Dalam sidang terbuka yang dilakukan siswa SMA. Jaksa (Ko Seo Yeon) menuduh Choi Woo Hyuk atas pembunuhan Lee So Woo. Pengacara (Han Ji Hoon) membantah tuduhan jaksa itu sebagai khayalan belaka.
Jaksa mendebat kalau tuduhannya berdasarkan ketengan saksi. Pengecara menerangkan kalau Choi Woo Hyuk tidak memendam niat jahat terhadap Lee So Woo, tidak cukup hingga melukai So Woo.
Jaksa
kemudian beralih menanyai saksi (Kim Dong Hyun) untuk membuktikan alibi Choi
Woo Hyuk. Pengacara keberatan tapi hakim (Kim Min Suk) menyuruh pengacara untuk
melanjutkan.
"25
Desember, tengah malam... Dimana dan apa yang dilakukannya? Siapa saksinya? Apa
ada yang bisa membuktikannya? Tolong katakan yang kau ingat."
Kim Dong
Hyun tak tahu, Alibinya palsu! Mereka menyuruhnya mengatakan kalau ia bersama
Woo Hyuk. Mereka menyuruhnya tutup mulut dan mematuhi perintah mereka!
Sidang itu
disaksikan oleh semua murid, wali murid, detektif, dan wartawam. Kemudian Lee
Joo Ri muncul dengan memakai topi di belakang.
Woo Hyuk tak
terima dengan perkataan Dong Hyun, ia hendak menyerangnya dan semua
menghalangi, sementara Dong Hyun melarikan diri dari ruang sidang.
-- 2 Bulan
Sebelumnya --
Kelas 2 SMA
saat ini sedang ulangan. Seo Yeon merasa sakit pada pergelangan tangannya. Ia
membuka tasnya untuk mengambil perban, Lee So Woo melihatnya, Seo Yeon cuek dan
tetap membalutkan perban ke tangannya.
Setelah
selesai, Seo Yeon kembali melihat So Woo dan kali ini So Woo menyeringai, lalu
ia keluar meninggalkan kelas.
Ulangan
usai, Seo Yeon meregangkan ototnya di tangga, tiba-tiba terdengar suara pecahan
kaca, semua anak menuju ke sumber suara dan Seo Yeon juga.Suara gaduh itu timbul dari perkelahian antara Choi Woo Hyuk dengan Lee So Woo. Woo Hyuk menyerang So Woo berkali-kali hingga wajahnya luka-luka sementara So Woo hanya mencoba bertahan.
Terakhir, Woo Hyuk menekan leher So Woo dengan lengannya. So Woo menatap Seo Yeon, ia nampak sangat kesakitan.
Tak lama kemudian pak guru dan bu guru datang untuk memisahkan mereka. Pak guru memegangi Woo Hyuk sementara bu guru (Guru Kim) menangani So Woo yang tergeletak di lantai.
Woo Hyuk
menyumpah akan membunuh So Woo.
Guru Kim
menyuruh So Woo untuk menarik nafas dan memastikan kalau semuanya baik-baik
saja. Setelah bisa bernafas lega, So Woo kembali melirik Seo Yeon.So Woo dipertemukan dengan Kepala Departemen Hukum Yayasan Jeong-guk, Han Kyung-moon. Pak Wakil Kepala Sekolah (Wakepsek) menyuruh So Woo untuk memberi salam tapi So Woo malah memalingkan muka. Pak Han tidak apa-apa dan menyuruh Pak Wakepsek pergi saja.
Pak Han bicara santai pada So Woo, kenapa So Woo melakukan itu, Bukan dengan murid lain, tapi Choi Woo Hyuk.
"Kau
orang yang rasional, kan? Dalam situasi apapun. Kejadian ini... Cukup serius.
Ayah Woo Hyuk adalah Ketua Komite Pencegahan Kekerasan di SMA Jeong-guk. Ketika
penyelidikan dimulai, dia akan berusaha segala upaya supaya kau mendapat
hukuman paling berat. Kemudian akan sulit bagiku membantumu."
