-->

Sinopsis Introverted Boss Episode 16 Part 1

- Maret 15, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Introverted Boss Episode 16 Part 1


Tuan Eun sangat terkejut karena Hwan Gi meneriakinya. Hwan Gi bertanya, apa sekarang Ayahnya sudah mendengarnya. Tapi ia segera meralatnya, mungkin ayahnya masih belum mendengarnya. Tuan Eun kesal.

"Kenapa Ayah hanya ingin terus didengar? Membungkam suara orang lain... maupun erangan mereka. Ayah hanya mau didengar tanpa mendengarkan."

"Kau pikir itu demi diriku sendiri? Semua itu untukmu. Dunia ini sangat berisik. Menjadi pendiam, tidak akan membuatmu bertahan."

"Aku tahu. Aku juga tahu itu."

Hwan Gi mengusap wajahnya (air matanya). Hwan Gi selalu menyalahkan diri sendiri kenapa ia menjadi pendiam. Ia selalu hidup dalam rasa malu. Tapi, bagaimana dengan Ayahnya? Bagaimana bisa tidak punya rasa malu?



Hwan Gi pergi meninggalkan ayahnya. Tuan Eun kehatan berbeda setelah Hwan Gi mengatakan itu semua.


Woo Il ke kantor menemui Hwan Gi. Dalam perjalanan ke kantor tadi, ia bicara dengan media, meminta mereka menunggu sampai kita memberi pernyataan resmi.

"Kita hentikan menutupi atau menghindari masalah. Aku akan bertanggung-jawab dan mengundurkan diri. Untuk melindungi perusahaan, itu solusi terbaik." Jawab Hwan Gi.

Woo Il tidak setuju, biar ia saja yang bertanggung-jawab. Ia lah yang membereskan banyak hal untuk Ayah. Hwan Gi mengingatkan kalau Tuan Eun adalah ayahnya. Sebenarnya Hwan Gi meminta Woo Il datang adalah untuk menyerahkan perusahaan pada Woo Il.

"Memang aku siapa? Atas hak apa?"


Hwan Gi memeluk Woo Il. Ia memercayai Woo Il dan hanya Woo Il satu-satunya yang bisa menyelamatkan perusahaan.


Ayah menangisi Ji Hye sambil memegang erat sepatu pemberian Hwan Gi. "Dasar bodoh."


Ro Woon kembali ke kamarnya, ia memandangi kalung pemberian Hwan Gi.


Ayah masuk kamar Ro Woon, ia menyuruh Ro Woon pergi. Ia sudah menyingkirkan foto Ibu dan Ji Hye karena ingin Ro Woon melupakan segalanya. Jadi Ro Woon bisa hidup sesuai keinginannya.

"Bagaimana bisa melupakannya? Ji Hye dan Ro Woon. Bahkan nama kami berhubungan."


Ro Woon ternyata salah sangka selama ini, Ayah menamainya Ro Woon dengan harapan Ro Woon bisa memiliki kehidupan yang menarik. Bukan berarti agar bersama dengan "Ji Hye" dan membentuk kalimat "bijaksana".

"Jangan berdiam diri di sini sepertiku. Pergilah ke dunia luar. Hidup bersama mereka yang mengakui kemampuanmu."

Ro Woon terharu dengan kata-kata ayahnya. Ayah menyuruh Ro Woon tersenyum, jangan pergi dengan menangis begitu karena Ro Woon kelihatan jelek nanti bisa-bisa Ro Woon disuruh pulang lagi.


Ro Woon akhirnya tersenyum dan memeluk ayahnya. Tapi ia menangis lagi deh, tangisan haru. 


Hwan Gi sudah mengemasi barangnya siap pergi. Sebelum itu, ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan. Ia mengingat saat-saat manisnya bersama Ro Woon, mulai dari awal pertemuan mereka yang unik hingga sekarang.


