Sumber Gambar dan Konten dari tvN
Sinopsis Introverted Boss Episode 1 Part 1
Seorang wanita mencopot sepatunya dan naik ke pinggiran atap gedung, ia nampak sangat frustasi. Di bawah, orang-orang bahagia saling mengucapkan selamat natal.
Wanita tadi meloncat dan mendarat diatas sebuah mobil. Jelas semua orang terkejut dibuatnya.
Seorang wanita berlarian menuju suatu ruangan. Jarak beberapa meter dari pintu ia mencopot sepatunya dan melangkah dengan perlahan.
Wanita itu
mengetuk pintu memanggil bos-nya dengan takut-takut. "Daepyo-nim..."
Sementara itu, dilantai bawah. Semua karyawan sibuk mempersiapkan presentasi. Ini adalah Hari-H untuk "PRESENSTASI HUMAS UNTUK OPERA SKALA BESAR".
Karena tidak ada jawaban wanita tadi mengintip ke dalam. Si Daepyo-nim (CEO) tidak diperlihatkan wajahnya, ia mengeluarkan cutter.
Wanita tadi
meletakkan sepatunya ke lantai dengan sangat hati-hati dan ia kembali mengetuk
pintu.
"Maaf,
tapi itu presentasi untuk proyek besar yang sangat kompetitif. Setidaknya, Anda
harus datang saat latihan.."
Masih tetap tidak ada jawaban dari Daepyo-nim yang menggunakan cutter tadi untuk meraut pensil. Si wanita menggunakan sepatunya kembali sambil menggerutu, "Memang pikirnya, dia itu Elsa, huh?"
Wanita itu melangkah 2 langkah menjauhi pintu dan tiba-tiba pintu terbuka, ia lega. Ia berbalik namun saat melihat ada Daepyo-nim disana ia segera membelakanginya, minta maaf sambil membungkuk hormat.
Daepyo-nim
pun keluar. Wanita tadi adalah sekertaris si Daepyo-nim namanya, Kim Gyo Ri.
Seorang Daepyo-nim lainnya, Kang Woo Il datang ke kantor langsung disambut oleh karyawannya, mereka memberikan materi presentasi.
Ketua Tim
(yang rambut pendek) menjelaskan kalau lawan mereka mempekerjakan perencana
profesional sebagai pimpinan.
"Pasti
sulit bagi mereka mengerjakannya sendiri." Ujar Woo Il.
"Semua
perusahaan humas mempertaruhkan lehernya pada proyek ini." Jawab Ketua
Tim.
"Wajar
kalau mereka mengusahakan yang terbaik. Mereka akan mencoba menantang
kita."
Saatnya latihan. Semua karyawan bersorak pada Woo Il. Woo Il sangat meyakinkan dalam menjelaskan materi presentasinya.
"Ini
adalah proyek terbesar sejauh ini. Sebuah opera skala besar. Hanya dalam tiga
hari, kita membutuhkan total 160 ribu penonton. Iklan Televisi. Iklan utama di
website internet. E-mail dan SMS. kami akan menggunakan semuanya untuk tujuan
promosi."
Mereka juga
akan mendapuk selebriti terkenal dengan lebih dari 10 juta followers agar kami
dapat menyelesaikannya dengan cepat dan efektif serta menyasar penonton remaja
yang tidak familiar dengan opera.
Mereka akan
bekerja sama dengan kafe waralaba terkenal untuk menyajikan menu edisi terbatas
bertema opera. Mereka akan memasuki kehidupan semua lapisan kelompok masyarakat
melalui hal-hal yang familiar.
Di lokasi
panas dan padat seperti Gwanghwamun, Hongdae, dan Sungai Han akan digelar mini
konser spesial. Orang-orang mengira bahwa opera itu berat dan membosankan.
Tapi, strategi mereka akan mematahkan pandangan stereotip tersebut.
"Hanya
berhasil menggelar pertunjukan tidaklah cukup sebagai satu-satunya tujuan. kami
perlu meraih kesuksesan yang besar atas pertunjukan ini juga. Saya CEO Brain,
Kang Woo Il. Terima kasih."
