-->

Sinopsis Great Seducer Episode 8 Part 1

- Maret 24, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di "www.diana-recap.com"

Sinopsis Great Seducer Episode 8 Part 1

Sumber Gambar: MBC


Shi Hyun dan Se Joo melakukan panjat tebing, tapi Se Joo ribut mengajak Shi Hyun berhenti karena ia lapar.

"Soo Ji mau datang?" Tanya Shi Hyun.

"Entahlah. Dia memutuskan panggilan karena sedang sibuk. Kenapa? Ada yang ingin kamu sampaikan kepadanya? Kalian harus berbaikan hari ini, mengerti?"


Di markas, Shi Hyun menggantung mawar Soo Ji dan Soo Ji melihatnya. Se Joo menyuruh mereka untuk segera baikan karena kalau tidak, ia akan membawa mereka ke sudut untuk berpelukan.

"Gila." Jawab Shi Hyun dan Soo Ji bersamaan.

Se Joo kemudian menyuruh Shi Hyun makan pisangnya karena Shi Hyun harus makan banyak sekarang supaya bisa mogok makan.

"Apa?" Tanya Soo Ji heran.

"Menentang pernikahan orang tua kalian. Mogok makan itu. Dia tidak akan menemui Tae Hee lagi."


Soo Ji mulai tertarik mendengar Shi Hyun berhenti menemui Tae Hee, kenapa?

"Karena itu melelahkan dan tidak asyik."

"Si Hyun, kamu pikir taruhan kita lelucon? Semudah itu? Hentikan. Suruh dia mati kelaparan saja. Walau mereka akhirnya menikah, aku sudah mohon agar rumah yang kamu dan ibumu tinggali tidak dijual. Kamu bilang mau menyerah karena ini tidak asyik."

"Aku tahu. Aku tahu kamu melakukan itu untukku dan aku minta maaf. Dia tidak menyukaiku. Aku bisa apa sekarang?"


Se Joo: Bagaimana bisa dia tidak menyukaimu? Aku akan mengencaninya. Aku sangat penasaran dengan gadis yang menolakmu ini.


Soo Ji tak percaya, gak usah bohong deh, memangnua Shi Hyun itu Se Joo, kenapa juga Shi Hyun ditolak?

Shi Hyun menjelaskan sambil melirik jari Soo Ji yang terluka kemarin, ia membuat kesalahan, jadi Tae Hee menyuruhnya enyah dari hidupnya.

Se Joo: Apa kesalahanmu?

Soo Ji: Berkumpullah. Si Hyun, kamu hanya boleh berhenti setelah menyelesaikan rencana ini.

Se Joo: Apa?

Shi Hyun: Apa?

Soo Ji: Soal kepindahan itu. Kita membatalkan kepindahannya ke Asrama Myoungjeong.


Namun Shi Hyun lupa akan hal itu. Shi Hyun bertanya, bisakah Tae Hee mencoba untuk masuk lagi?

Soo Ji: Kamu bercanda? Kenapa? Pasti kamu cemas. Kelihatannya kamu ingin bergegas ke sana untuk membantu.

Shi Hyun: Aku akan pergi jika kamu menyuruhku.

Soo Ji: Apa?

Shi Hyun: Aku akan pergi jika kamu mau, bukan karena aku mencemaskannya.


Ibu Soo Ji berkendara ke kantor Ayah SHi Hyun, ia menelfon untuk mengajaknya makan malam, tapi ayah Shi Hyun ternyata sudah makan.

"Benarkah? Kamu tidak membalas pesanku hari ini, jadi, aku memutuskan kemari. Kamu mau keluar jika tidak terlalu sibuk? Aku tidak mau makan sendiri." Balas Ibu Soo Ji.

"Maaf. Masih ada yang harus kuselesaikan."

"Baiklah. Lanjutkan pekerjaanmu."


Setelah menutup telfon, AYah Shi Hyun menatap tembikar yang ada di lobi, ia menghela nafas.


Ayah Shi Hyun menyuruh Sekretaris Yoon pulang, juga menyuruh supirnya pulang, dilanjut besok saja pekerjaannya.

"Maaf? Baiklah. Tapi bagaimana Anda pulang?"

"Aku tahu cara menggunakan kereta bawah tanah. Sampai jumpa. Sampai besok."


Ibu Soo Ji yang ada di depan kantor melihat keduanya, tapi ia tidak turun, ia juga melihat ayah Shi Hyun jalan kaki.


Shi Hyun, Se Joo dan Soo Ji juga berkendara. Se Joo yangpaling menimkati perjalanan mereka malam ini.

