Pagi-pagi, Cho Rong dan Joo Ri naik bis. Cho Rong ingin memastikan, mereka melakukan hal yang benar, kan?
Joo Ri
mengangguk dan itu membuat Cho Rong yakin.
Pagi-pagi,
Cho Rong dan Joo Ri naik bis. Cho Rong ingin memastikan, mereka melakukan hal
yang benar, kan?
Joo Ri
mengangguk dan itu membuat Cho Rong yakin.
Mereka
sampai di depan gerbang rumah Seo Yeon, memencet bel lalu melarikan diri. Ibu
Seo Yeon memberi peringatan kalau disana adalah rumah polisi.
Ibu kemudian
menyuruh Seo Yeon untuk kembali tidur. Seo Yeon tidak langsung kembali ke kamar
karena bel kembali berbunyi dan ia keluar untuk mengecek.
Seo Yeon tak
menemukan siapapun hanya surat pengakuan yang ditinggal di gerbang. Seo Yeon
celingukan mencari orang yang meninggalkan itu tapi tidak ketemu.
Tak lama
kemudian ibunya keluar, Seo Yeon menunjukkan surat itu dan ibunya kemudian
membopongnya masuk ke dalam.
Cho Rong dan
Joo Ri bisa bernafas lega.Ibu dan Seo Yeon membicarakan ini dengan ayah.
"Tadinya,
aku kira hanya lelucon saja. Tapi bagaimana jika seseorang tahu bahwa kau
adalah polisi dan meninggalkannya di sini karena merasa depresi?" Ibu
menghawatirkan Seo Yeon.
Seo Yeon
hanya mencoba untuk melogiskan semua ini. lalu ia bertanya pada ayahnya, Ayah
akan menginvestigasinya, kan? Apa Ayah akan memberitahu pihak sekolah?
"Apa
yang harus aku lakukan?"
Ayah
melarang Seo Yeon melakukan apapun, ia yang akan mengurusnya. Ibu setuju,
mereka tidak perlu terlalu memikirkannya. Seo Yeon tidak bisa karena barang
bukti dialamatkan padanya. Lee So Woo dan Choi Woo Hyuk adalah teman
sekelasnya!
Ibu membujuk
Seo Yeon untuk tidur saja, belakangan ini Seo Yeon kurang tidur. Seo yeon tidak
mengindahkan, ia menjelaskan pada ayah kalau tulisan itu pernah diunggah di
halaman sekolah.
"Mungkin
kita bisa melacak IP-nya."
"Seo
Yeon!"
"Atau...
Mungkin aku melewatkan sesuatu saat menemukan jasadnya."
Ayah kembali
menegur Seo Yeon, tak usah memikirkan hal ini lagi. Ibu kembali membenarkan dan
meminta Seo Yeon percaya saja pada Ibu dan Ayah. Barulah Seo Yeon mengerti dan
mau ke kamar.
Dikamar, Seo
Yeon kembali membaca komentar anonim itu dan menghubungkannya dengan surat
pengakuan yang diterimanya pagi tadi.
"Kenapa
surat ini dikirimkan padaku?" tanya Seo Yeon.
Ayah Seo
Yeon datang kesekolah, beliau menunjukkan surat yang dikirim untuk Seo Yeon
pada pak Kepsek. Juga mengatakan kalau tulisan itu juga diunggah di internet.
"Ya.
Sejujurnya, kami sudah bersiap bahwa rumor semacam itu akan menyebar ke luar
sekolah melalui SNS." Jawab Pak kepsek.
Pak Wakepsek
menambahi, "Tapi... Anak-anak jaman sekarang memang suka melakukan hal
yang aneh. Mayoritas dari mereka melepaskan stres dengan mengunggah sesuatu di
internet. Sebab itu, kami mengira postingan sebelumnya diunggah para murid
akibat merasa kehilangan teman mereka saja."
Kemudian Pak
Kepsek minta maaf karena Seo Yeon pasti syok menerima surat itu, kejadian ini
diakibatkan karena ia kurang hati-hati.
