Sumber Gambar dan Konten dari tvN
Sinopsis Goblin Episode 1 Part 1
Ketika
keinginan yang kuat berdiam dalam sesuatu yang tersentuh oleh jiwa yang fana,
maka mereka akan menjadi goblin (makhluk mitologi yang
sering muncul dalam dongeng Korea).
Pedang
yang bersimbah darah dari ribuan pertarungan telah tersihir dengan keinginan
kuat yang dipercikkan oleh darah pemiliknya. Hanya pengantin sang goblin-lah
yang bisa menghunus pedangnya.
Saat
pedang terhunus, semua berubah menjadi debu dan kedamaian akan terwujud.
Begitulah ramalan jahat yang tersebar di seluruh negeri"Saat goblin kembali, mereka datang ke dunia dan bisa ditemukan dimana-mana, tapi juga sebenarnya tidak ada dimana-mana. Bahkan sekarang, mereka..."
Itu adalah
cerita dari seorang nenek penjual di jembatan penyebrangan. Beliau bercerita
pada seorang wanita dan membuat wanita itu tertawa.
"Goblin
sedang mencari pengantinnya yang ternyata adalah aku." Begitu?"
Nenek
mengakui kalau ia terlihat tua sekarang tapi dulu ia adalah pemangsa pria. ia
mungkin tidak akan ada di sana saat wanita itu datang lagi nanti.
"Aku
iri.." Jawab wanita sambil mencoba jepit rambut yang di jual sang nenek.
"Aku
pasti akan pikun. Aku tidak seharusnya mengatakan itu di depan seorang ibu
tunggal."
Wanita itu
berdecak, merasa nenek keterlaluan. Nenek tak mau disebut begitu mengingat
banyaknya diskon yang sudah ia berikan untuk sayurannya. "Yang keterlaluan
itu, pria yang meninggalkanmu."
wanita itu
membenarkan. Ia krmbali ke cerita goblin, baginys itu cerita yang menyedihkan.
Itu romantis, tapi juga tragis. Harus mencari pengantin hanya untuk dibunuh.
Penciptanya adalah iblis.
Wanita itu
menemukan cincin giok hijau diantara barang-barang yang dijajakan nenek.
Nenek
menanggapi jawaban wanita itu bahwa selalu begitu, Pencipta menang egois dan
penuh rasa iri. Juga hanya mementingkan dirinya sendiri.
"Kedengaran
seperti orang yang kukenal."
Tapi wanita
itu tidak membahas lebih jauh, ia harus pergi tak lupa ia berterimakasih atas
cerita nenek. Ia berharap nenek masih jualan disana saat ia datang lagi nanti.
Wanita itu
siap pergi tapi nenek menahan tangannya.
"Pada
saat diantara hidup dan mati, buatlah permohonan dengan keinginan yang kuat.
Seorang pencipta yang berhati lembut mungkin akan mengabulkan
permohonanmu."
Seorang pria
(Kim Shin) berjalan di negara asing. Ia melewati sebuah rumah dan menunggu di
depannya hingga seorang anak keluar dari sana. Kim Shin menghadang jalan si
anak.
kalau Kim
Shin jadi anak itu, ia tidak akan melakukannya. Kalau anak itu melarikan diri
dari rumah sekarang, anak itu akan terlihat semakin menyedihkan dan tidak akan
pernah melihat ibunya lagi.
"Siapa
kau? Apa kau orang Korea?"
Kim Shin
menjawab kalau anak itu tidak perlu tahu siapa dirinya, ia menyuruh si anak
memberitahu ayahny, "Kau sudah mengadopsiku, jadi sekarang aku anakmu.
Mohon rawat aku dengan baik." dan Mintalah bantuan ibunya.
Anak itu
menganggap Kim Shin bicara omong kosong dan memintanya minggir. Kim Shin
memberitahu kalau mengiris lengan seperti itu tidak akan bisa menghilangkan
nyawa. Anak itu memegangi lengannya heran, Siapa Kim Shin?