Barulah So
Woo mau melihat pak Han, ia memanggil Pak Han dengan sebutan
"Ahjussi". So Woo bisa melihat dengan jelas apa yang sedang pak Han
pikirkan saat ini. Maka Pak Han menyuruhnya berhenti, Jangan semakin jauh
karena tidak hanya So Woo yang akan celaka, bagaimana dengan orangtuanya?
"Penawaran
dari sekolah... Masih berlaku. Kami akan mencarikan SMA baru, yang sama
bagusnya dengan SMA Jeong-guk. Dengan satu syarat, bahwa kau tidak bicara soal
kejadian itu. Berjanjilah padaku, dan kejadian hari ini takkan pernah
diungkit."
"Ahjussi.
Semua data di komputer terhapus pada saat diformat ulang. Dan bekas pensil bisa
dihapus dengan penghapus. Tapi bagaimana cara menghapus ingatan yang tersimpan
dalam pikiran seseorang? Anda sungguh mengira semua bisa berakhir kalau aku
pergi dari SMA Jeongkuk?"So Woo berdiri dan pamit. Ia sudah menuju pintu saat Pak Han bertanya, apa Ji Hoon juga tahu mengenai ini, tapi ia hanya diam saja dan tetap melanjutkan jalannya.
Di kelas ribut membicarakan perkelahian antara So Woo dan Woo Hyuk. Lee Yoo Jin menginterogasi Seo Yeon, apa benar Seo Yeon melihat wajah Lee So Woo si tekun dan pendiam, Lee So Woo dari kelas mereka?
Seo Yeon
mengangguk. Yoo Jin meminta Seo Yeon menjelaskan lebih detail kenapa mereka
berkelahi, sayangnya Seo Yeon juga tidak tahu.
Yoo Jin
menyesalkan hal ini, kenapa jiga So Woo berkelahi dengan Choi Woo Hyuk,
bagaimana So Woo akan bersekolah sekarang?
Kim Soo Hee
yang dibelakangnya menyahut kalau So Woo sudah tamat. Anak yang berkelahi
dengan Choi Woo Hyuk tahun lalu dipanggil untuk penyellidikan, tapi anak itu
menjadi pelaku bukan korban, dan dipaksa meninggalkan sekolah!
"Dari
yang kulihat, Lee Seo Woo juga segera akan... (tamat). Jika ada yang berani
bersaksi, dia akan menyulut sisi buruk Choi Woo Hyuk dan menderita selama masa
sekolah!"
Di belakang
mereka lagi, Lee Joo Ri mendengarkan dengan intens.
Guru Kim
masuk kelas, bertanya apa ada diantara mereka kemarin yang melihat perkelahian
antara Woo Hyuk dan So Woo. Karena sekolah membutuhkan saksi untuk Komite
Pencegahan Kekerasan Sekolah.
Tak
seorangpun di kelas yang mengacungkan tangan. Guru Kim mengerti lalu menyuruh
ketua kelas (Seo Yeon) ke ruang guru untuk mengambil buku PR teman-temannya.
Setelah
memberikan buku PRpada Seo Yeon, Guru Kim memastikan, apa Seo Yeon benar-benar
tidak melihat perkelahian itu juga. Guru Kim tak bermaksud untuk menekan Seo
Yeon, hanya saja tidak ada yang mau bersaksi.
"Ya.
Aku tidak lihat." Jawab Seo Yeon.
Guru Kim
mengerti lalu menyuruh Seo Yeon pergi.
Saat akan
keluar ruang guru, Seo yeon berpapasan dengan So Woo. Seo Yeon tak mengatakan
apa-apa, setelah menatap So Woo ia akan pergi.
"Kau
sama saja." Ujar So Woo yang sukses menghentikan langkah Seo Yeon. Lalu So
Woo melewati Seo Yeon begitu saja.
Seo Yeon
membaca komentar-komentar teman-temannya mengenai perkelahian Woo Hyuk - So
Woo. Intinya Mereka membahas kebodohan So Woo yang bisa-bisanya berkelahi
dengan diktator SMA Jeong-guk dan akibatnya pasti So Woo dipaksa pindah. Mereka
saling suruh untuk bersaksi.
