Seo Yeon menghirup udara malam di luar. Kedua adik kembarnya menyapanya, sedang apa?
"Kau
tidak lihat? Unni juga takut tahun baru! Dia akan jadi 9 seperti kita!"
Ujar Yae Ji.
Seo Yeon
menjelaskan kalau 9 tahun berbeda dari 19 atau 29 atau 39. Yae Ji membantah,
Rasanya juga sama tuanya. Tak ada yang paham perasaannya!
"Baiklah,
kau menang." Seo Yeon mengalah.
Adiknya yang
satu lagi bertanya (yang topi kuning), ada apa dengan Seo Yeon karena ibu
bilang agar jangan mengganggu Seo Yeon hari ini.
"Saat
ini kau sedang menggangguku." Ujar Seo Yeon.
Adiknya
kesal, bahkan adik tak boleh bicara pada kakaknya! Yae Ji mengingatkan, Katanya
tak masalah mengganggu anjing gila, tapi tidak halnya dengan senior di SMA!
"Tapi
dia belum senior." Bantah si topi kuning.
Seo Yeon di
meja belajarnya, ia membaca kembali keterangan saksi yang duluditulisnya, ada
kalimat bertuliskan "Lee So Woo dan
Choi Woo Hyuk berkelahi, dan Woo Hyuk memukul So Woo"
Seo Yeon
teringat saat So Woo mengemasi barang-barangnya dan pergi meninggalkan sekolah.
Ia berkaca-kaca.
Seo Yeon
membaca komentar di group SMA, kebanyakan teman-teman mendoakan agar So WOo beristirahat
dalam damai.
Lalu
pertanyaan muncul, kenapa So Woo bunuh diri di sekolah? ada yang menjawab kalau
So Woo aneh, makanya ia sama sekali tidak terkejut SO Woo bunuh diri.
Satu
komentar yang menarik perhatian, "Kenapa semua berpikir kalau bunuh diri?
Kalian tak ingat perkelahiannya? Choi Woo Hyuk hampir membunuhnya! Mungkin kali
ini dia benar-benar melakukannya."
Teman-teman
yang lain merasa itu tidak mungkin karena polisi juga sudah menetapkan kalau
itu bunuh diri, yang satu lagi menulis "Kenapa percaya pada polisi? Woo
Hyuk sangat mampu."
Keudian
komentar berakhir saat ada yang menyuruh mereka berhenti, doakan saja So Woo.
Ji Hoon juga
membaca komentar itu yang ternyata belum berakhir, ada yang tertawa, doa
apanya, ia yakin So Woo akan masuk neraka karena bunuh diri.Malam-malam Joo Ri minta bertemu dengan Cho Rong di dekat rumah Cho Rong. Karena ini kali pertama Joo i datang, Cho Rong sengaja membelikan roti kesukaan Joo Ri.
Joo Ri tidak
menganggapi Cho Rong masalah roti, ia berkata kalau Lee So Woo tidak bunuh
diri.
SPO sekolah
menelfon Detektif Oh memberitahukan mengenai komentar di group SMA. Dan
detektif Oh membaca komentar itu
"Kalian tak ingat perkelahiannya? Choi
Woo Hyuk hampir membunuhnya! Mungkin kali ini dia benar-benar melakukannya."
Tiba-tiba
rekan detektif Oh muncul mendadak dan membuatnya terkejut. Si rekan bertanya,
apa yang sedang dibaca Detektif Oh.
"Ini
halaman yang dibuat oleh murid-murid SMA Jeong-guk."
Lalu
Detektif Oh menyuruh rekannya untuk menelfon sekolah guna mencaritahu soal Choi
Woo Hyuk. Si rekan menjelaskan, Choi Woo Hyuk itu terkenal, Seorang anak nakal
dan biang onar. Orangtuanya yang kaya tapi tidak memikirkan orang lain.
"Lebih
mudah menemukan Choi Woo Hyuk di kantor polisi dari pada di sekolah! Dia baru
saja ditahan karena mengebut dengan sepeda motornya yang mahal!"
