-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 1 Part 1

- Desember 28, 2016
>
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury episode 1 Part 1



Dalam sidang terbuka yang dilakukan siswa SMA. Jaksa (Ko Seo Yeon) menuduh Choi Woo Hyuk atas pembunuhan Lee So Woo. Pengacara (Han Ji Hoon) membantah tuduhan jaksa itu sebagai khayalan belaka.

Jaksa mendebat kalau tuduhannya berdasarkan ketengan saksi. Pengecara menerangkan kalau Choi Woo Hyuk tidak memendam niat jahat terhadap Lee So Woo, tidak cukup hingga melukai So Woo.

Jaksa kemudian beralih menanyai saksi (Kim Dong Hyun) untuk membuktikan alibi Choi Woo Hyuk. Pengacara keberatan tapi hakim (Kim Min Suk) menyuruh pengacara untuk melanjutkan.

"25 Desember, tengah malam... Dimana dan apa yang dilakukannya? Siapa saksinya? Apa ada yang bisa membuktikannya? Tolong katakan yang kau ingat."

Kim Dong Hyun tak tahu, Alibinya palsu! Mereka menyuruhnya mengatakan kalau ia bersama Woo Hyuk. Mereka menyuruhnya tutup mulut dan mematuhi perintah mereka!
Sidang itu disaksikan oleh semua murid, wali murid, detektif, dan wartawam. Kemudian Lee Joo Ri muncul dengan memakai topi di belakang.

Woo Hyuk tak terima dengan perkataan Dong Hyun, ia hendak menyerangnya dan semua menghalangi, sementara Dong Hyun melarikan diri dari ruang sidang.

-- 2 Bulan Sebelumnya --
Kelas 2 SMA saat ini sedang ulangan. Seo Yeon merasa sakit pada pergelangan tangannya. Ia membuka tasnya untuk mengambil perban, Lee So Woo melihatnya, Seo Yeon cuek dan tetap membalutkan perban ke tangannya.

Setelah selesai, Seo Yeon kembali melihat So Woo dan kali ini So Woo menyeringai, lalu ia keluar meninggalkan kelas.
Ulangan usai, Seo Yeon meregangkan ototnya di tangga, tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca, semua anak menuju ke sumber suara dan Seo Yeon juga.

Suara gaduh itu timbul dari perkelahian antara Choi Woo Hyuk dengan Lee So Woo. Woo Hyuk menyerang So Woo berkali-kali hingga wajahnya luka-luka sementara So Woo hanya mencoba bertahan.

Terakhir, Woo Hyuk menekan leher So Woo dengan lengannya. So Woo menatap Seo Yeon, ia nampak sangat kesakitan.

Tak lama kemudian pak guru dan bu guru datang untuk memisahkan mereka. Pak guru memegangi Woo Hyuk sementara bu guru (Guru Kim) menangani So Woo yang tergeletak di lantai.

Woo Hyuk menyumpah akan membunuh So Woo.
Guru Kim menyuruh So Woo untuk menarik nafas dan memastikan kalau semuanya baik-baik saja. Setelah bisa bernafas lega, So Woo kembali melirik Seo Yeon.

So Woo dipertemukan dengan Kepala Departemen Hukum Yayasan Jeong-guk, Han Kyung-moon. Pak Wakil Kepala Sekolah (Wakepsek) menyuruh So Woo untuk memberi salam tapi So Woo malah memalingkan muka. Pak Han tidak apa-apa dan menyuruh Pak Wakepsek pergi saja.

Pak Han bicara santai pada So Woo, kenapa So Woo melakukan itu, Bukan dengan murid lain, tapi Choi Woo Hyuk.

"Kau orang yang rasional, kan? Dalam situasi apapun. Kejadian ini... Cukup serius. Ayah Woo Hyuk adalah Ketua Komite Pencegahan Kekerasan di SMA Jeong-guk. Ketika penyelidikan dimulai, dia akan berusaha segala upaya supaya kau mendapat hukuman paling berat. Kemudian akan sulit bagiku membantumu."

