-->

Sinopsis Manhole Episode 1 Part 2

- Agustus 10, 2017
>
Sinopsis Manhole Episode 1 Part 2

Sumber Gambar: KBS2


Pil datang ke galeri Soo Jin tapi Soo Jin tampak tidak begitu senang karena Soo Jin sedang menanti Hyun Jae. Pil melihat-lihat sementara Soo Jin sibuk memotret dan Pil melihat foto pernikahan Soo Jin di layar komputer, ia kesal.

"Hei, kau... ka--kalau tidak dipakai, lebih baik matikan saja untuk menghemat listrik." Dan Pil mematikan monitor komputer itu.

"Kenapa kau ke sini?" Tanya Soo Jin.

"Ya... ya, aku hanya lewat."


Pil bertanya, apa hasil foto Soo Jin laku keras? Soo Jin mendesah, tidak juga.

"Ah, kupikir saat mengatakan hendak menikah, itu karena kau menghasilkan banyak uang. Apa aku menyerah saja atas ujian dan melakukannya? Memotret dan mengunggahnya di internet. Ya, orang-orang akan melihat lalu membelinya."

"Hasil gambarnya harus sangat bagus. Kenapa sebenarnya kau ke sini?"


Pil memegang pundak Soo Jin agar Soo Jin menatapnya, "Soo Jin-ah. Aku ke sini tentu saja untuk melihatmu. Selama 28 tahun aku hanya menatapmu. Jantungku berpacu setiap kali aku menatapmu. Apakah kau tidak menyadarinya? Aku mencintaimu, aku.. Kau bodoh. Kenapa kau memutuskan menikah begitu tiba-tiba?"

Pil langsung memeluk Soo Jin sambil memanggil-manggilnya.


Namun.. itu hanya khayalan Pil saja. Pil menutup matanya sambil memanggil-manggil Soo Jin dan Soo Jin ketawa dibuatnya, ia pun memotret Pil.

"Sedang apa kau? Apa yang kau lakukan?" Tanya Soo Jin.

Pil baru sadar, "Astaga, astaga. Kenaap panas sekali di sini?"


Soo Jin menegur Pil, kenapa Pil mabuk dan membuat masalah semalam? Apa Pil tidak tahu ia berusaha keras menjelaskan kalau Pil itu teman baiknya? Dasar!!

"Teman? Apa kita ini teman?"

"Lalu apa? Kau itu teman yang seperti musuh. Aku mengalami banyak kesulitan gara-gara kau."


Pil mengerti baiklah kalau begitu. Tapi.. kenapa Soo Jin tidak mengirim undangan pernikahan kepadanya?

"Kau... masih belum menerimanya?"

"Aih, ayahmu kan pegawai pos. Semestinya kau sudah menerimanya. Aih, kenapa belum sampai juga?"

"Hei, hei, lupakan. Aku juga tidak butuh. Pada akhirnya akan kubuang juga ke tempat sampah. Jadi.. kau bahagia akan menikah?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku bahagia."


Soo Jin memastikan, Pil akan datang ke pernikahannya, kan? Pil tidak yakin, ia sibukdan tidak punya waktu. Soo Jin ketawa, Pil itu yang paling punya banyak waktu di lingkungan mereka. Pokoknya Pil harus datang dan mengucapkan selamat padanya.

"Sebab kau teman-layaknya-musuh bagiku."


Pil tiba-tiba minum dari cangkir Soo Jin. Soo Jin mencegahnya karena itu sangat panas tapi sudah terlanjur.

"Hei, omo. Bagaimana ini? Kau baik-baik saja? Tidak ada air di sini. Oh tidak!"

"Aku sudah melewati banyak kesulitan belakangan ini. Ini bukan apa-apa. Aku pergi."


Soo Jin melihat kamera di meja, ia menatap kamera itu dan berkata, "Aku harus  bagaimana terhadapmu, Bong Pil?"


Pil minum air di keran taman, ia heboh sekali sampai menarik perhatian orang-orang, ada yang menawarinya untuk menelfonkan ambulan tapi Pil menolaknya.

"Tidak. Tidak, ini tidak tersembuhkan."

Pil sangat kesal pada dirinya sendiri, "Aku.. Aku mencintaimu! Aku hanya perlu mengucapkannya saja. Tidak. "Aku cinta padamu", itu yang harus kukatakan. Astaga, aku menunggu 28 tahun dan sekarang berakhir sia-sia."