Se Joo: Angin ini. Lampu-lampu ini. Pasti aku seorang vampir di kehidupan lampau. Kenapa aku begitu suka malam hari?

Shi Hyun: Vampir tidak punya kehidupan lampau. Keabadian mereka berakhir saat menjadi abu disinari matahari. Soo Ji, bukankah aku benar?

Tapi Soo Ji hanya menatapnya tajam.

Se Joo: Semua wanita menyukai vampir. Maksudku, lihat semua film itu, bukan hanya buku klasik. Ada "Interview with the Vampire" dan karya Jim Jarmusch, "Only Lovers Left Alive".

Soo Ji memukul Se Joo dari belakang, ia kedinginan dan menyuruh Se Joo menutup jendelanya.


Tapi tiba-tiba Se Joo meminta Shi Hyun berhenti. Se Joo melihat ada Noona cantik.

"Karena inilah kita harus keluar di malam hari. Ayam yang bangun pagi hanya dapat serangga, tapi jika keluar di malam hari, bisa dapat makanan seumur hidup. Teman-teman, aku harus meninggalkan kalian." Kata Se Joo.


Se Joo memanggil sang pria, ia sok kenal gitu. Shi Hyun iri pada Se Joo yang kadang sangat beruntung.

"Dia membuatku keluar di udara sedingin ini dan meninggalkan kita." Kata Soo Ji kesal.

"Mau duduk di depan?" Tawar Shi Hyun.


Tae Hee selesai beres-beres, ia sudah siap pindah. lalu ia mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Shi Hyun.

"Tadi aku melihat foto kecilmu. Kenapa kamu tidak bilang kamu tahu panti..."

Tapi ia menghapusnya lagi, lalu menulis lagi, "Kurasa aku sudah sangat keliru tentangmu. Maaf."

Tapi Tae Hee menghela nafas.


Ayah Shi Hyun kembali menemui Ibu Tae Hee. Kebetulan Ibu Tae Hee baru menutup pamerannya untuk hari ini dan akan pulang.


Keduanya pun minum bersama. Ibu Tae Hee mengijinkan Ayah SHi Hyun bertanya apapun yang Ayah mau karena ia yakin Ayah pasti mempunyai banyak pertanyaan.

"Kamu tinggal di Seoul?"

"Tidak, ruang kerjaku di Icheon. Aku tinggal dengan Geum Sil selama pameran berlangsung. Putriku kuliah di Seoul. Dia mahasiswa tingkat pertama. Dia masih membenciku. Anakmu sebaya dengannya. Kamu tahu seperti apa mereka. Ayahnya masih tinggal di luar negeri dan kurasa dia masih mengontak putriku. Aku yakin dia baik-baik saja, aku juga baik-baik saja di sini."

"Begitu rupanya."

"Astaga. Kukira kamu akan bertanya apa aku sudah lama menunggu hari itu."

"Aku tidak pantas bertanya."

"Aku sudah tahu kamu menjadi wakil presdir. Juga beberapa hal tentang dirimu."

"Bagaimana bisa?"

"Kamu terkenal. Walau tidak ingin tahu, aku pernah membaca tentangmu di salon, atau di bagian ekonomi surat kabar. Aku tahu istrimu meninggal beberapa bulan setelah itu. Pasti karena itu kamu tidak datang. Itu masuk akal."

"Selama beberapa bulan itu, pasti kamu menyalahkanku."

"Saat itu aku tidak berpikir logis. Putriku sakit parah karena kecelakaan mobil. Berulang kali aku berpikir alangkah baiknya.. jika kamu datang menemuiku hari itu. Seandainya aku tidak ada di rumah, aku tidak akan bertengkar dengan putriku. Ibunya sudah gila karena menunggu pria yang tidak pernah muncul dan tidak tahu bahwa putrinya melarikan diri sambil menangis."

Ayah Shi Hyun diam, merasa bersalah gitu. Tapi Ibu Tae Hee melarangnya begitu.

"Aku menyalahkan diriku, bukan kamu. Tidak apa-apa. Semua sudah berlalu. Kamu juga banyak menderita kan? Putramu. Bagaimana dia?"


Ayah Si Hyun kembali hanya diam. Kemudian Ibu Tae Hee membahas tempat mereka minum itu yang tidak banyak berubah. 

"Tidak, sudah berubah. Aku kadang-kadang kemari."

"Astaga. Aku tidak bisa datang. Walau rumahku di dekat sini, aku akan marah dan melewatinya. Kamu tahu, kita berdua nyaris tidak bisa saling melupakan. Kita berpisah 20 tahun lalu.. dan gagal bertemu beberapa tahun lalu. Aku menyadari sesuatu setelah itu. Jika kita.. sering melewatkan kesempatan untuk bertemu, kita tidak ditakdirkan bersama."