Hwan Gi tersenyum simpul mengingatnya. Lalu ia melangkah, melihat meja karyawan ia teringat kebersamaannya bersama mereka. Mulai saat-saat canggung mereka hingga perlahan mereka menjadi dekat dan saling perhatian satu sama lain.


Hwan Gi melanjutkan jalannya hingga akhirnya ia sampai di luar. Yoo Hee dan yang lain menghadangnya. Yoo Hee tidak mengerti kenapa Hwan Gi harus mengundurkan diri. Sun Bong mengingatkan, dengan pergi bukan berarti bertanggung-jawab.

"Maaf tidak bisa bersama kalian... sampai akhir. Berkat kalian semua, aku bisa berubah."

Yoo Hee mengoreksi, merekalah yang berubah, Hwan Gi membantu mereka semua. Gyo Ri membujuk agar Hwan Gi tidak pergi karena tidak ada yang akan memercayai mereka seperti Hwan Gi. Gyo Ri bahkan sampai menangis.

"Kenapa bikin perempuan menangis, sih? Tolong jangan seperti ini." Kata Se Jong.

"Aku tidak ingin jadi sentimental." Keluah Sun Bong menahan airmatanya.


Pada akhirnya semua menangis. Hwan Gi mengatakan ini waktunya lampu merah jadi mereka dilarang mengatakan apapun. Hwan Gi menyalami mereka dimulai dari Yoo Hee tapi Yoo Hee menariknya kedalam pelukannya. Yang lain satu per satu ikut memeluk Hwan Gi sambil membujuk agar Hwan Gi tidak pergi.


Hwan Gi ke panti asuhan. Ia menghentikan mobilnya di tempat ia merebut kontum Panda Ro Woon. Ia sedih mengingat hal itu. Tiba-tiba sebuah mobil menabraknya dari belakang. Ia melihat melalui spion. Itu adalah Ro Woon.


Ro Woon turun lalu mengetuk jendela mobil Hwan Gi. Ia melakukannya sama persis saat mereka pertama kali bertemu dulu. Ia memaksa Hwan Gi keluar.


Hwan Gi pun keluar. Ro Woon tersenyum, mengatakan kali ini kelihatannya 100% kesalahan Hwan Gi lagi, bagaimana bisa Hwan Gi mengemudi tanpa melihat yang ada di belakangnya?

"Tidak peduli seberapa keras aku mencoba menjaga jarak darimu... Aku... tidak bisa berjauhan denganmu." Aku Ro Woon.


Hwan Gi meneteskan airmata lalu memeluk Ro Woon. Ro Woon membalas pelukannya. Setelah itu, Hwan Gi mencium Ro Woon.


Hwan Gi olahraga sendirian. berlari menuruni bukit hingga ia sampai di pinggir laut.

"Dia sendirian lagi." Narasi Ro Woon.


Ro Woon menghampiri dan langsung melepas hoodie Hwan Gi. Kenapa datang sendiri? Lampu merah, ya?

"Lampu hijau." Jawab Hwan Gi.

Ro Woon sedikit kesal, kalau begitu kenapa tidak membangunkannya, ia minta ijin untuk terus menempeli Hwan Gi. Hwan Gi berdecak, jangan menendang ya kalau nanti ia bangunkan. Ro Woon tersenyum.


"Dia sendirian bahkan saat kami bersama." Narasi Ro Woon.

-= Episode 16 : Tidak Masalah Jadi Pemalu =-


Ro Woon berlari tergesa menuju Hwan Gi sambil manggil-manggil. Ia menggedor-gedor pintu meminta Hwan Gi segera membukanya katanya ada masalah besar.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" Tanya Hwan Gi terkejut sambil membuka pintu.

Tapi apa jawaban Ro Woon, "Aku bosan."

Hwan Gi mencubit pipi Ro Woon, ia kira beneran masalah besar. Ro Woon menjelaskan, buatnya bosan adalah masalah besar, ia bahkan bisa mati gara-gara bosan.