Ayah Seo Yeon
menyimpulkan, jadi Pak Kepsek ikut andil membiarkan semua ini menyebar.Pak
Kepsek dan Wakepsek saling berpandangan, kemudian Detektif Oh datang. Setelah
dipersilahkan duduk, Detektif Oh mengatakan kalau ia dan Ayah Seo Yeon
berencana untuk menginvestigasi lebih dalam dengan dugaan kasus ini merupakan
pembunuhan.
Ibu
Kesiswaan menyela tak suka, menurutnya para detektif terlalu jauh menanggapi
permainan anak-anak.
Ayah Seo
Yeon menegaskan, Meskipun begitu, di surat itu tertulis bahwa orang itu
menyaksikan sendiri adegan pembunuhannya. Jadi mereka tidak bisa
menyepelekannya begitu saja.
"Karena
informasi baru sudah diterima, polisi bertanggung-jawab untuk menginvestigasi
kasus lebih dalam."
Pak Kepsek
mengerti posisi Ayah Seo Yeon tapi pihak sekolah juga memiliki tanggung jawab
atas keamanan
murid-murid!
Jika polisi membuat pergerakan akibat surat itu, hal itu dapat membawa dampak
buruk bagi murid-murid yang disebutkan dalam surat ini. Jadi...
"Kalau
begitu, alasan untuk menemukan penulis surat ini jadi
lebih besar. Awalnya, ini ditulis melalui komentar di internet. Tapi sekarang,
sebuah surat dikirim secara pribadi pada salah satu murid yang orang tuanya
merupakan detektif penanggung-jawab kasus.
Artinya, hal semacam ini akan terus berlanjut sampai adanya respon yang
nyata." Potong Detektif Oh.
Ayah Seo
Yeon menambahi, Jika itu terjadi, sulit bagi mereka untuk mengendalikan
situasi.
Pak Kepsek
akhirnya mendesah dan bertanya baiknya yang harus mereka lakukan.
Saat ayahnya
pulang, beliau mengatakan akan diadakan konseling psikologis Untuk kelasnya.
Seo Yeon bertanya, Apakah itu konseling psikologis sungguhan? Atau Ayah hanya
mencoba mendapatkan informasi dari para murid?
"Lihat
saja nanti." Jawab Ayah,
Ibu merasa
aneh, tidak biasanya Seo Yeon bersikap seperti ini saat ayah sedang bekerja.
Apa lebih baik ibu meminta ayah untuk melepaskan saja kasusnya?
"Tidak.
Aku rasa, mereka akan memulai lagi investigasinya."
Lalu Seo
Yeon bertanya pada Ayah, tidak ada orang lain yang mendapatkan surat itu? Apa
hanya dirinya?
"Sejauh
ini, iya."
"Polisi?
Sekolah? Murid lain?"
Ayah
mengangguk. Seo Yeon bertanya-tanya, kenapa surat itu dikirim padanya. Ayah
menebak kalau yang mengirim tahu jika ayah Seo Yeon seorang detektif.
"Berapa
orang yang mengetahui hal itu di kelasmu?"
Seo Yeon
hanya mengatakannya pada teman-teman dekatnya. Tapi... Sehari setelah rapat
wali murid rumor menyebar bahwa ia adalah puteri seorang petugas polisi!
(sambil melirik ibu).
Ibu
mencari-cari alasan untuk bisa kabur dari sana.
Setelah
hanya berdua, Ayah bertanya, Apakah ada yang Seo Yeon curigai? Mungkin
seseorang yang tidak akur dengan Choi Woo Hyuk.
"Kalau
itu, ada banyak. Julukan si Woo Hyuk adalah "Tiran" (diktator). Di
sekolah, tidak ada yang menyukai dia sama sekali. Tapi kenapa? Ayah mengira
seseorang yang tidak menyukai dia mengirim surat itu?"
"Tidak
ada komentar. Ayah harus istirahat. Kau belajar sana!"
Seo Yeon
menghentikan ayah yang hendak masuk kamar, surat itu ditujukan hanya untuknya,
bukakah itu artinya... siapapun saksi itu, memercayai dan meminta bantuannya?
Untuk mengungkapkan kebenarannya?
Ayah
mendekat dan memegang pundak Seo Yeon. Ia menyuruh Seo Yeon untuk membiarkan
orang dewasa saja yang mengurusnya, Polisi yang akan melakukannya.
