Woo Jin
memekik, sudah gila ya direktur Jang itu (karena bukan hanya menginjak tapi
menendang muka Dong Sik). direktur Jang lalu menyuruh 2 perawat untuk membopong
Woo Jin.
Soo Ah
meminta ampuanan direktur Jang. Sementara itu, Woo Jin diberdirikan agar
direktur Jang bisa lebih leluada
menendangnya.
Pukul 10:59
P.M. Direktur Jang mengatakan untuk membedah Woo Jin tanpa perlu adany
anestesi. Soo Ah terus memohon direktur Jang
agar mengampuni mereka.
"Sebenarnya
aku bukan tipe seperti ini. Membuatmu menderita, aku minta maaf. Tapi karena
hari ini emosi ayahmu lagi jelek sekali,"
Tepat pukul
11:00 P.M Mi Roo keluar kamarnya menuju ke suatu tempat dan mengintip.Direktur Jang menunjukkan surat kematian Soo Ah. Direktur Jang menyuruh Soo Ah untuk mendengar baik-baik apa yang akan ia lakukan mulai sekarang.
"Perutmu
akan dibelah dan organ tubuhmu akan dikorek keluar. Akan mendapat penawaran tinggi.
Pada akhirnya juga akan mati."
Mi Roo masuk
ke ruangan Direktur Jang. Ia menatap lilin yang berjejer kemudian berbaring di
meja Direktur Jang.Woo Jin mengancam Direktur Jang, jangan berani-benari menyentuh Soo Ah. Akan ia bunuh nanti!
Mi Roo mulai menyalakan semua lilin yang ditatapnya tadi.
Karena Woo Jin berani mengancam, Direktur Jang menyuruh 2 perawat untuk membaringkannya di meja operasi. Soo Ah kembali meminta ampunan Direktur Jang.
Mi Roo menyalakan banyak lilin, sementara itu Direktur Jang membuka baju Woo Jin dan menutup mulut Woo Jin, katanya Organ muda lebih gampang dijual."
"Jangan...
Jangan... Jangan!" Teriak Soo Ah saat Direktur Jang mulai menggergaji
tubuh Woo Jin.
Mi Roo
menyalakan lilin hingga memenuhi seluruh ruangan Direktur Jang. Tapi tiba-tiba
asap mengepul disebelahnya.Direktur Jang masih menggergaji tubuh Woo Jin saat perawat menyuruhnya untuk keluar karena sudah terjadi kebakaran.
Mi Roo keluar dari ruangan Direktur Jang tanpa rasa bersalah. Direktur Jang meninggalkan Woo Jin dan nekat masuk ruangannya yang sudah dikepung api.
Woo Jin berteriak kesakitan karena perutnya sudah gergaji. Dong Sik mulai sadar dari pingsannya. Sementara Soo Ah sudah bisa duduk kembali.
Mi Roo lewat ruang operasi dan melihat Soo Ah. Soo Ah meminta Mi Roo untuk melepaskan ikatannya, ia membujuk Mi Roo untuk pulang bersama.
Mi Roo
geleng-geleng, ia tidak mau pulang. Setelah makan Vaseline, rahimnya jadi
tersumbat. Soo Ah berjanji akan memberikan rahimnya pada Mi Roo, jadi pulang ke rumah bersama ya?
"Kumohon...
jika tidak kita semua akan mati di sini."
Mi Roo mulai
tertarik, benarkah? Mi Roo kemudian membuka ikatan Woo Jin dan membiarkannya
turun dari meja lalu ia berbaring disana menggantikan Woo Jin.
Direktur
Jang membuka laci yang tadi dikuncinya berisi berkas-berkas penting. Ia tidak
berhasil malah wajahnya disambar kobaran api.
Soo Ah juga
berhasil membuka ikatannya, ia lalu membantu Dong Sik dan Woo Jin. Mereka
berdua membopong Woo Jin pergi tapi Mi Roo tiba-tiba menarik Soo Ah. Ia tidak
mengijinkan Soo Ah pergi sebelum memberikan rahimnya.
