Hwan Gi minum sendirian, ia berkutat pada pemikirannya. Apa Ro Woon mengikutinya karena tahu siapa dirinya? Apa Ro Woon juga merencanakan kecelakaan itu?
"Picik
sekali aku. Akulah yang menubruk mobilnya. Seharusnya, aku tidak mencoba
menganalisa ulang begitu. Semua hanya kebetulan. Tidak terprediksi. Hanya
kecelakaan kecil. Tidak mungkin dia akan muncul lagi di kantorku."
Ro Woon menyapa ramah setiap karyawan pagi ini. Ia lalu mendekati seseorang. Ia memberi orang itu kopi, buat sogokan karena ia ingin tanya-tanya soal Hwan Gi. Orang itu mengatakan kalau Hwan Gi sering menginap di ruangannya.
"Maaf? Apa itu artinya Anda bahkan tidak pernah bertemu dia?"
"Kadang
dia mendapat paket, jadi aku mengantarkan ke kantornya."
"Begitu.
Bagaimana dengan isi paketnya?"
"Dibungkus
rapi dan rapat, jadi aku tidak tahu isinya. Tapi... "
Ro Woon
penasaran tapi orang itu ragu boleh mengatakannya atau tidak. Ro Woonmembujuk
sambil mensorong orang itu untuk meminum kembali kopinya, ia bahkan memanggil
orang itu Abonim.
Orang itu masih ragu, ia seharusnya tidak mengatakannya pada siapapun. Ro Woon memastikan, ia tidak akan bilang siapapun jadi ia bisa dipercaya. Ro Woon mulai menyalakan rekaman ponselnya.
Waktu itu malam hari, hujan turun dengan deras. Ada seorang yang mengantar paket untuk Hwan Gi. Orang itu yang menerimanya dan isinya tak sengaja terjatuh. Itu adalah pisau.
Orang itu
sangat kegt apalagi Hwan Gi juga muncul tiba-tiba.
"Pisau?"kaget
Ro Woon.
Ro Woo membantu Ahjumma tukang bersih-bersih sambil tanya-tanya. Jadi Ahjumma tidak pernah membersihkan ruangan Hwan Gi karena tidak diijinkan ke sana.
"Tapi
kan seseorang tetap harus membersihkannya. Apa dia tidak peduli akan
kebersihan." paksa Ro Woon.
Malah
kebalikannya ternyata. Hwan Gi gila sekali akan kebersihan. Tidak peduli
bagaimanapun sudah dibersihkan, Hwan Gi akan mengulang dan menata semuanya
sendiri.
Ro Woon
sedari tadi menyalakan rekamannya, ia mendapat satu fakta lagi mengenai Hwan
Gi. Dia itu pengidap OCD [Obsessive-Compulsive Disoreder : Penyakit terobsesi
akan sesuatu].
Ro Woon kembali ke lantai atas. Gyo Ri terkejut, ngapain kesana. Tenang, Ro Woon cuma mau ngobrol saja sebentar. Gyo Ri menunjuk sepatu hak Ro Woon yang berbunyi. Ro Woon mengerti dan menenteng sepatunya.
"Astaga.
Mau apa kau? Aku kan sudha bilang jangan pernah kemari lagi." Ujar Gyo Ri.
Ro Woon
membawa teh herbal untuk Gyo Ri serta memperkenalkan dirinya bahwa ia pegawai
baru. Ia menunjukkan kartu pegawainya agar Gyo Ri percaya.
Ro Woon menuang tehnya untuk Gyo Ri katanya itu bagus untuk meredakan stress. Gyo Ri meminuumnya. Sejujurnya, setiap kali di sana, ia merasa seperti berdiri di tepi jurang.
"Kenapa
kau takut sekali?"
"Karena
aku tidak bisa menebak apa saja yang terjadi dalam ruangan itu. Jadi, hal itu
membuatku gelisah."
Ro Woon
menyalakan perekam di ponselnya. Gyo Ri bercerita, pagi ini ia melihat Hwan Gi
membawa sesuatu kedalam.
Hwan Gi membawa sesuatu yang berat sekarung. Gyo Ri tidak tahu isinya. Kadang, Hwan Gi membawa karung. Kadang juga peti, juga membeli pakaian yang terlalu besar untuknya.
"Kau
tahu yang lebih mengerikan? Segala sesuatu yang dibawa masuk tidak pernah
dikeluarkan lagi."
"Jadi, dia itu manusia anti-sosial, semacam itulah ditambah paling gila. Dan pisau itu. Apa dia... seorang psikopat?" Batin Ro Woon.