Seo Yeon
mengetik "Keterangan saksi".
Seo Yeon
kaget mendengar dari Choi Seung Hyun kalau pertemuan komite akan diadakan hari
ini padahal sebelum-sebelumnya membutuhkan 2-3 minggu penyelidikan, tapi kali
ini hanya selang 3 hari.
"Menurutmu
karena siapa? Hebat sekali orang itu, ayah Choi Woo Hyuk! Hari ini pasti hari
terakhir kita melihat si bodoh, Lee So Woo!"
Pertemuan
dimulai setelah semuanya hadir termasuk ayah Woo Hyuk. Pak Wakepsek sebagai
pemimpinnya, Agendanya adalah Perkelahian yang terjadi pada tanggal 9 Desember
di lab sains sekolah ini. Lee So Woo secara fisik menyerang teman sekolahnya,
Choi Woo Hyuk.
"Korban
sedang dirawat di rumah sakit, sehingga tak bisa hadir. Kita sudah menerima
pernyataannya, maka kita lompati saja. Pelaku, silahkan masuk."
Pak Wakepsek
berkali-kali memanggil So Woo agar masuk tapi tidak ada tanggapan.
So Woo malah
menuju kelasnya untuk mengambil semua buku-bukunya di loker. Ia mengabaikan Seo
Yeon yang bertanya kenapa ia ada disana.
Sebelum
pergi, So Woo menatap Seo Yeon dan tean-temannya. Mereka semua lalu mengintip
dari jendela saat So Woo melangkah keluar.
Yoo Jin dan
Soo Hee menanyai Seo Yeon, Ada apa? So Woo takkan sekolah di sana lagi? Komite
sudah memutuskan? Dipaksa pindah?
Seo Yeon
menggeleng.
Pak Wakepsek
mendadak masuk ke ruangan Pak kepsek yang sedang berdiskusi dengan Pak Han.
Beliau mengabarkan kalau So Woo mengosongkan lokernya.
So Woo
sampai di lapangan, ia menatap teman-temannya yang melihatnya dari jendela
kelas, ia mengacungkan jari tengahnya.
Pak Han juga
melihat hal itu dari ruangan kepala sekolah.
-- 2 minggu
kemudian - Tanggal 26 Desember --
Seo Yeon
berangkat sekolah seperti biasa, ia menghirup udara musim dingin di depan
rumahnya sebelum berjalan.Sementara itu dirumah Bae Joon Young, kedua orang tuanya bertengkar, pagi-pagi ibunya meminta ayahnya untuk menandatangani surat cerai.
Ayahnya
mencoba meredam amarah ibunya dan mengatakan kalau Joon Young sedang bersiap ke
sekolah. Joon Young mendesah mendengarnya dan memilih untuk berangkat saja.
Joon Young
bersepeda ke sekolah dan sekolah masih sepi saat ia sampai. Joon Young memarkir
sepedanya, ia melihat Ji Hoon sedang melihatnya dari atas, tapi saat ia
mendongak, Ji Hoon segera melangkah.Joon Young tak peduli, ia juga melanjutkan langkahnya tapi tiba-tiba perhatiannya teralih pada sesuatu yang menyembul dari semak. Joon Young mendekat, itu adalah tangan yang tertimbun salju lalu ia menggali lagi untuk melihat wajah...
"Lee So
Woo..." Desisnya terkejut dan otomatis ia menjauh.
Seo Yeon
yang juga baru sampai heran melihat Joon Young ketakutan, ia mendekat dan
melihat wajah So Woo yang tertutup salju.Polisi dan mobil ambulance datang. Pak kepsek dan jajarannya panik.
Detektif
yang bertanggung jawab untuk kasus ini adalah detektif Oh, ia naik ke atap
untuk menyelidiki.