Detektif Oh
kemudian menginterogasi Woo Hyuk soal apa yang Woo Hyuk lakukan tanggal 25
desember. Woo Hyuk balik bertanya, kenapa Ia harus mengatakannya.
"Aku
hanya ingin memastikan."
"Memastikan
apa?"
Detektif Oh
mengulangi, yang Woo Hyuk lakukan malam itu. Woo Hyuk dengan santai menatap
Detektif Oh, memanggilnya "Ahjumma", lalu menebak, pasti ini karena
komentar di halaman itu kan?
"Aku
sudah membacanya, dan menertawakannya. Apa-apaan ini? Terlalu naif sebagai
detektif kriminal."
Detektif Oh
menantang, Woo Hyuk tidak mau memberitahu atau tidak bisa. Woo Hyuk tidak
gentar, bagaimana kalau ia tidak mau? Apa detektif Oh mau menyiksanya?
Ayah Woo Hyuk menelfon. Woo Hyuk mengatakan kalau kasus motornya sudah selesai tapi ada detektif yang menginterogasinya dan menuduhnya membunuh Lee So Woo.
Lalu Woo
Hyuk membertikan ponselnya pada Detektif Oh karena ingin bicara dengan detektif
Oh.
"Siapa
namamu dan dari departemen mana?" Bentak Ketua Choi.
Ketua Choi
datang ke kantor polisi dan marah-marah pada Detektif Oh karena interogasi itu.
"Sama
sekali tidak sulit bagiku membuat orang sepertimu dipecat! Kau mau aku membuat
keributan? Mau kutunjukkan apa yang akan terjadi kalau cari masalah dengan
keluargaku?"
Pak Han
menenangkan Ketua Choi, Ketua Choi menyudahi marah-marahnya tapi bukan berarti
ini selesai. Kemudian Ketua Choi mengajak putranya pergi. Woo Hyuk menyeringai
senang menatap Detektif Oh.
Pak Han
memperkenalkan diri pada Detektif Oh sebagai Han Kyung Moon, Kepala Departemen
Hukum Yayasan Jeong-guk. Detektif Oh juga mengatakan namanya, Detektif Oh Joo
Hyun dari Divisi Kriminal.
Detektif Oh
minta tolong pak Han untuk mengatakan sesuatu pada Ketua Choi.
"Harusnya
tak perlu marah-marah. Aku hanya ingin memastikan sebelum menutup
penyelidikan."
Pak Han
paham maksud detektif Oh tapi jika hal seperti ini terjadi lagi pada Choi Woo
Hyuk... mereka secara resmi akan melaporkannya.
Pak Han
sudah keluar ruangan tapi Detektif Oh mengejarnya setelah membaca kartu nama
Pemberian Pak Han kalau Pak Han itu Dari Yayasan Jeong-guk. Detektif Oh tidak
paham akan satu hal,
"Apa
sudah biasa Kepala Departemen Hukum Yayasan datang ke kantor polisi untuk murid
yang ditanyai? Bahkan memberi peringatan jangan pernah menyentuhnya lagi?"
"Detektif
Oh. Kau sudah paham bahwa interogasi hari ini adalah ilegal? Apa kau membacakan
hak-haknya? Apa kau menghubungi walinya sebelum membawa anaknya?
"Soal
itu..."
"Kalau
belum, maka itu penahanan ilegal. Petugas polisi melanggar hukum. Kau menyalahi
kebebasan dan HAM seseorang. Choi Woo Hyuk mengalami stres karena penahanan
ilegal. Kau dengan mudah bisa dituntut karena hal ini. Tolong tutup kasusnya
besok, sesuai rencana. Selamat bekerja."
Pak Kepsek
memberitahu guru-guru kalau polisi sudah menutup kasus So Woo dan
menyimpulkannya sebagai kasus bunuh diri, beliau meminta bantuan guru-guru
untuk menormalkan kembali lingkungan sekolah. Dan juga berikan yang terbaik
dalam mempersiapkan upacara pemakaman beberapa hari lagi.Yoo Jin mengatakan kalau ortunya akan memberikan 1 juta won jika nilainya naik 1 peringkat jadi ia meminta Seo Yeon untuk membantunya belajar. Kemudian obrolan mereka terhenti dengan kedatangan Woo Hyuk CS.