Barulah So Woo mau melihat pak Han, ia memanggil Pak Han dengan sebutan "Ahjussi". So Woo bisa melihat dengan jelas apa yang sedang pak Han pikirkan saat ini. Maka Pak Han menyuruhnya berhenti, Jangan semakin jauh karena tidak hanya So Woo yang akan celaka, bagaimana dengan orangtuanya?

"Penawaran dari sekolah... Masih berlaku. Kami akan mencarikan SMA baru, yang sama bagusnya dengan SMA Jeong-guk. Dengan satu syarat, bahwa kau tidak bicara soal kejadian itu. Berjanjilah padaku, dan kejadian hari ini takkan pernah diungkit."
"Ahjussi. Semua data di komputer terhapus pada saat diformat ulang. Dan bekas pensil bisa dihapus dengan penghapus. Tapi bagaimana cara menghapus ingatan yang tersimpan dalam pikiran seseorang? Anda sungguh mengira semua bisa berakhir kalau aku pergi dari SMA Jeongkuk?"

So Woo berdiri dan pamit. Ia sudah menuju pintu saat Pak Han bertanya, apa Ji Hoon juga tahu mengenai ini, tapi ia hanya diam saja dan tetap melanjutkan jalannya.

Di kelas ribut membicarakan perkelahian antara So Woo dan Woo Hyuk.  Lee Yoo Jin menginterogasi Seo Yeon, apa benar Seo Yeon melihat wajah Lee So Woo si tekun dan pendiam, Lee So Woo dari kelas mereka?

Seo Yeon mengangguk. Yoo Jin meminta Seo Yeon menjelaskan lebih detail kenapa mereka berkelahi, sayangnya Seo Yeon juga tidak tahu.

Yoo Jin menyesalkan hal ini, kenapa jiga So Woo berkelahi dengan Choi Woo Hyuk, bagaimana So Woo akan bersekolah sekarang?
Kim Soo Hee yang dibelakangnya menyahut kalau So Woo sudah tamat. Anak yang berkelahi dengan Choi Woo Hyuk tahun lalu dipanggil untuk penyellidikan, tapi anak itu menjadi pelaku bukan korban, dan dipaksa meninggalkan sekolah!

"Dari yang kulihat, Lee Seo Woo juga segera akan... (tamat). Jika ada yang berani bersaksi, dia akan menyulut sisi buruk Choi Woo Hyuk dan menderita selama masa sekolah!"

Di belakang mereka lagi, Lee Joo Ri mendengarkan dengan intens.
Guru Kim masuk kelas, bertanya apa ada diantara mereka kemarin yang melihat perkelahian antara Woo Hyuk dan So Woo. Karena sekolah membutuhkan saksi untuk Komite Pencegahan Kekerasan Sekolah.

Tak seorangpun di kelas yang mengacungkan tangan. Guru Kim mengerti lalu menyuruh ketua kelas (Seo Yeon) ke ruang guru untuk mengambil buku PR teman-temannya.
Setelah memberikan buku PRpada Seo Yeon, Guru Kim memastikan, apa Seo Yeon benar-benar tidak melihat perkelahian itu juga. Guru Kim tak bermaksud untuk menekan Seo Yeon, hanya saja tidak ada yang mau bersaksi.

"Ya. Aku tidak lihat." Jawab Seo Yeon.

Guru Kim mengerti lalu menyuruh Seo Yeon pergi.
Saat akan keluar ruang guru, Seo yeon berpapasan dengan So Woo. Seo Yeon tak mengatakan apa-apa, setelah menatap So Woo ia akan pergi.

"Kau sama saja." Ujar So Woo yang sukses menghentikan langkah Seo Yeon. Lalu So Woo melewati Seo Yeon begitu saja.
Seo Yeon membaca komentar-komentar teman-temannya mengenai perkelahian Woo Hyuk - So Woo. Intinya Mereka membahas kebodohan So Woo yang bisa-bisanya berkelahi dengan diktator SMA Jeong-guk dan akibatnya pasti So Woo dipaksa pindah. Mereka saling suruh untuk bersaksi.