Seo Yeon
mengangguk mengerti.
Reporter
Park sedang mengetik sesuatu saat juniornya membawa surat kaleng yang situjukan
ke tim mereka. Itu adalah surat saksi yang dikirim ke Seo Yeon serta surat yang
ditulis tangan.
Reporter
Park tampak tertarik dengan surat itu.
Seo Yeon
akan berangkat, tak disangkanya ternyata Joon Young menunggunya di depan
gerbang rumahnya. Tapi Joon Young gengsi, ia mengaku kalau tadi hanya lewat
saja trus mampir.
Seo Yeon
menyinggung gaya rambut Joon Young yang berbeda, Joon Young lalu merusak gaya
rambut barunya dan mengembalikannya kesemula.
"Aku
rasa, ini kelihatan lebih baik." Lanjut Seo Yeon sambil tersenyum tapi
Bagaimanapun juga, ia berterima kasih karena Joon Young sudah datang. Ia senang
karena tidak akan bosan selama perjalanan ke sekolah.
"Aku
kan bukan orang yang menyenangkan." Balas Joon Young.
"Tidak
masalah, aku juga sama. Orang-orang hanya merasa aku menarik karena aku
cantik."
Joon Young
tak membalasnya malah mendahului jalan dan mengajak bergegas. Seo Yeon panik,
ia menegaskan kalau ia hanya bercanda dan menghentikan Joon Young.
Saat Joon
Young berhenti, Seo Yeon malah jalan mendahuluinya. Joon Young lalu
memanggilnya untuk jalan bersama.
Sesi
konseling psikologis pun dimulai, para siswa dipanggil satu persatu untuk masuk
ruang konseing. Saat giliran Cho Rong, Joo Ri memastikan agar Cho Rong
melakukan yang terbaik.
Cho Rong
mengangguk mengerti tapi Joo Ri masih kelihatan cemas.
Joon Young
selesai konseling psikologis. Yoo Jin heboh memberondongnya dengan banyak pertanyaan,
Bagaimana? Apakah menakutkan? Kau gugup?
Bagaimana tampangnya? Apa dia tampan? Kelihatan pintar? Dia mirip seseorang?
Salah satu aktor terkenal?
Yoo Jin
langsung kecewa saat Joon Young bilang kalau Konselornya itu wanita.
Soo Hee
merasa ada yang aneh, kenapa mereka butuh konseling psikologis segala.
Terlebih, sekolah mengumpulkan mereka di tengah liburan begini!
"Sudah
diberitahukan, itu untuk mengatasi trauma yang mungkin timbul akibat kasus
itu." jawab Yoo Jin.
Soo Hee
menebak kalau semua itu cuma alasan saja. Ia rasa, detektif mencoba menggali
informasi dari mereka. Joo Ri semakin gelisah mendengarnya, lalu Seung Hyun
bergabung dan malah bicara ngaco,
"Aku,
aku! Kurasa aku tahu. Mungkin, salah satu dari kita adalah pelaku kejahatan! Pasti...
Aku orangnya, Choi Seung-hyun! Kejahatan karena membuat hati para gadis
terbakar! Apa kau akan menangkapku?"
Soo Hee
bertanya, apa salah satu anggota keluarga atau kerabat Seung Hyun bekerja di
bidang hukum? Seung Hyun balik bertanya, kenapa Soo Hee tiba-tiba tanya itu
padanya?
"Karena
hari ini aku akan menghajarmu!" Kesal Soo Hee dengan suara agak keras dan
Yoo Jin juga ikut-ikutan.
Seo Yeon
hanya tersenyum melihat kelakuan teman-temannya itu. Sementara Min Suk
memotresnya karena membiarkan kelas menjadi ribut.
"Dia
itu selalu saja bikin keributan." Lanjut Min Suk.
"Nilaimu
lebih rendah dari nilaiku, kau juga
banyak bicara, tahu!" Balas Seo Yeon.
Seung Hyun
bertepuk tangan dengan reaksi Seo Yeon itu, ia puas karena Min Suk akhirnya
kalah telak. Soo Hee makin kesal dan mencubit lengan Seung Hyun.
