-->

Sinopsis Great Seducer Episode 9 Part 1

- Maret 27, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di "www.diana-recap.com"

Sinopsis Great Seducer Episode 9 Part 1

Sumber Gambar: MBC


Tae Hee mengakui perasaannya pada Shi Hyun dan Shi Hyun langsung menciumnya setelah bertanya apa Tae Hee tidak menyesalinya?


Soo Ji sendirian menatap salju yang mulai turun, ia merasa semua orang memiliki seorang yang menunggu mereka, ia iri.


Lalu ia mengirim pesan di group, "Kapan kalian datang?"

Tapi tidak ada yang membalas, ia hanya bisa menghela nafas.


Tak berapa lama kemudian Se Joo datang dengan membawa dua bungkus manakan. Soo Ji tetap kesal, kenapa Se Joo tidak balas pesannya? Se Joo mengatakan kalau ia hanya ada didalam.

"Kamu belum makan kan?"

"Cih.. Aku sudah makan selagi menunggu." Jawab Soo Ji kesal.

Tapi setelah Se Joo menunjukkan makanan yang dibawanya, Soo Ji langsung senyum dan mendekat, Soo Ji selalu memiliki ruang diperutnya untuk Dim Sum.


Setelah mendekat Soo Ji menyadari kalau Dim Sum itu berasal dari restoran di Hong Kong. Se Joo mengatakan kebetulan saja mampir.

"Itu sebabnya kamu terlambat? Kamu dapat uang di mana? Kartumu kan disita. Kamu mencuri?"

"Tenang saja. Kartu Hyung-ku aku pakai."

"Hei, telepon dia. Katakan pada Si Hyun untuk cepat ke sini."

Se Joo agak kecewa, tapi ia memaksakan senyum dan mengiyakan perintah Soo Ji.


Akhirnya Tae Hee mendapat kamar, satu apartemen dengan Shi Hyun, satu blok pula, karena hanya kamar itu yang kosong.

Ajusshi mengantar mereka kesana dan ternyata lampu di depan pintu rusak lagi.


Tae Hee menyela Ajusshi yang sedang sibuk mengecek lampu, ia menanyakan soal kontrak penyewaannya, ia rasa harus bertemu dengan pemilik gedungnya dulu. Ajusshi bingung, Tae Hee belum bicara dengan pemiliknya?

"Apa?" Shi Hyun juga bingung dan ia baru ingat kalau ialah pemilik gedung itu saat Ajusshi melanjutkan, "Pemilik gedung ini.."

Shi Hyun cepat-cepat memotong, ia mengenalkan Ajusshi itu sebagai pemilik gedung pada Tae Hee. Tae Hee kagum mengetahuinya.

Shi Hyun: Dia juga membiarkan anak muda membayar sewa sewajarnya.

Tae Hee: Terima kasih banyak. Berapa yang harus kubayar?

Shi Hyun kembali menyela, "Ahjussi, bukannya Anda harus pulang hari ini? Dia tidak akan terlambat bahkan untuk satu menit.

Ajusshi: Oh, ya. Aku harus pergi. Nyamanlah tinggal di sini. Masalah kontrak, nanti semua akan terurus. Sampai jumpa.

Dan Ajusshi pun pamit.


Shi Hyun kemudian akan membantu Tae Hee memasukkan barang-barangnya, tapi Tae Hee melarangnya. Shi Hyun mengerti dan akan masuk rumahnya. 

Shi Hyun: Masuklah kalau butuh sesuatu. kamu masih ingat kode masuknya, 'kan?

Tae Hee tiba-tiba saja mendorong Shi Hyun untuk segera masuk dan cepat-cepat menutup pintu.

"Kenapa dia harus jadi tetanggaku?" Gumam Tae Hee.


Shi Hyun tersenyum di dalam rumahnya, ia melihat Tae Hee celingukan di depan pintu kamarnya.


Tapi kemudian Shi Hyun menatap dirinya sendiri di cermin. Shi Hyun diam sebentar sebelum memuji dirinya sendiri, "Ah, setelah semua yang kamu lalui, kamu terlihat hebat."