"Walau demikian, kita bertemu lagi sekarang."

"Ya. Dan itu saja. Aku ingin menemuimu satu kali. Kapan pun itu, aku ingin memberitahumu apa yang kulakukan. Ada kalanya, aku ingin menyalahkanmu. Ada pula kalanya, aku ingin bilang rindu kepadamu. Pada hari itu dua tahun lalu, kupikir aku harus memberitahumu semua yang selama ini kupendam. Aku bertanya berapa malam dan hari yang dibutuhkan. Itulah yang kupikirkan saat menunggumu. Tapi lihat. Hanya butuh tiga menit. Karena kita sudah lebih tua, tidak perlu banyak bicara lagi. Itu berat. Jangan lakukan itu lagi. Kamu mengerti maksudku kan?"

"Ya. Kita tidak boleh melakukan ini lagi."


Ibu Tae Hee minum lagi, tapi tiba-tiba Ayah Shi Hyun meminta nomor ponselnya, itu membuat Ibu SHi Hyun tersedak.

"Berikan nomor ponselmu. Apa? Apa urusannya dengan umur kita? Berikan nomormu." Ulang Ayah Shi Hyun.

"Kamu belum berubah sama sekali. Masih keras kepala dan liar. Apa kolegamu tahu kamu begini?"


Sementara itu, Ibu Soo Ji minum ditemani Sekretaris Ayahnya Shi Hyun, Sekretaris Yoon. Sekretaris Yoon menunagkan wine untuk yang terakhir, ia mengajak Ibu Soo Ji pulang, ia yang akan mengantarnya.

"Sekretaris Yoon, kamu pikir.. aku cukup menyedihkan. Karena itulah kamu di sini, tidak bisa pulang."

Sekretaris Yoon hanya menatap Ibu Soo Ji Iba. Ibu Soo Ji melarangnya menatap seperti itu, lalu Ibu Soo Ji minum lagi.


Shi Hyun bertanya, kenapa Soo Ji menyembunyikannya dari Se Joo soal taruhan mereka, dimana Se Joo masih berpikir yang kalah akan mogok makan.

"Apa pedulimu? Kamu ingin berhenti."

"Dia bisa marah jika tahu. Dia hadir saat kita membahas pernikahan sebelum orang tua kita."

"Itu yang kamu pedulikan sekarang? Aku tidak mengerti."


Dan Soo Ji langsung keluar saat mobil berhenti di lampu merah. Shi Hyun otomatis ikut turun dan mengejar Soo Ji. Shi Hyun menghentikan Soo Ji di tengah jalan penyebrangan, ia khawatir Soo Ji akan terluka.

"Kamu cemas Se Joo akan terluka. Bagaimana denganku? Kamu tidak peduli kepadaku? Kenapa aku tidak memberitahunya? Aku malu, itu alasannya. Aku sudah malu karena ibuku akan menikah. Apa lagi yang bisa kukatakan? Ibuku akan menikah demi uang, tapi aku menghargai diriku, jadi, aku membuat taruhan?"

"Kenapa kamu bilang begitu? Kenapa malu dengan kami?"

"Kamu tahu perasaanku? Kamu sama sekali tidak punya kekhawatiran. Kamu bisa hidup nyaman kemudian kembali ke rumah yang aku mohon ibuku pertahankan. Hanya aku yang harus menderita di antara mereka berdua. Karena itulah reaksiku seperti ini!"

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Dengarkan aku."

"Sekarang aku tidak peduli. Mereka menikah atau tidak, apa yang ibuku perbuat kepadamu bukanlah urusanku lagi. Jangan mencoba menghiburku atau pura-pura mengerti. Jangan lakukan apa pun!"


Shi Hyun lalu memeluk Soo Ji, "Tidak bisakah kamu memercayai perasaanku?" Shi Hyun melepaskan pelukannya dan menatap mata Soo Ji, "Eun Tae Hee.. tidak ada hubungannya dengan kita."

"Sekarang ada. Aku melihatnya di matamu."

"Apa hubungannya dia dengan kita? Apa yang kamu lihat?"

"Tadi kamu mencemaskannya."

"Kenapa aku harus mencemaskannya? Aku lupa soal hari kepindahan itu. Kamu pun tahu. Tadi aku gusar dan pergi karena kamu menyuruhku mengejarnya jika khawatir. Hmm? Bisakah kamu mendengarkanku, Soo Ji? Kamu bisa terserang flu. Ayo."

Dan Soo Ji mau menuruti Shi Hyun untuk kembali ke dalam mobil.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search