Seo Yeon
menatap bangku kosong Cho Rong tapi tak lama. Joo Ri menyadari Seo Yeon menatap
bangku itu, ia menatap balik tapi Seo Yeon sudah mengalihkan pandangannya.Detektif Oh menyuguhkan kue pada Cho Rong. Cho Rong langsung tersenyum lebar karena itu kue kesukaannya yang di jual di pinggir jalan.
Detektif Oh
melanjutkan obrolan tentang makanan karena tampaknya Cho Rong sangat
menyukainya. Sampai akhirnya Cho Rong minta maaf karena ia jadi kemana-mana.
"Tidak
masalah, kok! Aku selalu suka membicarakan tentang tempat makanan lezat! Tapi,
dengan siapa kau biasanya pergi makan? Pacar?"
Cho Rong
mengelaknya, ia ke sana bersama Joo Ri teman sekelasnya. Joo Ri adalah
temannya, tapi dia di level berbeda. Joo Ri sangat tegar, jadi Joo Ri bisa
bertahan dalam situasi apa pun. Joo Ri juga sangat sensitif.
Detektif Oh
menebak pasti Cho Rong bersahabat dekat dengan Joo Ri, melihat Cho Rong begitu
menghargai Joo Ri. Cho Rong menggeleng, Joo Ri lebih baik lagi padanya.
Detektif Oh
mencatat semua itu, Sekarang, ia akan menanyakan beberapa pertanyaan formal
yang tidak biasa. Cho Rong mengangguk mengerti.
Joo Ri
menunggu kembalinya Cho Rong di tangga. Saat Cho Rong terlihat, Joo Ri
buru-buru menghampirinya,
"Apa
yang kau katakan padanya? Tidak ada kesalahan, kan? Katakan padaku semua yang
kau ingat!"
Cho Rong
tersenyum, Joo Ri tak perlu khawatir karena detektif sangat baik. Joo Ri
terkejut mendengar kata detektif.
"Apa
dia detektif penanggung-jawab kasus Lee So Woo? Yang datang saat mayatnya
ditemukan?" tanya Joo Ri.
"Aku
tidak yakin. Aku kurang pintar mengingat wajah orang."
Joo Ri kesal
"Jadi, apa sebenarnya yang bisa kau lakukan?"
Kemudian Joo
Ri dipanggil ibu guru karena saatnya ia masuk.
Joo Ri mengaku
pada detektif Oh kalau ia banyak memikirkan tentang Lee So Woo. Mungkin karena
insiden itu tidak wajar. Ia mengalami masa sulit karena terus memikirkan hal
itu meski ia juga tidak menginginkannya. Makanya, ia merasa lega saat mendengar
bahwa konseling psikologis akan diberikan.
"Insiden
tidak wajar? Dari segi apa?" Pancing Direktur Oh.
"Aku
tidak tahu juga. Hanya saja aku merasa seperti itu. Aku tidak terlalu dekat
dengan dia, tapi dia terlihat seperti orang yang baik dan peduli. Kudengar, dia
tidak meninggalkan surat perpisahan? Tidak masuk akal seseorang seperti So Woo
akan bunuh diri tanpa alasan, tanpa pesan apa pun. Benar, kan?"
"Memang
harus bagaimana supaya insiden itu dianggap wajar? Dia kepeleset, begitu?
Atau... seseorang mendorong dia sampai jatuh?"
"Entahlah.
Aku tidak berpikir sejauh itu, sih. Bagaimana menurutmu, Detektif?"
Detektif Oh
menjelaskan kalau ia di sana sebagai konselor, bukan polisi. Tugasnya di sana
hanya mendengarkan mereka. Kalau memang begitu, Joo Ri bertanya, kenapa Detektif
Oh datang sendirian? Kan Sekolah juga merekrut konselor, Konseling bukanlah
tugas polisi.
Detektif Oh
tidak menjawab karena alaram berbunyi tanda kalau waktu konseling mereka sudah
habis. Joo Ri pamit pergi tapi Detektif Oh menanahannya karena lupa menanyakan
sesuatu.
"Apakah
ada hal lain yang kau ingat soal So Woo? Siapa yang dekat dengan So Woo, atau
yang tidak akur dengan dia?"