Hwan Gi membuka pintu sebuah almari dan disana cuma ada pisau berbagai ukuran. Hwan Gi mengambil yang paling besar.
Ia menuang
seluruh isi karung ke dalam bak berisi air lalu mengayunkan pisau besarnya ke
dalam bak air itu. Ia sangat bengis.
Hwan Gi memutar sebuah piringan lagu dan memasang jam pasi. Kali ini ia menggunakan pisau dengan ukuran lebih kecil untuk memotong sesuatu di meja sampai terbang semuanya.
Hwan Gi
teringat kata-kata Gyo Ri bahwa dirinya tidak bisa bernafas selama ini. Gyo Ri
ingin hidup.
Astaga.. ternyata Hwan Gi cuma sedang masa doang. Ia memotong lobak.
Hwan Gi mengintip keluar. Ia melarang Gyo Ri makan siang dulu, tunggu sebentar.
"Tentu,
tidak masalah."
Tapi setelah
Hwan Gi menutup pintunya ia mengeluh, bahkan sekarang ia tidak bisa ikut makan
siang.
Hwan Gi masak untuk Gyo Ri, ia detail sekali dalam segala hal, bahkan cangkir minum pun diatur letaknya. Lalu ia berlari menuju pintu tapi ia berhanti setelah memegang gagang pintu.
Ia berpikir, apa Gyo Ri akan menyukai sayuran? Biasanya seusia dia pasti lebih menyukai pasta dibanding nasi. Ia sampai jauh-jauh ke Dangjin pagi tadi untuk membeli sayuran organik.
"Dia sangat menyukai rasa yang manis,
segar, dan tekstur renyah. Jangan kuatir."
Hwan Gi
mengintip keluar dan Gyo Ri sedang memakai lipstik. Hwan Gi menutup kembali
pintunya. Ia kembali berpikir, Tapi, makanan memuaskan atau tidak, bukan
ditentukan oleh menunya sendiri, melainkan dengan siapa memakannya.
"Jika aku makan bersama dia, pasti dia akan merasa tidak nyaman. Ya, dia pasti tidak mampu mencerna makanannya. Dia akan menyesal makan bersamaku sampai sakit perutnya pergi yang mungkin lebih dari sehari."
Gyo Ri kelaparan, ia akan makan permen tapi gagal karena Hwan Gi membuka pintu. Hwan Gi memastikan, Gyo Ri belum makan siang, kan?
"Ya.
Saya sedang tidak selera makan. Perut saya agak tidak enak."
"Oh,
benarkah?"
"Ya.
Saya benar-benar tidak ingin makan."
Baiklah kalau begitu. Hwan Gi menutup kembali pintunya dan ia makan sendirian. Ia mengatakan lagi kalau ia sampai jauh-jauh ke Dangjin membeli sayuran organik pagi tadi.
Gyo Ri kembali ngobrol dengan Ro Woon, sambil memijit kakinya, Gyo Ri mengatakan kalau Hwan Gi membuatnya kelaparan tanpa alasan yang jelas agar ia tetap menjaga pintu.
"Kau
sudah tahu juga kalau kemarin seseorang menerobos masuk. Dia ingin aku lengket
dengan mejaku." Gyo Ri mengingatkan.
"Tapi, memang ada apa sih di ruangannya?"
"Dia
juga tidak mengijinkan aku menatap wajahnya."
"Apa?
Kau bilang dia melarangmu menatap wajahnya??"
Hwan Gi
tidak suka orang lain memandanginya. Saat bersama dia, mereka harus menatap
lantai. Asataga, Ro Woon menyebut Hwan Gi sebagai bos yang menjengkelkan.
"Aku
juga tidak sudi menatapnya meski disuruh. Aku tidak akan tahan. Dia memiliki
mata yang menyeramkan. Tiga tahun lalu... Oh, benar. Aku tidak bisa mengatakan
pada siapa pun."
Ro Woon penasaran,
tiga tahun lalu, apakah terjadi sesuatu. Mantan sekretarisnya... Gyo Ri
berhenti lagi, ia memegangi perutnya yang sakit.
"Katakan
padaku, ayolah."
Gyo Ri kesakitan membuat Ro Woon khawatir. Gyo Ri menengkan nanti juga cepat hilang, kok. Tapi rasa sakit itu semakin tajam hingga membuat Gyo Ri jatuh dari duduknya.
Ro Woon panik, ia akan menelfon ambulance tapi ponselnya malah mati. Ia punya cara, ia mengetuk pintu Hwan Gi agar menelfonambulance.
Gyo Ri
memaksakan diri bangkit untuk mencegah Ro Woon mengetuk pintu itu. Sambil
menahan sakit, Gyo Ri menarik Ro Woon agar tidak melakukannya tapi Ro Woon
tetap mengetuk dan berteriak.