"Tatap
matanya dan katakan. Kau bisa melakukannya?"
"Bagaimana
kalau aku dipukuli sampai mati? Kau mau tanggung jawab?"
"Makanya
aku mematahkan tulang rusuknya untukmu."
Si ayah
angkat keluar dan tersandung pot bunga yang sengaja Kim Shin letakkan ditengah
tangga hingga ia jatuh, merintih kasitan.
Kim Shin
mendekati anak itu, memberinya makan siang yang tadi dibelinya.
"Pergilah
ke sekolah setelah kau bicara dengan mereka. Jawaban untuk pertanyaan nomor 17
soal ujian matematika adalah 4, bukan 2. Hanya itu jawabanmu yang salah."
Si anak
semakin heran, siapa gerangan Kim Shin itu? Kim Shin hanya menepuk bahu si anak
lalu melenggang pergi.
Petir
menyambar lalu awan menghilang memperlihatkan matahari kembali.
Narasi Kim
Shin: Dia adalah air, api dan angin,
cahaya dan juga kegelapan. Dia juga pernah menjadi.. manusia. Orang-orang
menganggapnya.. sebagai dewa. Dia bersimbah darah merah.. sambil menyerang
musuh. Dia adalah dewanya para petarung.
--Jaman
Goryeo --
Kim Shin ada
di medan perang, ia membunuh semua musuh dengan pedangnya. Ia bahkan berhasil
membunuh pimpinan musuh dengan pedangnya itu.Kim Shin dan anggotanya kembali ke ibukota, seluruh warga menghormatinya dan menyebutnya jendral.
"Hormat
Jendral! Hormat Jendral!"
Si asisten
jendral berseru senang untuk membuka gerbang istana karena jendral telah
datang.
"Kim
Shin, lepaskan baju zirahmu dan terimalah dan terimalah perintah
kerajaan." Perintah kepala penjaga gerbang.
Si asisten
tidak terima, berani sekali penjaga itu bicara tidak sopan pada jendral mereka.
Kepala pengawal itu mengulangi lagi menyuruh Kim Shim si Pemberontak untuk
melepaskan baju zirahnya.
Asisten
hendak menghunus pedangnya tapi Kim Shin melarang, Kim Shin mulai melepaskan
baju Zirahnya diikuti para bawahannya. Tapi si pengawal belum puas,
"Kau
sudah melakukan pengkhianatan tinggat tinggi. Gigitlah pedangmu dan
berlututlah, dan terimalah perintah dari kerajaan."
Si asisten
tambah geram, bagaimana bisa Kim Shi seorang penghianat?!
Kemudian
para pemanah bersiaga di atas benteng istana, mereka mengarahkan anak panah
pada pasukan Kim Shin. Si asisten terlihat oanik dan memanggil Kim Shin,
"jendral!"
Pengawal
mengulangi perintahnya lagi. Kim Shin menghubus pedangnya, ia akan menemui Yang
Mulia Raja. Minggir Semua. Jika ada yang menghentikannya, akan mati.
Kim Shin
melangkah maju. Pada saat itu anak panah menghujani pasukannya dibarisan depan.
Si asisten pun tak luput dari anak panah itu tapi ia berhasil bangkit dan
memegang pedangnya erat-erat,"Berani sekali kau? Kami bertarung selama 3 hari 3 malam demi nama besar Yang Mulia. Kami baru saja kembali dari lubang kehancuran. Berani sekali kau memperlakukan kami seperti ini?"
Kemudian ada
aba-aba dari dalam untuk membuka gerbang, gerbang pun dibuka. Kim Shin akan
masuk kedalam, ia menyuruh asistennya menunggu, ia akan segera kembali.
Ratu sudah
menunggunya di depan, sementara raja ada di belakang ratu. Kasim membisiki
raja.