Se Joo menelfon untuk menyuruhnya datang ke markas, tapi Shi Hyun menolaknya karena melihat Tae Hee kesusahan membawa masuk barang-barangnya, padahal awalnya ia setuju.


Setelah ganti baju, Shi Hyun masuk ke rumah Tae Hee. Ia terkejut karena Tae Hee sedang berusaha memperbaiki lampu yang rusak seorang diri.

"Di sini agak terlalu gelap soalnya." Kata Tae Hee, lalu ia meminta bantuan Shi Hyun untuk mengambilkan pisau.


Shi Hyun kesulitan karena ia tidak paham soal alat-alat itu, jadi Tae Hee harus membimbingnya dari atas. Dan setelah ia berhasil menemukan alat yang dimaksud, Tae Hee menyuruhnya melakukan hal lain, memotong isolasi setiap 5 cm. Tapi saat Shi Hyun sedang mengerjakannya, Tae Hee malah turun dan menyambar jusnya.


Tae Hee langsung meminumnya tanpa ijin. Shi Hyun tiba-tiba berdiri dan menatap bibirnya. Ia heran, kenapa?


Shi Hyun tiba-tiba menempelkan isolasi yang sudah ia potong tadi ke bibirnya.

"Apa ini? Apa karena aku tadi minum setenggak?" Heran Tae Hee.

"Ya." Jawab Shi Hyun cepat.


Untuk mengalihkan pembicaraan, Shi Hyun akan mengembalikan tangga ke tempatnya, tapi ia malah tidak sengaja menggores dinding dengan ujung tangga itu. Tae Hee langsung memarahinya.

"Aku tak memintamu begini. Aku bahkan belum menyentuhnya. kamu juga tak bisa menangani ini. Aish.. Penyewa harusnya mengkompensasi kerusakan. Dinding sutra ini sangat mahal."

Shi Hyun terdiam di tempatnya, terkejut, ia tidak tahu harus berbuat apa, sampai Tae Hee membentaknya lagi barulah ia bergerak keluar untuk membawa tangga itu.


Shi Hyun kembali ke rumahnya, ia kesal karena Tae Hee membentaknya tadi, ia sampai tak sengaja membawa beberapa peralatan pulang, ia lalu dengan kesal meletakkannya ke laci mejanya.


Tae Hee mencoba membersihkan noda itu, tapi sama sekali tidak berhasil.

"Dasar. Aku tercengang dengan sikap canggungnya itu. Sekarang aku bisa lihat kenapa dia memecahkan piring nenek itu."


Tapi Tae Hee juga menyadari kalau gambar Shi Hyun itu bagus juga. Dan ia jadi berpikir, apa tadi ia terlalu keras pada Shi Hyun? Apa ia banyak marah?


Soo Ji dan Se Joo sudah mendengar soal Shi Hyun yang dibawa ke kantor polisi. Soo Ji sedih sampai tidak mau makan. Se Joo menenangkan, semuanya akan segera beres karena Sekretaris Yoon sudah menanganinya, jadi Soo Ji lebih baik makan saja.

"Kwon Si Hyun pasti terkejut. Dia mungkin tidak membalas pesanku karena dia di kantor polisi."

Disaat seperti ini Se Joo malah minum-minum, sontak Soo Ji membentaknya keras. Se Joo beralasan kalau hari ini salju turun, jadi harus dirayakan.

"Si Hyun mungkin kelaparan di kantor polisi. Bagaimana bisa kamu minum? kamu tidak pernah serius. kamu sedih? Jangan pura-pura sedih." Kesal Soo Ji sambil melempar bantak kepada Se Joo.


Se Joo pun mulai serius, "Kamu selalu bilang.. aku tidak pernah serius dan memperlakukanku seperti kotoran, tapi.."
Se Joo kembali ke dirinya yang seperti biasnaya, slengean, "Kalau aku serius, kita tak bisa temenan begini. Beginilah caraku bertahan hidup. Terima saja aku apa adanya."

