Hwan Gi berlatih tenis, ia mempraktekkan saran dari wanita psikiaternya untuk berlatih mengucapkan tiga kata "Aku adalah penggemarmu". Dan setiap pukulan ia mengucapkannya.
Selanjutnya ia akan berenang, setelah memastikan disana sepi ia baru masuk kolam renang dan setiap ia mengambil nafas, ia mengucapkan tiga kata itu lagi. Hinggapada akhirnya ia sampai pinggir dan disana ada 4 wanita cantik.
Mereka mengira kalau Hwan Gi bicara pada mereka. Mereka bertanya, siapa yang digemari Hwan Gi diantara mereka bertiga. Hwan Gi gugp, ia memilih untuk bersembunyi di dalam air tapi itu tidak bisa selamanya.
Ia terus
berenang menghindari wanita-wanita itu yang ternyata terus mengejarnya. Ia
menerapkan nasehat psikiaternya, Cobalah untuk menghindari kesalah pahaman.
Hwan Gi menggunakan lif, ternyata terbuka di lantai berikutnya, ia buru-buru menyembunyikan wajahnya tapi untungnya yang masuk itu Woo Il.
"Hei,
Hwan Gi. Kemarin, kau melewatkan lagi makan malam bersama dengan pegawai kita.
Kau sudah janji akan datang. Kau semestinya ada di sana untuk menyemangati
mereka." Tegur Woo Il.
Kilas
balik...
Kemarin Hwan Gi datang, ia memaksakan dirinya untuk masuk tanpa menggunakan hodie dan topi tapi, ada orang yang membicarakannya saat ia mendekat jadinya ia bersembunyi mendengarkan.
"Jujur saja! Memang apa yang sudah dilakukan Eun Daepyo?" Ujar Dang Yoo Hee.
Yang lain
kompakmenjawab tidak ada, Hwan Gi tidak melakukan apa pun sama sekali. Yoon Hee
melanjutkan, Brain tidak akan dapat bertahan dan mempertahankan reputasinya
setelah mantan CEO mundur, jika bukan karena kerja keras Woo Il.
Semua lalu bersorak menyemangati Woo Il. Woo Il berdiri, ia sangat tersanjung, tapi, Eun Daepyo adalah temannya.
"Kuberi
tahu kalian, aku ini suka ngadu, lho."
Semua tidak
ada yang percaya. Yang terpenting, Woo Il meminta mereka agar tidak bicara
buruk tentang Hwan Ki, oke?
"Maklumilah
dia, demi aku."
Setelah
mendengar itu Hwan Ki melangkah lagi keluar dengan memakai topi dan hodie-nya.
kilas balik selesai...
Hwan Ki
minta maaf, ia beralasan terlalu capek. Woo Il menenangkan, ia sudah memberi
pengertian pada karyawan, kok. Dan Woo Il juga mengatakan pada semua orang
bahwa presentasi itu sepenuhnya idenya karena Hwan Gi tidak pernah hadir dalam
rapat. Jadi, ia rasa mereka bisa kecewa kalau tahu Hwan Gi yang mengubah
semuanya.
"Kau
melakukan hal yang benar." Jawab Hwan Gi.
Hwan Gi keluar duluan, sampai di depan pintu ruangannya, ia dicegat Gyo Ri yang menyerahkan surat pengunduran diri. Gyo Ri mencoba melihat mata Hwan Ki tapi ia tak kuasa.
"Saya
benar-benar minta maaf. Saya tidak sanggup lagi." Ujar Gyo Ri.
"Kenapa
kau ingin pergi?"
Woo Il
menengahi, ia akan bicara pada Gyo Ri dan menyuruh Hwan Gi masuk saja. Hwan Gi
menatap Gyo Ri sampai pintunya tertutup.
Gyo Ri meerasa bukanlah sekretaris Hwan Ki, hanya penjaga gerbang. Tapi ia bukan pintu hidup. Sejujurnya, ia bahkan tidak bisa bernapas di sana, ia ingin hidup.
Woo Il
menyentuh pundak Gyo Ri, ia mengingatkan kalau Gyo Ri sejauh ini sudah
melakukan pekerjaannya dengan baik. Ia meminta Gyo Ri bertahan sedikit lebih
lama lagi untuknya.
Hwan Gi mendengar percakapan mereka dari balik pintu. Ia bertekad untuk menjalankan nasehat psikiaternya. Jika ia berhasil mengatakan "Aku adalah penggemarmu" pada Ro Wonn maka kepercayaan dirnya dalam berinteraksi sosial akan meningkat.