Seo Yeon mengetik "Keterangan saksi".
Seo Yeon kaget mendengar dari Choi Seung Hyun kalau pertemuan komite akan diadakan hari ini padahal sebelum-sebelumnya membutuhkan 2-3 minggu penyelidikan, tapi kali ini hanya selang 3 hari.

"Menurutmu karena siapa? Hebat sekali orang itu, ayah Choi Woo Hyuk! Hari ini pasti hari terakhir kita melihat si bodoh, Lee So Woo!"
Pertemuan dimulai setelah semuanya hadir termasuk ayah Woo Hyuk. Pak Wakepsek sebagai pemimpinnya, Agendanya adalah Perkelahian yang terjadi pada tanggal 9 Desember di lab sains sekolah ini. Lee So Woo secara fisik menyerang teman sekolahnya, Choi Woo Hyuk.

"Korban sedang dirawat di rumah sakit, sehingga tak bisa hadir. Kita sudah menerima pernyataannya, maka kita lompati saja. Pelaku, silahkan masuk."

Pak Wakepsek berkali-kali memanggil So Woo agar masuk tapi tidak ada tanggapan.
So Woo malah menuju kelasnya untuk mengambil semua buku-bukunya di loker. Ia mengabaikan Seo Yeon yang bertanya kenapa ia ada disana.

Sebelum pergi, So Woo menatap Seo Yeon dan tean-temannya. Mereka semua lalu mengintip dari jendela saat So Woo melangkah keluar.
Yoo Jin dan Soo Hee menanyai Seo Yeon, Ada apa? So Woo takkan sekolah di sana lagi? Komite sudah memutuskan? Dipaksa pindah?

Seo Yeon menggeleng.

Pak Wakepsek mendadak masuk ke ruangan Pak kepsek yang sedang berdiskusi dengan Pak Han. Beliau mengabarkan kalau So Woo mengosongkan lokernya.
So Woo sampai di lapangan, ia menatap teman-temannya yang melihatnya dari jendela kelas, ia mengacungkan jari tengahnya.

Pak Han juga melihat hal itu dari ruangan kepala sekolah.

-- 2 minggu kemudian - Tanggal 26 Desember --
Seo Yeon berangkat sekolah seperti biasa, ia menghirup udara musim dingin di depan rumahnya sebelum berjalan.

Sementara itu dirumah Bae Joon Young, kedua orang tuanya bertengkar, pagi-pagi ibunya meminta ayahnya untuk menandatangani surat cerai.

Ayahnya mencoba meredam amarah ibunya dan mengatakan kalau Joon Young sedang bersiap ke sekolah. Joon Young mendesah mendengarnya dan memilih untuk berangkat saja.
Joon Young bersepeda ke sekolah dan sekolah masih sepi saat ia sampai. Joon Young memarkir sepedanya, ia melihat Ji Hoon sedang melihatnya dari atas, tapi saat ia mendongak, Ji Hoon segera melangkah.

Joon Young tak peduli, ia juga melanjutkan langkahnya tapi tiba-tiba perhatiannya teralih pada sesuatu yang menyembul dari semak. Joon Young mendekat, itu adalah tangan yang tertimbun salju lalu ia menggali lagi untuk melihat wajah...

"Lee So Woo..." Desisnya terkejut dan otomatis ia menjauh.
Seo Yeon yang juga baru sampai heran melihat Joon Young ketakutan, ia mendekat dan melihat wajah So Woo yang tertutup salju.

Polisi dan mobil ambulance datang. Pak kepsek dan jajarannya panik.

