-->

Sinopsis Introverted Boss Episode 5 Part 2

- Februari 14, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Introverted Boss : 1-1 / 1-2 / 1-3 / 2-1 / 2-2 / 3-1 / 3-2 /3-3 / 4-1 / 4-2 / 5-1



Woo Il minum-minum dan ia menelfon Ji Hye untuk datang. Ji Hye disuruhnya minum juga tapi Ji Hye tidak mau karena ia tidak kuat minum. Ji Hye bertanya, apa terjadi sesuatu yang buruk?

Woo Il menunjukkan alat perekam. "Soal Presdir. Dia menghardik soal posisiku. Bahkan meski orang lain terus saja menghujatku... dan mengatakan aku hanya mendekati mereka demi jabatan, Aku tetap menganggap keluarga itu benar-benar keluargaku. ahwa hubungan kami terjalin atas ketulusan."


Woo Il minum lagi, Ji Hye juga demi kesopanan. Woo Il menuang lagi untuk dirinya dan Ji Hye. Ji Hye kembali meminumnya tapi ia malah batuk-batuk.

"Daepyonim, sebaiknya Anda pulang sekarang."

"Ke rumah? Haruskah? Bisa kau mengantarku pulang? Kau pasti tahu dimana rumah itu. Kudengar kau sering ke sana. Panti Asuhan Awan Putih. Sudah lama aku tidak menyebutnya sekeras ini. Aku tidak pernah malu berasal dari sana. Aku ingin menyebutkannya dengan lantang. Kenapa juga aku harus malu karenanya? Atau, aku hanya tidak bisa mengatakannya saja? Oh... mungkinkah aku memilih tidak mengatakan apa-apa karena memang malu?"

Woo Il akan minum lagi, tapi Ji Hye menahan tangannya. Tanpa mengatakan apa-apa Ji Hye memegang tangan Woo Il menguatkan tapi tiba-tiba Woo Il mengecup bibirnya. Ji Hye terkejut tapi Woo Il malah menarik Ji Hye dan menciumnya.



Ji Hye mengantar Woo Il. Ia akan pergi tapi Woo Il menahannya, ada yang ingin ia berikan untuk Ji Hye. Kalung yang dibelinya untuk Yi Soo. Woo Il memakaikannya lalu mencium Ji Hye.


Hwan Gi kembali ke kantor setelah membeli kado untuk Yoon Jung. Ia tampak senang tapi langsung berubah saat melihat Ji Hye ada di mobil Woo Il. Mereka kelihatan bicara serius.


Woo Il memegang pundak Ji Hye. Ji Hye terus menunduk, "Bagaimana bisa seseorang seperti aku... Bagaimana bisa... Ini kesalahan yang besar. Kurasa, aku sudah melakukan kesalahan besar."

Woo Il melarang Ji Hye berkata begitu dan ia memeluk Ji Hye tap Ji Hye tidak menyambutnya, tubuhnya gemetaran. Hwan Gi melotot melihat mereka.


Woo Il di ruangannya memandangi gambar Ji Hye. Yi Soo menelfon, Woo Il minta maaf karena ia rasa tidak bisa memberi Yi Soo kalung yang diinginkannya.

"Kalung? Aku tidak pernah meminta Oppa memberiku kalung. ku hanya ingin kelihatan cantik di depan Oppa dengan memakainya. Tapi, bukan berarti aku minta dibelikan. Kenapa juga aku menekan Oppa seperti itu? Ini aku akan membeli kalung itu sendiri. Aku yang akan melamar. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk terlihat cantik, jadi Oppa bersiaplah."

Woo Il bingung dengan perasaannya.


Yi Soo membeli kalung yang diinginkannya. Pemilik toko mengenali Yi Soo dan berkata kalau pria yang datang bersama Yi Soo sebelumnya membeli kalung itu katanya untuk melamar.

Yi Soo nerasa kalau pemilik itu salah orang karena Woo Il bilang tidak bisa memberikan kalung itu.


Sudah hampir waktunya pertunjukkan Ro Woon. Ji Hye pamit pulang tapi Hwan Gi malah memberinya tugas yang tidak masuk akal untuk membelikannya manset seperti miliknya yang hilang. Hwan Gi melakukannya dengan tujuan agar Ji Hye tidak datang karena woo Il dan adiknya datang ke pertunjukkan bersama.


Ji Hye lalu menelfon Ro Woon mengatakan tidak bisa datang dan ia minta maaf. Ro Woon kesal dan ia bertabrakan dengan Woo Il yang membuat ponselnya jatuh. Woo Il datang bersama Yi Soo.

Ji Hye lalu menelfon toko bunga untuk mengirim bunga pada Ro Woon. Hwan Gi melihat hal itu. Ia merasa bersalah.


Sementara itu, Yoon Jung menunggu Hwan Gi di tempat janjian tapi Hwan Gi tak kunjung datang. Hwan Gi menelfon, mengatakan kalau ia tidak bisa datang.

"Sekarang malam Natal. Hari yang bahagia." Jawab Yoon Jung.

"Kalau begitu, bisa kau tunggu sebentar?"

"Baiklah. Aku akan menunggu."


