-->

Sinopsis Attention, Love! Episode 4 Part 1

- Agustus 28, 2017
>

Sumber Gambar: CTV

Shao Xi sudah sampai bioskop duluan, ia memutuskan untuk antri membeli popcorn dan soda, petugas menawarinya paket pasangan dan ia menerimanya.

Habis membeli, Shao Xi mengirim pesan pada Li Zheng karena Li Zheng tak kunjung datang.

"Aku sudah sampai, aku juga sudah membeli Popcorn dan soda."
"Filmnya akan segera dimulai. Cepat!"



Li Zheng akan membalasnya tapi Dao Mao malah merebut ponselnya. Li Zheng memintanya tapi Dao Mao tidak mau memberikan, kenapa? apa Li Zheng lagi janjian sama cewek?

"Pedulilah sama teman baikmu ini yang terancam akan dikeluarkan dari sekolah? Aku sudah baik padamu dengan tidak bilang pda guru kalau kau membantuku."


Li Zheng malah berkata aneh, apa dao mao pikir, ia sungguh membantu Dao Mao? Dao Mao terkejut, apa?!


Shao Xi masuk ke dalam, ia meletakkan soda Li Zheng di kursi sampingnya. Shao Xi kembali membuka ponselnya, ia menulis pesan.

"Apa aku salah jam? Atau ini bukan film yang seharusnya kita tonton?"

Tapi Shao Xi ragu mengirimnya, akhirnya ia hapus lagi, lalu menulis lagi, "Apa kau tidak datang?" Dan Shao Xi kembali ragu, kembali menghapusnya.


Li Zheng melanjutkan, apa Dao Mao tidak pernah memikirkannya sama sekali? kenapa ia memberi tahu password brankas? Kenapa ia membantu mengalihkan perhatian Direktur Xu? Kenapa ia harus berusaha keras untuk membantu Dao Mao mencuri?

Sebenarnya, Li Zheng menguping saat Dao Mao dipanggil ke ruang Guru dan ia tersenyum puas.

Dao Mao mengerti sekarang, jadi Li Zheng lah yang mengganti letak jawaban, jadi semua ini jebakan Li Zheng?


Film akan mulai di putar dan peraturannya tidak boleh menggunakan ponsel, kamera, dll. Shao Xi membatin, ia tahu Li Zheng tidak akan datang karena Li Zheng bukan tipe orang yang akan datang terlambat.


Seseorang datang, Shao Xi sumringah, namun saat ia melihat wajah orang itu, ia kecewa. Yang datang adalah Wang Jin Li, bukan Li Zheng seperti yang Shao Xi harapkan.

Jin Li akan duduk di tempat duduk Li Zheng tapi Shao Xi menghalanginya. Li Zheng lalu melihat tiketnya, ia minta maaf karena salah, tempat duduknya ada di sebalah lagi.

Batin Shao Xi: Aku jelas tahu dia tidak datang, tapi kenapa aku masih menjaga tempat duduknya? Kenapa aku masih mengharapkannya muncul sebelum film berakhir?


Shao Xi mengingat bagaimana usaha kerasnya untuk bisa menjadi 100 teratas. Bagaimana ia menahan ngantuknya setiap malam untuk terus belajar.

Tanpa terasa Shao Xi menangis sepanjang film diputar. Jin Li kebetulan menoleh dan melihat itu.


Dao Mao mengancam, ia tidak akan membiarkan Li Zheng begitu saja, ia akan mengadu pada guru kalau Li Zheng yang menjebaknya. Li Zheng sih santai saja, silahkan mengadu.

"Tapi pikirkanlah! Sebelum rapat pendisiplinanmu, aku akan bilang pada semua kalau kau membawaku kesini dan mnegancamku untuk mengaku bahwa akulah yang mencuri kunci jawaban itu. Menurutmu apa yang akan terjadi? Siswa dengan perilaku baik dan nilai sempurna atau siswa dengan kelakuan buruk dan ketahuan menyelinanp untuk mencuri kunci jawaban, menurutmu siapa yang akan mereka percaya? Jika aku jadi kau, aku memilih untuk mengundurkan diri dari sekolah secara suka rela."

Dao Mao mengepalkan tangannya kesal.


Sementara itu, tangis Shao XI tak kunjung berhenti. Jin Li khawatir, jadi ia mengulurkan sapu tangan tapi Shao Xi malah kabur tanpa mengambilsapu tangan itu. Malu mungkin.


Li Zheng melanjutkan, kalau ia jadi Dao Mao, ia akan pindah dengan suka rela. Yah.. walaupun Dao Mai harus mengulang 1 tahun setelah pindah, tapi tidak ada bedanya, toh akhirnya dao Mao tetap harus mengulang. Tapi setidaknya, lebih baik daripada dikeluarkan.