Detektif yang bertanggung jawab untuk kasus ini adalah detektif Oh, ia naik ke atap untuk menyelidiki.
Para wali murid menelfon guru-guru, pokoknya pagi itu ribut sekali. Guru-guru menjawab kalau mereka masih berusaha memahami situasinya dan akan memberitahu pada orangtua, setiap telfon dari walimurid.

Pak Kepsek memarahi penjaga sekolah yang lengah sehingga ada murid yang menyusup saat malam lalu bunuh diri. Dan yang lebih parahnya membiarkan murid lain menemukan jasadnya.

"Saya sedang di area pembuangan sampah..." Bela Penjaga sekolah.

Pak kepsek tidak mau tahu, ia menuntut tanggung jawab dari penjaga sekolah. Tidak perlu panjang lebar, ia langsung memecap penjaga sekolah

Penjaga sekolah memohon bahkan sampai berlutut tapi pak kepsek tidak tergerak. Guru Kim mencoba menengahi, apapak kepsek harus sejauh itu?!

Pak Kepsek tidak punya waktu untuk meladenikarena pak Wakepsek mengabarkan kalau ketua Dewan sedang menuju ke sekolah.
Pak Kepsek bersiap menyambut ketua Dewan dan memasrahkan masalah itu pada Guru Kim.

Pak Kepsek memberi salam pada Ketua Dewan serta berterimakasih atas kedatangannya. Pak Han bertanya, tentang pertemuan orangtua.

"Dijadwalkan sore ini." Jawab Pak Kepsek.
Seung Hyun membahas mengenai jenazah yang ditemukan disekolah. Temannya bertanya, apa pembunuhan? Siapa pelakunya?

"Tidak. Tidak mungkin. Sekolah kita bisa celaka."

"Bagaimana kalau bunuh diri?"

"Kita juga tetap celaka."
Yoo Jin yang mendengar percakapan itu bertanya pada Soo Hee kenapa sekolah dalam masalah kalau bunuh diri. Soo Hee menjelaskan sambil jalan menuju bangku.

"Kalau seorang murid bunuh diri, itu artinya lingkungan sekolah tidak baik. Maka tahun depan, akan lebih sedikit yang mendaftar ke sekolah kita. Kemudian, sekolah terpaksa menerima murid yang tidak memenuhi standar. 3 tahun kemudian mereka akan masuk ke universitas jelek. SMA Jeong-guk terkenal karena standarnya yang tinggi. Hancur kalau standar itu tak terpenuhi."

"Wow, kau memikirkan semua itu saat sekolah di sini?"

"Lee Yoo Jin! Bagaimana kau bisa..."

Kim Min Suk menyahut, biarkan saja Yoo Jin, "Dia akan paham setelah gagal 3 kali."

"Tutup mulutmu, jelek!" Balas Yoo Jin.
Seung Hyun masuk dengan terburu-buru ia mengumumkan Daftar hadir semua kelas. Yang tidak ada, satu dari kelas 2-5, satu dari kelas 2-8, dan dua dari kelas 2-9.

Yoo Jin mengedarkan pandangan kesekeliling kelas, dari kelas mereka yang tidak ada Seo Yeon, dan Choi Woo Hyuk, serta Bae Joon Young.
"Lalu bukankah itu tempat duduk Lee So Woo?" Lajut Yoo Jin dengan menunjuk meja yang dibuat sebagai tempat menjemur kaus kaki basah.

Yoo Jin lalu menggeleng, tidak mungkin dari kelas mereka (yang meninggal itu).
Wali kelas menjelaskan pada anggota komite soal So Woo, berdasarkan formulir aplikasinya, keadaan keluarganya berada di tingkat 5. Namun nilainya di sekolah lebih tinggi.

"Dia menunjukkan gelaja depresi. Dia berkelahi dengan murid lain sekitar 2 minggu yang lalu, dan sejak saat itu dia tidak berangkat sekolah."

Pak Han bertanya, apa ibu wali kelas bicara dengan murid tersebut, mengapa menolak bersekolah?

"Tidak."

