-->

Sinopsis Great Seducer Episode 7 Part 1

- Maret 23, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di  

Sinopsis Great Seducer Episode 7 Part 1

Sumber Gambar: MBC


Shi Hyun bertanya, apa Tae Hee tidak mau mengetahui tentangnya. Tae Hee mau tapi ia takut. 

"Aku juga. Aku takut." Balas Shi Hyun. 

"Kenapa?"

"Siapa tahu aku memperlakukanmu dengan buruk."

"Bagaimana kamu bisa memperlakukanku dengan buruk?"

"Dengan berbohong."

"Apa?"

"Maksudku, menipu orang. Orang berpura-pura baik dan menyukaimu. Dunia ini dipenuhi orang-orang seperti itu, waspadalah."


"Tapi bukankah.. menipu diri sendiri adalah yang paling buruk? Pura-pura tidak terluka atau kesepian dan bahwa semua baik-baik saja. Seorang kenalanku selalu begitu. Kepura-puraan itu.. membuat hati kecewa."

Kalau begitu Shi Hyun meminta Tae Hee mengatakannya saja, jangan abaikan perasaan sendiri. Tae Hee belum memberinya jawaban tentang perasaannya kepada Tae Hee.

"Aku tunggu jawabanmu." Lanjut Shi Hyun.


Shi Hyun mengalihkan pembicaraan dengan membahas soal ganbarnya di piring nenek Forsythia. Ia kagum dengan hasil akhirnya karena tampak sangat berbeda.

"Aku membakarnya setelah melapisinya. Cantik, bukan?" Jelas Tae Hee.

"Tidak secantik kamu."

Tae Hee agak salah tingkah. Shi Hyun melanjutkan, darimana  Tae Hee belajar membakar tembikar? Baginya sangat menarik.

Tae Hee: Aku belajar dari banyak sumber. Hampir lupa. Berikan ini kepada nenek itu. Dia pasti akan suka.


Shi Hyun menerima piring itu sambil berkata kalau ia harus membungkusnya untuk membuatnya secantik Tae Hee. Tapi Tae Hee berubah pikiran, ia saja yang akan membungkusnya dan ia segera merebut piring itu dari Shi Hyun.

Tapi Shi Hyun mengambilnya kembali, jadi mereka rebutan.


Dan mereka kepergok oleh duo nenek beserta Suster Columba. Nenek bekas dukun berkata kalau mereka akan tinggal semalaman dengan piring itu.

Nenek: Katamu mereka bertengkar. Sepertinya mereka akan berpelukan.

Nenek Bekas DUkun: Hei, bukankah kalian harus pulang? Kami perlu tidur.


Maka Tae Hee pun langsung bergegas pulang diikuti oleh Shi Hyun. Nenek berpesan agar mereka bersenang-senang dan pulang selarut mungkin. hahaha.


Shi Hyun terus mengikuti Tae Hee yang berlari, tapi ia tidak mengerti kenapa mereka harus berlari? Tae Hee akhirnya berhenti, ia mengatakan kalau ia ada pekerjaan sambilan, ia bisa terlambat nanti.

"Pukul berapa selesainya? Nenek-nenek itu menyuruh kita pulang selarut mungkin." Kata Shi Hyun.

"Aku selesai larut malam."

"Kalau begitu, aku akan menunggu dan mengantarmu pulang. Malam hari berbahaya."

Tae Hee menunduk dan tiba-tiba pipinya memerah, ia membatin, "Menurutku kamu lebih berbahaya."


Shi Hyun menyadari perubahan warna pipi Tae Hee, ia menyentuhnya sambil bertanya kenapa pipi Tae Hee merah sekali? Apa Tae Hee terserang flu?

Shi Hyun bahkan menyamakan suhu badannya dengan Tae Hee. Shi Hyun merasa Tae Hee demam, kemudian ia membetulkan syal Tae Hee.


Tae Hee diam saja diperlakukan begitu, tapi ia sendiri heran kenapa ia diam saat Tae Hee membetulkan syalnya.

"Berikan nomor telepon bosmu. Ayo minta izin sakit, lalu ke rumah sakit bersama-sama. Perlu kugendong?" Tanya Shi Hyun.

Tapi tiba-tiba Tae Hee berteriak dan langsung membanting Shi Hyun. Tapi sebenarnya itu hanya ada dalam khayalan Tae Hee, karena nyatanya Tae Hee tidak melakukan apapun.


Tae Hee menjelaskan dengan kikuk kalau ia hanya sedang kepanasan, ia memang mudah kepanasan. Ia pun pamit dan jalan duluan.