Para wali
murid menelfon guru-guru, pokoknya pagi itu ribut sekali. Guru-guru menjawab
kalau mereka masih berusaha memahami situasinya dan akan memberitahu pada
orangtua, setiap telfon dari walimurid.Pak Kepsek memarahi penjaga sekolah yang lengah sehingga ada murid yang menyusup saat malam lalu bunuh diri. Dan yang lebih parahnya membiarkan murid lain menemukan jasadnya.
"Saya
sedang di area pembuangan sampah..." Bela Penjaga sekolah.
Pak kepsek
tidak mau tahu, ia menuntut tanggung jawab dari penjaga sekolah. Tidak perlu
panjang lebar, ia langsung memecap penjaga sekolah
Penjaga
sekolah memohon bahkan sampai berlutut tapi pak kepsek tidak tergerak. Guru Kim
mencoba menengahi, apapak kepsek harus sejauh itu?!
Pak Kepsek
tidak punya waktu untuk meladenikarena pak Wakepsek mengabarkan kalau ketua
Dewan sedang menuju ke sekolah.
Pak Kepsek
bersiap menyambut ketua Dewan dan memasrahkan masalah itu pada Guru Kim.Pak Kepsek memberi salam pada Ketua Dewan serta berterimakasih atas kedatangannya. Pak Han bertanya, tentang pertemuan orangtua.
"Dijadwalkan
sore ini." Jawab Pak Kepsek.
Seung Hyun
membahas mengenai jenazah yang ditemukan disekolah. Temannya bertanya, apa
pembunuhan? Siapa pelakunya?
"Tidak.
Tidak mungkin. Sekolah kita bisa celaka."
"Bagaimana
kalau bunuh diri?"
"Kita
juga tetap celaka."
Yoo Jin yang
mendengar percakapan itu bertanya pada Soo Hee kenapa sekolah dalam masalah
kalau bunuh diri. Soo Hee menjelaskan sambil jalan menuju bangku.
"Kalau
seorang murid bunuh diri, itu artinya lingkungan sekolah tidak baik. Maka tahun
depan, akan lebih sedikit yang mendaftar ke sekolah kita. Kemudian, sekolah
terpaksa menerima murid yang tidak memenuhi standar. 3 tahun kemudian mereka
akan masuk ke universitas jelek. SMA Jeong-guk terkenal karena standarnya yang
tinggi. Hancur kalau standar itu tak terpenuhi."
"Wow,
kau memikirkan semua itu saat sekolah di sini?"
"Lee
Yoo Jin! Bagaimana kau bisa..."
Kim Min Suk
menyahut, biarkan saja Yoo Jin, "Dia akan paham setelah gagal 3
kali."
"Tutup
mulutmu, jelek!" Balas Yoo Jin.
Seung Hyun
masuk dengan terburu-buru ia mengumumkan Daftar hadir semua kelas. Yang tidak
ada, satu dari kelas 2-5, satu dari kelas 2-8, dan dua dari kelas 2-9.
Yoo Jin
mengedarkan pandangan kesekeliling kelas, dari kelas mereka yang tidak ada Seo
Yeon, dan Choi Woo Hyuk, serta Bae Joon Young.
"Lalu
bukankah itu tempat duduk Lee So Woo?" Lajut Yoo Jin dengan menunjuk meja
yang dibuat sebagai tempat menjemur kaus kaki basah.
Yoo Jin lalu
menggeleng, tidak mungkin dari kelas mereka (yang meninggal itu).
Wali kelas
menjelaskan pada anggota komite soal So Woo, berdasarkan formulir aplikasinya,
keadaan keluarganya berada di tingkat 5. Namun nilainya di sekolah lebih
tinggi.
"Dia
menunjukkan gelaja depresi. Dia berkelahi dengan murid lain sekitar 2 minggu
yang lalu, dan sejak saat itu dia tidak berangkat sekolah."
Pak Han
bertanya, apa ibu wali kelas bicara dengan murid tersebut, mengapa menolak
bersekolah?
"Tidak."
Pak Han
memandang wakepsek lalu wakepsek meminta Bu wali kelas untuk keluar.