Li Zheng merebut ponselnya lalu membawanya pergi. Ia menuju gedung bioskop sambil melihat jam tangannya. Tapi Dao Mao menghentikannya, menuntut alasan Li Zheng melakukan semua itu padanya.

"Karena Zhong Shao Xi."

"Zhong Shao Xi?"

"Karena kau membuatnya menangis. Aku tidak akan memaafkan siapapun yang membuatnya menangis. Tidak peduli siapa itu, aku tidak akan membiarkan orang itu dengan mudah."


Li Zheng akan masuk gedung bioskop, namun bertepatan dengan Shao Xi yang keluar dengan mata sembab. Shao Xi semakin terluka karena ternyata Li Zheng sedang bersama Dao Mao, ia langsung berlari.

Li Zheng akan menyusul tapi Dao Mao kembali menghentikannya. Li Zheng tak peduli, ia mendorong Dao Mao sampai jatuh lalu kembali mengejar Shao Xi.


Shao Xi tidak sabar menunggu lampu hijau menyala, jadi ia pergi ke arah berlawanan dimana lampu hijaunya sudah menyala.


Li Zheng terlambat, ia kehilangan Shao Xi.


Li Zheng ke jembatan penyebrangan dan ia melihat Shao Xi di pinggir jalan sedang menunggu taksi.


Li Zheng akan turun kesana tapi Dao Mao kembali menghalanginya, akhirnya ia kehilangan Shao Xi karena Shao Xi sudah mendapat taksi. Dao Mao masih tidak mengerti, kenapa Li Zheng sebegitu marahnya hanya karena ia membuat Shao Xi menangis.


Li Zheng mendorong Dao Mao ke pembatas jembatan penyebrangan. Lebih baik Dao Mao menghilang dari pandangannya sekarang juga, atau--

"atau, apa? Kau ingin mendorongku dari sini?"


Li Zheng mendorong Dao Mao ke pembatas jembatan penyebrangan. Lebih baik Dao Mao menghilang dari pandangannya sekarang juga, atau--

"atau, apa? Kau ingin mendorongku dari sini?"

Li Zheng menjelaskan dengan rumus fisika, jika ia mendorong Dao Mao, sudah dipastikan Dao Mao akan kehilangan nyawa.

"Yan Li Zheng, jangan bercanda. Aku tidak percaya Kau akan berani."

"Kenapa tidak? Tidak ada CCTV yang terpasang di sini dan tidak ada orang yang lewat. Bahkan jika ada mobil yang memiliki blackbox, tidak ada yang bisa kita lihat dengan jelas. Jadi, sekarang, pada saat ini, apapun yang terjadi padamu semuanya terserah padaku."


Dao Mao mulai ketakutan, ia meronta minta dilepaskan, namun Li Zheng malah semakin mendorong sampai kaki Dao Mao tidak menginjak lantai lagi. 

"Semakin Kau melawan, akibatnya akan semakin mengerikan. Setelah aku mendorongmu, aku akan secara sukarela melapor polisi. Aku akan memberitahu mereka, karena Kau akan dikeluarkan dari sekolah, kau merasa sangat sedih sehingga ingin bunuh diri. Tidak peduli berapa banyak aku mencoba untuk menghalangimu, aku tidak bisa mencegahmu melompat dari sini. Aku akan berpura-pura sangat sedih dan meminta maaf kepada guru, keluarga dan teman-temanmu. Aku bahkan akan... aku bahkan akan menangis dan mengatakannya kepada mereka, seandainya saja aku tahu sebelumnya bahwa kau memiliki pikiran untuk bunuh diri. Mereka mungkin akan menghiburku dan bilang "Jangan Bersedih". Bagaimanapun, di mata mereka, aku adalah sahabat terbaikmu."

Li Zheng akhirnya melepaskan Dao Mao, tapi ia tetap memperingatkan agar Dao Mao pindah dengan suka rela. Dao Mao masih shock sampai tidak bisa membalas Li Zheng.


Shao Xi sudah sampai dirumah dan sudah berganti baju. Ia memegangi gaun yang ia pakainya tadi. Ia lalu mencari tiket di dalam tasnya juga catatan yang ditinggalkan Li Zheng bersama tiket itu.

Ia kesal, lalu meremas tiket bersama catatan itu, juga catatannya yang ia tempel di dinding sebagai penyemangat agar ia menjadi 100 teratas.


Pintu kamarnya di ketuk, Shao Xi sudah tahu siapa yang mengetuk, Li Zheng, jadi ia hanya membukanya sebagian seperti sebelum-sebelumnya.

Shao Xi bertanya, ada apa? Li Zheng hanya diam saja. Shao Xi kesal, apa yang Li Zheng inginkan? Shao Xi lalu akan menutup pintu tapi Li Zheng menahannya. 


"Apa kau sedang menangis? Bisa kau ceritakan kenapa kau menangis? Apa itu karena... Aku?"

