-->

Sinopsis Introverted Boss Episode 5 Part 1

- Februari 13, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Introverted Boss Episode 5 Part 1


Ji Hye tampak gugup menunggu seseorang di kafe. Ia bahkan minum air putih untuk mengatasinya. Tak lama kemudian seorang ria muncul dengan tudung hitam. Hwan Gi lah orangnya, ia bahkan membawa bunga dan ia memberikannya untuk Ji Hye. Keduanya tersenyum.


-= Episode 05 - Rahasia 3 Tahun Lalu Yang Terkubur =-


Ji Hye khawatir kalau Hwan Gi tidak merasa tidak nyaman di sana. Hwan Gi menjelaskan, ia merasa santai dengan orang yang tidak terlalu ia pedulikan. Tapi saat bersama dengan orang yang begitu ia pedulikan, ia justru merasa tidak nyaman. Ji Hye tersenyum mengerti.

"Kalau begitu... bisa kita pergi sekarang?" Ajak Hwan Gi.

Ji Hye menyarankan untuk minum kopi jika tidak keberatan, Hwan Gi berpikir keras kopi apa yang akan ia pesan, akhirnya ia memutuskan caramel macchiato.

Kopi sudah ada di meja. Ji Hye juga memesan kopi yang sama. Hwan Gi mulai mengajak bicara tapi ia hanya mengucapkan, lain kali... Lain kali... dan sisanya ia berpikir mengenai kata selanjutnya/

" "Lain kali", "Nanti", dan "Selanjutnya"... aku tidak suka menggunakan kata membingungkan itu. Bagaimana caraku untuk menunjukkan padanya bahwa aku serius dan ini bukan omong kosong belaka? Apakah sebaiknya kubuka catatanku dan mulai mengubah jadwalku? Tidak, tidak! Dia akan merasa tidak nyaman."


Ji Hye menyuruhnya bicara saja. Hwan Gi akhirnya mengajak Ji Hye menonton film. Ji Hye melihat jam tangannya, iaberkata kalau waktunya hampir tiba dan menyuruh Hwan Gi cepat pergi. Hwan Gi menghembusan nafas berat, "Aku pasti kelihatan bodoh."

Ji Hye tersenyum, "Tidak. Bagus juga karena Anda memilih tipe kopi yang disukai kaum hawa."

"Aku memesan ini karena memang menyukainya."

"Saat Anda mengajaknya menonton film, cobalah untuk tidak terlalu kaku. Lakukan dengan santai. Kalau tidak, dia bisa merasa tidak nyaman."

Hwan Gi mengerti dan ia bertanya lagi, sebaiknya ia tidak memakai mantel hitamnya, kan? Ji Hye malah menyuruh Hwan Gi mengenakan pakaian yang paling nyaman untuknya saat bertemu dengan mereka yang ia sayangi.


Hwan Gi kembali mengangguk mengerti, ia siap berangkat dan mengambil bunganya dari Ji Hye kembali. Ji Hye mengatakan kalau membawa bunga agknya terlalu berlebihan. Akhirnya Hwan Gi memberikan bunganya untuk Ji Hye atas bantuannya dalam latihan ini.

Ji Hye menatap kepergian hwan Gi dengan senyum bahagia.


Hwan Gi sampai di sebuah kafe. Seseorang tiba-tiba menarik tudung kepalanya dan tersenyum padanya. Hwan Gi mengenali siapa wanita itu, ia adalah Yoon Jung.

Yoon Jung melihat Hwan Gi sedikit berubah. Hwan Gi terus memakai setelan hitam tebal bertudung, jadi mungkin tidak perlu cemas soal paparan sinar UV (matahari).


Hwan Gi lalu menyarankan untuk pesan Caramel macchiato, tapi Yoon Jung menggeleng, ia mau Americano. Hwan Gi pun ikut-ikutan minum itu. Tapi ia merasa kepahitan.

"Kau datang dengan tangan kosong? Kupikir kau bakalan datang membawa bunga."

Hwan Gi bingung, bunga... Yoon Jung tahu kalau Hwan Gi sudah menyukaiku sejak kuliah. Hwan Gi menyangkalnya, aku?