Sudah
seperti ini selama tiga tahun. Jadi ia harus berkembang. Hwan Ki menatap
cermin, memamtapkan hatinya sebelum berkata "Aku adalah penggemarmu".
Hwan Gi pergi ke salon, ia disambut lebih dari 10 pegawai. Mereka semua bekerja sama untuk melayani Hwan Gi.
Ia kembali
teringat perkataan psikiater, "Ketakutan atas lingkungan yang tidak
familiar". "Biasakan dirimu dengan semua itu, maka kau akan lekas
beradaptasi".
Hwan Gi sudah ganteng sekarang, ia bertekad menemui Ro Woon untuk mengungkapkan dirinya. Tak lupa ia membawa bunga dan selama perjalanan ia berlatih mengucapkan "Aku adalah penggemarmu".
Ia sudah membayangkan gimana nanti jadinya dan bagaimana reaksi Ro Woon. Saking asyiknya berkhayal ia sampai tidak melihat lampu merah sudah menyala, alhasil ia menabrak mobil di depannya.
Dan sialnya lagi, ternyata si pengemudi mobil itu adalah Ro Woon. Ro Woon syok melihat keadaan mobilnya, sedangkan mobil Hwan Gi hanya lecet sedikit.
Hwan Gi juga
syok melihat Ro Woon, ia teringat kata-kata psikiater untuk mencoba menghindari
kesalahpahaman.
Ro Woon
mendekati mobil Hwan Gi tapi Hwan Gi malah mengunci pintu mobilnya, padahal Ro
Woon cuma ingin memastikan apakah Hwan Gi baik-baik saja atau tidak. Hwan Gi
kembali menyembunyikan wajahnya.
"Bisa
keluar sebentar?" Pinta Ro Woon.
"Sekarang? Kenapa sekarang?" Hwan Gi membatin, ia sudah meraih bunganya.
Sementara Ro
Woon terus memaksa agar Hwan Gi keluar, tidak apa-apa kok. Hwan Gi mengingat
kembali kata-kata psikiater untuk membiasakan diri dengan lingkungan yang tidak
familiar maka ia akan cepat beradaptasi.
Ini momentum
yang sempurna. Aku sudah siap. Aku sudah banyak berlatih. Aku bisa melakukan
ini." Batin Hwan Gi.
Hwan Gi siap mengatakannya tapi Ro Woon sudah hilang kesabaran dan menjadi marah. Hwan Gi gugup, ia meletakkan kembali bunganya, ia meraih dompet mengulurkan beberapa lebar uang pecahan paling besar pada jendela yang ia buka sedikit.
Ro Woon semakin kesal, bahkan tidak meminta maaf. Ia kesal karena Hwan Ki merendahkan mobilnya dan tetap menuntut Hwan Gi untuk keluar. Ia semakin frustasi karena tidak bisa melihat apapun dari luar.
Hwan Gi
semakin panik. Ro Woon menampik uang Hwan Gi hingga semua bertebaran di jalan.
Setelah itu ia memasuukan tangannya ke dalam agar Hwan Gi keluar tapi Hwan Gi
tetap saja mendekam di dalam.
Saat Ro Woon mengeluarkan tangannya, Hwan Gi menutup jendelanya lalu kabur. Ro Woon akan mengejarnya, ia sudah masuk mobil tapi keluar lagi untuk memunguti uangnya.
Hwan Gi sudah lega, tapi saat melihat kebelakang bahwa Ro Woon mengikutinya, ia melajukan mobilnya makin cepat.
Ro Woon merasa ini semakin menarik, ia sudah siap ngebut tapi harus berhenti karena lampu merah sedangkan Hwan Gi sudah lolos dari lampu itu. Ro Woon pun kehilangan Hwan Gi.
Ro Woon
melihat gedung di depannya, gedung perusahaan Brain.
Gedung itu adalah tujuan Ro Woon, ia bertanya-tanya, jangan bilang kalau Hwan Gi juga dari Brain. Tapi kemudian ia melihat mobil Hwan Gi di depan gedung.
"Ah..
Aku harus menjadi karyawan yang baik di hari pertama kerja." Gerutu Ro
Woon.
Ro Woon
melihat-lihat mobil Hwan Gi dan tidak ada nomor telfon disana. Satpam
melihatnya lalu menyuruhnya menyingkir dari mobil CEO karena CEO tidak suka
siapapun melihatnya.
"Dia
CEO... Benarkah?" Gumam Ro Woon.