"nggak usah merasa terbebani. Aku menangis karena Aku marah pada diri sendiri karena bersikap bodoh. Aku menangis karena merasa malu. Aku menangis karena Aku marah pada diri sendiri."

Dalam batin Shao Xi melanjutkan, "Karena membayangkan bahwa Kau menyukaiku."

Shao Xi menegaskan, pokoknya tidak ada hubungannya dengan Li Zheng. Ia akan menutup pintu lagi dan Li Zheng kembali menahannya.


Shao Xi kesal, kenapa Li Zheng menghalangi pintunya? Kan sudah ia bilang ini tidak ada urusannya dengan Li Zheng, kenapa Li Zheng masih saja terus bertanya? Apa Li Zheng ingin bertengkar?

"Aku sama sekali tidak ingin bertengkar denganmu. Tapi kau ingin aku berjanji sebelumnya bahwa aku tidak membanting pintu di depanmu. Bisakah kau juga tidak membanting pintu di depanku sekarang? Bisakah kita bicarakan semuanya secara baik-baik?"

"Baiklah, mari kita bicarakan semuanya."


Mereka lalu ke taman bersama tapi jalannya jauh-jauhan.Li Zheng bertanya, apa Shao Xi marah padanya karena tidak menepati janji untuk mentraktirnya nonton bersama dan malah membiarkannya sendirian

"Jika Kau marah karena itu, aku minta maaf."


Shao Xi berbalik menatap Li Zheng, ia melarang Li Zheng minta maaf karena Li Zheng tidak melakukan kesalahan. Ia yang salah, seharusnya ia yang meminta maaf.


"Aku tahu Aku tidak sepintar dirimu. Seperti dulu, kapan pun kau mengatakan sesuatu yang tidak aku mengerti, aku harus menghabiskan waktu lama untuk berpikir dan menebaknya, apa sebenarnya maksudmu? Kenapa kau mengatakan semua itu padaku? Apa jawabannya? Kenapa kau selalu harus membuatku memecahkan pertanyaan sulit seperti itu?"

Shao Xi membayangkan, saat ia kesulitan menjawab soal, Li Zheng mendekatinya, seolah akan menjawab soal itu untuk Shao Xi. Tapi ternyata ia menulis, "bodoh".

"Setiap saat, pada akhirnya, saat Kau menunjukkan ungkapan yang menyebalkan dan sombong, Lalu aku sadar apa yang kau katakan. Kata-kata yang harus ku renungkan dan tebak untuk waktu yang lama. Sebenarnya, secara tidak langsung mengatai aku "bodoh"."


Terkadang, Shao Xi bahkan salah paham seperti halnya dengan yang terjadi hari ini. Ketika ia berusaha sangat keras untuk masuk ke posisi 100 teratas. Ketika Li Zheng mengatakan kepadanya akan mentraktir nonton film, ia sangat senang. Ia benar-benar berpikir bahwa mereka bisa seperti sebelumnya, dan bisa menonton film bersama tanpa canggung.

"Akhirnya, kita bisa tidak canggung lagi dan tidak saling menghindar. Tapi semua ini hanya harapanku, kesalahpahamanku. Karena sejak awal, kau hanya mengatakan bahwa kau akan mentraktirku nonton film. Kau tidak mengatakan bahwa kau akan menontonnya bersamaku."

Jadi Shao Xi tidak menyalahkan Li Zheng karena ia yang salahpaham menafsirkan maksud Li Zheng.


Shao Xi mendekati Li Zheng, terus terang, saat ia sedang menunggu sendirian di bioskop, ia benar-benar marah pada Li Zheng. Ia marah karena Li Zheng tidak membuat semuanya jelas, kenapa Li Zheng membuatnya terus salah paham?


Tapi kemudian, Shao Xi sadar, ia tidak bisa menyalahkan Li Zheng. Karena ia pun sama, ia tidak menjelaskan semuanya pada Li Zheng.

"Sama seperti aku yang tidak pernah.. Sama seperti aku tidak pernah memberitahumu... Sebenarnya... Sebenarnya... aku selalu.. sangat menyukaimu."


Shao Xi tahu, harusnya ia langsung mengatakannya setelah Dao Mao membaca diary-nya, tapi ia masih belum berani, karena ia takut, Li Zheng akan menolaknya seketika itu juga.

"Aku takut kau akan merasa terganggu setelah aku memberitahumu ini. Aku takut kau tidak akan tahu bagaimana menghadapiku setelah aku memberi tahumu. Aku takut setelah aku memberitahumu, kau akan melihat ku dengan ekspresi ini (ekspresi bagaimana Li Zheng menatapnya saat ini). Bagaimanapun, itu semua karena alasan bodoh ini. Jadi aku tidak berani menceritakannya selama ini dan hanya terus menghindari mu. Tapi itu tidak membantu sama sekali, sampai kaumengatakan bahwa kita harus membicarakan semuanya, aku merasa kita harus segera meluruskan masalah di antara kita."