"Apa aku salah? Kalau begitu lupakan. Aku menyukaimu." Jwab Yoon Jung. Hwan Gi hanya menelan ludah terkejut.

Sebenarnya ini masalah sederhana. Entah kenapa Yoon Jung sok jual mahal. Yoon Jung meminta Hwan Gi main bersamanya sesekali. Semua temannya sudah menikah selagi ia di Amerika. Ia jadi tidak punya teman main. "Kau tidak punya teman selain Woo Il, kan?"

Hwan Gi mengangguk, ia menyarankan untuk nonton film lain kali. Yoon Jung menyela, daripada menonton film, belilah saja lukisannya soalnya Hwan Gi punya banyak uang.

"Apa?"

Yoon Jung tersenyum, ia hanya meminta Hwan Gi mampir sesekali ke galerinya. Hwan Gi mengerti dan berjanji akan melakukannya.


Di kantor, Ji Hye mengecat sepatunya dengan cat kuku. Hwan Gi datang dan ia cepat-cepat memberi salam dengan memakai sepatunya.


Hwan Gi melihat noda titik-titik hitam di lantai. Ji Hye lalu cepat-cepat mencopot sepatunya. Ia minta maaf, ia menjelaskan bahwa sepatunya sudah usang, jadinya terlalu berisik. Ia kuatir itu akan membuat Hwan Gi terganggu. Ia kira cat kuku bisa mengurangi suara yang timbul. Hwan Gi hanya tersenyum.

Ji Hye lalu mengalihkan pembicaraan, apa Hwan Gi sudah bertemu dengan "dia". Hwan Gi mengiyakan dan itu berkat Ji Hye.


Sebelum masuk ruangannya, Hwan Gi meletakkan sesuatu di meja Ji Hye tanpa mengatakan apa-apa. Ji Hye membukanya dan itu adalah sepasang sepatu baru.


Woo Il main basket dengan Hwan Gi. Ia menanyakan soal pertemuan Hwan Gi dengan Yoon Jung, Apa Hwan Gi bertingkah bodoh? Atau melakukan sesuatu yang memalukan?

Woo Il mengaku cemburu, ia ingin pinjam Ji Hye. Hwan Gi merasa aneh, kenapa Woo Il memanggil sekretaris Chae dengan Ji Hye.

"Memang itu namanya. Dia bukan sekretarisku. Kau juga tidak mau meminjamkan dia padaku."


Hwan Gi berhenti bermain dan menatap Woo Il. Woo Il beralasan perlu penasehat kencan agar bisa membahagiakan adik Yi Soo. Hwan Gi tidak nyaman dengan keinginan Woo Il meminjam Ji Hye karena Ji Hye adalah orang yang baik. Woo Il tahu, Ji Hye bahkan tahan terhadap Hwan Gi.


JiHye berjalan senang dengan sepatu baru hadiah hwan Gi. Ia melihat Woo Il lalu menghampirinya.


Woo Il menyampaikan rasa terimakasih Hwan Gi. Menurutnya, Ji Hye penasehat yang baik untuk Hwan Gi. Ji Hye merendah, ia rasa Woo Il lah yang lebih berguna untuk Hwan Gi.

"Hwan Gi tidak pernah mendengarkan aku." Ujar Woo Il.


Lalu Ibu Hwan Gi melihat Woo Il dan memanggilnya. Ibu pun mengajak Woo Il ke ruangannya, ia punya berita besar untuk Woo Il.


Ibu menyuruh Woo Il untuk melamar Yi Soo dengan baik. Perempuan itu mementingkan formalitas. Woo Il tampak terkejut. Ibu menjelaskan kalau ayah sudah memberi ijin, awalnya ragu sih karena Woo Il yatim piatu, tapi ibu membujuknya dengan kecantikannya.

"Tiba-tiba sekali?"

"Semua orang juga tahu, pada akhirnya kalian akan menikah. Hanya soal waktu saja."

Tapi ekspresi Woo Il tetap saja terkejut. Ibu tidak mengerti, ia pikir Woo Il akan senang tapi kelihatannya tidak. Woo Il beralasan hanya sangat terkejut saja. Ibu senang karena akhirnya Woo Il benar-benar jadi keluarga mereka.