Pak Han memandang wakepsek lalu wakepsek meminta Bu wali kelas untuk keluar.
Salah satu anggota komite mengatakan kalau tak ada yang perlu dicemaskan. So Woo sudah mengalami depresi sebelumnya. Polisi juga berpendapat So Woo bunuh diri.

"Jangan gegabah. Masalah ini sangat penting dan serius." Ujar Pak Han.

Kemudian PakHan meminta pengacara Lee (yang berkacamata) untuk membagikan berkas. Itu adalahbeberapa kasus yang mirip. Terdapat insiden di SMA K pada tahun 1997 juga terdapat insiden di SMA A pada tahun 2005.

"Kasus-kasus ini sangat mirip dengan kasus kita. Kita harus mengacu pada mereka untuk respon dan cara kita mengatasi situasi."
Wakepsek protes, Memberikan bantuan atas dasar kebijaksanaan? Apa itu perlu. Pak Han menjelaskan lebih tepatnya adalah kompensasi, Karena terjadi di dalam lingkungan sekolah, akan semakin rumit jika keluarga mendiang mengungkit masalah ini nantinya.

Pak Han mengajukan 400 juta won. Pak kepsek setuju, upacara pemakaman sebesar itu takkan menjadi masalah. Maka Pak Han meminta untuk dipercepat dan laporkan segera anggarannya serta persiapannya.

"Tapi... Bagaimana soal media?" tanya Pak Kepsek.

Pak Han berpendapat kalau kasus ini takkan terlalu menarik banyak perhatian karena sudah jelas kasusu bunuh diri. Jadi tolak saja wawancara selama masa berkabung, Tapi hanya boleh mengatakan So Woo sudah berhenti masuk sekolah atau sudah mengalami depresi sebelumnya.

"Kita harus mengawasi akun sosmed para siswa. Bukankah sebenarnya di sanalah awal insiden ini?" Ujar anggota komite yang tadi.

Semua memandang Ketua Choi, beliau yang sedaritadi hanya diam pun angkat bicara. Menyebut mengenai pepatah kuno, "Mulut mengundang bencana."

Mengetahui maknanya anggota tadi langsung minta maaf. Pak Han menjelaskan, Masyarakat akan salah paham jika mereka mencampuri situs sosmed. Jadi fokus pada para orangtua dan guru supaya mereka tidak berpikiran aneh.

"Dan juga... Musnahkan semua dokumen tak resmi tentang Lee So Woo."
Seo Yeon dan Joon Young tidak ke kelas karena di ruang konseling. Kemudian dua detektif masuk, Detektif Oh dan Ayahnya (Detektif Ko).

"Seo Yeon... Kau tidak apa-apa." Ucap Ayahnya.

Detektif Oh menyapa mereka dan memberi mereka minuman hangat walaupun tahu kalau bukan itu yang mereka butuhkan.
"Aku yakin, kalian tak ingin mengingat kembali, tapi itu adalah proses yang sangat penting. Kuharap kalian mengerti."

Dimulai dari Joon Young, Detektif Oh meminta Joon Young untuk menceritakannya dari awal. Joon Young mulai cerita, tadi masih pagi sekitar pukul 7 lebih, ia sengaja berangkat pagi untuk menghindari pertengkaran orangtuanya.

"Aku memarkir sepedaku dan berjalan menuju kelas. Aku lihat sesuatu menyembul di balik semak. Kugali untuk melihatnya. Ternyata Lee So Woo. Dia di sana."

baru setelah itu Seo Yeon datang.

Pertanyaan selanjutnya, apa mereka menyadari ada yang aneh dengan So Woo belakangan ini? Semisal lebih depresi dari biasanya, lebih pemarah dari biasanya.

"Soal itu..." Kata Seo Yeon.

Ayahnya menyela, ia merasa cukup meminta keterangannya, ia yakin mereka masih syok.
Detektif Oh menyusul Detektif Ko, Bukankah Detektif Ko harus mengantar Seo Yeon pulang?

"Istriku akan datang."