"Kau hanya mengurung diri di kamar. Tahu sudah berapa hari?"

"Aku kemari untuk membosankan diri."

"Baiklah, tapi mau sampai kapan kau begitu?"


Hwan Gi tidakmenjawabnya, malah balik lagi membaca buku. Ro Woon berkata dengan kesal kalau ia mengerti, ia akan akan mengusir kebosanan dari pikiran saja.


Hwan Gi kembali ke kamar dan ia syok mendapati Ro Woon makan snack di atas ranjang, berantakan banget.

"Bisa-bisanya dia makan camilan di kasur? Dari camilan manis, asin, sampai pedas, dia membeli semua rasa yang saling melengkapi. Dia bahkan belum mandi. Ditambah, bagaimana bisa dia bergulingan di kasur dengan pakaian luar rumah? Menegurnya?

Aku tidak bisa melakukan hal semacam itu yang dapat merusak momen bahagia kami. Tapi malam nanti kan aku harus tidur di ranjang itu. Debu udara luar, remah-remah keripik, dan serangga mungkin akan berpesta di ranjang itu nanti. Apa yang harus kulakukan?

Kalau aku menyuruh dia mandi, dia mungkin..."



Hwan Gi membayangkan Ro Woon akan berpikiran nakal. Ro Woon akan menganggapnya punya pikiran mesum. Ro Woon menyadari Hwan Gi hanya diam saja, ia bertanya apa Hwan Gi malu bilang sesuatu?

"Ya, aku harus membuatnya pergi ke tempat lain. Saat dia sibuk dengan hal lain, aku akan mengganti spreinya."

Hwan Gi lalu menyarankan Ro Woon untuk main ke luar mumpung cuaca sekarang lebih hangat. Ro Woon awalnya kepingin tapi setelah berpikir ia memutuskan untuk tetap di kasur saja.

"Kau bilang bosan."

"Kau menyuruhku tetap bosan. Sekarang aku sangat bosan. Sempurna."


Hwan Gi mencari cara lain, ia mengajak Ro Woon main Jenga dan siapa yang kalah harus mengabulkan keinginan pemenangnya. Ro Woon setuju tapi saat giliran ia main Hwan Gi terus mengganggu konsentrasinya sampai akhirnya ia kalah. Hwan Gi bersorak girang.


Ro Woon lalu menanyakan apa keinginan Hwan Gi. Hwan Gi menggambari wajah Ro Woon. Setelah itu memotretnya.

Ro Woon melihat tampanya sekarang, ia cemberut, jangan sampai mengunggahnya ya. Hwan Gi berjanji, karena keinginannya sudah terkabul, ia menyuruh Ro Woon mandi.

"Bagus, terlihat natural (menyuruhnya mandi)."

Tapi di luar dugaan, setelah Ro Woon memandangi lekat-lekat fotonya, ia senang dengan penampilannya itu, ia malah memuji Hwan Gi pintar merias wajah.

"Aku tidur seperti ini saja."

Hwan Gi melarangnya keras, nanti kulit Ro Woon bisa iritasi. Ro Woon tidak masalah, toh cuma semalam. Ro Woon mengajak memainkan putaran kedua, kali ini ia akan membalas hwan Gi.


Ro Woon ketiduran, sementara Hwan Gi di luar membersihkan selimut dengan muka cemong. Ro Woon memenangkan permainan, Keinginannya adalah mereka harus tidur seperti ini (muka cemong). Lalu besok, begitu bangun harus segera jalan-jalan.


Ro Woon sangat senang, ia bahkan sampai menyanyi mengikuti lagu di radio. Tapi karena ia terlalu antusias membuatnya jadi lapar.


Ia mengambil snack di jok belakang dan langsung membukanya tapi beberapa isinya tumpah. Ro Woon sayang, ia mengambil yang tumpah, meniupnya sedikit lalu memakannya. Hwan Gi hanya bisa melihatnya saja.