"Yang
Mulia-lah yang memerintah rakyatnya, mereka bilang Yang Mulia dikendalikan oleh
seorang dewa. Dan ternyata dewa itu adalah Kim Shin. Berita kemenangannya
menipu banyak orang, dan kekuatannya terus menerus mengancam keluarga kerajaan.
Anda harus membuat aturan ketat untuk orang ini."
Kim Shin
berjalan tegap menuju keberadaan raja dan ratu.
"Dia (kasim) jelas melihat.. pedang
musuh yang mengancam hidupnya. Namun, dia sama sekali tidak melihat ketakutan
raja muda yang penuh kecemburuan. Dia tidak menyadari.. itu adalah pedang
paling tajam.. yang mengancam hidupnya."
Ratu
tersenyum pada Kim Shin yang berhenti di hadapannya. Kim Shin melihat Ratu
sekilas lalu memandang Raja. Apa Raja harus melakukan ini?
"Itu
makanya kau tidak seharusnya datang lagi. Hentikan. Apapun itu, hentikan. Kalau
kau mati sekarang sebagai pemberontak, aku akan membiarkan semua orang tetap
hidup kecuali kau. Tapi kalau kau mengambil langkah lain, Aku akan membunuh
semua orang... dan menjajarkan mayat mereka begitu kau mencoba melangkah."
Tapi Ratu
melarang Kim Shin mundur, ia... baik-baik saja. Kim Shin mencoba mengatakan
akibatnya tapi Ratu sudah paham, Kalau ini adalah akhir, mungkin ini memang
yang seharusnya menjadi takdirnya.
"Kau
harus pergi. Jangan berhenti. Melangkahlah menuju Yang Mulia."
Kim Shin pun
menjalankan titah Ratu, ia melangkah menuju raja. Raja dengan tegas
memerintahkan untuk membunuh semua keluarga ratu ratu.
Sebuah anak
panah menembus dada Ratu dan sukses membuatnya tumbang, darah mengucur dari
sana. Keluarga ratu semuanya dibbunuh tapi itu tidak membuat Kim SHin berhenti.
Selanjutnya
keluarga Kim Shin digiring ke depan. Kim Shin mulai ragu. Kasim memerintahkan
semua untuk berhenti.
"Apa
yang kau lakukan? Suruh dia berlutut."
Seorang
tentara mengayunkan pedangnya mengenai kaki Kim Shin hingga sukses membuat Kim
SHin berlutut.
Si asisten
menyusul, ia berlutut di samping ratu yang sudah tidak bergerak.
"Yang
Mulia. Bagaimana bisa Anda melakukan ini? Apa Anda tidak takut pada
Langit?"
Raja
menjawab enteng kalau Langit tidak perpihak pada Kim Shin dkk. Kasim melanjutkan
untuk membunuh Kim Shin segera. Tentara tadi sudah mengayunkan pedangnya namun
berhasil Kim Shin lumpuhkan.
"Itu
bukan tugasmu."
Si asisten
mendekati Kim Shin. Kim SHin mengutarakan keinginannya, harus asisten yang
mengakhiri hidupnya. Kim Shin lalu menyerahkan pedangnya pada asisten yang
diterimaasisten dengan linangan airmata.
"Saya
akan mengikuti semua perntah Anda. Maafkan saya. Saya akan menyusulmu
secepatnya."
Si asisten
tersebut menusukkan pedang ke tubuh Kim Shin, ia menangis tersedu namun tidak
lama karena seorang tentara langsung menebasnya.
"Tidak
ada yang boleh mengurus jasad pengkhianat ini. Biarkan saja di ruang terbuka
agar menjadi santapan hewan liar. Saat tubuhnya memuaskan rasa lapar para hewan
buas, hanya sampai di sanalah harga mereka. Ini adalah perintah raja!"
Ujar Kasim sambil nyengir senang.
Lalu Raja
meninggalkan area diikuti para kasim dan dayangnya.