Yoo Jin merasa kalau Woo Hyuk terasa lebih menakutkan, apa karena membaca komentar di halaman ya! Soo hee tanya, Kenapa? Ada yang bilang sesuatu?
"Hanya
komentar acak. Ada yang bilang kalau Choi Woo Hyuk mungkin membunuh Lee So
Woo!"
Soo Hee
terkejut mendengarnya, dan merasa itu tak masuk akal.
Ibu guru
mendengar bisik-bisik mereka, menegur mereaka karena bicara tidak-tidak dan
menjelaskan kalau polisi sudah menutup kasus So Woo sebagai kasus bunuh diri.
Jadi tidak ada yang perlu dibahas lagi, mengerti?!
"Ya."
Jawab Yoo Jin dan Soo He bebarengan.
Seo Yeon
tidak menjawab membuat bu guru bertanya kenapa. Seo Yeon balik bertanya, apa
benar-benar So Woo bunuh diri.
"Semua
bilang kau sangat pintar, tapi kau masih anak-anak! Kau tertipu oleh tuduhan
seperti itu? Harusnya belajar kalau punya waktu untuk membaca hal seperti itu!
Kau kira sampai kapan kau bisa terus berada di rangking teratas?"
Setelah ibu
guru pergi, Yoo Jin mengeluarkan kupon makan gratis di restoran korea yang baru
buka untuk mengembalikan mood teman-temannya.
"Tempatnya
sangat terkenal! Kapan kau pergi?" Tanya Soo Hee dengan mata
berbinar-binar.
"Entahlah,
tergantung bagaimana sikapmu."
"Wow,
kau minta perlakuan istimewa karena makanan? Akan kulakukan apapun yang kau
mau!"
Yoo Jin
mengajak hari ini saja sepulang sekolah. Baik Soo Hee dan Seo Yeon
menyetujuinya.
Joon Young
mampir ke apotik untuk menebus obat ibunya. Apoteker mengatakan kemungkinan
kalau penyakit ibunya semakin parah karena dokter meresepkan antibiotik lebih
banyak.
"Lain
kali, bujuk dia supaya ke RS. Lagipula kau yang paling tahu kondisi
ibumu."
"Ya,
baik. Terima kasih."
Joon Young
masuk rumah dengan sangat hati-hati, ia berusaha untuk tidak menimbulkan suara
apapun. Ia masuk akan masuk ke kamarnya setelah meletakkan obat ibunya di meja
depan.
Tiba-tiba
ibunya memanggilnya. Joon Young minta maaf, ia akan berusaha untuk lebih tenang
lagi. Ibunya membantah, Joon Young tidak membangunkannya, jangan sembarangan
berasumsi begitu. Ingin memulai pertengkaran?
"Sama
sekali tidak." jawab Joon Young
"Sikapmu
seperti itu! Selalu menjengkelkan orang!"
Joon Young
kembali minta maaf, ibunya malah membentaknya untuk diam karena terlalu
berisik. Ibunya mengambil obat di meja sambil menyuruh Joon Young untuk
siap-siap karena ayah mengajak mereka makan di luar.
Ibunya
nampak menyukai satu hidangan yang mereka pesan, Joon Young menyarankan untuk
memesan seporsi lagi. Ibunya bergumam kalau Joon Young tidak mampu membayarnya,
jadi pikir dahulu sebelum bicara.
"Maaf."
Ayh
bertanya, bagaimana perkembangan soal sekolah. Ibu heran, apa yang terjadi di
sekolah. Joon Young menerangkan kalau salah satu teman sekelasnya meninggal
bunuh diri.
Ibu beralih
pada ayah, apa ayah juga tahu hal ini. Ayah mengiyakan. Ibu jadi kesal, kenapa
Joon Young memberitahu ayah tapi tidak padanya.
"Ibu
bilang jangan merepotkan dengan urusan sekolah. Jadi aku hanya memberikan nomor
telepon ayah pada sekolah."
"Bukan
kau yang mati, kenapa mereka menelepon?"