Soo Ah
meronta, tiba-tiba Mi Roo melepaskannya begitu saja dan berlari ke ruangan
Direktur Jang. Soo Ah menyusul Dong Sik dan Woo Jin.
Tapi mereka
dihadang oleh Direktur Jang yang keluar ruangannya dengan tubuh berkobar lalu
tersungkur tak sadarkan diri.
Dong Sik
mengambil kartu darurat milik Direktur Jang lalu ia membuka semua pintu
kamar-kamar pasien.
Soo Ah dan
Woo Jin siap melangkah keluar tapi tiba-tiba Direktur Jang bangkit dan menarik
Woo Jin kedalam api. Soo Ah hanya berteriak.."Ibu, Tidak! Tidak!"
Cerita
usai...
Nam Soo
mengajukan pertanyaan terakhir untuk Soo Ah, Setelah melarikan diri dari rumah
sakit itu, Soo Ah ke rumah orang itu. Ingat?
"Maksudku,
kau ke rumah ayahmu. Kau membunuh orang dan ditangkap di TKP. Kau membunuh
ayahmu.
Tidak, ayah
Soo Ah sudah meninggal saat ia masih kecil. Nam Soo kemudian mematikan pulpen
perekamnya, Soo Ah tidak perlu menceritakan semuanya, cukup satu saja.
"Ada
kesepakatan apa antara Kepala polisi Kang Byeong Joo dengan Direktur Jang? Kami
hanya ingin memfokuskan program ini pada kesepakatan tersebut. Jika kedok
orang-orang itu terbongkar, besar untungnya bagimu, Kang Soo Ah. Kau mengerti
maksudku, 'kan?"
Lalu Nam Soo
menyalakan lagi perekamnya. Ia bertanya, siapa yang menyeret Soo Ah ke rumah
sakit jiwa itu? bahkan ia sampai mengulanginya sampai dua kali.
"Aku
benar-benar.."
"Siapa
orang itu?" Nam Soo meninggikan suaranya.
Soo Ah
menjawab kalau ia tidak ingat, Sedikitpun tidak ingat. Apapun itu.
Nam Soo
tidak percaya dan mengatakan kalau Soo Ah bohong sampai menggebrak meja. Polisi
yang mengawasi dari ruang CCTV memperingatkan kalau tidak boleh membuat pasien
panik tapi Nam Soo tidakpeduli.
"Bukankah
kau ingat semuanya? Di dalam ceritamu, Kang Byeong Joo bukannya tidak ada.
Hanya saja nama Kang Byeong Joo tidak pernah disebut. Kenapa hanya orang itu
saja yang tidak sanggup kau ingat? Bukan tidak ingat, tapi tidak mau ingat.
Baiklah, kalau begitu aku akan membuatmu ingat kembali."
Nam Soo
berdiri, ia menunjukkan foto keluarga Soo Ah bersama Kang Byeong Joo. Ia sampai
menggebrak meja berkali-kali saat menunjukkan kalau itulah Kang Byeong Joo. Dan
itu kembali membuat polisi harus memperingatkan.
Soo Ah masih
diam saja dan gelisah. Nam Soo kembali ke tempat duduknya. "Bagaimana?
Sudah ada sedikit ingatan? Mau kuberitahu apa pendapatku yang sebenarnya?
Menurutku, dari awal kau memang sudah benci pada ayah tirimu. Tidak sudi
mengakuinya sebagai ayahmu. Makanya begitu lulus kau langsung pindah keluar
dari rumah. Kerja tiap hari dan hidup susah. Pada hari itu, Kang Byeong Joo
ingin membina hubungan baik denganmu sehingga ia pergi mencarimu. Kondisimu
secara bertahap memburuk sampai menggunakan kekerasan. Karena itulah kau ke
RSJ, bukankah begitu?"Soo Ah mulai mengingat masa-sama itu. Nam Soo terus memancingnya, "Ah, ada juga kemungkinan seperti ini. Lewat hubungan baikmu dengan Direktur Jang, kau dirawat secara rahasia dan tidak meninggalkan data apapun. Kenapa? Demi masa depan putrinya yang cerah? Sungguh orang yang pantas menerima ucapan terima kasih. Warisan yang seharusnya jatuh ke tanganmu, aalah jatuh ke tangan Kang Byeong Joo. Kau pasti sangat emosi tiada tara. Pada saat di mana kau hampir menjadi gila, kau berhasil lolos dari kebarakan itu. Di depanmu, orang tersebut muncul. Yakni si bangsat Kang Byeong Joo itu."