Kim Shim
melihat ke arah ratu. Ratu balas memandangnya sebelum akhirnya ia memejamkan
mata bebarengan dengan airmata yang menetes.
Oh ya,
cincin ratu sama dengan cincin yang dijual nenek.
Kim Shin
benar-benar di buang dengan pedang masih menancap di tubuhnya tapi para warga
tetap mendoakannya.
Tapi Kim
Shin belum meninggal, ia masih bisa menatap langit di atasnya.
"Jangan berdoa pada siapapun. Tidak ada
yang mendengarkan. Di siang hari... ketika matahari bersinar paling terang, dia
terbunuh.. oleh pedang tuannya."
Barulah Kim
Shin memejamkan mata.
Namun pedang
itu masih di sana hingga bunga-bunga bermekaran.
-= GOBLIN =-
-- SEOUL, 1998 –
Si pengemudi
memarahi pria itu tapi langsung terdiam saat melihat keadaan depan mobilnya.
Mobilnya ringsek karena menabrak pria itu.
"Kau..
Siapa kau sebenarnya?" Tanya si pengemudi.
"Babi
hutan. Kau baru saja menabrak seekor babi hutan." Ujar Pria itu lalu
menghilang setelah memakai topi hitam.Mobil lain berhenti melihat pengemudi itu terdiam syok. Pengemudi itu berkata kalau ia sudan menabrak babi hutan.
"Babi
hutan? Di tengah kota seperti ini?"
Orang-orang
berkerumun, tiba-tiba di bagasi belakang mobil yang terbuka tadi ada sebuah
jenazah. Dan arwah jenazah itu ada di sana, ia terkejut melihat dirinya di
dalam bagasi.
Kemudian
pria tadi muncul lagi, menghampiri arwah wanita itu,
"Hwang
Mi Young, 25 tahun. Lahir tanggal 3 April, 1973. Meninggal pukul 8.32 tanggal 1
Februari, 1998. Penyebab kematian karena tak bisa bernapas. Itu kau, kan?"
Pria itu
adalah Wang Yeo, si malaikat maut.
Wang Yeo
kemudian memberikan minuman penghilang ingatan pada wanita itu. Wanita itu ragu
untuk meminumnya, jika ia tidak minum, apa yang akan terjadi?
"Kau
akan menyesal kalau tidak meminumnya. Kuharap kau tidak menyesali apapun
setelah mati."
Wang Yeo
selesai dengan tugasnya. Ia kembali memakai topi hitamnya. Di luar ia melihat
ada Kim Shim, begitu pula Kim Shim yang melihat Wang Yeo. Padahal ia hanya menatap
tembok.
"Goblin?"
"Malaikat
maut?"
"Topi
macam apa yang kau pakai itu."
Wang Yeo
melotot tak suka.
Kim Shin
menginjakkan kaki di sebuah rumah, otomatis semua lilin yang ada disana menyala
bersamaan dan kain-kain penutup perabitan melayang.
Kim Shin
mengamati rumah itu. Kemudian seorang kakek tua menyapanya, "Tuan, Ini
sudah 20 tahun. Bagaimana kabar Anda?" Sambil membungkuk hormat.
Kim Shin
balik bertanya, bagaimana kabar kakek itu. Kakek itu menjawab kalau ia semakin
menua seiring berjalannya waktu tapi Kim Shin masih kelihatan gagah seperti
dulu.
Cucu kakek
menyela, Kim Shin tidak segagah itu kok. Kakek menegurnya untuk menjaga
bicaranya. Kakek mengenalkan cucunya seperti yang ia tulis dalam surat.
"Siap
Ahjusshi ini?"
"Kau
pasti Deok Hwa. Aku akan jadi pamanmu, kakakmu, anakmu, dan cucumu. Senang
berkenalan denganmu."
Deok Hwa
melipat dua tangannya di dada, Kebodohan macam apa itu? Aneh sekali. Kakek
kembali menegurnya untuk menjaga bicara.