Saatnya Shao Xi menanyakan bagaimana perasaan Li Zheng padanya, apakah Li Zheng menyukainya?


Li Zheng hanya diam saja, ia kelihatan sangat bingung.


Li Zheng tenggelam pada pemikirannya sendiri. Ia membayangkan sedang berada di kamarnya, lalu ia menatap cermin dan mengulagi kata-kata Shao Xi.

"Apa kamu menyukaiku? Apa kamu ingin bersamaku?"


Melihat rekasi Li Zheng itu, Shao Xi melarang Li Zheng menjawab karena ia merasa tahu apa yang akan Li Zheng katakan.

"Anggap saja seolah aku tidak pernah bertanya."


Shao Xi pergi melewati Li Zheng tapi Li Zheng menarik tangannya. Li Zheng mengaku, ia belum pernah sebelumnya berani berpikir seseorang akan menyukainya. Shao Xi sedikit bingung dengan hal itu.


Li Zheng melanjutkan, sebelum mengenal Shao Xi, tidak ada yang tahu apa yang ia pikirkan karena ia jarang berbicara, ia tidak pernah mengatakan apa yang ada dipikirannya kepada siapapun.


Li Zheng kembali membayangkan, ia sedang dikamarnya melihat beberapa foto tapi semuanya kosong, sampai akhirnya satu foto muncul, foto saat ia kecil dulu, namun hanya sesaat sebelum hilang kembali.

"Karena kalaupun aku ingin berbicara, aku tidak tahu siapa yang dapat aku ajak bicara."

Li Zheng menyobek foto itu.


Li Zheng: Aku tidak tersenyum banyak dan tidak mudah marah. Sering kali, aku bahkan tidak tahu ekspresi wajahku.


Li Zheng sebenarnya lebih sering menutup telinganya, pura-pura mendengar musik tapi sebenarnya hanya tidak ingin mendengar apapun.

"Karena aku tidak tahu kepada siapa aku harus senyum, atau kepada siapa aku harus marah, atau kepada perasaan siapa aku harus peduli. Jadi aku terbiasa sendirian. Tapi setelah mengenalmu beberapa hal telah berubah."


Saat itu, Shao Xi muncul di kehidupannya dan menerobos masuk dalam kehidupannya.


"Meskipun aku tidak tahu bagaimana bergaul denganmu di awal, tapi semakin aku mengenalmu, semakin aku merasa bahwa aku adalah orang yang tidak menganggap seseorang pun sebagai teman. Jika aku memiliki teman suatu hari nanti, inilah perasaan yang akan aku alami. Aku tidak punya saudara kandung. Tapi saat aku bersamamu, aku akan selalu berpikir. Jika suatu hari nanti Aku memiliki kakak perempuan atau adik perempuan, aku juga pasti merasa seperti ini. Selama ini, kau adalah satu-satunya teman yang aku miliki, dan seperti keluarga Aku. Mungkin karena ini, aku tidak pernah berpikir kau menyukaiku atau tidak."


Li Zheng melepaskan tangan Shao Xi, jadi jika sekarang Shao Xi bertanya apa ia menyuaki Shao Xi atau tidak, apa ia ingin bersama Shao Xi atau tidak, ia hanya bisa mengatakan bahwa ia sangat peduli pada Shao Xi.

"Tapi aku tidak pernah berani berpikir bahwa aku akan jatuh cinta padamu. Aku minta maaf."

"Eh.. Kau tidak perlu minta maaf. Kan udah aku bilang, Kau tidak melakukan kesalahan. Aku yang salah, aku terlalu banyak berpikir. Tapi Aku sangat senang karena Kau bersedia menceritakan pemikiranmu padaku. Sungguh, Aku merasa sangat bahagia. Jangan khawatir, aku memahamimu, kau hanya menganggapku sebagai, teman dan keluarga tidak lebih. Sungguh menyenangkan membicarakan hal itu."


Shao Xi sekarang tahu apa yang harus ia lakukan, ia meminta Li Zheng berjanji bahwa setelah ini dilarang membicarakan apa yang ia katakan barusan, ia akan melupakan perasaan sukanya pada Li Zheng.

"Mulai sekarang, tidak peduli apa yang terjadi, Aku akan selalu menjadi keluargamu dan temanmu. Aku tidak akan menghindarimu atau bersikap dingin padamu hanya karena aku merasa canggung. Bagaimana? Oke?"

Li Zheng setuju untuk berjanji.
>

1 komentar:

avatar

ah jangan2 nnti kayak jiwook lagi di suspicious partner..nyesel krna trlambat nyadar kalau dia suka sama bong hee


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search