Joon Young
mengaku kalau ia yang pertama menemukannya. Ibunya tetap kesal, apa Joon Young
membesar-besarkannya dan membuat sekolah menelfon ayah tapi tidak bilang apapun
padanya saat di rumah?
Bukan begitu
maksud Joon Young hanya saja ibu tertidur setelah minum obat.
"Oh,
jadi salahku? Salah siapa aku jadi seperti ini? Bae Joon Young! Karena dirimu
aku sakit! Ini salahmu! Takkan kulahirkan jika aku tahu anak sepertimu yang
lahir!"
Ayah
menghentikan ibu untuk bicara ngawur. Ibu menganggap ayah juga sekarang menyalahkannya.
Mereka berdoa bersama supaya ia mati, kan? Pasti itu sebabnya ia sakit parah!
"Ibu!"
"Jangan
panggil aku ibu!"
"Aku
harus bagaimana?"
"Aku
sangat membencimu. Aku... Aku harusnya mati saja! Aku harusnya menderita dan
mati!"
Setelah mengatakannya,
Ibu sesak nafas, Ayah membujuk untuk pergi ke rumah sakit. Ibu bersikeras tidak
mau. Lalu Joon Young minta maaf, ia yang salah. Setelahnya, Ayah membopong Ibu
keluar.
Joon Young
menangis tapi ia segera mengusap airmatanya, lalu memotret makanan dimeja dan
mengunggahnya di sosmed-nya.
"Acara
keluarga di luar. Aku ingin melakukannya lagi. #RestoranKorea #MakanDiLuar
#HariBahagia"
Setelah
mengunggahnya, Joon Young menyugesti dirinya kalau ia akan merasa lebih baik.
Tanpa Joon
Young sadari ternyata di ruangan sebelah ada Yoo Jin Soo Hee dan Seo Yeon,
otomatis mereka mendengar keributan keluarga Joon Young.
Joon Young
keluar, tepat saat pelayan membuka bilik untuk menghidangkan makanan untuk
mereka bertiiga jadinya Joon Young melihat mereka bertiga.
Dengan
canggung, mereka melambai pada Joon Young. Seo Yeon berkata kalau mereka baru
datang jadi tidak...
"Sekarang
kau paham? Kenapa aku bilang begitu." Ujar Joon Young lalu pergi.
Soo Hee
bernafas lega, ternyata gosip itu benar, Ibu Joon Young benar-benar luar biasa!
"Kasihan
sekali! Aku takkan sanggup hidup seperti itu." Ujar Yoo Jin.
Saat
pemakaman di sekolah. Ada yang membaca puisi untuk mengantar kepergian Lee So
Hee.
"Saat
ini, dia mungkin menjadi bintang di langit... Kami ingin merefleksikan hidup
Lee So Woo. Aku yakin dia melihat kita dari surga, sama sekali terbebas dari
kekhawatiran. Kau pergi tanpa mengucapkan perpisahan. Kami semua sedih atas
kepergianmu yang mendadak. Kau selalu menikmati kesendirianmu yang tenang di
bawah sinar matahari. Sulit dipercaya kami takkan bisa melihatmu lagi.
Kesedihan kami tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun kami akan selalu
mengingatmu, dan takkan pernah akan melupakanmu. Lee So Woo. So Woo~ya! Kami
merindukanmu."
Joon Young
pergi ditengah-tengah pembacaan puisi, Seo yeon mengiriminya pesan tapi tidak
dibaca.
Hadirnya Ji
Hoon menyenangkan beberapa gadis dan mereka diam-diam memotret Ji Hoon termasuk
Yoo Jin juga.
"Wow,
dia manis sekali! Dia laki-laki paling manis di sekolah!" Ujar Yoo Jin.
Sebelum
mulai, Ji Hoon menatap foto So Woo yang dibawa keluarganya dan itu membuatnya
teringat kenangannya bersama So Woo.
Ia teringat
saat mengajari So Woo main drum. So Woo juga sering kerumahnya. Merea itu teman
dekat, makanya So Woo memanggil Pak Han "Ahjussi". Ji Hoon dan So Woo
juga pernah bersepeda bersama.