Lalu kakek
minta maaf pada Kim Shin, Mohon maklum, Deok Hwa jadi manja karena merupakan
anak laki-laki satu-satunya dalam 4 generasi.
Kim Shin
menatap Deok Hwa, katanya ada seorang anak yang lahir di Goryeo dan mati di
tanah yang asing. Dia adalah nenek moyang Deok Hwa. Deok Hwa terlihat mirip
dengan anak itu.
"Bagaimana?
Apa nenek moyangnya tampan?"
Lagi-lagi
kakek menegur Deok Hwa untuk menjaga bicaranya dan kembali minta maaf pada Kim
Shin.
"Tidak
apa. Tidak ada satupun anggota keluargamu yang pernah mengecewakan aku."
Deok Hwa
heran, kenapa Kim Shin sejak tadi bicara banmal (tidak formal) pada kakeknya.
mau mati? Kali ini kakek hampir memukul Deok Hwa, tapi Kim Shin hanya
menanggapinya dengan senyuman.
-- Jaman
Goryeo –
Kakek dan
Deok Hwa pada masa itu. Kakek menangisi Tuan-nya (Kim Shin). Ia sungguh minta
maaf karena datang terlambat karena ia sakit belakangan ini.
"Saya
pikir ini adalah waktu bagi saya untuk pergi."
Kakek
menunjuk Deok Hwa untuk melayani Kim Shin sebagai gantinya. Deok Hwa yang polos
tak mengerti, kenapa pedang itu di sebut Tuan oleh kakek.
Tiba-tiba
petir menyambar dan pedang itu bergoyang-goyang.
"Jiwa rakyatmu telah menyelamatkanmu.
Namun, darah ribuan orang ada di pedangmu. Darah musuhmu, yang juga keturunan
dewa. Kau akan menjadi immortal (orang yang tidak akan bisa mati) dan kau akan
melihat orang yang kau cintai mati. Kau tidak akan bisa melupakan satu
kematianpun. Ini adalah penghargaan yang aku berikan padamu... sekaligus
hukuman yang harus kau terima."
Kim Shin
bangkit dan pedangnya bercahaya hijau masih menusuk tubuhnya.
"Hanya pengantin goblin-lah yang bisa
menghunus pedang ini. Sekali pedang ini tercabut, kau akan kembali menjad debu
dan berada dalam kedamaian."
Kakek dan Deok Hwa ketakutan tapi setelah melihat Tuan-nya Kakek menjadi terharu. Kim Shin berkata kalau ia harus pergi ke suatu tempat.
Kakek
membungkuk dalam-dalam mengantar kepergian Kim Shin.
Pertama, Kim
Shin mendatangi Kasim yang sudah menghasurt raja. Mencekiknya hingga tak
bernyawa dengan kekuatan goblin-nya.Kedua, ia mendatangi raja tapi ia. Gak tahu apa maksudnya, di ranjang raja ada sesuatu yang tertutupi selimut oranye.
Deok Hwa menangisi kuburan kakeknya. kemudian Kim Shin datang, ia meletakkan batu di atas kuburan kakek,
"Kau
adalah... hukuman pertamaku."
Deok Hwa
mengabdikan diri untuk melayani Kim Shin mulai saat ini karena itu adalah
permintaan terakhir kakeknya sebelum meninggal.
Kim Shin
sudah dibutakan oleh dendam sampai ia lupa menanyakan keadaan Deok Hwa,
"Apa kau masih tetap akan melakukan apapun yang akan aku
perintahkan?"
Deok Hwa
menunduk patuh.
Selanjutnya
mereka berlayar bersama banyak orang. Deok Hwa terkesima menatap langit malam
dari atas kapal. Ia mengaku memang berpikiran dangkal, ia suka melihat
pemandangan semacam itu. Dan Kim Shim suka pada Deok Hwa yang suka pada
pemandangan semacam itu dengan pikirannya yang dangkal.