Pil berpindah ke permainan tenis baseball otomatis, ia hanya perlu memukul bola yang dilempar oleh mesin. Setiap pukulan ia berteriak, "Kulepaskan."

Sampai akhirnya Pil lelah dan perkataan Jin Sook terngianga di telinganya, "Kau telah mencintai dia sekian lama. Setidaknya kau harus mengatakan padanya."

"Tidak bisa. Aku tidak akan pernah melepaskan dia."


Pil berlari untuk menemui Soo Jin, ia harus mengatakannya sekarang, ia tidak bisa melepaskan dia. Tidak bisa, tak akan pernah!

Pil sampai tidak sadar sudah melewati ayah dan ibunya. Ayah kecewa karena Pil mengabaikan mereka.

"Kalau begitu, kita hidup bahagia berdua saja, Sayang. Aku akan membantumu." Kata Ibu.

"Benar. Di dunia ini, kita hanya butuh satu sama lain, 'kan?"

"Tepat. Ayo."


Pil melewati lorong dan lubang itu, ia yakin bisa menghentikan pernikahannya karena ia masih memiliki satu minggu tersisa.


Pil sampai di galeri Soo Jin, tapi pintuny terkunci, tidak ada siapapun disana.


Pil pulang, ia memencet bel rumah Soo Jin berkali-kali. Ibu Soo Jin kesal dan bicara di intercom agar Pil tidak memencet bel berkali-kali.

"Ahjumma, ahjumma, aku Pil. Tolong suruh Soo Jin keluar sekarang."

"Soo Jin belum pulang ke rumah."

"Oh? Tapi dia tidak ada di kantornya."

"Kurasa, dia ada janji. Telepon saja dia."

"Ini bukan sesuatu yang bisa aku katakan padanya lewat telepon."

"Telepon saja tanya dia di mana dan kau susul ke sana."

"Oh, benar." Pil langsung pergi.

"Oh, Pil-ah. Soo Jin kami akan segera menikah. Tolong berhentilah mengganggu dia, ya? Kau dengar tidak? Pil-ah! Hei!"


Pil menamai nomor Soo Jin di ponselnya dengan "Paling berharga". Ia menelfon Soo Jin tapi tidak dijawab. Ia menelfon lagi tapi sekarang malah tidak aktif.

"Ke--kenapa?"


Pil teringat kalau tadi Soo Jin sedang menunggu seseorang dan itu pasti Jae Hyun. Lalu menghubungkannya dengan candaan Jin Sook kalau bisasaja Soo Jin dan Hyun Jae melakukan malam pertama lebih awal.

"Ma--malam pertama?"

Pil membayangkan saat ini Soo Jin dan Jae Hyun sedang bersama.

"Ti--tidak!!! TIdak boleh!"


Pil berlari lagi, ia melewati kedai Jin Sook dan Jin tiba-tiba ada angin kencang, itu karena Pil berlari sangat kencang sampai menimbulkan angin.

"Hei, Bong Pil!"


Pil tidak peduli, pokoknya ia terus berlari. Pil juga melewati Seok Tae dan Seok Tae juga merasakan efek yang sama dengan Jin Sook.

"Sudah dimulai."


Goo Gil juga dilewati Pil, "Wah.. Dia akhirnya membuat masalah."


Semua orang yang dilewati Pil seperti terkena badai.


Bahkan mampu membuka pinto toko Dal Soo dan menerbangkan masker yang dikenakan Dal Soo dan Jung Ae.

Jung Ae: Dia melakukan hal gila lagi.

Dal Soo: Situasinya akan jadi kacau.


Ternyata tujuan pil adala apotek milik Jae Hyun. Pil bertanya putus-putus, bisakah apoteker itu memberitahunya dimana apotekernya saat ini?

"Baik, tenanglah dulu dan ulangi lagi."

"Di mana apotekermu saat ini?"

"Di sini, kau sedang berhadapan dengan apoteker itu sendiri!"

"Tidak, bukan kau. Pria muda dengan rambut cepak itu!"

"Kau tidak punya sopan santun, ya?"

"Saat ini adalah saat penting dan menentukan dalam kehidupan seorang wanita. Apakah seseorang tidak memberimu undangan pernikahan?"

"Undangan pernikahan? Pernikahan apa? Oh, maksudmu Park Jae Hyun-ssi? Dia sedang libur."

"No--nomor teleponnya?"