Woo Il dan Yi Soo melihat-lihat toko perhiasan. Yi Soo ingin memakainya di malam natal, hari itu akan jadi hari spesial. Woo Il teringat ibu yang menyuruhnya untuk melamar Yi Soo. Tepat saat itu Yi Soo juga merangkul lengannya.


Ji Hye pulang, Ro Woon melihat sepatu barunya dan ingin mencoba tapi ibu melarangnya karena nanti Ro Woon merusak sepatu kakaknya lagi.

"Kalau begitu... belikan ini untukku, ya?" Pinta Ro Woon sambil menunjukkan kalung yang dilihatnya di majalah. Seperti yang diinginkan Yi Soo.

Ro Woon ada audisi yang sangat penting setelah pertunjukan kali ini. Jika ia memakai kalung saat audisi, ia rasa orang-orang akan lebih menghargainya.

"Berhentilah omong kosong! Kapan kau akan dewasa?" Tegur ibu.

Ro Woon protes, kenapa sih semua hal bagus diwariskan hanya pada Ji Hye, Penampilannya jadi pas-pasan, sampai membutuhkan upaya keras agar orang melirik padanya. Ji Hye kan kerja di perusahaan besar dan bisa membeli sepatu kapan saja. Ro Woon kembali merengek minta dibelikan kalung itu.

Ji Hye mengiyakan tapi menunggu uangnya sudah cukup. Ibu kesal dan melempar handuk pada Ro Woon, menyuruhnya membantu melipat.


Hwan Gi bimbang mau menggunakan baju warna selain hitam. Ji Hye masuk dan mengatakan kalau itu cocok untuk Hwan Gi. Hwan Gi merasa kalau itu terlalu pucat.

"Pakai saja. Tidak perlu ragu." Saran Ji Hye.

Akhirnya Hwan Gi mantap untuk memakainya. Ji Hye melihat ada benang di bahu Hwan Gi, ia ijin untuk mengambilnya dan hwan Gi tersenyum.


Yoon Jung sedang memasang lukisan di galerinya. Saat ia turun, Hwan Gi mengejutkannya dengan bunga. Bukan hanya itu, Hwan Gi juga memberinya americano. 

"Hei. kau.." Yoon Jung sampai tidak bisa berkata-kata.


Hwan Gi bilang mau beli lukisan yang baru dipajang Yoon Jung itu. Yoon Jung merasa tidak enak karena Hwan Gi benar-benar melakukan apa yang disuruhnya.

"Tidak, aku beli karena menyukainya. Kirimkan ke kantorku." Jawab Hwan Gi.

Yoon Jung tertawa, tidak usahlah terlalu buru-buru. Hwan Gi tidak mengerti. Yoon Jung kembali tersenyum, ia bertanya, apa hwan Gi tidak kedinginan lalu mengacak-acak rambut Hwan Gi.

"Luangkan waktu untukku esok lusa. Sedang Natal, kan? Kau belikan aku anggur, kutraktir kau makan. Kenapa? Aku terlalu buru-buru? Seiring waktu aku belajar bergerak cepat untuk sesuatu yang kuinginkan sebagai seorang wanita adalah jalan paling mudah dan cepat."

"Kau ingin bertemu denganku... di malam Natal?"

"Belikan juga hadiah untukku. Sesuatu yang tidak terlalu mahal. Tapi harus cantik."

Hwan Gi setuju walaupun tidak mengatakan apa-apa.


Woo Il kembali ke toko perhiasan tempo hari dan membeli kalung yang diinginkan Yi Soo. Pemilik toko meminta pegawainya untuk membungkus dengan cantic karena ini untuk lamaran. ia bertanya, apa Woo Il butuh sesuatu lagi tapi Woo Il bilang tidak apa-apa.


Woo Il meminta Ji Hye datang ke atap. Bukan hal penting sih, tapi Natal akan segera tiba, apakah ada sesuatu yang Ji Hye inginkan?

"Tidak, Daepyonim."