Deok Hwa
mengedarkan pandangannya pada penumpang lain yang tengah menyantap makanannya.
Deok Hwa hanya bisa menelan ludah.
Kim Shim
paham kalau Deok Hwa lapar, ia menyodorkan nasinya untuk Deok Hwa. Deok Hwa
akan mengambilnya tapi menarik tangannya kembali.
"Saya
masih kenyang. Tuan saja yang makan."
Kim Shim
tidak percaya, bagaimana Deok Hwa bisa kenyang padahal tidak makan. Deok Hwa
mengutarakan alasannya, ia kan kecil jadi makan sedikit saja sudah kenyang.
Sementara Kim Shin besar jadi harus makan lebih banyak.
Kim Shin
mengambil jalan tengah, ia membagi dua nasinya. Deok Hwa mengingatkan kalau
daratan masih jauh, jika mereka berbagi makanan maka tak satupun diatara mereka
akan merasa kenyang.
"Jadi
kau mau kelaparan?"
Deok Hwa
bisa bekerja di kapal dengan imbalan makanan. Kim Shim membawa Deok Hwa bukan
untuk memelas makanan, percayalah! Ia mungkin jauh lebih hebat dari yang
dibayangkan.
Deok Hwa pun
menerima nasi itu dan memakannya dengan lahap. Kim Shim membuka tangannya dan
kunang-lunang secara ajaib keluar dari sana.Deok Hwa terkesima melihatnya, tapi itu malah membuat para bandit tertarik. Mereka mencengkeram Deok Hwa. Dengan satu tangannya, ia siap melemparkan Deok hwa ke laut. Deok Hwa meminta tolong pada Tuan-nya.
Yang mereka
inginkan adalah agar Kim Shim menunjukkan barangnya karena mereka harus
mengurangi beban kapal. Kim Shim menyuruh mereka menurunkan Deok Hwa maka ia
tidak akan membunuh mereka.
"Melihat
ombak yang aneh, pasti ada seseorang yang tidak seharusnya ada di dalam kapal
ini. Kau. Dia akan dijual menjadi budak. Biarkan saja dia. Singkirkan
anaknya."
Maka Deok
Hwa pun dibuah ke laut. Penumpang yang lain yang nampaknya satu komplotan
bersiap menyerang Kim Shim.
"Kau
tahu apa yang terjadi pada manusia yang biadab? Mereka akan menghadapi
penghakiman dari-Nya yang penuh kemarahan."
Petir
bergantian menyambar dan tiba-tiba terjadi badai yang memporak-porandakan layar
kapal dan membuat para penumpang kelabakan.
"Itu..
itu adalah goblin." Seru salah satu dari mereka.
Dengan
kekuatan Goblin-nya, Kim Shim mampu membuat kapal miring dan menjatuhkan
penumpangnya serta barang-barang mereka ke laut.
Mereka
meminta tolong. Kim Shim menjawab sudah terlambat dan mengeluarkan pedangnya
untuk membelah kapal, sehingga hanya ia sendiri yang ada di atas sebagian kapal
yang masih mengapung.
-- SEOUL
1998 --
Kim Shim
duduk di atas gedung, tepatnya diatas papan nama yang dipasang di atap gedung.
Ia mendengar berbagai macam suara salah satunya adalah suara tangisan bayi.
"Senang
rasanya bisa kembali."
Di bawah ada
sebuah mobil yang menabrak wanita di awal episode. Wanita itu terluka parah
tapi pengemudi yang menabraknya malah melarikan diri.
Wanita itu
merintih minta tolong, kalau di dunia ini ada dewa.. tolong selamatkan
dirinya... Tolong.. Siapapun, ia mohon...
Kim Shin
melihat hal itu dan mendengar rintihan harapan wanita itu. Ia memutuskan untuk
mendekati wanita itu.