Suara gemuruh para karyawan mengakhiri sesi latihan itu. Tapi Daepyo-nim yang tadi geleng-geleng kepala dan Woo Il melihatnya, Daepyo-nim itu melambai Woo Il untuk mendekat.
Saatnya presentasi, Woo Il melihat buku materinya sekali lagi. Ketua Tim bertanya, ada sesuatu yang ia pikirkan. Woo Il tersenyum, tidak kok ia hanya antusias saja.
2 karyawan mengintip presentasi pihak lawan dan celakanya mereka menggunakan materi yang sama persis dengan milik Brain.
"Kami
dari Perusahaan YM mencintai Anda sekalian."
Mereka langsung melapor sama Woo Il. Sedetik kemudian Tim perusahaan YM keluar dengan bangga. Si presenter mengajak Woo Il salaman tapi saat Woo Il mengulurkan tangan, ia memindahkan tangannya lalu ketawa ngakak.
Giliran Brain selanjutnya. Woo Il tidak segera memulai presentasinya membuat semuanya kasak kusuk. Tim yang ikut menduga kalau Woo Il syok lalu mengusulkan untuk pulang saja.
"Tunggulah.
Kang Daepyo-nim bukanlah tipe yang mudah menyerah." Ujar Ketua Tim.
Woo Il mulai
menjalankan ppt-nya tapi ia langsung menuju akhir tanpa penjelasan apapun. Tim
merasa kalau Woo Il sudah menyerah tapi Ketua Tim masih belum percaya.
Para juri dari perusahaan opera juga heran, ngapain Woo Il, apa tidak mau presentasi. Woo Il tersenyum lalu merobek beberapa halaman bagian belakang buku materi yang dibawanya.
"Saya
memiliki teman yang sangat keras kepala. Dia tahu benar yang dia sukai. Dia
menonton pertujukan musikal, tapi tidak pernah menonton opera. Namun, kemudian
dia menonton iklan opera di televisi, serta poster yang dipasang di website
internet. Dia bahkan menerima e-mail dan SMS.
Daepyo-nim
misterius menyaksikan presentasi Woo Il dari sudut gelap.
Woo Il melanjutkan, "Selain itu, dia juga merupakan salah satu dari pemberi "like" postingan iklan opera yang diupload oleh selebriti dengan jutaan followers. Tapi, akankah dia datang?"
Woo Il
melemparkan beberapa halaman yang dirobeknya tadi. Tidak. Dia tak akan pernah
datang. Dia akan memilih menonton drama atau film yang juga diperankan
selebriti terkenal itu. Bahkan meski selebriti tersebut yang menjadi bintang
operanya.
Lalu soal
menu terbatas bertema opera yang telah disampaikan tim lain, Woo Il menjamin
kalau itu tidak akan menjual satu tiket pun. Woo Il kembali merobek beberapa
halaman bagian belakang dari buku materi yang masih tersisa.
"Tiket
seharga 200 dolar tidaklah murah. 200 dolar itu, apakah ada seseorang yang
bahkan mau berjuang melawan lalu lintas yang padat dan duduk selama berjam-jam
menyaksikan pertunjukan meski harga tiket hanya lima dolar? Mana yang lebih
menggoda, tiket pertunjukan atau secangkir kopi dengan harga yang sama?"
Woo Il
kembali melemparkan kertas yang disobeknya. Daepyo-nim misterius tetap fokus
mendengarkan. Woo Il yakin, semua orang tengah berpikir cara untuk membujuk
teman keras kepalanya itu. Namun, genre yang disebut opera ini telah bertahan
selama ribuan tahun.
Mengenai mini konser spesial juga tidak akan berhasil (orang cuma tertarik awalnya saja lama-lama sepi). Mereka memang tidak dapat memaksa masyarakat untuk tiba-tiba menyukainya. Itu hampir mustahil. Sangat sulit. Butuh waktu lama untuk mewujudkannya.
