-->

Sinopsis Great Seducer Episode 6 Part 1

- Maret 22, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di  

Sinopsis Great Seducer Episode 6 Part 1

Sumber Gambar: MBC


Jadwal hari ini adalah membuat kimchi dan tugas Shi Hyun membawa semua sayuran dari mobil menuju tempat membuat kimchi.


Ibu Park sangat senang melihat Shi Hyun, "Rasanya seperti matahari pagi terbit di Rumah Senja ini."

"Orang seperti dialah yang disebut pria tampan. Melihatnya saja membuatku sangat senang." Sahut Suster Columba.


Ibu Park memprotes Tae Hee karena baru membawa pacarnya sekarang. Tae Hee kembali membantah, kalau Shi Hyun itu bukan pacarnya.


Selanjutnya acara nyanyi bareng dan Tae Hee yang memimpin.

Sementara itu, Shi Hyun harus mengepel lantai. Sesekali  Shi hyun memperhatikan Tae Hee. Shi Hyun kesal karena Tae Hee mendapat bagian yang seru.


Tanpa sadar, Shi Hyun bergumam kalau Tae Hee cantik saat tersenyum, tapi ia langsung menutup mulutnya dan berkata kalau ia pasti sudah gila karena mengatakannya, ia bahkan  merasa sudah berhalusinasi.


Shi Hyun lalu menelfon Soo Ji, mengeluh kalau rasanya ia sudah akan mati. Tapi Soo Ji malah membentaknya, apa lagi sekarang? Kenapa?

"Mari kita buat rencana lain. Menurutku ini tidak benar. Tempat ini aneh."

"Auh.. Kenapa sih kalian berdua ini?"


Ternyata Soo Ji sedang ada di rumah sakit bersama Se Joo. Se Joo terluka dan harus mendapat perawatan. Se Joo takut jarum suntik dan ia berisik sekali sampai membuat Soo Ji kesal.


Tiba-tiba saja ada dua nenek yang mendekati Shi Hyun secara diam-diam, jadi Shi Hyun terlonjak kaget.

"Apa yang ingin kamu lakukan kepada Tae Hee kami?" Tanya nenek yang memakai baju motif bunga-bunga.

"Ya? Aku hanya datang untuk membawakan kubis."

"Jangan coba-coba membohonginya. Dia bekas dukun." Kata nenek satunya.


Shi Hyun akan pergi dari sana tapi nenek yang bekas dukun itu memanggilnya dan menyentuh dagunya untuk melihat wajahnya lekat-lekat.

"Ya ampun. Kamu akan membuat orang membayar demi ketampananmu." Kata nenek bekas dukun.

"Aku hanya temannya."

"Teman? Kamu buang-buang waktu saja. Menurutmu dia baik?" Tanya nenek satunya.


Lalu nenek bekas dukun menjewer kedua telinga Shi Hyun, katanya sih mau melihat telinga Shi Hyun.

Nenek: Tae Hee bilang dia kuliah di Universitas Nasional Seoul. Kalian kuliah di tempat yang sama?

Shi Hyun: Aku tidak kuliah.


Nenek: Astaga, Tae Hee gadis yang cerdas. Kamu dicoret dari daftar.

Nenek bekas dukun: Apa salahnya mengantar kubis? Nak! Hiduplah dengan percaya diri. Yang penting dari pria adalah penampilan.

Shi Hyun: Ya, penampilan.

Nenek yang satunya berubah menyukai Shi Hyun, ijazah tidak ada gunanya. Bahkan saat wanita merasa frustrasi, yang penting ada wajah seperti Shi Hyun, dan dada seperti milik Shi Hyun, dan bokong seperti milik Shi Hyun untuk membuatnya langsung merasa lebih baik. Nenek mengatakan itu sambil memegang wajah, dada dan bokong Shi Hyun. Setelahpuas keduanya meninggalkan Shi Hyun sambil cekikikan.