"Ini keterlaluan sekali. Kasurnya bukan untuk dia seorang. Dia membuat kasur kami kotor dan berdebu. Sekarang, mobilku juga? Apa dia tahu arti sebuah mobil bagi pria? Apa kuberitahu kalau dia tidak boleh makan di sini, ya? Itu akan membuatku kelihatan berpikiran sempit. Ditambah, dia sangat antusias hari ini."

Ro Woon menyuapi Hwan Gi tapi Hwan Gi menolaknya. Ro Woon bertanya, apa sedang lampu merah. Hwan Gi membantahnya. Kalau begitu Ro Woon menyuruh Hwan Gi mengatakannya saja, Hwan Gi harus memberitahunya agar ia mengerti.

Hwan Gi masih diam saja. Ro Woon tidak bisa membiarkan itu, ia memaksa Hwan Gi memakan keripik karena yakin itu akan membantu. hwan Gi menolaknya karena ia sedang menyetir, bahaya. Ro Woon tidak peduli dan tetap memaksa.

Hwan Gi tidak bisa tahan lagi, ia pun menghantikan mobil lalu keluar tanpa bilang apa-apa. Ro Woon senang karena itu artinya Hwan Gi mau bicara.


Hwan Gi bertanya dulu sebelum mulai bicara, aoa benar ia boleh jujur. Ro Woon dengan senyum menjawab terntu saja.

"Jangan mengganggu saat aku mengemudi. Aku tidak bisa fokus. Berbahaya meski sehandal apa pun pengemudinya. Keamanan perjalanan itu penting. "

"Oh. Rupanya aku mengganggu?"

Lalu Hwan Gi membersihkan sisa keripik di mantel dan baju Ro Woon dengan kasar, "Juga aku tidak suka ada orang yang makan di mobilku. Kau tidak akan pergi tidur dengan tangan berminyak begitu, kan? Tolong mandilah sebelum tidur. Kalau kau tidak mandi, kau bisa sakit. Menjijikkan, tahu!"

Ro Woon syok mendengarnya, "Apa? Ada lagi?"

"TV. Ya! Saat kita menonton TV, fokuslah. Fokus! Kenapa kau terus menanyaiku dan tidak mau memperhatikan siaran? Tidak usah nonton saja! Jangan tanyai aku juga. Sekalian saja tidak perlu penasaran! Lega rasanya. Apa lagi, ya?"

"Kau menahan semua itu di dalam hati sepanjang waktu?"

"Ya. Aku menahan diri dan akhirnya bisa mengatakannya padamu!"


Ro Woon juga tidak suka segalanya tentang Hwan Gi, ia hanya tidak mengatakannya saja. Hwan Gi menyuruhnya mengatakannya saja, memang dimana sih kekurangannya itu?

"Oh, banyak sekali. Bos, kau orang yang..."

"Apa? Apa?"

"Kau selalu..."

"Apa?"

"Menjengkelkan."

"Kau bukan tipe yang bisa menahan diri, tahu!"

"Mulutmu lebih reaktif dari otakmu."

"Maksudmu aku asal bicara tanpa berpikir?"

"Bukan, bukan. Bukan begitu. Bukan itu maksudku. Tapi..."

"Pergi sendiri sana! Aku tidak mau naik mobilmu!"


Ro Woon pun pergi dengan kesal. Hwan Gi membiarkannya saja.Dalam hati Ro Woon berharap Hwan Gi menghentikannya tapi ternyata Hwan Gi tidak datang-datang. Lalu ia menoleh ke belakang dan hwan Gi benar-benar meninggalkannya naik mobil.

"Hei! Pergi? Apa-apaan?"


Ro Woon berjalan dengan lesu. Tangisnya pecah saat ia melihat Hwan Gi berjalan menuju ke arahnya. Hwan Gi menghapus airmata Ro Woon.

"Kau sungguh berpikir aku akan pergi?"

"Kenyataannya memang begitu."