"Tolong,
jangan menghabiskan uang demi orang seperti teman saya itu. Alokasikan saja
uangnya untuk mereka yang sudah pernah menonton opera sebelumnya. Dengan
harapan palsu dapat mengubah dunia, kalian berencana menghabiskan separuh dari
biaya promosi untuk membujuk orang seperti teman saya?"
Woo Il kembali merobek buku materi dan melemparkannya saat itu juga. Dunia tidak dapat berubah, bahkan meski kalian mencobanya. Tidak ada alasan untuk melakukannya. Hal yang perlu mereka lakukan adalah mendatangkan 160 ribu orang untuk memenuhi kuota penonton. Lupakan strategi dahsyat semacam itu dan even-even yang tidak penting.
"Sekarang,
apakah sudah tampak... pada siapa dan bagaimana cara menganggarkan biaya
promosi tersebut?"
Woo Il
menyampaikan semua itu dengan sangat menggebu dan meyakinkan sampai membuat
tim-nya merinding.
Woo Il baru sadar kalau ia sudah membuang semua kertas presentasinya dan hanya tinggal sedikit yang masih menyatu. Ia mengambilnya,
"Tapi...
solusi "Brain" yang sebenarnya berada di sini. Lupakan saja tentang
kertas-kertas di lantai itu. Hanya materi ringkas ini yang saya bawa kemari dan
merupakan solusi kami untuk kalian. Hanya memerlukan 20% dari biaya promosi
yang dianggarkan. Saya Kang Woo Il dari "Brain". Terima kasih."
Wow,
presentasi Woo Il sangat mengagumkan sampai semuanya memberinya standing
aplouse. Anggota Tim-nya memuji, Seperti dugaan Woo Il sangat cerdas, tajam
serta karismatik.
Kayaknya dia adalah pemimpin perusahaan opera itu. Ia sudah menduga Woo Il akan luar bisa tadi. Woo Il berterimakasih. Tapi, Pemimpin juga mendengar rumor aneh. Lantai teratas kantornya. Seperti apa dia?
Woo Il hanya tersenyum, lalu memandang Daepyo-nim misterius yang berjalan keluar.
Narator : Dia bukan manusia. Dia hantu.
-= EPISODE 1
-- THE PHANTOM OF THE OPERA =-
Narator : Jangan pernah menatap
matanya. Jika mata kalian bertemu, jantungmu akan membeku, dan dia bisa
mengulitimu. Tidak banyak orang yang pernah melihat dia, bahkan juga
pegawainya. Dia adalah CEO perusahaan, tapi menyembunyikan diri seperti hantu.
Ada banyak rumor perihal alasan dia terus bersembunyi. Beberapa memercayai
bahwa dia memiliki luka parah di wajahnya seperti sosok "Phantom of the
Opera". Tapi, kenyataannya adalah tidak setragis atau manis layaknya
pertunjukan musikal.
Si Daepyo-nimmisterius akhirnya menunjukkan wajahnya, dia adalah Eun Hwan Gi.
Narator : Berkat ayahnya, dia
mewarisi agensi humas terbaik di negeri ini. Dan beruntung pula, dia memiliki
seorang sahabat yang sangat pintar. Mereka yang tidak beruntung menjadi
budaknya, sementara pria beruntung itu asyik menghitung uang di ruangannya yang
nyaman.
Woo Il menemui Hwan Gi diruangannya. Woo Il mempertanyakan Hwan Gi yang tidak ingin memanfaatkan akun SNS selebritis papan atas, tidak menyukai ide menu spesial maupun pertunjukan jalanan.
"Jika
kau tidak menyukai semuanya, kau ingin kami bagaimana? Kau tidak ingin
mempromosikan opera ini?"
Hwan Gi
menjawab, tidak perlulah berkhayal terlalu tinggi. Tapi Woo Il harus! Pikirkan
soal bayarannya!
"Baiklah.
Kita lupakan soal uang. Tetap saja, kita sudah melewati jalan panjang sejak
mengambil alih perusahaan ini. Kita semakin berkembang sekarang."