"Nomor teleponnya? Kenapa memerlukan nomor teleponnya? Sebentar, ya. Kartu nama, di mana kartu namanya?"

"Aih, ce--cepat!"


Pil akhirnya mendapatkan kartu nama Jae Hyun tapi ponsel Jae Hyun mati juga. Pil kembali membayangkan, Jae Hyun sengaja tidak mengangkat telfonnya.

"Astaga, sesuatu sedang terjadi. Je-jelas sesuatu sedang terjadi."


Pil lalu berkeliling ke satu motel ke motel lain untuk mencari Soo Jin, ia menunjukkan foto Soo Jin pada penjaga dan bartanya apa Soo Jin kesana. Tapi hasilnya nihil, ia malah diseret-seret keluar dari semua motel yang ia datangi karena mangganggu.


Kesialan Pil tidak sampai di situ. Saat ia sudah mengelilingi semua motel, ia tak sengaja menginjak selang yang digunakan untuk menyedot air selokan. Karena tidak bisa mengalir, akhirnya air selokannya muncrat dan mengenai tubuh Pil. Pil hanya bisa ketawa ngenes.


Pil lewat kedai Jin Sook yang akan tutup. Jin Sook heran melihat Pil basah kuyup, juga baunya yang tidak enak.

"Kau jatuh ke selokan?" Tanya Jin Sook.

Jin Sook memberikan handuknya untuk Pil tapi Pil mengembalikannya. Akhirnya Jin Sook mengusapkan handuk itu ke kepala Pi.

"Kacau sekali. Kau seperti idiot, sungguh."

Pil tidak menjawab apa-apa, ia pergi dengan tidak bertenaga.


Sampai akhirnya, Pil melihat Soo Jin dan Jae Hyun keluar dari tempat "Ruang Hiburan Serba Guna". Pil sangat kesal karenanya.


Soo Jin terkejut melihat Pil ada disana. Pil menegur Soo Jin, "Apa kau tidak punya uang? Kita ini sudah terlalu tua untuk melakukan hal itu di sebuah ruang multi guna!"

"Apa maksudmu?" Tanya Soo Jin tidak mengerti.

"Kau selalu saja menghilang saat aku ingin bicara padamu. Kau tidak menjawab teleponku, juga tak kelihatan sepanjang hari. Kau selalu melakukannya."

"Kenapa kau?"

"Hei, kamu." Sela Jae Hyun.

"Diam kau! Aku sedang bicara dengan dia."

"Aku tidak tahu masalahnya, tapi apa pun itu kau bisa bicara padaku."

"Memangnya kau pengacaranya? Dia milikmu? Apa kau.. bersikap seperti ini karena telah melakukan itu dengannya?"


Pil menangis tiba-tiba. Soo Jin makin bingung dengan apa maksud Pil sebenarnya.

"Aku sangat marah sekarang, tapi kenapa aku malah menangis? Ini memalukan. Astaga."

Jae Hyun bertanya pada Soo Jin, apa sebenarnya yang Pil bicarakan ini?


Pil: Aku percaya kau seorang apoteker. Tapi bagaimana bisa kau membawanya ke tempat seperti ini? Bintang lima, tidak! Setidaknya, bawa dia ke tempat bintang empat. Jika aku jadi kau, aku bahkan tidak akan ragu meminjam uang--

Jae Hyun: Berhentilah menangis dan bicara pelan-pelan. Aku tidak mengerti yang sedang kau bicarakan.

Pil: Seminggu lagi kalian sudah menikah. Kalian bisa melakukannya setelah menikah. Tidak bisakah menunggu seminggu? Aku bahkan menunggu selama 28 tahun! Astaga. Dasar kau baj* rendahan!


Entah apa yang terjadi selanjutnya karena Pil sekarang tidak sadarkan diri. Ia dikelilingi teman-teman satu kompleks. Beberapa saat kemudian ia terbangun. Pil bertanya, dimana ia?

Seok Tae: Hei, kau tidak ingat berkelahi dengan apoteker itu? Kau di bawa ke sini oleh Goo Gil Hyeong dalam keadaan pingsan.

Dal Soo: Bisa-bisanya kau pingsan setelah satu pukulan? Memalukan sekali.


Pil duduk dan tubuhnya rasanya nyeri semua. Jin Sook yakin kalau Pil sudah baik-baik saja. Dal Soo menjelaskan, Jae Hyun yang memberikan luka pada Pil tapi juga memberikan obat,ia akui, Jae Hyun memang apoteker sejati.