"Aish.. Apa yang kuharapkan?"

"Aish. Makanannya nanti dingin. Semua gara-gara kamu."

Se Joo lalu mengambil seporsi dimsum untuk dimasukkannya kedalam microwave.


Soo Ji juga mulai makan, "Dim Sum nya enak juga. Kamu memang membelinya di sana? Rasanya amat beda. Apa karena turun salju? Ini 50.000 kali lebih enak daripada makan di restorannya."

"Hei, lakukanlah yang kamu inginkan. Seperti itulah kamu. Dan aku pengontrolmu."

"Terserahlah."


Lalu Soo Ji mengambil dim sum lagi dengan kasar. Se Joo mengingatkannya untuk berhati-hati menggunakan tangan, karena tangan Soo Ji snagatlah berharga.

"Kenapa di sini sangat panas?" Tanya Soo Ji tiba-tiba.

Se Joo lalu melakukan sesuatu pada Cello-nya Soo Ji. Soo Ji mengakui keahlian Se Joo, bahkan Se Joo sudah tampak seperti pemain cello profesional.

"Beri aku uang. Aku bisa menjadi asistenmu saat kamu menjadi celloist."

"Pemain cello, bukan celloist. Dan aku tak akan memberimu uang."

"Aku akan diusir kalau tak cari uang. Aku harus kuliah atau menghasilkan uang. Haruskah aku daftar wamil saja?"

"Kalau kamu pergi wamil, aku mau ngobrol dengan siapa? Tanpa Si Hyun saja, aku merasa kesepian."

"Menikahlah saja."

"Aku hanya bisa menikah setelah kubuat kalian "menikah"."


Lalu Soo Ji mendekati Se Joo dan mulai memainkan cello-nya.


Kita diperlihatkan bagaimana sibuknya Ibu Soo Ji dalam bekerja, sambil diiringi alunan cello.


Juga ada saat Shi Hyun tersenyum sambil menggambar. Tapi hanya sebentar, karena Shi Hyun kembali cemberut.


Usai Soo Ji menyelesaikan satu lagu, tanpa terasa Se Joo menangis.

"Apa ini? Apa aku sakit? Aku pasti dipukulnya terlalu keras sampai sistem hormonku kacau."

"Katakan saja kalau kamu tersentuh."

"Aku tidak tersentuh."


"Ibuku mirip denganmu. Saat mendengarku bermain, tanpa ia sadari dia menangis. Dia lebih bingung dari yang kubayangkan. Seperti yang kamu tahu, dia itu workaholic. Dia berusaha sangat keras.. untuk memahami apa yang kumainkan. Padahal yang aku inginkan darinya hanya mendengarkan permainanku."


Pagi-pagi, group chat sudah rame. Soo Ji menyuruh mereka keluar hari ini, soalnya Hye Jeong ingin bertemu sementara ia ada les. Soo Ji menolak, ia sibuk. Shi Hyun juga menolak, ia sibuk.


Sebelum keluar, Tae Hee memakai lipstik dulu, ia memalukan itu karena Shi Hyun tinggal diseberangnya.


Shi hyun membelikan perlengkapan rumah untuk Tae Hee, tapi saat meletakannya di samping pintu rumah Tae Hee tiba-tiba Tae Hee keluar. Shi Hyun pun cepat-cepat melangkah menuju pintu rumahnya biar tidak ketahuan.


Tae Hee menyapa Shi Hyun duluan, Shi Hyun sih pura-pura cuek. Tae Hee melihat barang-barang di samping pintunya, ia mengira Shi Hyun yang membelikannya jadi ia berterimakasih.


Tapi Shi Hyun malah fokus dengan senyuman Tae Hee dan ia tanpa sadar tersenyum tipis. Namun ia segera tersadar saat Tae Hee bicara, 

"Bukankah kamu memberiku ini semua?"