Mengingat
itu membuat Ji Hoon tidak fokus sampai menjatuhkan penggesek cello-nya.Ia
segera memungutnya dan permainan dimulai. Banyak yang meneteskan airmata saat
itu.
Seo Yeon
cemas, karena Joon Young tak membaca pesannya, ia pun keluar untuk menelfon
Joon Young tapi tak dijawab.
Seo Yeon
kembali mengirimpesan untuk Joon Young. Ia akan kembali tapi teringat perkataan
Joon Young,
"Manusia,
setelah mati mereka pergi kemana? Lee So Woo... Dia kelihatan damai. Dia
kelihatan tenang."
Joon Young menatap sebuah gedung yang tinggi.
Seo Yeon mencari Joon Young di kelas tapi tak menemukannya. Lalu intagramnya berbunyi, Joon Young mengaploud gambar gedung yang ditulisi "Selamat tinggal..."
Seo Yeon
semakin panik, ia memberondong Joon Young dengan banyak pesan sambil berlari
menuju gedung itu.
"Joon
Young! Kita harus bicara."
"Itu
bukan ide bagus, jangan lakukan!"
"Tunggu
aku, 5 menit saja! Tidak, 1 menit saja!"
Joon Young
sudah sampai di atap, ia naik ke pinggir dan melatakkan ponsel disamping
kakinya berpijak. Joon Young menangis mengingat wajah damai So Woo di tanah.
Seo Yeon
sampai di gedung itu juga, pesannya masih belum dibaca oleh Joon Young, ia akan
naik lift tapi kemudian memilih naik tangga karena sudah tak sabar menunggu.
Seo Yeon
sampai di atap dan menemukan Joon Young disana. Ia menangis, menyebut Joon
Young bodoh, kenapa juga berpikir untuk bunuh diri?
"Kau
sudah lihat Lee So Woo! Apa itu tak membuatmu takut? Kenapa manusia berakhir
begitu saja? Sangat menakutkan, dan menyedihkan! Aku harus bagaimana, kalau
terjadi sesuatu padamu juga?"
Seo Yeon
tahu. Ia tahu ini berat. Ia tahu Joon Young mungkin berpikir akan terus seberat
ini. Ia yakin Joon Young berpikir, apa gunanya terus hidup. Tak ada yang perlu
dilihat lagi. Akan lebih nyaman, mati seperti Lee So Woo. Ia yakin Joon Young
berpikir seperti itu.
"Tapi
kau salah besar! Kau tak tahu apa-apa! Mana mungkin tahu cara mengerjakan semua
soal tes hanya dari beberapa soal pertama. Kita tak tahu bagaimana nantinya.
Kita tak tahu nilai apa yang akan kita dapat dalam hidup. Kita belum
mengetahuinya. Tapi kenapa... Kita masih 18 tahun. Kenapa kau memilih untuk
mati?"
Joon Young
menangis tersedu mendengarnya. Seo Yeon mendekat dan memegang lengan Joon
Young. Tak ingin hidup... Bukan berarti harus mengakhirinya. Cukup... Percaya
semua akan menjadi lebih baik. Bahwa semua baik saja. Semua akan baik saja.
Percayalah.Setelah itu, Seo Yeon mengikuti Joon Young pulang tapi berlagak tidak padahan Joon Young tahu betul maksud Seo Yeon.
"Bae
Joon Young! Kita akan segera menjadi senior. Jangan berpikir buruk lagi. Dan
satu hal lagi. Mulai sekarang, berangkat sekolah bersama. Datang ke rumahku 20
menit sebelum bel sekolah. Aku tahu bagaimanapun kau harus lewat rumahku. Makan
di dekatku saat makan siang. Setidaknya berpamitan saat pulang sekolah. an di
akhir pekan... Kirim pesan pagi dan sore."
"Kau
akan mengawasiku? Supaya aku tidak melakukan hal bodoh? Tidak perlu begitu. Aku
tak apa-apa."
"Maksudku,
mari berteman. Berteman denganku. Kalau tak mau, ya sudah. Aku pergi."