Hwan Gi kembali meraut pensilnya, ia tahu kalau Woo Il ingin pamer. Woo Il kesal, apa Hwan Gi ingin berdebat lagi dan mengatakan mereka harus memastikan stabilitas internal?
"Kasihan
para karyawan juga. Mereka sudah memiliki terlalu banyak proyek." Ujar Hwan
Gi.
"Memang
apa yang sudah kau lakukan jika begitu memedulikan mereka seperti itu? Kau
selalu saja menentang hasil kerja keras pegawaimu. Presentasinya kurang dari
satu jam lagi." Tegas Woo Il.
Woo Il pergi, Hwan Gi mengatakan sesuatu yang membuatnya bertahan. Mereka tidak bisa mengubah dunia. Juga tidak perlu melakukannya dengan harapan palsu dapat mengubah prasangka publik perihal opera. Selanjutnya adalah apa yang disampaikan Woo Il dalam presentasi.
"Lebih
baik... mengalokasikan dana untuk mereka yang sudah pernah menyaksikan opera
sebelumnya."
Dan Hwan Gi mulai menggambar rencananya denganpensil yang dirautnya tadi. Pecinta opera tetap akan menonton, meski tanpa promosi sekalipun. Terlebih, ini pertunjukan opera terbesar dalam sejarah.
"Sebutlah
pecinta itu sejumlah 50,000 orang. Sedangkan kita perlu mengumpulkan total
160,000 orang. Kita anggap kau mengundang 20 orang. Biasanya, 10 orang dari itu
akhirnya akan hadir. Setelahnya, kita perlu membujuk sekitar 500,000 orang.
Kelompok yang pernah menyaksikan opera setidaknya satu kali. Kita fokuskan pada
mereka. Fokus saja pada ketiga kelompok ini. Menyerahlah atas strategi yang
hanya menghamburkan uang."
Hwan Gi
selesai dengan rencanyanya, Sudah tampak kan pada siapa dan bagaimana cara
mengalokasikan biaya promosinya, kan?"
Dan Woo Il
menyampaikan semua itu dalam presentasi mengagumkannya tadi.
Salah seorang artis opera menggunakan topeng dan hal itu membuat rekan-rekannya berkasak-kusuk.
Narator : Tentu saja, itu hanya
sebuah rumor. Hanya ada satu kebenaran.
Opera dimulai, Hwan Gi ada di salah satu bangku penonton. Chae Ro Woonn ada diantara mereka.
Narator : Dia... mengenakan topeng.
Dan seseorang harus melepaskan topeng tersebut.
Pertunjukkan selesai, Hwan Gi membawa bunga menuju ke ruang ganti para artis opera. Ia fokus pada pemain yang bertopeng yang ternyata adalah Ro Woon.
Hwan Gi melepas topi dan hodi-nya. Ia berjalan menuju Ro Woonn tapi belum sempat sampai, ia dihadang artis opera lain, Jang Se Jong. Se Jong bertanya, sedang mencari siapa?
Hwan Gi bingung terlebih para artis yang lain juga mulai melihatnya. Hwan Gi lalu melemparkan bunganya pada Se Jong dan melarikan diri. Semua mengira kalau Hwan Gi adalah fans Se Jong.
Hwan Gi berjalan sedih di lobi. Ia melihat sekeliling dan merasa aneh lalu ia memakai kembali topi dan hodie-nya.
Ro Woon menanti dengan cemas, kenapa dia tidak datang tampaknya hari ini dia terlambat. Se Jong tiba-tiba memeluknya dari belakang, sedang menunggu siapa?
"Mr.
Smith." Jawab Ro Woon.
"Mr.
Smith? Dia itu hanya penguntit cabul."
Ro Woon
memukuli Se Jong, sudah ia bilang kan untuk tidak bicara buruk tentang Mr.
Smith. Sebuah kiriman bunga datang untuk Ro Woon, ia pun melupakan Se Jong
untuk menerima bunga itu, cantiknya..