Salah satu
anggota komite mengatakan kalau tak ada yang perlu dicemaskan. So Woo sudah
mengalami depresi sebelumnya. Polisi juga berpendapat So Woo bunuh diri.
"Jangan
gegabah. Masalah ini sangat penting dan serius." Ujar Pak Han.
Kemudian
PakHan meminta pengacara Lee (yang berkacamata) untuk membagikan berkas. Itu
adalahbeberapa kasus yang mirip. Terdapat insiden di SMA K pada tahun 1997 juga
terdapat insiden di SMA A pada tahun 2005.
"Kasus-kasus
ini sangat mirip dengan kasus kita. Kita harus mengacu pada mereka untuk respon
dan cara kita mengatasi situasi."
Wakepsek
protes, Memberikan bantuan atas dasar kebijaksanaan? Apa itu perlu. Pak Han
menjelaskan lebih tepatnya adalah kompensasi, Karena terjadi di dalam
lingkungan sekolah, akan semakin rumit jika keluarga mendiang mengungkit
masalah ini nantinya.
Pak Han
mengajukan 400 juta won. Pak kepsek setuju, upacara pemakaman sebesar itu
takkan menjadi masalah. Maka Pak Han meminta untuk dipercepat dan laporkan
segera anggarannya serta persiapannya.
"Tapi...
Bagaimana soal media?" tanya Pak Kepsek.
Pak Han
berpendapat kalau kasus ini takkan terlalu menarik banyak perhatian karena
sudah jelas kasusu bunuh diri. Jadi tolak saja wawancara selama masa berkabung,
Tapi hanya boleh mengatakan So Woo sudah berhenti masuk sekolah atau sudah
mengalami depresi sebelumnya.
"Kita
harus mengawasi akun sosmed para siswa. Bukankah sebenarnya di sanalah awal
insiden ini?" Ujar anggota komite yang tadi.
Semua
memandang Ketua Choi, beliau yang sedaritadi hanya diam pun angkat bicara.
Menyebut mengenai pepatah kuno, "Mulut mengundang bencana."
Mengetahui
maknanya anggota tadi langsung minta maaf. Pak Han menjelaskan, Masyarakat akan
salah paham jika mereka mencampuri situs sosmed. Jadi fokus pada para orangtua
dan guru supaya mereka tidak berpikiran aneh.
"Dan
juga... Musnahkan semua dokumen tak resmi tentang Lee So Woo."
Seo Yeon dan
Joon Young tidak ke kelas karena di ruang konseling. Kemudian dua detektif
masuk, Detektif Oh dan Ayahnya (Detektif Ko).
"Seo
Yeon... Kau tidak apa-apa." Ucap Ayahnya.
Detektif Oh
menyapa mereka dan memberi mereka minuman hangat walaupun tahu kalau bukan itu
yang mereka butuhkan.
"Aku
yakin, kalian tak ingin mengingat kembali, tapi itu adalah proses yang sangat
penting. Kuharap kalian mengerti."
Dimulai dari
Joon Young, Detektif Oh meminta Joon Young untuk menceritakannya dari awal.
Joon Young mulai cerita, tadi masih pagi sekitar pukul 7 lebih, ia sengaja
berangkat pagi untuk menghindari pertengkaran orangtuanya.
"Aku
memarkir sepedaku dan berjalan menuju kelas. Aku lihat sesuatu menyembul di
balik semak. Kugali untuk melihatnya. Ternyata Lee So Woo. Dia di sana."
baru setelah
itu Seo Yeon datang.
Pertanyaan
selanjutnya, apa mereka menyadari ada yang aneh dengan So Woo belakangan ini?
Semisal lebih depresi dari biasanya, lebih pemarah dari biasanya.
"Soal
itu..." Kata Seo Yeon.
Ayahnya
menyela, ia merasa cukup meminta keterangannya, ia yakin mereka masih syok.
Detektif Oh
menyusul Detektif Ko, Bukankah Detektif Ko harus mengantar Seo Yeon pulang?
"Istriku
akan datang."