Hwan Gi sedang ada di rumah orang tuanya, ia tidak ada di ruangannya. Ibu sangat senang Ro Woon pulang ke rumah karena ini sudah dua bulan.
Ibu menyuruh
Hwan Gi duduk, jangan bersikap seolah orang asing begitu. Ayah merasa lebih
mudah bicara dengan orang asing. Hwan Gi sudah berusia 30 tahun sekarang, tapi
masih begitu kaku pada orang tua sendiri.
"Bagaimana
nasib karyawanmu? Itu sebabnya tiga tahun lalu terjadi..."
Ibu menyela, berhenti membicarakan hal itu. Ayah meminta Hwan Gi balajar dari insiden itu, jadi orang-orang tidak bergosip. Hidup dengan tenang, menjauh dari masalah.
"Kau
tidak perlu mengingatkan dia. Itu kan memang spesialisasinya." Ujar Ibu.
Ayah
mengingatkan kalau Pilkada Seoul sudah dekat. Jadi, jangan bikin masalah.
Mengerti? Hwan Gi mengangguk.
"Astaga,
kau membuat aku malu saja. Tidak bisa dipercaya dia itu puteraku." Ujar
Ayah.
"Kalau
begitu, aku pasti berselingkuh lalu mengandung dia." Bantah Ibu.
"Dengarkan.
Aku adalah pendiri perusahaan humas pertama di Korea..."
"Kemudian,
kau membuat perusahaan menduduki posisi puncak dan menikmati kesuksesan karirmu
selama 30 tahun. Kesuksesanmu mustahil diraih tanpa koneksimu. Kami tahu, kau
pasti bisa meraih hal besar dan bagus menggunakan koneksi hebat yang kau
miliki. Kami sudah tahu itu." sela Ibu.
"Aku
hanya ingin mengatakan yang mungkin orang pikirkan..."
"Orang-orang
mungkin akan mengira Kang Woo Il-lah puteramu sebenarnya." Ibu kembali
menyela.
Eun Yi Soo langsung merangkul lengan kakaknya, ia tahu kakaknya pasti pulang dan ia sudah menunggu itu.
Yi Soo memotong rambut kakaknya. Ia heran, kenapa Hwan Gi benci ke salon, kan disana banyak gadis muda dan cantik. mereka bicara dan menanyai, "Apakah ini bagus?" Pada dasarnya, di sana itu surga.
"Tapi
kurasa, justru Neraka untukmu." Senyum Yi Soo.
Hwan Gi
minta maaf sudah merepotkan, ia rasa sudah cukup tapi Yi Soo belum dan
mendudukkannya kembali. Yi Soo bertanya, apa belakangan ini Hwan Gi tertarik
pada sesuatu?
"Tidak
juga."
"Kau lebih sering berkonsultasi dengan psikiater belakangan ini. Bukankah kau kabur agar tidak mendapat konseling saat Ayah yang menyuruh? Apa yang mengubah pikiranmu? Seorang gadis, kan?"
"Tidak,
bukan."
"Siapa
dia? Apa dia cantik?"
"Tidak
ada."
Ponsel Hwan Gi berbunyi. Yi Soo menebak pasti itu gadisnya tapi bukan. Itu panggilan dari Woo Il yang mengabarkan kalau Gyo Ri masuk rumah sakit.
"Aku
akan mengurus semuanya. Jadi, jangan kuatir."
Ro Woon tidak mendekat ke ruang perawatan, ia hanya melihatnya dari jauh. Matanya berkaca-kaca dan berujung menjadi airmata.
Kilas
balik...
Ro Woon menangisi jasad seseorang di rumah sakit 3 tahun lalu. Dia adalah kakaknya yang melompat di awal episode.
Saat
pemakaman, Ro Woon mengkonfrontasi. Kakaknya sudah meninggal. Dia melompat dari
atap. Bagaimana bisa tidak ada satupun artikel tentang itu?
"Mereka
bilang, Unnie mengalami depresi. Apa itu masuk akal?!"
Ro Woon
sudah bertekad, jika ayahnya tidak mau ia yang akan melakukannya. Ia akan pergi
kesana dan melakukan sesuatu, meski hanya mengambil sepatunya.
Karena saat
melompat, Kakak Ro Woon meninggalkan sepatunya.
Kilas balik
selesai...
Ro Woon minum-minum dengan Reporter Woo, ia menggebu-gebu saat bercerita tentang keadaan Gyo Ri yang kena gangguan lambung kronis akibat asam lambung yang meningkat dan kejang perut.