Hwan Gi bingung, ia memilih baju yang cocok dan melihat manset yang diinginkannya ada di sana. Berarti Ji Hye sudah menjalankan tugasnya.


Ji Hye menelfon Woo Il. Ia akan menunggu di atap, jadi ia meminta Woo Il datang meski larut nanti. Ji Hye memegang kotak kalung. Hwan Gi mendengar hal itu.


Woo Il sedang makan malam bersama Yi Soo. Yi Soo heran, karyawan mana yang mengganggu bosnya malam-malam begini. Woo Il melihat Ji Hye memakai kalung itu. 

"Kurasa... aku harus kembali ke kantor. Maafkan aku."

Yi Soo kecewa tapi ia bilang tidak apa-apa.


Yoon Jung tidak bisa lagi menunggu Hwan Gi, akhirnya ia pergi.


Woo Il akan menuju atap tapi Hwan Gi memanggilnya. Hwan Gi heran, kenapa Woo Il datang, bukankah seharusnya Woo Il bersama Yi Soo sekarang?

"Aku melihatmu dan Sekretaris Chae di mobil. Ada apa di antara kalian berdua?" Tanya Hwan Gi.

"Apa maksudmu?"

"Ada apa, huh?"

"Apa? Itu kesalahan."

"Kesalahan?"

"Hari itu, aku minum terlalu banyak. Aku merasa bingung dengan rencana pernikahanku. Ini bukan salah Yi Soo. Pria seringkali membuat kesalahan seperti ini."

Hwan Gi kelihatan tidak percaya dengan Woo Il. Woo Il menegaskan kalau Ji Hye, maksudnya Nona Chae menghampirinya duluan. Pria macam apa coba yang bisa tahan jika digoda wanita?


Tanpa mereka sadari Ji Hye mendengar pembicaraan itu. Woo Il mencoba menjelaskan soal Tuan Eun, tapi berhenti karena ia menyadari Ji Hye melihat mereka. Hwan Gi juga terkejut melihat Ji Hye.


Ji Hye lalu berjalan melewati mereka tanpa mengatakan apa-apa. Saat ia sampai di bawah, ia melihat Yi Soo yang memakai kalung itu. Kalung yang sama dengan pemberian Ji Hye. Yi Soo memandang Ji Hye dengan mata berkaca-kaca.

Jadi Ji Hye diposisi yang salah karena omongan Woo Il tadi.


Ro Woon selesai melakukan pertunjukkan. Semua rekan-rekannya berbahagia tapi ia malah menyendiri sambil memegang bunga kiriman kakaknya.

"Adikku tersayang. Aku mencintaimu, Ro Woon." Tulis Ji Hye di kartu ucapan.


Ro Woon menyesali sikapnya tadi yang marah-marah pada kakaknya. "Unnie pasti merasa sangat bersalah."

Ro Woon lalu menelfon kakaknya tapi yang mengangkat bukan kakaknya. Ro Woon kira salah nomor tapi saat ia melihat layar ponselnya memang betul itu nomor kakaknya. Ia lalu berbicara dengan orang itu.

Ro Woon berlari sekuat tenaga sambil menangis setelah diberitahu orang itu lewat telfon.

"Tunggu aku, Unnie. Kau tidak boleh kemana-mana. Kumohon tunggu aku."


Tapi Ro Woon terlambat, saat ia tiba di rumah sakit, kakanya sudah tiada dan ia hanya bisa menangisi jasad kakaknya.

"Jangan pergi, Unnie. Aku minta maaf. Jangan pergi. Jangan pergi. Aku bahkan belum minta maaf padamu. Unnie yang paling berharga untukku. Kau tidak boleh pergi seperti ini. Tidak boleh..." Tangis Ro Woon penuh penyesalan.


Saat pemakaman Kakaknya, Ro Woon membuka kotak berisi barang-barang kakaknya dari kantor tapi ia tidak menemukan sepatu kakaknya. Ia malah tertarik dengan kotak yang ada di sana. Kotak kalung yang dipegang Ji Hye saat menelfon Woo Il.

Ro Woon membuka kotak itu dan ternyata isinya adalah kalung yang selama ini diinginkannya. Ro Woon menangis karena kakaknya memenuhi janji. Tapi kemungkinan besar itu adalah kalung pemberian Woo Il dan Ji Hye akan mengembalikannya.


Ji Hye melompat dari jendela ruangan Hwan Gi. Woo Il dan Hwan Gi ada di sana setelah Ji Hye melompat. Woo Il gemetar, "Apa... apa yang harus aku lakukan, Hwan Gi? Apa yang harus kulakukan, Hwan Gi? Kalau Abeoji sampai tahu... Kalau orang-orang tahu, aku..."

"Itukah yang kau cemaskan? Kalau orang lain sampai mengetahuinya?"

"Memang tidak masalah buatmu? Bahkan jika Yi Soo mengetahuinya?"

Hwan Gi tidak menjawabnya. Woo Il lalu berlutut, ia meminta Hwan Gi menolongnya sekali saja. Mereka kan teman, ia meminta Hwan Gi menyelamatkannya. Hwan Gi menyuruhnya berdiri.