Detektif Ko
selanjutnya bertanya hasil dari forensik. Detektif Oh menjelaskan kalau dugaan
utama mereka adalah bunuh diri.
"SPO?
(Petugas Polisi Sekolah)"
"Katanya
tidak ada yang luar biasa. Dia tak pernah meminta konseling atau membuat
masalah."
"Kurasa
dia anak yang sangat pendiam."
"Tapi
sekitar 2 minggu lalu... Dia berkelahi dengan teman sekolahnya, kemudian
berhenti masuk sekolah. Bahkan mengosongkan lokernya! Tapi sekolah ini sangat
tergesa-gesa! Mereka terus minta kita tutup kasusnya, supaya para murid bisa
fokus. Mereka bahkan menelepon Kepala Kepolisian!"
"Karena
di sini mereka sangat tekun belajar. Tidak salah berbuat demikian. Aku yakin
lebih baik untuk para murid dan keluarga mendiang bila cepat berlalu."
"Ya,
benar."
Seo Yeon dan
Joon Young berjalan ke kelas dalam diam. Saat mereka masuk, ibu wali kelas
sudah ada di dalam. Setelah Seo Yeon dan Joon Young duduk, ibu wali kelas
melanjutkan pengumumannya."Ibu tidak tahu bagaimana cara menjelaskan supaya kalian bisa paham. Bahkan sebagai seorang guru, sulit sekali untuk memahaminya. Butuh waktu lama untuk berani masuk ke kelas ini. Hari ini... Hari ini... Teman... Teman kita So Woo..."
Anak-anak
semua memandang meja kosong So Woo. Ibu wali kelas tidak melanjutkan
kata-katanya tapi seluruh kelas sudah paham.
Kayaknya
hari ini semua murid-murid dipulangkan lebih awal, mereka semua dijemput oleh
orangtua masing-masing. Ibu Seo Yeon menunggu di luar tapi Seo Yeon tak kunjung
keluar, ia pun menelfon.Seo Yeon jalan bersama Yoo Jin dan Soo Hee, mereka sama-sama mengkhawatirkan Seo Yeon. Mereka bahkan menawari untuk mengantar Seo Yeon.
"Aku
tak apa-apa. Ibuku akan menjemputku." Jawab Seo Yeon.
"Kau
bilang tak apa-apa karena memang begitu, atau karena sebaliknya dan ingin
sendiri?" Tanya Soo Hee.
"Aku
tak apa-apa, sungguh. Jangan khawatir."
Maka mereka
meninggalkan Seo Yeon dan memastikan agar Seo Yeon beristirahat. Telfon saja
kalau butuh apapun, mereka akan datang membawa makanan enak!
Telfon
ibunya masuk, Seo Yeon akan mengangkatnya tapi tidak jadi karena melihat Joon
Young di depan garis polisi lokasi jenazah So Woo ditemukan. Seo Yeon memilih
menghampiri Joon Young/
"Manusia,
setelah mati mereka pergi kemana?" Tanya Joon Young tiba-tiba.
"Hah?"
"Seperti
apa rasanya mati?"
"Kenapa
bicara seperti itu?"
"Lee So
Woo... Dia kelihatan damai. Dia kelihatan tenang."
"Bae
Joon Young!"
Seo Yeon tak
bisa melanjutkan kalimatnya karena ibunya memanggil. Joon Young menyapa ibu Seo
Yeon.
Ibu Seo Yeon
menawari Joon Young untuk pulang bersama tapi Joon Young menolaknya sambil
melirik sepedanya. Lalu Joon Young pamit.
Ibu Seo yeon
iba, setibanya di rumah Joon Young masih harus merawat ibunya dalam keadaan
seperti itu.
Di Rumah Seo
Yeon. Ibunya sengaja masak banyak supaya Seo Yeon bisa makan banyak dan menjadi
kuat!
Sambil makan
ibu berkata, melarang Seo Yeon berjuang sendirian.Ayah dan Ibu selalu ada
untuknya.
"Aku
tak apa-apa. Aku akan baik saja."
>
EmoticonEmoticon