"Aku tidak bisa membiarkan mobilnya terparkir sembarangan. Orang lain bisa terganggu. Itu sebabnya..."

"Banyak sekali yang kau kuatirkan. Bagus sekali! Tetap saja, bagaimana bisa kau meninggalkan aku begitu saja?"


Hwan Gi memeluk Ro Woon sambil menjelaskan. Ia bicara karena Ro Woon memintanya. Jadi jangan terlalu sedih dan jangan menangis.


Ro Woon hanya tidak tahu kalau selama ini Hwan Gi menahannya. Ia menyadari kalau ia menyukai semua tentang Hwan Gi. Jadi meski Hwan Gi bertanya, ia tidak bisa menyebutkan hal yang tidak ia sukai dari Hwan Gi.

"Aku tersenyum sendirian. Sedangkan kau tidak bahagia sama sekali. Selama ini kau terus menahannya."

"Itu tidak disengaja. Aku juga bahagia, kok. Sangat bahagia sampai merasa bersalah. Kita pasangan yang berbeda dari orang lain. Kita bisa mulai saling menyesuaikan."

Ro Woon menagguk setuju. Tapi ia tetap kesal karena Hwan Gi meninggalkannya seperti tadi. Hwan Gi minta maaf, tapi tetap saja ia tidak bisa membiarkan mobilnya dijalan begitu.


Ro Woon menyadari kalau tadi pertama kalinya mereka berdebat. Hwan Gi mengakui, Ro Woon lah yang menjadikannya seperti kebanyakan orang. Ro Woon memerhatikan dan menarik keluar sosok dirinya sebenarnya.

"Dengan menutup diri selama ini, sisi picik diriku tidak pernah tampak. Sekarang, kau sudah lihat semuanya."

"Kau masih tetap belum mengatakan yang sungguh kau ingin dan harus ungkapkan."

"Apa lagi yang ingin kau dengar?"


Ro Woon ingin mendengar sesuatu yang paling Hwan Gi cemaskan. Orang-orang yang Hwan Gi tinggalkan? Berapa lama lagi Hwan Gi akan menyendiri?

"Sendiri bagaimana? Kau bersamaku." Bantah Hwan Gi.

"Bos."

"Aku selalu sendirian sampai bertemu denganmu. Aku selalu berdiam di satu titik bimbang. Tapi, kau membuatku berlari. Kau lari padaku tanpa pertimbangan. Kau membuka hatiku yang telah tertutup dan menarik aku keluar."


"Itu karena kau mendengar ketukanku (pada hatimu)."

"Tidak, aku tidak mengetuk. Aku menendang pintu (hati) itu mengguncangnya kuat-kuat dan kasar. Aku berusaha membalas dendam dengan menjatuhkanmu. Meski mengetahui segalanya, kau membiarkan aku melakukannya." Batin Ro Woon.


Ro Woon senang sekarang akhirnya Hwan Gi sudah sepenuhnya keluar dari kurungan dirimnya sendiri.

"Jadi, cukup pikirkan tentang kita. Sampai saat ini, kita selalu saja mendahulukan orang lain daripada diri sendiri. Sekalipun kita selalu sendirian, kita tidak pernah menjalani hidup sesuai keinginan kita."

"Dan kau sempat mengisolasi dirimu lagi karena aku."

"Hanya ada satu orang yang kuinginkan di sisiku."

"Tapi kau malah meninggalkanku di jalan agar orang lain tidak kesulitan (karena mobilmu). Seperti itulah dirimu. Kau peduli terhadap orang-orang di sekitarmu. Seperti katamu, kita berbeda. Aku harus pastikan semua pintu hatimu sudah terbuka lebar."


Ro Woon mengaku, ia membuat satu masalah untuk Hwan Gi. Ia menunjuk ke arah datangnya Woo Il dan Yi Soo. Hwan Gi memandang Ro Woon minta penjelasan. 

"Um, aku bosan. Aku ingin main dengan lebih banyak orang." Jelas Ro Woon.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search