Bukan itu maksud Woo Il. Pasti sulit menjadi sekretaris pemilik lantai teratas. Ia ingin memberi hadiah untuk itu. Ji Hye meminta uang dengan jumlah yang cukup banyak.

Woo Il terkejut, mau dipakai untuk apa. Ji Hye akan menyumbangkannya ke panti asuhan, Panti Asuhan Awan Putih. Woo Il terdiam mendengarnya. Sementara Ji Hye tersenyum.


Ji Hye pulang, ayah bertanya apa Ji Hye sudah makan. Ji Hye balik bertanya, apa ayah sudah makan. Ahjussi tetangga sebelah berkomentar kalau Ji Hye lebih mencemaskan ayahnya, putri sulung ayah memang luar biasa.

"Tentu saja. Dia juga selalu menyumbang panti asuhan." Ibuh pak kumis.


Tak lama kemudian Ro Woon pulang dan ia ribut minta makan sama Ibu. Pak kumis membahas lagi soal keduanya yang sangat berbeda sebagai saudara kandung.

"Ahjussideul menggosipkan aku lagi, kan?"

Ibu mencubit pipi Ro Woon menegur, jangan kurang ajar pada orang tua. Ahjussideul tersenyum, tidak apa-apa Ro Woon cantik kok.


Ji Hye menggambar sesuatu. Ro Woon mendekat, bertanya kakaknya sedang menggambar apa. Ji Hyemenjawab, sesuatu yang dipandangi seseorang.

"Seseorang? Kakak punya pacar, ya?"


Ji Hye terkejut, Tidak, kok! Hanya... rekan kerja saja. Ro Woon tak percaya dan menggoda kakaknya yang pacaran di kantor.

"Datanglah bersama ke pertunjukanku. Karena Kakak terlalu baik, aku saja yang menilai dia. Itu pertunjukan terakhir di malam Natal. Tahu, kan?"

Ro Woon sangat antusis, ia bahkan dapat bagian kalimat kali ini. Jadi ia sangat berharap Ji Hye bisa datang. Nama mereka berdua artinya kan "Harapan", ia bukan siapa-siapa tanpa Ji Hye. Ji Hye berjanji dengan jari kelingking.


Ji Hye memberanikan diri untuk ijin pada Hwan Gi, ia mengatakan kalau adiknya akan tampil di auditorum W. Besok adalah pertunjukan terakhirnya jadi ia harus menonton.

"Aku mengerti. Kau boleh pulang lebih awal besok." Jawab Hwan Gi.

Ji Hye pun tersenyum senang.


Hwan Gi juga jingkrak-jingkrak di dalam karena Yoon Jung mengajaknya bertemu di malam natal. Reaksinya berlebihan sekali. Ji Hye tidak sengaja masuk dan melihatnya, Hwan Gi langsung berhenti saat melihat Ji Hye.


Ji Hye juga terkejut, ia langsung minta maaf pada Hwan Gi. Hwan Gi mengatakan akan ada lukisan yang akan dikirim dari galeri. Ji Hye mengerti, lukisan dari galeri "dia" kan. Hwan Gi membenarkan.

"Besok malam Natal. Kami akan bertemu. Hadiah apa ya yang sekiranya cocok?"

"Saya akan mencari tahu dan memberikan sejumlah daftar pada Anda."

"Terima kasih."

"Iya."

Ji Hye lalu menyuruh Hwan Gi untuk melanjutkan kegiatannya tadi. Hwan Gi bertanya, apa tadi Ji Hye melihatnya. Ji Hye haya tersenyum dan menutup pintu. Hwan Gi jadi bertanya-tanya, apa Ji Hye melihatnya?


Gambar Ji Hye sudah jadi, ia memasukkannya ke dalam amplop coklat dan dibalut pita merah. Ji Hye kemudian mengirim pesan pada Woo Il mengajaknya bertemu.


Yi Soo datang ke kantor, ia menyapa Ji Hye untuk menanyakan apa kakaknya ada di dalam. Ji Hye mengangguk mengiyakan. Yi Soo kelihatan sangat bahagia dan Ji Hye bisa melihat hal itu.

