-->

Sinopsis Great Seducer Episode 7 Part 2

- Maret 23, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di  

Sinopsis Great Seducer Episode 7 Part 2

Sumber Gambar: MBC


Shi Hyun berusaha untuk merekatkan kembali piring nenek Forsythia, tapi tentu saja tidak bisa. Ia sempat menyerah tapi kembali mencoba, menyerah lagi, tapi mencoba lagi, sampai akhirnya ia ketiduran.



Oh ya.. lukisan Tae Hee bertambah, kali ini ada mangkuk ramyeon dan gambar lainnya, ia melukiskan momen-momen bersama Tae Hee.


Shi Hyun bangun dari tidurnya untuk mengecek hasil kerja kerasnya, tapi tetap saja gagal, piringnya gak mau merekat. Shi Hyun kuesal sejadi-jadinya.


Tae Hee terus kepikiran omongan Soo Ji soal Shi Hyun yang tidak tertarik padanya. Ia kesal, jadia saat Shi Hyun datang, ia mengabaikannya.


Shi Hyun lalu mendekat lagi, ia akan melakukan tugas bersih-bersih, tapi Tae Hee bilang ia sudah selesai dan kembali menjauhi Shi Hyun.Tapi Shi Hyun terus saja mendekat. Duo nenek dan Suster Columba mengintip mereka.


Saatnya membagikan piring-piring ynag selesa dibakar pada para nenek. Nenek-nenek itu sangat senang menerima hasil karya mereka sendiri.

Oh ya.. disini baru disebutkan nama nenek-nekek nya, termasuk Duo nenek, nenek yang agak gendut namanya Nenek Heo Nam Seok dan nenek yang mantan dukun namanya Nenek Choi Young Soon.


Berikutnya adalah waktu untuk memberikan hadiah nenek Forsythias. Tapi Shi Hyun tak kunjung memberikannya. Shi Hyun lalu mengajak Tae Hee bicara sebentar.

Shi Hyun mengakui semuanya dan itu membuat Tae Hee berteriak kaget+kesal tentunya.


Tae Hee berbisik pada Shi Hyun, kenapa baru bilang sekarang?

"Aku akan bilang, tapi tidak bisa jika kamu tidak mau melihatku?"


Tae Hee kemudian menjelaskan pada nenek bahwa ada masalah saat mereka membakar piringnya, Tae Hee janji akan membuatkan yang baru. Tapi nenek itu malah sedih karena Forsythias sudah tidak ada.

"Begini.. Aku akan... Nenek."


Tapi nenek terus saja menangis. Lalu Shi Hyun turun tangan, ia menawarkan diri untuk menggendong nenek dan nenek itu langsung tersenyum. Shi Hyun membawa nenek itu berlari dalam gendongannya. Nenek-nenek yang lain mengejar, ingin digendong juga sama Shi Hyun.


Setelah semuanya beres, Shi Hyun menemui Tae Hee, ia minta maaf soal piring itu, ia tidak sengaja menjatuhkannya. Tae Hee mencuekkannya.


Lalu Shi Hyun melihat kalau Tae Hee akan membuatnya lagi, ia lega, "Ide yang bagus. Fokuslah membuatnya. Aku akan membersihkan ruangan."


Tae Hee bicara serius pada Shi Hyun, ia meminta Shi Hyun berhenti bermain-main. Shi Hyun tidak mengerti, maksudnya?

"Jika tempat ini memang berarti, kenapa kamu melakukan itu? "Aku memecahkan piring itu. Apa yang harus kulakukan?" Seharusnya kamu meneleponku, tapi tidak kamu lakukan. Jika itu bukan bermain-main, lantas apa namanya?"

"Maaf aku tidak meneleponmu sebelumnya. Tapi tidak bisakah kamu mendengar ceritaku dahulu?"

"Lupakan saja. Aku bodoh sudah mempercayakan piring itu kepadamu. Orang-orang di sini tidak pernah mencari relawan untuk kembali lagi. Mereka tidak mau membuat para pengunjung merasa ditekan. Kamu tidak tahu betapa mereka menginginkan teman. Jadi, hentikan perbuatanmu ini. Aku tidak mau mereka terluka karena kebodohanmu."