"Tunggu aku. Makanlah bersamaku malam ini."

Tae Hee gugup, ia menyentuh pipinya dan rasnya begitu panas, ia gak tahu harus gimana, jadinya ia mempercepat jalannya. Dibelakangnya, Shi Hyun memanggil, tapi ia abaikan.


Ayah Shi Hyun akhirnya datang juga, tak lupa ia minta maaf karena datang terlambat. Setelah makanan datang, Ibu Soo Ji dan Ayah SHi Hyun membicarakan soal pekerjaan.


Soo Ji tiba-tiba menyela, "Kenapa aku diundang makan malam? Aku bingung ini rapat atau kencan."

"Jangan menyela pembicaraan orang dewasa." Tegur ibunya.

"Maaf. Ini makan malam keluarga, tapi kami malah membahas bisnis." Sahut Ayah Shi Hyun.

Soo Ji tersenyum, "Makan malam keluarga"? Perlukah kukatakan sesuatu yang akan berguna di makan malam keluarga?"

"Tentu. Apa itu?" Tanya Ayah Shi Hyun.

"Walau kalian menikah, jangan menjual rumah Paman yang sekarang." Jawab Soo Ji.

SOntak ayah Shi Hyun langsung memandang ibu Soo Ji. Ibu mengatakan pada Soo Ji kalau ini bukan urusan Soo Ji. Soo Ji tahu, ia dan ibunya tidak berhak ikut campur.


Soo Ji: Bagi Si Hyun, rumah itu adalah eksistensi dari ibunya. Itu rumah yang ditinggalinya bersama ibunya yang sakit. Dia selalu tinggal di sana untuk memastikan ibunya nyaman setelah pulang dari rumah sakit.

Ayah Shi Hyun: Aku yakin dia sudah dewasa, dan sudah saatnya dia menerima ini.

Soo Ji: Bagaimana bisa terima? Dia tidak mengucapkan perpisahan.

Ibu: Choi Soo Ji.

Soo Ji: Saat ibunya meninggal, Paman tidak mengizinkan Si Hyun menghadiri pemakamannya.

Kilas Balik.. 


Di hari pemakaman ibunya, Shi Hyun menyendiri di rumah. Lalu Se Joo dan Soo Ji datang. Se Joo heran, jika Shi Hyun pingsan, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?

"Jahat sekali mereka." Tegas Se Joo.


Setelah sampai di dalam, Soo Ji memanggil Shi Hyun.

"Hei, kalian datang. Ibu, teman-temanku datang. Ibu! Kenapa dia tidak menjawab?"

Soo Ji kemudian mendekati Shi Hyun dan meminta Shi Hyun memandang mereka.


Shi Hyun baru sadar kalau ibunya sudah tidak ada, "Ibuku.. sudah tidak ada."

Soo Ji langsung memeluk Shi Hyun yang menangis, "Kamu boleh menangis. Kami ada bersamamu."

Maka Shi Hyun pun meluapkan tangisnya.

Kilas Balik selesai..


Soo Ji berkata kalau ia mengerti perasaan Si Hyun, "Jika Paman ingin merenggut yang tersisa darinya, setidaknya beri dia waktu untuk mengenang ibunya."

"Baiklah. Aku akan mempertimbangkan untuk pindah ke rumah baru."


Soo Ji kemudian berdiri, "Kukira ini pertemuan keluarga, tapi kalian tidak penasaran kenapa Si Hyun tidak ada. Tolong pastikan Paman melakukan permintaanku. Aku tidak akan tanya alasan Paman terlambat datang kemari padahal sudah sedari tadi ada di hotel ini."


Setelahnya, Soo Ji pergi meninggalkan mereka.


Tae Hee menanyakan pendapat Kyung Joo tentang penampilannya saat mengenakan syal. Kyung Joo menjawab kalau Tae Hee tampak cantik saat mengenakan apapun.

"Apa kamu harus sesenang ini.. saat seseorang mengatakan bahwa kamu cantik?" Tanya Tae Hee malu-malu.

"Kenapa matamu berair? Lalu kenapa suaramu semanis itu? Siapa yang mengatakan itu kepadamu?"

"Tidak ada. hahaha."


Tapi Kyung Joo bisa menebaknya, Kwon Shi Hyun kan? Tae Hee tidak membantahnya, ia bertanya pada Kyung Joo, apa menurut Kyung Joo Shi Hyun tahu bahwa jantungnya serasa mau copot?