Shi Hyun shock, apa yang barusan terjadi kepadanya ini? Sungguh salah besar!


Belum reda keterkejutan Shi Hyun, tiba-tiba ada nenek lain yang mendekatinya. Nenek itu bertanya, Shi Hyun itu Forsythia kan?

"Ya? Nenek tadi bilang apa?" Tanya Shi Hyun bingung. Lalu Nenek menunjuk mangkuk/piring sambil mengulangi kata-katanya, Forsythia.

"Bunga itu, ya. Forsythia?" Tanya Shi Hyun.

Nenek tersenyum membenarkan.


Shi Hyun lalu menggambar bunga yang dimaksud nenek itu. Nenek sangat senang dan tiba-tiba menanyakan darimana saja Shi Hyun selama ini, kenapa baru datang? Shi Hyun jelas bingung denga nenek itu, apalagi nenek itu menangis  sambil memeluk lengan Shi Hyun karena mengira Shi Hyun sudah meninggal.


Lalu datanglah Tae Hee dan penjaga panti yang lain. Tae Hee heran, kenapa nenek itu menangis. Shi Hyun menjawab jujur, nenek memintanya menggambar forsythia, jadi, ia lakukan dan...

"Jangan lakukan ini tanpa minta izin!" Tegur Tae Hee.


Lalu Tae Hee menenangkan nenek itu dengan berkata akan membuatkan lagi untuk nenek.

"Dia pergi. Dia memetik bunga untukku, dan pergi begitu saja." Kata nenek tiba-tiba, yang lain mendekat, mereka tahu kalau nenek sedang memikirkan soal suaminya.


Shi Hyun sangat merasa bersalah. Suster Columba menangkan, tidak perlu khawatir karena nenek itu belakangan memang seperti itu. Suster Columba lalu menyuruh Tae Hee mengajak Shi Hyun istirahat.

Tae Hee: Ayo. Berhentilah memprovokasinya.

Tapi saat Shi Hyun akan pergi, nenek memanggilnya, "Sayang (suami), mau kemana?"


Shi Hyun meminta waktu sebentar pada Tae Hee. Kemudian ia mendekati nenek, meminta nenek menunggu sebentar, ia pasti akan segera kembali. Ia akan pergi sekarang, tapi akan segera kembali, ia bahkan berjanji dengan jari kelingking. Nenek lega.


Setelah semuanya selesai, pihak panti membawakan sebagian kimchi untuk Tae Hee dan Shi Hyun saat mereka akan pulang. Bapa Mateo berpesan agar Shi Hyun lain kali tidak memakai mantel warna hitam lagi saat kesana karena akan terlihat kembaran dengannya. Semua ketawa dengan candaan Bapa Mateo itu.


Sebelum pergi, Shi Hyun melirik pada nenek tadi.


Saat di bis, Shi Hyun ketiduran saking lelahnya dan kepalanya tiba-tiba roboh ke pundak Tae Hee. Tae Hee berkata akan membiarakan Shi Hyun untuk sekali ini.


Setelah turun dari bis dan jalan bersama, Tae Hee dan Shi Hyun bicara bersamaan. Shi Hyun kemudian menyuruh Tae Hee bicara terlebih dahulu, tapi Tae Hee gak jadi bicara dan memilih lanjut jalan. Shi Hyun senyum-senyum aja.


Mereka sampai di depan rumah Tae Hee. Tae Hee pun mengambil kimchi yang tadi dibawakan Shi Hyun dan langsung menuju rumahnya.

Tapi Shi Hyun memanggil, "Mau.. makan sesuatu?" Tanya Shi Hyun.

"Entahlah."

"Sampai jumpa."


Mereka pun jalan ke arah berlawanan. Tapi Tae Hee tiba-tiba memanggil Shi Hyun dan Shi Hyun secepat kilat menyahutnya.