Wanita itu
minta Kim Shim untuk menyelamatkannya. Kim Shim menjawab kalau ia bukan
"siapapun". Wanita itu tidak peduli, ia tetap meminta Kim Shim untuk
menolongnya.
"Entahlah...
Prinsipku adalah tidak ikut campur dalam urusan hidup dan matinya
manusia."
"Kumohon..
Aku tidak bisa mati dengan cara ini.."
"Kau
tidak memohon untuk hidupmu sendiri."
"Kumohon..
Setidaknya anakku.." Wanita itu memegangi perutnya sebelum tak sadarkan
diri.
Kim Shim
menghela nafas, ia berujar kalau wanita
itu sangat beruntung bertemu seorang dewa yang berhati lembut. Ia sepertinya
sedang tidak ingin melihat siapapun mati malam ini.
Kim Shim
memberikan energinya atau semacamnya pada wanita itu.
Wanita itu
sadarkan diri tapi ia... sendirian.Wang Yeo datang karena seharusnya wanita itu sudah meninggal tapi malah tidak ada siapapun di tempat kejadian. Wang Yeo melihat catatannya dan dibaliknya ada catatan satu lagi.
Ia melihat
jam tangannya, pukul 9 lewat,
Wanita itu berhasil melahirkan anaknya. Para hantu wanita berceloteh kalau anak yang ddilahirkan wanita itu adalah pengantin Goblin.
-- 8 TAHUN
KEMUDIAN --
Anak wanita
itu sudah besar, namanya Ji Eun Tak dan dileher belakangnya ada sebuah tanda
yang bisa menyala. Kadang-kadang doang sih.Wanita itu menghampiri anaknya yang sedang bermain di pantai. Ia menawari Eun Tak jenis kue beras apa yang diinginkan Eun Tak untuk ulang tahunnya kali ini.
Eun Tak
ingin mengadakan pesta saja, ia mau cake, bukan kue beras. Ia mau meniup lilin
dan membuat permohonan. Sepertinya keinginannya tidak akan jadi nyata karena
selama ini hanya pakai kue beras.
Ibunya
tertawa karena sama sekli tidak pernah memikirkan hal itu namun ia menyetujui
permintaan Eun Tak.
Eun Tak
senang dan tiba-tiba ia melihat anak anjing, ia mendekat dan mengelusnya namun
yang ibunya lihat ia hanya sedang mengelus udara.
Eun Tak
menunjukkan kelopak bunga yang digenggamnya, ia memberitahu kalau musim semi
sudah datang. Mengagumkan, kan?
Eun Tak
pulang dari sekolahnya dan ibunya sudah menunggu dengan cake dan lilin. Eun Tak
bercerita kalau ia mendapat nilai sempurna untuk pelajaran b.inggris.
Eun Tak menyadari
ada kue di meja. Ia senang karena akhirnya pesta ulang tahunnya terlaksana.
Ibunya menyuruhnya untuk duduk dan juga menyalakan lilin.
"Apa
aku boleh menyalakan lilinnya?"
"Kau
sudah cukup besar untuk melakukannya, Eun Tak."
"Benar.
Aku sudah 9 tahun sekarang. Aku dapat nilai bahasa Inggris yang sempurna. Ini
sih urusan kecil."
Eun Tak
menjelaskan semuanya sambil menyalakan lilin tapi ia kemudian menyadari
sesuatu.
"Kenapa?
Kau harus membuat permohonan. Selamat ulang tahun, sayangku.”
"Kau
bukan ibuku. Kau bukan ibuku yang sebenarnya tapi kau adalah jiwa ibuku."
Ibunya baru
menyadari kalau Eun Tak memang bisa melihat semuanya padahal ia berharap Eun
Tak tidak bisa melihatnya.
Eun Tak
mulai menangis, "Ibu, apa Ibu sudah mati?" Ibunya mengangguk. Eun Tak
menanyakan sekali lagi dan ibunya kembali menangguk.
>
EmoticonEmoticon