetanggamu di atas?" Tanya Jung In. 

"Unit yang mana?"

"Yang di atas."

"Wanita seumuranku, dan pasangan yang sudah menikah."

"Sudah menikah?"

"Atau mungkin tinggal bersama. Dan... Entahlah. Aku jarang bertemu mereka. Aku pindah kemari baru-baru ini. Kenapa tanya?"

"Baru kulihat ada orang ke atas. Pemuda. Lumayan tampan."

"Dia setampan apa?"

"Hanya kulihat sekilas. Pernah lihat pria yang tinggal dengan pacarnya  di unit atas?"



Young Joo ketawa, emangnya setampan itu ya dia? Mau ia pergi memeriksanya? Jung In menyenggolnya kesal.

Young Joo: Kau tahu, penasaran soal seseorang itu pertanda penting. Kau terus memikirkannya. Artinya, kau berminat. Jika tidak, kau takkan peduli keberadaannya. Kau harus tahu ini. Itu bisa dianggap selingkuh."




Jung In mengirim pesan untuk Ji Ho, "Maaf atas kesalahpahamannya."

Ji Ho membacanya sambil senyum. 




Young Joo mengantar Jung In sampai mendapat taksi. Sementara Ji Ho, melihat dari jendela apartemennya. Ji Ho menatap sampai taksi Jung In gak kelihatan.


Jung In menerima pesan Ji Ho, "Salju turun lebat. Hati-hati di jalan."


Jung In membalas, "Terima kasih atas perhatianmu."

Ji Ho membalas, "Lain kali turun salju, kita harus bertemu di luar apotek."


Jung In gak biasa karena Ji Ho menggunakan kata "kita" untuk mereka.


Ji Ho buru-buru keluar dan ia berlari. Sementara itu, Jung In menunggu di depan apotek. 


Jung In akan pergi dari sana kelihatannya, lalu ia mengeluarkan ponsel. Tepat saat itu Ji Ho tiba dengan nafas ngos-ngosan karena lari. 



"Tak perlu berlari." Kata Jung In.

"Kau pasti kedinginan."




Ji Ho kemudian mengajak Jung In masuk ke dalam apotek karena disana tempat terbaik daripada di luar.

"Aku takkan lama. Hanya perlu bilang sesuatu." Tolak Jung In.

"Tapi di luar dingin." Paksa Ji Ho lalu membuka pintu.


Jung In pun terpaksa ikut masuk. Ji Ho meminta Jung In menunggu sebentar sementara ia membuatkan teh.

"Seharusnya via pesan teks saja. Aku merasa ini kesalahan." Kata Jung In.

"Aku juga mau berbicara, Jung In-ssi."

"Aku punya pacar dan mau menikah."

"Aku sudah punya anak."



Jung In jelas kaget, kalau begitu Ji Ho udah nikah dong? Ji Ho menggeleng.

"Lalu?" Tanya Jung In. "Itu tak membuatmu lebih hina atau semacamnya. Itukah yang ingin kau katakan?"

"Tentu saja bukan. Kurasa aku akan bilang itu suatu saat. Aku ingin bilang ini. Aku penasaran mengenai kau orang seperti apa. Aku memikirkanmu sejak melihatmu di sini. Aku bahkan sudah menduga kau sudah berpacaran. Tapi sekali... Sekali lagi saja... Karena itulah aku di sini."

"Bukan itu niatku, tapi aku malah membuatmu bingung. Aku minta maaf."

Ji Ho gak ngertu, Untuk apa? Memang tak berakhir lama, tapi ia senang. Jung In hanya diam saja.

"Ah.. Mungkin itu akan membebanimu. Lupakan ucapanku tadi." Ucap Ji Ho. 

"Mana mungkin?"

Keduanya saling tersenyum.



"Aku pasti menyulitkanmu." Ji Ho sadar.

"Tidak juga."

Jung In mengajak berteman, "Jarang bertemu orang seperti ini, jadi, kita bisa berteman mulai sekarang."

"Maaf, tapi aku tak leluasa menerima hal itu."




Selanjutnya, Jung In meninggalkan tehnya disamping Ji Ho, dimana Ji Ho meremas miliknya frustasi.



Jung In sampai di rumahnya dengan tidak bersemangat, kayaknya ia kecewa.



Bahkan Jung In gak bisa tidur disaat adiknya sudah terlelap. Jung In terus menatap ponselnya. Tapi setelah beberapa saat ia memutuskan untuk tidur.


Jae In memaksa Jung In untuk keluar, "Aku bosan diam di rumah sejak pulang ke Korea."

"Kaulah yang pulang diam-diam."

"Tapi aku bosan, Kak."

"Ini hari liburku, aku ingin istirahat."

"Lagi pula, pacarmu akan mentraktirku untuk makan malam."

"Kau makin tak tahu malu. Untuk apa kita ke sana?"

"Untuk senang-senang. Kau harus mencarinya, jangan menunggu."

"Jangan bilang kalau kau adikku."

"Kau tak mau ikut?"

"Tidak."

"Kupegang perkataanmu."



Tiba-tiba turun salju.

Jae In: Tunggu, turun salju. Padahal tadi pagi cerah. Salju terakhir musim dingin. Aku harus cari teman karena kau tak mau pergi.

Jung In: Ayo kita pergi.

Jae In: Begitu saja? Kenapa mendadak berubah pikiran? Ada apa?



Saat menunggu taksi, Jung In bilang kalau Jae In bisa pergi dengan temannya saja.

"Tunggu. Yang benar? Kau mencampakkan aku? Demi siapa?"

"Sebenarnya, tiba-tiba... Lupakan. Bukan apa-apa. Taksinya datang."

Mereka naik taksi itu.



Sampai di Gimnasium, Jung In mengingatkan adiknya, "Kau sungguh pemberani. Ini sekolah Ayah. Jika tahu, dia akan membunuhku."

"Tapi ini hari Minggu. Ayo."

"Hei. Jaga sikap dan mulutmu, ya?"

"Memangnya kau Ibu? Astaga."


Jadi mereka nonton pertandingan basket dimana Gi Seok adalah satu satu pemainnya. 



Bukan cuma Gi Seok saja ternyata, tim lawab Gi Seok adalah tim-nya Ji Ho dan Jung In melihatnya. Ga kedip matanya menatap Ji Ho.



Jung In gak sengaja menjatuhkan Gi Seok. Namanya pertandingan sih, itu hal biasa.






Ji Ho baru sadar kalau Jung In menontonnya, tambah semngat dia mainnya dan sesekali ngelirik Jung In. 


Pertandingan usai, Gi Seok mendekati Jae In dan Jung In. Jae In berdiri untuk menyapa Gi Seok. 



Sementara Jung In malah melirik Ji Ho. Ji Ho juga meliriknya.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search