"Aku
tidak tahu apa-apa! Karena aku tidak terlalu peduli pada murid lain."
Jawab Joo Ri terkesan buru-buru.
Detektif Oh
mengerti dan mengijinkan Joo Ri keluar.
Sepulang
dari konseling, Cho Rong mengajak Joo Ri mampir ke rumahnya makan sesuatu yang
lezat dan Joo Ri setuju.
Mereka
berbelok menuju arah rumah Cho Rong tapi malah melihat Woo Hyuk CS sedang
malakin siswa lain. Cho Rong dan Joo Ri bergerak cepat dengan balik arah tapi
terlambat karena Woo Hyuk sudah melihat mereka.
Woo Hyuk CS
meninggalkan mangsanya dan mendekati Cho Rong - Joo Ri. Mereka menyindir, apa
tidak capek selalu bersama.
Joo Ri kesal
dan berbalik menatap Woo Hyuk tajam. Cho Rong mengajak Joo Ri pergi saja tapi
Joo Ri tidak beranjak.
Woo Hyuk
kesal karena Joo Ri terus menatapnya, ia mendekat dan merampas tas Joo Ri lalu
menumpahkan semua isinya ke tanah. Bukan hanya itu, Woo Hyuk juga melemparkan
tas kosong Joo Ri ke wajah Joo Ri hingga menimbulkan luka. Cho Rong khawatir
karena takut luka itu meninggalkan bekas.
"Sedikit
bekas luka tidak masalah. Toh kau selalu kelihatan kotor." Ujar Woo Hyuk
sambil memandang Joo Ri lekat-lekat.
Woo Hyuk
lalu meludah dan mengajak teman-temannya pergi karena disana bau katanya.
Joo Ri masih
terpukau ditempatnya. Cho Rong yang mengambil semua barang-barang Joo Ri dan
memasukkannya kembali kedalam tas. ia mengusap airmatanya sambil menggerutui
Woo Hyuk yang sangat jahat.
Tiba-tiba
seseorang mengulurkan saputangan untuk Joo Ri. Joo Ri mengambilnya. Orang itu
jongkok dan membantu Cho Rong mengambili barang Joo Ri, orang itu adalah
reporter Park.
Cho Rong
berterimakasih atas bantuan reporter Park. Reporter Park mengenali mereka
sebagai murid SMA Jeong-guk.
"Tapi...
siapa Anda?" tanya Cho Rong.
Reporter
Park mengeluarkan kartu namanya dan diterima Joo Ri.
Seo Yeon
masuk ruang konsultasi dengan membawa kopi, disana kosong, ia tak sengaja
melihat catatan Detektif Oh di meja,
"Lee
Joo Ri, Park Cho Rong -> Harus bertemu mereka lagi, kemungkinannya tinggi"
Detektif Oh
masuk, ia mengatakan kalau murid dilarang masuk kesana. Seo Yeon menyodorkan
kopi yang ia bawa, menjelaskan kalau gurunya menyuruhnya membawa itu.
Detektif Oh
berterimakasih, lalu ia duduk di kursinya. Sebelum Seo Yeon pergi, ia bertanya,
Seo yeon tidak melihat catatan dibukunya, kan?
"Tidaklah!"
Jawab Seo Yeon bohong.
Setelah
keluar ruangan, Seo Yeon bertanya-tanya, Lee Joo Ri? Park Cho Rong? Lalu Seo Yeon
menelfon Cho Rong mengajaknya bertemu.Seo Yeon menunjukkan buku yang dikiranya punya Cho Rong tapi Cho Rong tidak pernah melihat buku itu sebelumnya.
"Benarkah?
Ini ada di mejamu. Kurasa milik orang lain, maaf." Jawab Seo Yeon.
Joo Ri sudah
merasa curiga mendengarnya. Seo Yeon menyinggung kalau ini kali pertama mereka
jalan bertiga, dan ia mengajak keduanya ngobrol.
Dimulai dari
Cho Rong, topiknya adalah makanan, dimana Seo Yeon sudah mendatangi restaurant
yang Cho Rong rekomendasikan tapi kembali pulang karena antriannya sampai 3
jam.
"Salah
juga sih aku ke sana waktu Natal." Lanjut Seo Yeon.