"Aku... akan menikah." Aku Yi Soo.

Ji Hye mengucapkan selamat, ia bertanya dengan siapa Yi Soo akan menikah. Yi Soo belum bisa mengatakannya sekarang, tapi ia pasti mengundang Ji Hye kok!


Yi Soo sangat senang bisa menikah. Hwan Gi heran melihat tingkah adiknya, soalnya mereka berdua sudah saling kenal selama 20 tahun.

"Aku hanya menatapnya selama 20 tahun terakhir. Aku bahkan sudah menentukan kencan besok. Kami akan menonton musikal di Auditorium W, lalu dia akan melamarku setelahnya."

Membayangkannya saja membuat Yi Soo sangat antusias. Hwan Gi ingat, Ji Hye mengatakan kalau adiknya akan melakukan pertunjukan di Auditorium W.


Ji Hye ragu mau memberikan gambarnya dengan cara bagaimana pada Woo Il, awalnya ia memasangi pita tapi kemudian dicopotnya. Ia akan memberikannya langsung tapi tidak jadi karena Woo Il nanti akan merasa tidak nyaman.


Disaat itu, Woo Il datang dan itu membuatnya terkejut sampai menjatuhkan gambarnya. Woo Il membantunya mengambil gambar itu dan bertanya apa itu. Ji Hye mengatakan bukan apa-apa. Woo Il yang penasaran membuka amplop yang ternyata isinya adalah gambar itu.

"Kau menggambarnya sendiri?" Tanya Woo Il setelah melihat gambar Ji Hye dan ia terkesima.

"Ya. Hanya sketsa."

"Boleh buatku saja?"

"Apa? Tidak, tidak boleh."

"Untuk seseorang yang spesial, ya?"

"Tidak, kok. Bukan seperti itu, tapi..."

"Kalau begitu, berikan padaku. Aku ingin memilikinya."

"Itu tidak cukup bagus untuk diberikan pada orang lain. Maafkan saya."

Woo Il mengatakan ia sudah  mengirim hadiah Natal atas nama Ji Hye ke panti asuhan. Sebab itu, sebagai balasan ia berhak mendapatkan sesuatu dan ia hanya menyukai gambar Ji Hye itu.

Ji Hye akan mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Woo Il tersenyum, ia makin semangat untuk memiliki gambar itu karena gambarnya sangat bagus.


Woo Il memandangi gambar itu saat menuju ruangannya dan disana sudah ada Tuan Eun. Tuan Eun menegur Woo Il yang tidak ada di ruangan saat jam kerja. Woo Il menjawab kalau ia harus bertemu reporter.

"Kau merasa bebas bertindak sekarang... hanya karena aku mengijinkanmu menikahi puteriku? Aku ingin Hwan Gi menikah duluan. Gadis yang didekatinya belakangan ini. Apa pekerjaannya? Kudengar, dia teman kuliah kalian."

Woo Il terkejut, darimana Tua Eun mengetahuinya. Tuan Eun menjawab kalau Yi Soo memberitahunya. Woo Il ragu Yi Soo tahu karena Hwan Gi berusaha keras menyembunyikan itu dari keluarganya.

"Kau sedang menginterogasiku, ya?" Tuduh Tuan Eun.

Tuan Eun mengingatkan kalau Woo Il dulunya bukan apa-apa. Tuan Eun raasa, Woo Il jadi besar kepala. Kalau terus begini, Woo Il bisa menguasai "Brain" dalam waktu singkat. "Dengar! Jangan lupa bahwa aku selalu mengawasimu."

Woo Il mengerti. Sebelum pergi, Tuan Eun meminta laporan soal gadis yang didekati Hwan Gi itu.


Woo Il lalu menelfon Hwan Gi, apa Hwan Gi memberitahu Yi Soo... Woo Il tidak melanjutkan kalimatnya, ia memegang bawah mejanya dan menemukan ada alat perekam disana, ia kemudian menutup telfonnya.

Woo Il tahu siapa yang menaruh alat perekam itu yaitu Ayah Hwan Gi karena tadi ayah Hwan Gi mengatakan selalu mengawasinya.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search