"Aku mengerti. Tapi.. kamu membicarakan dirimu atau mereka? Maaf aku sudah bermain-main."


Shi Hyun langsung pergi meninggalkan Tae Hee. Shi Hyun sempat menoleh setelah keluar dari ruangan, tapi Tae Hee sudah sibuk kembali membuat piring.

Saat di luar pun, Shi Hyun masih menoleh ke arah raungan Tae Hee.


Se Joo nonton film sambil menghayati, ia sampe nangis. Lalu ia mendengar seseotang memencet password pintu kamarnya. Se Joo pun segera menghapus airmatanya.


Ternyata yang datang adalah Ibu Ketua Dewan, kakak iparnya.

"Ini adalah peringatan bahwa kamu harus ikut sarapan dalam dua hari. Demi kedamaian dan kebahagiaan keluarga kita." Kata Ibu Ketua Dewan.

"Itu tidak benar. Itu demi kedamaian dan kebahagiaan Ibu." Balas Se Joo.

Lalu Ibu Ketua Dewan menasehati agar Se Joo berhati-hati saat turun dengan tali di luar jendela itu karena jika Se Joo cedera, ayahnya akan sangat sedih.

"Astaga. Kakak iaprku mencemaskan terlalu banyak hal. Aku tahu persis bahwa seseorang bisa mengusirku ke jalanan tanpa uang sesen pun. Aku akan ekstra hati-hati." Jawab Se Joo.

"Bagus. Kamu harus berjalan keluar sendiri."

Se Joo mengangguk mengerti. Pokoknya pembicaraan mereka penuh dengan sindiran.


SHi Hyun jadi gak semangat seletah pertengkarannya dengan Tae Hee. Mau ngapa-ngapain ingat Tae Hee terus. Gelas susu 500 ml, kimchi..


Ia akan menghapus lukisan Tae Hee, tapi gak tega, lalu bal pintu rumahnya berdering.


Yang datang ternyata Se Joo. Melihat Shi hyun makan ramyeon, So Joo berkomentar, "Aku tidak pernah menyangka kamu menjalani kehidupan bujangan. Apa itu sarapan? Hei, aku tidak akan menyuruhmu pulang ke rumah. Zaman sekarang semua makanan bisa diantar. Kamu pikir bisa sehat selamanya? Pola makan seperti ini akan merusak DNA-mu. Kemudian yang akan mendapatkan efek langsung adalah vitalitasmu."

"Berhentilah minum-minum. Kenapa bicara vitalitas pagi-pagi begini?"

"Aku sangat bersyukur punya teman yang menganggap ini pagi. Ambil paspormu. Ramen terbaik ada di Osaka."


Se Joo membawa informasi soal Eun Tae Hee. Ia tahu orang yang menjelek-jelekkan Shi Kyung itu bukan Ko Kyung Joo.


Jadi ceritanya Ae Joo minta bantuan pelayan yang ada di rumah Kyung Joo, yang bicara menggunakan bahasa china.

"Kenapa aku harus membantumu? Apa imbalanku?" Tanya si pelayan dalam bahasa China.

"Uang? Atau pekerjaan yang sesuai untuk orang secantik kamu? Itu jauh lebih baik daripada pekerjaanmu sekarang. Atau.. (Se Joo mencium punggung tangan pelayan itu) ..Aku?"


Lalu pelayan itu diam-diam menguping pembicaraan Ibunya Hye Jeong dan Tae Hee. Ibunya Hye Jeong mengatakan soal Ibu Kyung Joo yang berciuman dengan teman Kyung Joo di kelab malam.

"Aku memberitahumu karena mencemaskan kalian. Kamu harus hati-hati. Pastikan kamu memberi tahu ini kepada Kyung Joo, ya?"

"Baiklah."


Shi Hyun mengerti sekarang, jadi ia ditolak Tae Hee itu bukan karena Kyung Joo, tapi karena Ahjumma itu?

"Benar sekali. Karena itu, cobalah hidup dengan benar." Kata Se Joo.

"Dasar.. Kamu yakin itu Tae Hee? Apa lagi yang mereka bicarakan?"

"Sesuatu tentang piring."