Ji Hoon
pulang saat ayahnya selesai masak daging korea kualitas tinggi. Sambil makan,
Pak Han bertanya, apa Ji Hoon sudah mempertimbangkan kembali ke Amerika?
Tinggal ngimong saja nanti Pak Han siapkan semuanya.
Ji Hoon
menggeleng, tidak perlu. Pak Han lalu membolehkan Ji Hoon berkunjung saja jika
tidak mau tinggal, ada teman Pak Han membuka resor di Hawai.
"Tidak
usah."
"Kalau
tidak suka di sana, juga bisa ke Eropa. Hong Kong? Dekat."
"Aku
tak ingin pergi. Aku tak mau pergi."
Pak Han
mengerti. Ji Hoon baru akan memotong dagingnya namun tak jadi, ia lelah dan
minta ijin untuk kembali ke kamar.
"Ada
apa? Nanti ayah belikan obat."
"Tidak
usah. Terima kasih makanannya."
Ji Hoon
sudah meninggalkan meja makan dan Pak Han memanggilnya untuk mengucapkan
selamat tahun baru.
Dikeluarga
Seo Yeon juga menunggu detik-detik pergantian tahun dan mereka saling memberi
selemat saat tahun sudah berganti.
"Selamat
Tahun Baru. Semoga keberuntungan besar menghampiri ayah dan ibu!"
"Untuk
putri ibu juga, semoga lebih bahagia dan sehat tahun ini!"
Seo Yeon
protes seharusnya ibu mendoakannya supaya menjadi yang terbaik dalam ujian
masuk perguruan tinggi. Ayah menjelaskan kalau kesehatan lebih penting, Tubuh
yang sehat dan pikiran yang sehat. Mengerti?
"Ya,
akan selalu kuingat."
Kedua adik
Seo Yeon di pangkuan ibunya bangun karena terlalu terang. Lalu ayah dan ibunya
menggendong adik-adiknya ke kamar.
Seo Yeon
tinggal, ia akan mematikan lampu dulu sebelum tidur, lalu ia menyalakan kembali
TV-nya tanpa susara, ia berdoa.
"Semoga
ujian masuk perguruan tinggiku mendapat nilai sempurna! Kumohon! Dan... Lee So
Woo. Semoga dia bahagia di sana."
Pak kepala
keamanan SMA membereskan barang-barangnya, sebelum pergi, ia menendang pintu
ruangan kepala sekolah tapi malah mendapati surat yang terselip disana jatuh.
"Kepada
Kepala Sekolah" Tulisan di amplop suratnya.
Pak kepala
keamanan memungutnya dan memasukkannya bersama barang-barangnya.
Di rumah Seo
Yeon pagi-pagi sudah ada yang memencet bel. Tapi saat di lihat melalui intercom
tidak ada siapa-siapa di luar. Ibu kemudian memberi peringatan pada yang di
luar.
"Di
sini rumah detektif kepolisian! Kau akan dapat masalah dengan polisi!"
Ibu kembali
tidur dan menyuruh Seo Yeon juga tapi bel kembali berbunyi, Seo Yeon pun
memutuskan untuk keluar melihat.
Di luar
benar-benar tidak ada siapa-siapa tapi saat akan kembali masuk, ia menemukan
surat yang ditujukan untuknya. Seo Yeon membuka surat itu,
"Lee So Woo SMA Jeong-guk tidak bunuh
diri."
Kilas
balik...
Malam 25
Desember, Choi Woo Hyuk, Lee Sung Min,
Kim Dong Hyun dan Lee So Woo ada di atap sekolah dan ada murid yang melihat
mereka, murid itu yang menulis surat pada Seo Yeon.
"25 Desember 2016... Choi Woo Hyuk, Lee
Sung-min, Kim Dong-hyun... Membunuh Lee So Woo di atap sekolah. Choi Woo Hyuk
mendorong Lee So Woo hingga jatuh. Aku jelas melihatnya dengan mataku sendiri.
Aku saksi kejadian tersebut. Lee So Woo... Dibunuh oleh Choi Woo Hyuk!"
Murid itu
adalah Lee Joo Ri.
>
EmoticonEmoticon