Ternyata Tae Hee cuma mau memberikan semua kimchi itu untuk Shi Hyun karena ia tidak butuh kimchi sebab akan segera pindah ke asrama.

"Kalau begitu, aku akan telepon alih-alih menunggu di halte bus." Kata Shi Hyun.

"Tidak, jangan. Maaf aku sudah salah paham kepadamu. Juga maaf jika aku terlalu kasar. Tapi aku tidak akan mengencanimu."

"Kamu sangat tidak menyukaiku?"

"Aku... Itu... Temanku menyukaimu."

"Bagaimana denganmu? Bagaimana.. perasaanmu?"


Tiba-tiba lampu yang selama ini mati menyala dengan sendirinya dan itu mengalihkan perhatian Tae Hee. Shi Hyun pun pamit.

"Terima kasih atas kimchinya. Masuklah. Di luar dingin." Ucap Shi Hyun yang kemudian berjalan dengan kepala menunduk.


Usai dari RS, Soo Ji dan Se Joo ada di kelab malam. Soo Ji saat ini bicara di telfon.

"Heboh sekali tadi. Mereka ambil darah untuk tes, dan dia seperti orang sekarat." Kata Soo Ji di telfon.

"Yang diambil lebih dari ini. Pandanganku berputar-putar." Elak Se Joo.

"Aku meminta kepada ibuku supaya dia boleh keluar. Kemarilah!" Kata Soo Ji lagi.

Ternyata yang Soo Ji telfon adalah Shi Hyun. Shi Hyun menolak kesana, ia sangat lelah, ia akan makan, lalu tidur selama dua hari.

Soo Ji tersenyum karena Shi Hyun tidak makan bersama Tae Hee seperti yang ia larang. Shi Hyun cerita kalau nenek-nenek tadi sangat menyukainya.

Soo Ji: Kamu harus melakukan itu demi aku, bukan begitu? Benar. Kyung Joo menyukai Se Joo. Bukankah itu hebat?


Kyung Jo datang kesana dengan gaya rambut baru. Soo Ji memujinya yang terlihat cantik.

Shi Hyun tak menyangka, ternyata yang dimaksud Tae Hee itu Se Joo bukannya dirinya.


Kyung Joo menanyakan kabar Se Joo. Se Joo menjawab jujur kalau ia agak sakit.

"Begitu, ya. Pantas saja. Kamu terlihat agak berbeda."


Soo Ji mengkode Se Joo untuk membahas rambut baru Kyung Joo.


Tiba-tiba ada cewek cantik yang menyapa Se Joo, jadi Se Joo langsung beralih pada cewek itu, Se Joo memanggilnya Han Na Noona, Se Joo bahkan mencium tangan Han Na.

"Kamu dari mana?" Tanya Se Joo.

"Aku baru pulang bepergian."

"Kulitmu gelap. Bagaimana kamu bisa terlihat semakin seksi? Apa mereka temanmu? Mari kita minum-minum."


Dan Se Joo meninggalkan Kyung Joo semi mereka. Soo Ji cuma bisa menghela nafas.


Shi Hyun mengambil satu bungkus ramyeon. Ia membaca panduan membuatnya, dibungkusnya tertera ""Masukkan ke 500 ml air mendidih".

"Bagaimana aku tahu sebanyak apa itu?" Gumam Shi Hyun kesal.


Ia lalu menelfon Tae Hee, ia langsung bertanya apa Tae Hee tahu berapa banyak 500 ml air itu?

"Kamu mau masak Ramyeon?"

"Ya."


Kemudian Tae Hee memberi aba-aba pada Shi Hyun apa yang harus dilakukan saat membuat ramyeon. Tapi ia tidak sekedar memerintah karena ia juga sedang membuat ramyeon, jadi mereka membuatnya dalam waktu yang bersamaan.

"Apa mi itu sudah matang?" Tanya Tae Hee.

"Ya."