"Ini untuk penyewa baru. Sebelumnya aku diberi juga ini. Dah~"


Shi Hyun langsung masuk rumahnya dan didalam ia menyesali perkataan "Dah~" nya tadi. Tapi kemudian ia tersenyum saat mengingat kalau Tae Hee memakai make up, tapi mendadak cemberut lagi dan menganggap dirinya kurang waras karena menganggap Tae Hee cantik.


Sekretaris Yoon menelfon, lalu Shi Hyun datang ke kantor, ternyata mobilnya sudah bisa dibawa pulang.

Sekretaris Yoon: Aku sudah beri tahu kalau rumah itu rumah yang ditinggalkan ibumu untukmu. Wakil Ketua juga memintaku mencari tempat untukmu, jadi aku mengirimmu ke sana.

Shi Hyun: Tapi Ahjussi, apa ibuku meninggal dalam kecelakaan mobil?

Sekretaris Yoon: Kenapa bertanya begitu?

Shi Hyun: Aku diberitahu pihak kepolisian kalau mobil ini tidak ada catatan kecelakaannya.

Sekretaris Yoon: Aku tidak tahu. Aku akan memeriksanya. Uruslah dengan temanmu, dan telepon kalau butuh sesuatu. kamu tak mau menemui ayahmu?

Shi Hyun: Aku langsung pergi saja.


Ayah Shi Hyun dan Ibu Soo Ji makan siang bersama. Ibu Soo Ji membicarakan soal Ketua JK Group (Nenek Shi Hyun), ibu merasa Ketua tampaknya sangat parsial tentang seni, lebih ke tembikar dari lukisan.

"Kami punya merek teh. Ibuku sangat menyukai upacara minum teh. Tentu saja, itu sebabnya dia tertarik dengan barang tembikar."

Ibu Soo Ji langsung mencatat informasi itu. Ayah Shi Hyun memintanya pelan-pelan, tih Ibunya tidak akan kembali untuk sementara waktu, jadi kenapa buru-buru begitu?

"Ada banyak yang harus kupelajari. Ah.. Aku tidak tahu banyak tentang lukisan atau musik. Aku mencoba untuk meningkatkannya."

"Baiklah. Kalau kamu memerlukan informasi apa pun, hubungi Sekretaris Yoon. Dia banyak tahu."

"Baik."

"Aku memang banyak tak tahu. Dahulu.. Ibu Si Hyun bertanggung jawab atas semua itu."

"Tidak masalah."


Ibu Soo Ji memberi Ayah Shi Hyun hadiah, ia memberikan beberapa dasi.

"Aku punya toko tersendiri. Kamu tak perlu mengkhawatirkan ini."

"Aku mau membelikanmu sesuatu. Aku diizinkan melakukan ini sekarang."

"Terima kasih. Akan kupakai."


Mereka akan mulai makan lagi, tapi Ibu Soo Ji kembali bicara setelah melihat cincin pertunangannya. Ibu bertanyam apa yang biasa Ayah Shi Hyun lakukan di akhir pekan?

"Tidak banyak. Aku bekerja atau berolahraga. Bagaimana denganmu?"

"Aku menonton pertunjukan cello. Tidak banyak juga."

"kamu tak pernah bertemu dengan teman? Misalnya makan siang bersama?"

"Aku biasa dalam sepekan ada tiga kali bertemu dalam meeting, tapi aku tak pernah dengan khusus mengundang teman-teman buat makan siang."

"kamu sama sepertiku."

"Benar. Aku baru saja menyadarinya."

"Ayo lakukan. Bukankah itu disebut makan siang jika kita bertemu di pagi hari dan makan bersama? Pekan ini atau kapan saja."

"Ya. Ah.. Ada satu yang ingin kulakukan. Menonton film."

"Ya."

"Satu lagi. kamu pernah berkemah sebelumnya? kamu biasa memasak dalam panci dan wajan kecil, dan kamu minum kopi dengan cangkir dari kertas. Kita juga bisa melihat langit."

"Aku tak pernah membayangkan kamu akan begitu."

"kamu bertanya, jadi aku menjawabnya."

>

1 komentar:

avatar

D tunggu kelanjutan y, makasih 😊😊


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search