Se Jong mengingatkan, Mr. Smith itu mencurigakan karena cuma mengirim bunga di setiap pertunjukkannya tanpa meninggalkan nomor ponsel. Terlebih Ro Woon kan hanya memainkan peran kecil. Jelas sekali mencurigakan.
"Tidak
peduli semencurigakan apa pun itu, ini mungkin akan menjadi hadiah terakhir
darinya." Ujar Ro Woon.
Se Jong
terkejut, Ro Woon sungguh akan mengundurkan diri. Ro Woon kan sudah bilang
kalau ia dapat pekerjaan. Se Jong hanya tidak menyangka Ro Woon bisa lulus tes.
"Terima kasih untuk semua dukunganmu. Aku bisa menahan segalanya berkat kau." Ucap Ro Woon pada bunga Mr. Smith.
Se Jong
merangkulnya, "Baguslah kalau begitu, kita juga sama-sama mendapat buket
bunga. Tapi, kau mengkhianati aku (dengan keluar dari pekerjaan)."
"Aku
tidak bicara padamu. Aku berterima kasih pada Mr. Smith."
Se Jong
berdiri, apapun itu, Kenapa sih Ro Woon keluar segala? Kenapa kau juga menjadi
membosankan begini? Kenapa?
Hwan Gi bicara pada seseorang. Orang itu tidak percaya Hwan Gi mengirimkan bunganya lagi. Kan Hwan Gi hanya perlu mengucapkan tiga kata "Aku adalah penggemarmu". Sudah berapa kali coba ia menyuruh Hwan Gi melakukannya.
"Aku
tidak yakin bisa melakukannya. Kenapa juga aku harus melakukannya?"
"Jelas
karena kau penggemarnya. Iya, kan? Saat menyukai seseorang, wajar untuk
mengekspresikannya."
Hwan Gi
tidak ingin dia mengetahui wajah maupun namanya. Penggemar tanpa nama sudah
cukup. Ia lebih suka tetap menjaga jarak darinya.
Wanita itu
meraka Hwan Gi menyukai dia lebih dari seorang penggemar. Maksudnya, kan ada
banyak sekali aktris terkenal. Kenapa malah menyukai seorang aktris tidak
populer begitu? Pasti ada cerita di baliknya. Hwan Gi bisa mengatakan padanya
hal-hal seperti...
Hwan Gi diam
saja, wanita itu kesal, Hwan Gi selalu saja langsung irit bicara setiap kali ia
mulai bertanya. Benar-benar! Apa yang harus ia lakukan pada Hwan Gi?
"Bagaimanapun, jelas dia menggenggam solusi atas masalahmu. Karena perasaanmu padanya sangat mendalam, tentu sangat sulit untuk bertemu langsung padanya. Ingat saja itu. Hampiri dia dan katakan, "Aku adalah penggemarmu". Jika kau bisa menyelesaikan misi tersebut, kepercayaan dirimu untuk berinteraksi sosial akan meningkat."
Hwan Gi
tidak yakin. Wanita itu mengibaratkannya dengan mengendarai sepeda. sesekali
mengayuh pedalnya lebih kencang, maka sepeda akan melaju lebih kencang tanpa
selip.
"Aku
tidak pernah mengendarai sepda." Jawab Hwan Gi.
Ah.. kalau
begitu wanita iru mengibaratkannya dengan diare. Pikirkan saat makan dalam
situasi seperti itu. Rasanya tidak enak, tapi setelah sendokan pertama,
selanjutnya Hwan Gi bisa menghabiskan seluruh makanannya. Hwan Gi paham
maksudnya, kan?
"Aku
ini cowok sehat, tahu."
Ah.. bikin frustasi. Wanita itu mengingatkan, mereka sudah seperti ini selama tiga tahun. Masa sih tidak ada perkembangannya. Dan, sampai kapan sih mereka hanya berkonsultasi seperti ini? Bicara terhalang tembok. HAHAHA…
>
3 komentar
Kamsahamnida....
Penasaran pas liat spoiler di yutub, eps 1 blm terlalu asik blm nyambung sayanya haha
HAhaha baru episode 1 aja udh kerasa lucu nya
EmoticonEmoticon