Jung Ae: Aish, dia akan dioperasi kalau berkelahi dengan dokter. Sedikit lagi.

Pil: Singkirkan itu.

Pil bertanya dimana Soo Jin. Jin Sook mengarahkan kepala Pil kearah dimana Soo Jin berada.


Soo Jin sedang menelfon jae Hyun, "Yaa! Tetap saja, bagaimana bisa kau memukulnya? Dia masih pingsan. Sudah kubilang, dia temanku."


Pil heran, kenapa dengan Soo Jin itu dan akan mendekat tapi Jin Sook menghalanginya. "Mereka bertengkar.. gara-gara kau."

"Lalu, lalu pernikahannya dibatalkan?"

"Mimpi saja! Kau sedang mabuk?" Jawab Jin Sook sambil memukul kepala Pil.


Goo Gil: Hei, ini tidak baik. Bangun, bangun! Pergi dan tangkap! Semua pegawai apotek itu. Ayo. Beraninya si dia meremehkan lingkungan kita? Dia tamat!

Jin Sook: Setuju!


Dal Soo: Hei, hei, lebih baik digugat saja. Dia bisa mendapat visum, lalu diberi uang. Kekerasan dibayar dengan uang, gugatan berarti menerima banyak.

Jung Ae: Tidak. Lukanya belum cukup untuk mengajukan gugatan, Oppa.


Seok Tae: Hei, hei, kalau tidak, kita pukul sekali lagi saja di tempat yang sama, agar lukanya tampak lebih parah.

Jin Sook: Oh, Seok Tae!!! Tapi, lebih menyenangkan bagiku menghampiri lalu menonjoknya.

Goo Gil: Tepat sekali! Ya, bagus. Ayo pergi. Bawa alkohol dan kita rapat.

Semua: Setuju.


Saat semua minum bersama, Soo Jin masih menyendiri.

Dal Soo: Wah!!! Sejak terakhir kali berkumpul seperti ini, rasanya sudah lama sekali. Sangat lama.

Seok Tae: Aish, daripada minum, semestinya aku belajar.

Dal Soo: Minum saja dan tidak usah belajar.

Seok tae:Oh, benar.

Goo Gil: Hei, sebaiknya kau lekas berhenti belajar selamanya. Hasilkan uang dengan otot, bukan otakmu.

Seok Tae: Hyeong, tetap saja aku lebih baik dari Jung Ae.

Sementara itu, Jin Sook menyadari kalau Pil dari tadi melihat ke arah Soo Jin, ia pun menyuruh Pil untuk mendekati Soo Jin.


Pil mengajak Soo Jin pulang, ia akan mengantar. Soo Jin mengajak minum karena mereka sudah lama tidak berkumpul.

"Ti--tidak. Kalau kau terlambat pulang ke rumah, ibumu akan meneleponku. Selalu saja aku yang disalahkan kalau kau dapat masalah, padahal kau sedang keluar dan bersenang-senang dengan pria lain."

Sudah hampir jam 12 malam jadi Pil akan mengantar Soo Jin, ia mengambil tas Soo Jin, tapi Soo Jin memintanya kembali. Soo Jin akan membawa tasnya sendiri karena Pil sedang sakit.


Pil minta maaf, untuk kemarin, hari ini, dan segalanya.

"Kau selalu saja seperti ini."

"Ah.. Kenapa juga hari ini harus panjang sekali? Aku merasa hari ini lebih panjang dari kemarin."

=Untuk Temanku, Bong Pil=

Soo Jin memberikan undangan pernikahannya sekarang karena Pil tidak kunjung menerimanya, walaupun ia tidak yakin Pil sungguh tidak menerima atau menolak menerimanya.


Soo Jin bertanya, apa sebenarnya hal penting yang ingin Pil katakan?

"Hal penting?"

"Sebelumnya kau mengatakannya. Ada hal penting yang ingin kau sampaikan padaku. Sebab itu, kau mencariku kemana-mana. Apa itu? Katakan sekarang."


Pil sangat bingung mengatakannya, ia gagap, "Oh, itu.. Jadi, aku sebenarnya.. Sebenarnya.. Kapanpun aku melihatmu.."

"Kapanpun kau melihatku?"

"Aku harus buang air kecil."

"Apa?"