Detektif Ko selanjutnya bertanya hasil dari forensik. Detektif Oh menjelaskan kalau dugaan utama mereka adalah bunuh diri.

"SPO? (Petugas Polisi Sekolah)"

"Katanya tidak ada yang luar biasa. Dia tak pernah meminta konseling atau membuat masalah."

"Kurasa dia anak yang sangat pendiam."

"Tapi sekitar 2 minggu lalu... Dia berkelahi dengan teman sekolahnya, kemudian berhenti masuk sekolah. Bahkan mengosongkan lokernya! Tapi sekolah ini sangat tergesa-gesa! Mereka terus minta kita tutup kasusnya, supaya para murid bisa fokus. Mereka bahkan menelepon Kepala Kepolisian!"

"Karena di sini mereka sangat tekun belajar. Tidak salah berbuat demikian. Aku yakin lebih baik untuk para murid dan keluarga mendiang bila cepat berlalu."

"Ya, benar."
Seo Yeon dan Joon Young berjalan ke kelas dalam diam. Saat mereka masuk, ibu wali kelas sudah ada di dalam. Setelah Seo Yeon dan Joon Young duduk, ibu wali kelas melanjutkan pengumumannya.

"Ibu tidak tahu bagaimana cara menjelaskan supaya kalian bisa paham. Bahkan sebagai seorang guru, sulit sekali untuk memahaminya. Butuh waktu lama untuk berani masuk ke kelas ini. Hari ini... Hari ini... Teman... Teman kita So Woo..."

Anak-anak semua memandang meja kosong So Woo. Ibu wali kelas tidak melanjutkan kata-katanya tapi seluruh kelas sudah paham.
Kayaknya hari ini semua murid-murid dipulangkan lebih awal, mereka semua dijemput oleh orangtua masing-masing. Ibu Seo Yeon menunggu di luar tapi Seo Yeon tak kunjung keluar, ia pun menelfon.

Seo Yeon jalan bersama Yoo Jin dan Soo Hee, mereka sama-sama mengkhawatirkan Seo Yeon. Mereka bahkan menawari untuk mengantar Seo Yeon.

"Aku tak apa-apa. Ibuku akan menjemputku." Jawab Seo Yeon.

"Kau bilang tak apa-apa karena memang begitu, atau karena sebaliknya dan ingin sendiri?" Tanya Soo Hee.

"Aku tak apa-apa, sungguh. Jangan khawatir."

Maka mereka meninggalkan Seo Yeon dan memastikan agar Seo Yeon beristirahat. Telfon saja kalau butuh apapun, mereka akan datang membawa makanan enak!
Telfon ibunya masuk, Seo Yeon akan mengangkatnya tapi tidak jadi karena melihat Joon Young di depan garis polisi lokasi jenazah So Woo ditemukan. Seo Yeon memilih menghampiri Joon Young/

"Manusia, setelah mati mereka pergi kemana?" Tanya Joon Young tiba-tiba.

"Hah?"

"Seperti apa rasanya mati?"

"Kenapa bicara seperti itu?"

"Lee So Woo... Dia kelihatan damai. Dia kelihatan tenang."

"Bae Joon Young!"

Seo Yeon tak bisa melanjutkan kalimatnya karena ibunya memanggil. Joon Young menyapa ibu Seo Yeon.
Ibu Seo Yeon menawari Joon Young untuk pulang bersama tapi Joon Young menolaknya sambil melirik sepedanya. Lalu Joon Young pamit.

Ibu Seo yeon iba, setibanya di rumah Joon Young masih harus merawat ibunya dalam keadaan seperti itu. 
Di Rumah Seo Yeon. Ibunya sengaja masak banyak supaya Seo Yeon bisa makan banyak dan menjadi kuat!

Sambil makan ibu berkata, melarang Seo Yeon berjuang sendirian.Ayah dan Ibu selalu ada untuknya.

"Aku tak apa-apa. Aku akan baik saja."




>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search