"Daya kompor gasku kecil, aku perlu lebih banyak waktu. Kamu masih mengikuti?"

"Tentu saja."

"Kamu punya sekotak susu 500 ml?"

"Ya, tadi aku beli."

"Gunakan itu sebagai gelas ukur."

"Bodohnya aku."

"Aku juga tidak pandai mengukur air."


Setelah ramyeon Tae Hee masak, Shi Hyun mengucapkan selamat menikmati. Tae Hee agak terkejut sebelum membalasnya.

"Baiklah. Kamu juga." Jawab Tae Hee.

Lalu Shi Hyun menunggu, tapi Tae Hee tidak memutus panggilan, jadinya ia yang memutus duluan.


Shi Hyun memakan kimchi yang dari panti tadi dan ia kagum dengan rasnya, tapi perasaannya masih saja tidak enak.

"Dia menolakku karena Kyung Joo?" Kesal Shi Hyun.


Tae Hee menikmati ramyeonnya sendiri, "Hmmm... Seharusnya kami makan bersama."


Tiba-tiba Kyung Joo datang dan minta ramyeon. Tae Hee terkejut.


Sementara itu, Se Joo dan Soo Ji masih ada di dalam kelab.


Soo Ji mendapat pesan dari Hye Jeong, "Sedang apa Eonni? Ibuku mengizinkanku keluar. Bisakah kamu menemaniku?"

"Kenapa dia bicara seperti itu? Aku tidak tahan." Keluh Soo Ji, tapi balasannya berbeda, "Tentu. Kapan?"


Soo Ji menoleh pada Se Joo yang tampak sangat senang bisa bebas dari cengkeraman keluarganya. Soo Ji menyesal, harusnya ia pergi bersama Kyung Joo tadi.

Soo Ji pun memutuskan pergi, ia pamit pada Se Joo, tapi Se Joo hanya melambai tanpa melihat ke arahnya.


Dalam perjalanannya ke pintu keluar, Soo Ji ditahan oleh seorang cowok yang memaksanya untuk ikut dengannya.


Se Joo melihat Soo Ji kesulitan melepaskan diri. Ia langsung menghampiri mereka dan memukul keras wajah cowok itu. Soo Ji terkejut dengan tindakan Se Joo itu.


Pada akhirnya, Se Joo terluka diwajahnya, jadi Soo Ji merawatnya.

"Kenapa kamu terlibat? Kamu benci kekerasan."

"Lalu aku harus menonton saja?!"

Soo Ji sedikit tersipu, tapi kemudian Se Joo melanjutkan kalau ini kesempatannya untuk dihajar.

Se Joo: Berapa kali aku harus ke dokter? Aku berharap dia memukulku sampai gerahamku tanggal.

Soo Ji: Dasar bodoh.


Soo Ji refleks memukul kepala belakang Se Joo sampai Se Joo terus menunduk. Soo Ji merasa bersalah, maksudnya, Se Joo kan sudah dipukuli di rumah, ia sedih jika Se Joo juga dipukuli di hadapan umum. Tapi Se Joo malah meminta dipukul di bagian yang terlihat?

Se Joo: Lihat rusukku. Semua baik-baik saja. Apa yang harus kulakukan? Aku begitu kekar. Aku bahkan tidak kesakitan.

Soo Ji: Ais!! Tidak bisa kupercaya.


Se Joo mengantar Soo Ji sampai ke mobilnya. Soo Ji berpesan agar Se Joo langsung pulang. Se Joo mengerti, ia lalu melemparkan salep kepada Soo Ji.

"Pakai itu di pergelangan tanganmu." Kata Se Joo.

"Kamu saja. Aku tidak apa-apa."

"Lakukan saja! Aku tahu yang kukatakan. Itu akan sakit besok pagi."

"Langsung pulang. Jangan sampai dipukuli lagi."

"Baiklah."

Lalu Se Joo meminta supir untuk menyetir dengan hati-hati.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search