"Ah, ah, tidak, tidak. Bukan aku bermaksud mengatakan ingin buang air kecil setiap melihatmu. Aku, sekarang harus ke toilet dulu. Aku harus berlari seharian ini sehingga tidak sempat buang air kecil. Biar aku ke toilet dulu sekarang."

"Apa katamu? Hei!"

Pil pergi untuk buang air kecil. Soo Jin bingung, apa.. apa lagi ini?


Pil tak sengaja ke lubang itu, ia melihat sekali lagi undangan pernikahan Soo Jin dengan Jae Hyun, ia merekasnya.

"Banyak.. Banyak sekali yang harus.. aku katakan padamu sampai tidak tahu harus mulai dari mana."


"A--aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mengira mengatakannya akan sangat mudah. Sekarang saat dipikirkan lagi, sangatlah sulit. Banyak.. Banyak sekali yang ingin kukatakan padamu. Setiap kali melihatmu.. Setiap kali aku melihatmu, jantungku.. berpacu seolah akan meledak. Namun, profesiku.. tidak bisa membuat perbedaan. Cinta.. Cinta itu, kini sudah sangat terlambat untuk mengubah sesuatu."

Pil terduduk lemas.


Soo Jin lelah menunggu, "Pil-ah, cepatlah kembali. Pil-ah, cepatlah kembali."


Lampu diatas lubang itu tiba-tiba berkedip cepat disertai suara petit.


Soo Jin memutuskan untuk pergi ke tempat Pil tadi, ia sudah tidak sanggup menunggu. Tapi setelah ia ke sana, Pil tidak ada dimana-mana. Ia memanggil-manggil Pil tapi tidak ada sahutan.

"Apa dia kabur? Dasar!"


Pil ternyata jatuh ke lubang itu atau tersedot ya? Pokoknya sekarang ia melewati saluran air yang puaannjang.


Soo Jin menemukan undangan pernikahannya dibawah lampu. Ia makin yakin kalau Pil kabur.


Setelah Soo Jin pergi, tutup lubang itu terangkat sedikit, bersendawa, lalu tertutup rapat lagi.


Seorang Guru SMU sedang mengajar pengucapan, ia meminta murid-murid untuk mengulangi apa yang ia ucapkan.


Namun ada satu murid yang tertidur, sang Guru memanggilnya,

"Pil-ah. Bong Pil. Bong Pil, dasar badung kau!"


Pil terkejut, ia kembali ke masa lalu, masa SMU nya.

"Oh, Gestapo." Kata Pil

"Apa katamu barusan?"

"Saat aku SMU, kau mengajar Bahasa Jerman. Kau guru yang menjengkelkan."


Pak guru melempar penghapus pada Pil dan Pil bisa refleks menangkapnya. Pak Guru terkejut. Pil juga terkejut apalagi saat melihat teman-temannya.

"Hei, hei! Soo Jin-ah. Oh? Kau (Jin Sook)? Kau (Seok Tae)! Hei, apa yang sedang kalian lakukan? Sedang apa kalian memakai seragam SMU?"

Pak Guru berjalan mendekati Pil dengan membawa tongkatnya dan memukulkan tongkat itu di setiap meja yang dilewatinya.

Narator: Sumber pendapatan sampingannya adalah uang pemberian wali murid. Dia belum pernah ke Jerman, tapi mengajar Bahasa Jerman. Gestapo, 37 tahun. Lajang.


Gestapo: Kau menangkapnya. Kau menangkap penghapus papan itu.

Pil: Tapi, aku melakukannya tanpa sadar. Mungkin karena pernah dipukul dengan ini, jadi aku.. secara reflek menangkapnya. Tapi, di mana ini?

Gestapo: Tempat ini? Beberapa waktu lalu masih ruang kelas. Tapi, akan berubah jadi neraka gara-gara kau.


Gestapo memukulkan tongkatnya ke meja Pil, "I D I O T !"

Batin Pil: Apa yang terjadi? De ja vu gila macam apa ini?

-= E P I L O G =-
 
 


Kunang-kunang tadi adalah pesawat alien ternyata. Mereka bicara dengan bahasa aneh pada yang lain.

"Di mana kita? Seoul? Kenapa banyak sekali mobil? Menyesakkan. Ayo ke tempat lain."


Lalu mereka terbang ke atap rumah Bong Pil dan hampir tertangkap oleh Bong Pil.

"Astaga, dia terlihat menyedihkan dan jelek."

"Mengerikan."

"Apa dia menyerang kita? Siapkan serangan balik!"
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search