Kyung Joo: Kamu harus mengendalikan diri. Jika jantungmu copot karena hal-hal sepele, kamu akan cepat sial dalam berpacaran.

Tae Hee: Aku tidak akan memacarinya. Aku hanya agak bingung.

Kyung Joo: Ini hebat. Akhirnya Tae Hee menyukai seorang pria.

Tae Hee: Tidak seperti itu.

Kyung Joo: Ini menunjukkan bahwa kamu menyukainya. Kamu terus memikirkannya.


Se Joo mencoba mengubah suasana hati Soo Ji yang sedang buruk. Tapi ia malah kena pukul. Untunglah Shi Hyun cepat datang dengan membawa bunga. Soo Ji tampak agak luluh.


Shi Hyun bertanya, bagaimana tadi?

"Ayahmu terlambat.. Hampir satu jam."

"Dia selalu begitu."

"Dia tidak mencarimu. Kukira dia akan bertanya kepadaku. Kamu benar-benar dibuang? Dia tidak akan mengakuimu?"


se Joo: Hentikan. Aku datang untukmu di Jumat malam.


Kyung Joo akan bertanya soal Shi Hyun lewat Soo Ji, ia takut Shi Hyun hanya akan mempermainkan Tae Hee. Tae Hee melarangnya tapi Kyung Joo tetap kekeh.


Kyung Joo bertanya apa Soo Ji sudah bicara dengan Si Hyun tentang Tae Hee? Apa kata Shi Hyun setelah pertemuan mereka?

"Aku sedang bersamanya. Akan kutanyakan." Jawab Soo Ji.

Lalu Soo Ji membalas tanpa mengatakan apapun pada Shi Hyun, "Dia bilang bertemu dengan Tae Hee saat sedang menjadi relawan."

"Jadi, apa dia menyukai Tae Hee? Dia bilang Tae Hee cantik?"

"Katanya aku lebih cantik."

"Hei, berhentilah bercanda."

"Entahlah. Kami sibuk berpesta. Akan kutanyakan nanti."


Kyung Joo lalu mengatakan pada Tae Hee kalau Shi Hyun sedang sibuk berpesta dengan teman-temannya. Tae Hee kecewa karena ia kira Shi Hyun bakalan pulang ke rumah.


Ada pesan masuk lagi, tapi Kyung Hee menyembunyikannya dari Tae Hee. Tae Hee penasaran apa isinya jadi ia membacaya sendiri.

Soo Ji: Kurasa dia tidak tertarik.

Kyung Joo merasa tidak enak, ia pun minta maaf.

Tae Hee: Ini jalan yang terbaik. Aku sudah membuang waktu karena sempat tertarik kepadanya.


Saat akan tidur, Kyung Joo bertanya, Tae Hee kecewa kan?

"Sedikit. Aku sudah tinggal di sini sejak pindah ke Seoul. Tentu aku kecewa."

"Jangan mengalihkan pembicaraan."

"Terserah. Tidurlah."

Tapi sebenarnya Tae Hee terus kepikiran.


Ponsel Soo Ji terus berbunyi, Shi Hyun mengingatkan, tapi Soo Ji melarangnya menjawab.

Namun Shi Hyun malah menjawabnya dan ternyata itu telfon dari ibunya Soo Ji. Shi Hyun mengatakan terlebih dahulu kalau ia yang menjawab.

"Apa kalian sedang bersama?"

"Ya, Se Joo juga di sini."

"Ini sudah malam. Apa kegiatan kalian penting?"

"Tidak, maafkan aku. Kami akan segera pulang."

"Jangan minta maaf. Si Hyun-ah. Pasti kamu kecewa karena kita mungkin akan pindah rumah."

"Tidak, itu terserah kalian."

"Kami baru sadar sudah membuat kesalahan setelah Soo Ji mengungkit perasaanmu. Kami belum memutuskan, jadi, jangan khawatir. Ya?"

"Baiklah."

"Kamu harus pulang. Ayahmu akan cemas."


Setelah menutup telfon, Shi Hyun mengajak Soo Ji pulang karena ibunya cemas. Soo Ji tidak mengindahkannya, malah kesal karena Shi Hyun menjawab telfonnya.

Soo Ji lalu menarik Shi Hyun duduk karena Se Joo akan menunjukkan sesuatu pada mereka. 


Tapi saat duduk, Soo Ji tak sengaja menduduki piring nenek Forsythia. Shi Hyun membentak Soo Ji karena piringnya pecah.