"Hwan Gi, kumohon. Selama kita berdua tutup mulut... Jika kau bisa melakukannya..."

"Baiklah. Baiklah. Kita pura-pura saja aku yang bertanggung-jawab atas hal itu."

"Apa?"

"Aku juga ikut bertanggung-jawab atas insiden ini."

"Hwan Gi."

"Katakan pada Abeoji ini salahku. Katakan ini kesalahanku. Katakan aku sudah menyulitkan Sekretaris Chae."

"Euh... Aku... aku... aku akan... Aku akan melakukan apa pun agar berita tidak sampai tersebar. Ayahmu juga pasti akan melakukan hal yang sama."

"Pergilah."


"Hei, tunggu. Dan... Jangan katakan pada siapa pun... ia melompat dari sini. Hal itu bisa jadi masalah besar."

"Pergilah."

Woo Il benar-benar minta maaf. Hwan Gi tetap menyuruhnya pergi. Hwan Gi membawa sepatu Ji Hye bersamanya.


Tuan Eun marah besar pada Hwan Gi, ia melempar semua yang ada di meja Hwan Gi pada Hwan Gi.


Pengacara perusahaan datang ke pamakaman Ji Hye mewakili perusahaan, ia membawa uang. Ro Woon tidak terima dan marah-marah tapi ayah meminta Ro Woon untuk diam dan menyuruh pengacara itu pergi.

Ro Woon berdemo di depan kantor sambil mengedarkan lembaran berjudul, "Seorang sekretaris di "Brain" meloncat sampai meninggal Kami menuntut kebenaran diungkap!"

Sayangnya tidak ada orang yang bersedia membantunya dan tidak ada yang meperdulikannya.


Ibu menjadi pendiam setelah kematian Ji Hye. Bahkan tidak mau keluar kamar, makan pun jarang. Ro Woon memasak bubur untuk Ibu, ia mengambil kotak kimchi tapi kimchinya sudah jamuran.

"Eomma, persediaan Kimchi sudah habis. Ayo kita secepatnya membuat persediaan Kimchi?"

"Tidak ada lagi seorangpun di rumah ini... yang akan makan Kimchi itu."


Tak lama kemudian ibu juga meninggal. Kesedihan karena kehilangan Ji Hye belum reda dan mereka harus kehilangan ibu juga.


Hwan Gi menatap rumah Ji Hye. AYah keluar dan Hwan Gi menunduk hormat. Ayah masuk lagi dan Hwan Gi mengikutinya.


Ayah menyiapkan kursi untuk Hwan Gi. Hwan Gi membuka topi dan tudung kepalanya. Hwan Gi akan mengatakan tujuannya tapi tidak keluar. Ayah pun menyuruhnya berbaring tanpa mengatakan apa-apa.

Ayah mengambil handuk yang sudah diuapi lalu menutupkannya ke setengah muka Hwan Gi.


Hwan Gi mengingat waktu itu, ia terlambat datang ke ruangannya sehingga Ji Hye melompat dari jendela ruangannya. Hwan Gi meneteskan iarmata.


Ayah melihatnya dan mengerti, ia lalu ijin membeli rokok. Sebelumnya, ia menutup seluruh wajah Hwan Gi.

Hwan Gi malah semakin mengingat Ji He dan kebaikannya padanya selama ini, tapi ia malah menyakitinya. Itu membuatnya terisak. Sementara ayah di luar merokok sendirian.


Ro Woon menatap panggung setelah tampil. Seorang pengantar bunga kembali membawakan bunga untuknya. Lagi?

Ro Woon pun bertanya, siapa yang mengirim bunga itu. Tapi pengantar bunga tidak bisa mengatakannya karena pelanggan memintanya merahasiakan namanya.


Ro Woon memegang bunga itu, tanpa ia sadari Hwan Gi memperhatikannya.

"Sebagai ganti dia yang sudah meninggal, aku menjaga gadis itu selama tiga tahun. Tapi..."

Kembali ke masa kini..


Ro Woon yang mabuk mengoceh pada Hwan Gi,

"Jika kau hanya berdiri di situ dan menonton, tidak akan ada yang berubah. Hanya dengan menonton, kau tidak akan bisa melindungi siapa pun."

Ro Woon roboh dalam pelukan Hwan Gi, maka Hwan Gi pun mengantarnya pulang. Hwan Gi bahkan menggendong Ro Woon saat menaiki tangga menuju rumah.


"Aku lelah." Ujar Ro Woon.

"AKu yang mestinya bilang begitu."

"Dalam pembalasan dendamku, justru orang lain ikut terluka. Aku tidak menginginkannya. Tapi, akhirnya aku tetap membalas dendam. Kurasa, aku membalaskannya. Tapi, rasanya tidak menyenangkan. Rasanya tidak menggembirakan. Aku sama sekali tidak merasa bahagia. Bagaimana ya harus mengatakannya? Aku merasa sangat... sangat... menyesal. Maafkan aku."

Ro Woon menarik tudung kepala Hwan Gi, "Aku minta maaf."

"Aku yang seharusnya bilang begitu." Jawab Hwan Gi.


>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search