Hwan Ki langsung ke ruangannya, ia sangat berkeringat lalu melepaskan bajunya.
Gyo Ri ngaca, tiba-tiba ia mules tapi ia ragu untuk meninggalkan kursinya. Ia mencoba menahannya tapi tidak bisa dan terpaksa meninggalkan kursinya.
Tepat saat itu Ro Woon masuk. Ro Woon melihat sekeliling dan menyentuk patung unik disana.
Ro Woon
mengetuk pintu ruangan CEO tapi tidak ada yang menjawab, ia pun mengintip ke
dalam. Wah...
Yoo Hee mengabsen pegawai baru. Ro Woon tidak ada, ia menandai Ro Woo yang datang terlambat di saat pertama masuk kantor.
Yoo Hee
bersikap cool selama menjelaskan tapi ada noda dibajunya, ia langsung
menutupinya kembali dengan mantel tapi ia tetap melanjutkan penjelasannya.
"Ini
aturan yang harus kalian semua ingat. Tidak peduli apa pun yang terjadi, jangan
pernah menekan tombol lift ke lantai teratas. Saat kalian ke sana... meskipun
secara tidak sengaja..."
Yoo Hee menjelaskannya dengan lebai dan terakhir, ia menutupi wajahnya lalu mencekik lehernya sendiri. Para karyawan baru ngeri melihatnya.
Ro Woon takjub dengan ruangan itu, tidak heran Hwan Gi membuang uang di jalan. Ia menjelajahi ruanagn itu, ada banyak makanan di kulkas, ia bahkan mengambil minuman.
Sementara
itu Hwan Gi mandi jadi tidak mendengar apa-apa. Ro Woon bahkan duduk di ranjang
Hwan Gi.
Ro Woon melihat meja kerja Hwan Gi ia menggeledahnya, juga membuka lacinya namun laci terbawah terkunci dan ia juga tidak menemukan sesuatu yang penting disemua laci, cuma ada banyak pensil disana.
Hwan Gi selesai mandi. Ro Woon akan berlari keluar tapi malah berpapasan dengan Hwan Gi yang hanya memakai handuk. Hwan Gi membeku disana. Ro Woon langsung membalik tubuhnya.
"Kenapa
kau telanjang di kantor pada jam kerja begini?" Tanya Ro Woon.
Hwan Gi
heran, kenapa Ro Woon bisa masuk ruangannya. Ro Woon akan membicarakan soal
kaburnya Hwan Gi tapi saat ia menoleh, Hwan Gi masih belum memakai baju, ia pun
menyuruh Hwan Gi memakai baju dulu.
Hwan Gi bergegas mengambil pakaiannya, dan karena gugup ia jadi terjatuh beberapa kali.
"Kau
memberiku uang terlalu banyak untuk mobil murah begitu. Kau itu semestinya
mengkalkulasi dengan benar."
Ro Woon
minta maaf karena masuk tanpa ijin, tapi menurutnya masih mending dari tabrak
lari.
"Aku
orang yang luar biasa jujur, kau tahu? Juga, aku sudah melihat banyak orang
mendapat masalah setelah kabur sehabis menabrak."
Hwan Gi kabur saat Ro Woon masih bicara dan saat selesai, Ro Woon mencari-cari Hwan Gi. Ia mengikuti Hwan Gi bahkan terngkurap di ranjang Hwan Gi demi bisa melihat wajah Hwan Gi.
Hwan Gi
terus menutupinya, ia lalu ke meja kerjanya. Ro Woon membalik kursinya. Ro Woon
bertanya, "Kau Eun Hwan Gi, kan?"
Hwan Gi yang masih menyembunyikan wajahnya tidak menjawab, ia memutar krsinya kembali. Ro Woon tidak mau menyerah sebelum bisa melihat wajag Hwan Gi dan Hwan Gi mengatakan sendiri kalau dirinya adalah Eun Hwan Gi. Jadilah mereka saling tarik.
Ro Woon baru berhenti saat Gyo Ri datang. Gyo Ri minta maaf pada Hwan Gi lalu menyeret Ro Woon tapi Ro Woon masihmau balik melihat wajah Hwan Gi jadi Gyo Ri harus berusaha keras.
Hwan Gi baru
memperlihatkan wajahnya saat Ro Won dan Gyo Ri benar-benar keluar.
Gyo Ri baru melepaskan Ro Woon di depan lift. Ia menduga kalau Ro Woon adalah reporter yang ingin mewawancarai Hwan Gi. Ro Woon mengelak, ia bukan reporter.