Soo Ah
semakin jelas mengingatnya dan Nam Soo makin menggebu, "Kau limpahkan
semua kesalahan kepadanya. Kau masuk rumah sakit, ibumu meninggal, kau
limpahkan
semua
kesalahan itu padanya. Hilang rasa respek dan berniat membunuhnya. Benar 'kan?
Bukankah kau ingin membunuhnya? Kau pembunuhnya."
Akhirnya Soo
Ah bereaksi, "Bukan! Bukan! Bukan! Kubilang bukan! Kan sudah kubilang
bukan! Kau sudah lihat? Apa yang dilakukan bajingan itu terhadapku, kau sudah
lihat? Apa yang diperbuat oleh bajingan itu terhadap ibuku, kau sudah
lihat?"
Cerita
dimulai...
Saat itu Soo
Ah pulang ke rumah, dimana ayah tirnya minum-minum dengan memasukkan pil
kedalam minumannya.
Ayah trinya
masuk ke kamarnya dalam keadaan mabuk, dan ia dudukketakutan sambil memeluk
lututnya.
Cerita
selesai...
Nam Soo
mengingat cerita Soo Ah tadi.
Saat
kebakaran itu, Soo Ah mengikuti ayah tirinya pulang. Soo Ah ingin sekali
membunuhnya. Setiap malam ia bermimpi membunuhnya. Tapi, ayah tirinya sudah
mati saat ia sampai di rumah.Nam Soo kembali dengan acaranya.
"Kepala
Polisi yang agung dan ditinggikan, sudah tiada. Dengan menggunakan status dan
kedudukannya dia merebut harta warisan. Bahkan melakukan hal tercela pada putri
tirinya sendiri."
Wawancara
dengan Soo Ah ditampilkan tapi dengan wajah san suara disamarkan,
"Kang
Byeong Joo pernah mencabuliku. Dari kecil aku sudah mulai dicabuli."
Nam Soo
menambahi, Kang XX putri korban pembunuhan yang tertangkap di TKP bersikeras tidak pernah membunuh ayah
tirinya. Lalu, siapakah yang telah membunuhnya?
Juga
diperlihatkan wawancara dengan kakak detektifnya, "Kepala Polisi Pertahana
meninggal, mungkinkah atasan akan berdiam diri saja? Menyelesaikan masalah
pelik dengan cara paling sederhana."Nam Soo mengatakan kalau tim-nya sudah menelusuri ulang kasus ini. Dan berhasil menemukan sebuah fakta baru.
Ditempilkan
wawancara dengan dokter, "Hasil otopsi jenazah Kepala Polisi Kang Byeong
Joo ditemukan adanya dosis obat dan bukan sembarang obat. Boleh dibilang sudah
mendekati level keracunan."
Nam Soo
menjelaska, Obat-obatan yang biasanya digunakan di RSJ, ditemukan pada jasad
Kepala polisi Kang Byeong Joo. Kepala polisi Kang Byeong Joo adalah kandidat
jabatan Kepala Propinsi. Di Kepolisian almarhum adalah orang yang sangat
disegani. Tapi semenjak RSJ tempat putrinya dipaksa rawat inap terbakar,
putrinya terselamatkan. Melalui tuduhan dari putrinya yang mengetahui semuanya,
sepertinya Kepala polisi Kang Byeong Joo kehilangan segalanya dan merasa putus
asa. Ditambah dengan pengaruh alkohol, kemungkinan almarhum kelihangan perasaan
rasionalnya.
"Pada
saat seperti itu, apa yang menjadi pilihannya? Kami berharap pihak kepolisian
menyelidiki bukan dengan menggunakan kacamata pelaku, tetapi menggunakan
kacamata korban, Kang XX."
dampak dari
acara Nam Soo tersebut sangat luas. Topik itu menjadi trend di internet dan
diadakannya sidang ulang untuk kasus kang Soo Ah dimana Soo Ah dinyatakan tidak
bersalah.Direktur memuji-muji Nam Soo karena berhasil membuat acara mereka menjadi nomor satu lagi.