"Maaf. Akan kubelikan yang baru. Di mana kamu membelinya?"

"Kenapa kamu tidak bisa lebih hati-hati?"

"Hal seperti ini biasa terjadi. Kamu marah kepadaku hanya karena piring?"

"Aku tidak membelinya. Ini buatan tangan."

Se Joo akan melihatnya apa bisa diperbaiki atau tidak, tapi Soo Ji merebutnya. Soo Ji tanya, apa Shi Hyun yang menggambarnya?

"Tidak, kembalikan!"

"Apa ini? Untuk siapa kamu membuatnya?"

"Bukan begitu!!"


Shi Hyun membentak Soo Ji sambil menarik pecahan piring yang Soo Ji pegang dan itu mengakibatkan jari Soo Ji tergores.

Soo Ji: Aku tidak sengaja melakukannya. Seandainya boleh memilih, lebih baik aku mati saat makan malam itu.

Shi Hyun: Astaga. Bukan begitu. Tadi aku terkejut...

Soo Ji: Itu kali pertama kamu marah kepadaku. Aku sungguh minta maaf.

Soo Ji pergi meninggalkan mereka.


Se Joo menegur Shi Hyun yang bereaksi dengan berlebihan tadi. Lalu Se Joo mengejar Soo Ji.


Di tinggal sendiri, Shi Hyun menatao bunga yang dibawanya untuk Soo Ji tadi, lalu menatap pecahan piringnya, ia menghela nafas.


Sampai di luar, Soo Ji menatap jarinya yang tergores, lalu ia mendengar pintu lift terbuka, tapi ia malah bersembunyi. Se Joo berlari untuk mencarinya.


Ibu Soo Ji mengunjungi tempat pameran tembikar ibu Tae Hee. Sebelum masuk, ia menghela nafas.


Sebelumnya.. Ibu Soo Ji melihat resume Laporan Detail Personal Eun Tae Hee. Disana tertulis nama ayah dan Ibu Tae Hee, Eun Myung Ryeol dan Seol Young Won.



Saat ini, Ibu Tae Hee sedang diwawancara.

"Ibarat cinta. Tembikar sangat dingin saat disentuh, bukan? Bisa dikatakan ini sudah dingin. Tapi awalnya ini sangat panas. Aku pun sangat berhati-hati saat membuatnya. Tembikar menjadi solid saat melalui proses ini. Dia bisa bertahan selamanya asal tidak dipecahkan. Aku agak gugup mengadakan pameran setelah sekian lama, tapi pemikiran seperti inilah yang membantuku melalui semua ini."


Ibu Tae Hee melihat ada Ibu Soo Ji, ia kemudian mendekat.

"Maaf mengganggu saat Anda menikmati ini. Kami terlalu berisik. Anda bisa pelan-pelan melihat pameran ini."

Ibu Soo Ji hanya menunduk hormat lalu pergi.


Soo Ji jadi menemani Hye Jeong jalan, tapi ada syaratnya, Hye Jeong harus makan setiap dua jam sekali, jadi Soo Ji dengan kesal memberikannya eskrim.

Ibu Hye Jeong menelfon Soo Ji karena lokasi mereka berbeda dari pamitnya mereka, katanya mau ke pameran tapi nyatanya tidak.

"Kami hanya sebentar di sini untuk membeli camilan." Alasan Soo Ji.

"Benarkah? Aku cemas karena kalian di lingkungan aneh. Hye Jeong sangat lemah dan mudah terserang flu. Dia harus banyak belajar, jadi, jangan membuang waktunya."

"Tentu tidak, jangan khawatir."

Kemudian Ibu Hye Jeong kembali memantau lokasi mereka lewat laptop.


Soo Ji heran, bagaimana bisa Ibu Hye Jeong mengetahui lokasi mereka? Hye Jeong menunjukkan kalau Ibunya memasang aplikasi pelacak lokasi di ponselnya.

"Hei, apa di kamarmu ada kamera pengawas juga?" Heran Soo Ji.

"Sebelumnya ada, tapi kakakku terus mengintip, jadi, Ibu mencopotnya saat usiaku 15 tahun."

"Hye Jeong-ah. Jangan khawatir. Aku akan mengajakmu bersenang-senang."

"Eonni, terima kasih banyak."

Dan Hye Jeong membungkuk 90 derajad. Soo Ji malu dilihatin orang-orang, ia melarang Hye Jeong bersikap begitu jika ingin akrab dengannya. Tapi Hye Jeong tentu saja tidak semudah itu merubah sikapnya.


>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search