"Lalu,
bagaimana kau... Kenapa kau di sini?"
Ro Woon
berkata kalau ia terlibat kecelakaan kecil. Gyo Ri memberitahu, seharusnya
konsultasi dengan perusahaan asuransi, tapi kenapa malah kesana.
"Kenapa
tidak?"
Gyo Ri
tergagap. Ro Woo memancing, apa ada yang coba Gyo Ri sembunyikan. Gyo Ri
melihat sekeliling, setelah memastikan tidak ada siapapun, ia membisiki Ro
Woon.
"Kau menyadari sesuatu yang aneh di dalam sana?"
"Apakah
ada yang aneh di sana?"
"Hanya
kau satu-satunya yang pernah masuk ke sana."
"Sebelumnya
kau tidak pernah masuk ke sana? Kau kan sekretarisnya."
Pintu lift
terbuka, Gyo Ri langsung mendorong Ro Woon masuk dan memperingatkan agar tidak
kesana lagi.
Ro Woon yakin pasti ada sesuatu yang terjadi. Apa sebenarnya yang terjadi di sana?
Hwan Gi masih syok, kenapa Ro Woon bisa masuk ke ruangannya.
Acara penyambutan karyawan baru. Ro Woon menunjukkan pertunjukkan terbaiknya. Ia bahkan tidak malu memakai kostum papaun dan joget aneh-aneh.
Woo Il
tertarik dengannya. Ketua Tim mendekati Woo Il saat semuanya sibuk joget. Ketua
Tim menjelaskan kalau Ro Woo lah orangnya.
"Sebagaimana yang ANda minta, Saya memasukkan sosok yang bisa menjadi penyemarak suasana sekalipun latar belakangnya tidak memenuhi syarat, dan dia juga terlambat di hari pertamanya bekerja. Anda merasa dia bisa beradaptasi dengan lingkungan serta pekerjaannya?"
semua orang
meneriakkan nama Ro Woon. Woo Il menjawab, sepertinya Ro Woon sudah
beradaptasi.
Ro Woon sendirian dan Woo Il mendekatinya. Woo Il mengungkit soal Ro Woon yang terbiasa tampil di musikal. Ro Woon membenarkan.
"Mungkin
itu sebabnya kau terlihat familiar. Apa peranmu yang paling populer?"
Tidak, Ro
Woon menjelaskan bahwa ia hanya melakonkan peran kecil, tidak pernah berlakon
peran yang terkenal. Woo Il menanyakan motivasi Ro Woon bergabung dengan Brain.
"Pemeran
pendukung sepertiku, pintar menyenangkan orang. Anda juga sebenarnya pemeran
pembantu."
"Aku?"
"Saya
dengar, pria kaya di lantai atas itu pemeran utamanya. Anda hanya Alfred di belakang
Batman, kan?"
Woo Il tersenyum, apa Ro Woon ingin mencoba peran yang berani? APa Ro Woon mencoba terlibat kisah komedi romantis dengan bos?
Ro Woon
hanya meraka mereka dalam tim yang sama, kok. Itu sebabnya ia bicara seperti
ini. Woo Il penasaran, apa yang membuat Ro Woon berpikir begitu, ia pemeran
penting juga, kok.
"Saya
orang yang berdiri di depan pintu, sama seperti Anda. Di balik pintu itulah
berada si kaya yang memiliki segalanya. Orang seperti saya harus mengetuk dan
membuka pintu itu. Anda tidak akan tahu monster macam apa yang menunggu di
dalam. Tapi, saya tidak boleh merasa takut atau bimbang. Hanya itu satu-satunya
cara saya dapat bertahan."
Ro Woon
minum dulu sebelum melanjutkan, "Sedangkan Anda bisa membuka pintu itu
sesukamu. Sekarang, ANda lebih bersinar dibandingkan pemeran utamanya. Saya
ingin tahu Anda mau membukakan pintu itu untuk Saya juga atau tidak."
Woo Il baru
ingat dimana ia melihat Ro Woon, Apa 10 tahun lalu, ya? Ia rasa melihat Ro Woon
dalam cermin (kiasan : kita mirip).
Woo Il mengajak Ro Woon bersulang, pintunya sudah terbuka sekarang. Ro Woon tersenyum menerimanya.
>
2 komentar
Wuah....jadi kepingin nonton...
Kamsaeyo,diana...
Gomawoyo eonni.. keep writing
EmoticonEmoticon