"Jika
kau punya item yang sudah kau persiapkan, tinggal ngomong saja pasti akan
kubantu. Oke?"
Direktur
membahas mengenai kematian Ibu Soo Ah yang katanya karena penyakit Jantung dan
Direktur Jang yang membuat surat kematian itu.
"Seperti
kata wanita itu. Jangan-jangan ibunya juga diapa-apain oleh Kang Byeong
Joo."
Nam Soo
menjemput Soo Ah di depan lapas, ia minta maaf karena beberapa hari ini sudah
menyusahkan Soo Ah. Soo Ah memilih duduk di bangku belakang, Nam Soo bertanya,
bagaimana perasaan Soo Ah bisa pulang ke rumah? Tahukah Soo Ah di mana ibunya
dimakamkan?Soo Ah diam saja, ia membuka kaca jendela dan menikmati angin selama perjalanan pulang.
Mereka sampai di depan rumah Soo Ah. Soo Ah bertanya pada Nam Soo, tahu tidak nam Soo jika di rumah saki Jiwa pulpen saja bisa juga dijadikan senjata? Sudah pasti tidak akan diberikan kepada pasien.
Soo Ah lalu memberikan buku hariannya dan pulpennya pada Nam Soo. Nam Soo belum mengerti apa maksudnya, Soo Ah melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Nam Soo
membuka kembali buku harian Soo Ah, dan ia mulai mengingat semuanya, barulah ia
menyadari kalau ia sudah dibodohi.
Dirumah Soo
Ah ada foto Woo Jin yang sedang menggendong anak kecil. Soo Ah memanggilnya
"ayah"
"Ayah,
aku sudah datang." Ujar Soo Ah.
Maksudnya,
Woo Jin itu adalah ayahnya Soo Ah yang sudah meninggal sejak Soo Ah kecil.
Dan cerita
sebenarnya adalah bukan Woo Jin yang mencari-cari Soo Ah tapi Soo Ah yang
mencari-cari ibunya tapi pihak kepolisian mengabaikannya.Yang datang ke rumah sakit juga bukan Woo Jin melainkan Soo Ah. Jadi yang ditemui Dong Sik adalah Soo Ah bukan Woo Jin.
Diperlihatkan juga kalau Woo jin menelfon seorang PD untuk menemukan Soo Ah tapi sebenarnya itu adalah Soo Ah yang menelfon Nam Soo agar ibunya ditemukan.
Barulah Nam Soo ingat semua itu, ingat waktu Soo Ah menelfonnya dan ia mengabaikannya. Nam Soo tersenyum kecut karena Soo Ah berhasil menipunya.
Sebenarnya yang dibawa paksa ke rumah sakit jiwa adalah ibunya SOo Ah dan yang meninggal terbakar itu adalah ibunya makanya Soo Ah teriak
"Ibu..
Tidak!!!"
Dan Soo Ah
memang membunuh ayah tirinya karena dendam bukan meninggal karena bunuh diri.Intinya selama ini Soo Ah cuma pura-pura dan cerita dalah diary itu tidak benar. Sebenarnya yang mengalami semua dalam diary itu adalah ibunya tapi ia mengganti ibunya dengan dirinya. Tapi salut loh.. dia berhasil menipu Nam Soo hingga akhir, sampai akhirnya ia bisa bebas.
>
3 komentar
Daebak, betul-betul diluar perkiraanku. Gumawo min
baru ngeh disini pas baca kata2 soo ah "tahukah kau bahwa pulpen bisa menjadi senjata di rsj, sudah pasti tidak akan diberikan pada pasien" intinya soo ah itu bukan pasien. Ko ogeb ya aku wkwk logikanya telat :'D yah si na nam soo ngebebasin tersangka yg bersalah hadeeh
REAL INSANE... ceritanya juga bikin gue bilang "INSANE"!
EmoticonEmoticon