"Hidup
begitu mudah bagi mereka yang punya banyak uang. Dia menyerahkan segala sesuatu
pada sekretarisnya. Kurasa, hal serupa juga terjadi tiga tahun lalu."
Reporter Woo
menyuruhnya minum saja. Ro Woo tidak bisa menunggu lagi, ia meminta Reporter
Woo untuk mengekspos hal ini segera.
"Kau
sungguh harus melakukannya?"
"Kan
kau yang memberitahuku soal rumor di sana."
"Aku
mengatakannya padamu agar kau bangkit."
Ro Woon
menunjukkan bukti kalau itu bukan sekedar rumor tapi fakta. Ia memutar rekaman
yang ia rekam secara sembunyi-sembunyi. Jadi selama ia bicara dengan Gyo Ri
pasti direkamnya.
Reporter Woo
mematikan rekaman itu. Bagaimanapun juga, Ro Woo tidak boleh sembarangan soal
itu, perhatikan dulu kelanjutannya dan...
"Jika
kita tidak melakukan apa pun, akan jatuh lebih banyak korban. Aku sudah
memeriksanya, dia bukan hanya cowok kaya yang rumit. Dia lebih berbahaya dari
perkiraan kita. Seseorang pingsan tepat di depan ruangannya, tapi dia sama
sekali tidak peduli."
Ro Woon teringat kakaknya kembali, ia berkata dengan mata menyala bahwa Hwan Gi membunuh kakaknya.
Hwan Gi merenung di ruangannya, ia membuka laci paling bawah dan disana ada sepatu kakaknya Ro Woon.
Waktu itu, ia buru-buru masuk ruangannya tapi ia terlambat. Jendela terbuka dan hanya ada sepatu tertinggal disana.
"Aku terus diingat sebagai penggemar tak bernama. Memang keegoisanku... sehingga berusaha menjaga jarak."
Hwan Gi
menutup kembali laci itu.
Dalam mabuknya, Ro Woon menelfon Se Gong menanyakan soal Mr. Smith, dia pasti tidak tahu kalau ia sudah keluar dan masih mengirim bunga.
"Pastikan
kau menyimpan bunga itu." Pinta Ro Woon.
Hwan Gi memutuskan untuk mengaku pada Ro Woon hari ini juga, ia tempat pertunjukkan membawa bunga,
"Saat mencoba untuk menghiburnya,
justru aku yang menjadi terhibur."
Ro Woon belum selesai menelfon, ia merasa Mr. Smith akan syok, pasti mencemaskannya. Bagaimana kalau dia merasa terluka? Dia akan berpikir ia meninggalkan dia.
"Tidak
benar. Itu tidak baik. Tidak boleh terjadi. Ini terakhir kalinya."
Ro Woon
memanggil taksi, ia menyuruh Reporter Woo untuk pergi duluan, ada yang harus ia
temui.
Hwan Gi mendekati aktris yang bertopeng, ini terakhir kalinya. Untuk terakhir kali... Untuk terakhir kali, ia akan mengantarnya... sendiri.
hwan Gi
membuka topinya dan memberikan bunganya pada aktris bertopeng. Aktris bertopeng
membuka topengnya tapi dia bukan Ro Woo.
"Dimana
Chae Ro Woon?" tanyanya.
"Dia sudah keluar. Dia dapat pekerjaan lain. Katakan pada cowok yang mengirim bunga itu acara menguntit cabulnya sudah berakhir sekarang." Jawab Se Gong.
Hwan Gi
merebut kembali bunganya dan keluar dari sana dengan kecewa. Saking gugupnya ia
sampai menabrak alat rias para aktris.
Saat berjalan di lobi, ia berselisih jalan dengan Ro Woon.
"Aku semestinya memberanikan diriku
lebih awal. Aku terlalu lama bimbang dan akhirnya kehilangan kesempatan. Dimana
dia sekarang? Kenapa dia tiba-tiba keluar?"
Ro Woon langsung masuk ke ruang ganti, ia bertanya pada Se Jong tentang Mr. Smith. Se Jong tak menjawabnya, ia malah balik bertanya, kenapa Ro Woon kesana? sudah dipecat?
"Mr.
Smith kemari atau tidak?" Sergah Ro Woon.
"Barusan
dia pergi. Tidak ketemu?"
Ro Woon langsung berlari kembali ke luar. Hwan Gi akan membuang bunganya, Ro Woon menahannya.
"Apa
kau Mr. Smith?"
Hwan Gi
panik, ia langsung menutupi mukanya dengan bunga itu. Ro Woon mengenalkan
dirinya kalau ia Chae Ro Woon.
>
EmoticonEmoticon