Shi Hyun langsung lemas, berarti benanr itu Tae Hee. Se Joo kemudian membahas soal Noona Tiongkok itu, katanya sangat keren, berkarisma dan penuh semangat, ia mau dia mengurus kakak keenamnya, ia yakin dia bisa memperbaiki kakaknya dalam satu bulan.


Tapi Shi Hyun tak mendengarkan, pikirannya terfokus pada Tae Hee. Kata-kata Tae Hee terus terngiang, "Aku bodoh sudah memercayakan piring itu kepadamu."

Se Joo: Dia tidak punya pilihan selain memercayai wanita itu. Opini orang lain paling membuat wanita takut di tahap awal.

Shi Hyun: Aku tidak peduli, jangan pernah menyebut namanya di depanku.

Se Joo: Kenapa kamu begitu pemarah? Kalimat penutupnya sangat mendekati. Kamu tidak bisa membuat kesepakatan. Kasihan. Semua itu pura-pura. Kamu tidak bisa mengelabuiku jika soal pacaran. Kamu mengganti kodemu menjadi nomornya, bukan? Bagaimana sekarang? Apa dia tidak tersentuh?

Shi Hyun: Enyahlah.


Se joo berkeliling, ia meletakkan sesuatu diantara obat-obatan Shi Hyun secara diam-diam. "Baiklah. Perlahan juga bisa mengasyikkan. Melihat penampilanmu lebih baik, pasti kamu senang bersamanya."


Shi Hyun: Apa maksudmu perlahan? Apa maksudmu aku terlihat lebih baik?

Se Joo: Tidak, kamu tidak mengerti. Saat kamu ke hotel setelah diusir ayahmu, kamu terlihat seperti zombi. Tapi belakangan ini kamu berpakaian dengan rapi dan keluar rumah. Kamu terlihat seperti pria baik-baik.

Shi Hyun: Walau itu benar, semua ini tidak nyata.


Se Joo makan kimchi dan langsung suka karena rasnya yang lezat. Shi Hyun kesal dan menyuruh Se Joo segera pergi, jangan makan kimchinya!

"Aku bisa pergi saat matahari terbenam. Tunggu, apa ini berarti Soo Ji akan mendapatkan mobilmu?"

Shi Hyun mengangkat sandalnya, siap memukul Se Joo. Se Joo langsung berdiri untuk pergi.


Suster Columba membahas soal Tae Hee yang sering kesana. Tae Hee akan sibuk setelah masuk kuliah, jadi ia menyempatkan untuk datang sekarang.

"Itulah maksudku. Pergilah berkencan atau jalan-jalan selagi ada waktu."


Ibu Park datang terburu-buru sambil membawa foto, itu adalah foto masa kecil Shi Hyun dengan ibunya dan nenek Forsythias.

"Aku mengirimkan foto ini ke guru lama kami dan menanyakannya. Dia ingat. Katanya nama anak ini Si Hyun. Bukankah itu namanya?" Tanya Ibu Park pada Tae Hee.

"Ya, benar. Kwon Si Hyun."

"Wanita ini adalah istri dari wakil presdir yayasan ini, tapi dia meninggal dua tahun lalu."


Suster Columba tak menyangka ternyata nenek Forsythias masih mengenali Shi Hyun. Nenek Forsythias kembali bicara, "Kenapa lama sekali? Dari mana saja kamu selama bertahun-tahun? Kukira kamu sudah mati."


Suster Columba tahu pasti perasaan Shi Hyun karena kehilangan ibunya, pasti itu membuat hatinya hancur.

Ibu Park: Mari kita tunjukkan foto ini saat dia datang lagi. Apa dia akan ingat?

Tae Hee: Tidak, kurasa dia tidak akan datang lagi.

Bapa: Kamu salah. Kemarin dia datang dengan mantel hitamnya.

Tae Hee: Apa?


Tae Hee ke ruang tembikar dan ternyata piring yang ia buat sudah ada lukisan bunga Forsythias, lukisan yang dibuat Shi Hyun.

"Astaga, Kwon Si Hyun. Seperti apa dirimu sebenarnya?"

>

1 komentar:

avatar

Makasih ya sinopsis nya 😊😊


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search