Kemudian Seo
Yeon bertanya, apa yang dilakukan Cho Rong saat natal. Cho Rong dengan sangat
antusias menjawab kalau ia di rumah bersama keluarganya makan ayam dari layanan
pesan antar. Dan juga daging babi! Tradisi Natal di keluarganya adalah makan
apa pun yang mereka inginkan! Itu membuatnya sangat bahagia!
"Kedengarannya
menyenangkan. Bagaimana denganmu, Joo Ri? Apa yang kau lakukan saat
natal?"
Joo Ri malah
kesal, apa Seo Yeon pikir cukup dengan dengannya hingga bisa menginterogasinya?
Seo Yeon menjawab kalau mereka hanya ngobrol.
"Tapi biasanya
kita tidak pernah melakukannya. Lalu kenapa kau tiba-tiba penasaran dengan yang
kulakukan saat Natal?"
"Aku
tidak tahu kalau itu topik yang sensitif buatmu. Aku yang salah."
"Kau
adalah murid paling pintar di sekolah! Dan kau bilang itu kesalahan?"
"Maaf
karena mengajak kalian bertemu tiba-tiba begini. Sampai jumpa di sekolah."
"Di
situlah memang tempatmu. Tempat dimana kau selalu merasa begitu hebat karena
semua murid dan guru memujimu. Kau bukan apa-apa saat di luar sekolah. Lihat
dirimu! Kau melarikan diri hanya karena aku mengucapkan beberapa kalimat!"
"Lee
Joo Ri. Kalau yang kau maksud soal insiden itu..."
Joo Ri
tiba-tiba membentak agar Seo Yeon diam. Ia langsung berdiri dan memaksa Cho
Rong untuk pergi.
Cho Rong
mengikuti Joo Ri, menurutnya ia tidak mengatakan sesuatu yang salah jadi ia
meminta Joo Ri tenang.
Joo Ri
memutuskan untuk menelfon Reporten Park, ia akan mengatakan semuanya. Ia tidak
tidak tahu yang Seo Yeon ketahui, tapi Ko Seo Yeon mencurigai mereka.
"Aku
yakin, dia akan memberitahu semua orang soal itu! Maka, aku harus mengambil
langkah lebih dulu."
"Tapi
belum ada yang pasti di sini, mungkin kita bisa..."
"Diam!"
Joo Ri
menghubungi Reporter Park dan bersedia melakukan wawancara itu dengan syarat
suara dan wajahnya disamarkan.
Reporter
Park senang mendengarnya dan menutup telfon dengan senyum.
Reporter
Park menunggu Ketua Choi untuk meminta pendapat Ketua Choi mengenai kecurigaan
yang mengarah pada Woo Hyuk (Putra Ketua Choi).
"Pak
Choi! Orang-orang mencurigai Choi Woo Hyuk sebagai pembunuh! Bagaimana pendapat
Anda?"
Ketua Choi
tak menanggapi awalnya. Tapi setelah mobil berjalan sekitar satu meter, Ketua
Choi menghentikan mobil dan keluar.
"Apaan
kau ini, sudah tidak waras? Inilah yang kupikirkan, memang kenapa?" Marah
Ketua Choi sambil menarik kerah Reporter Park.
Ketua Choi
melarang Reporter Park muncul lagi di hadapannya karena lain kali mungkin akan
berakhir dengan baik.
Ketua Choi
bahkan membanting Reporter Park barulah melanjutkan perjalanannya. Setelah
ketua Choi pergi, kameramen muncul, ternyata kejadian tadi direkam secara
diam-diam.
Pak Han
menerima telfon dari seseorang yang membuatnya kesal karena baru melapor
padanya.
"Kau
pikir kau bisa menyelesaikannya sendiri secara internal?"
Pak Han
kemudian menyuruh si penelfon untuk menerima tawaran wawancara karena
Orang-orang akan terus menyebar gosip dan rumor jika si penelfon terus
menghindar begini.
"Dan
laporkan padaku setiap prosesnya."
Setelah
menutup telfon, Pak Han menghubungi salah satu kenalannya dan mengajaknya
betemu jika ada waktu.
Seo Yeon
makan bersama Soo Hee dan Yoo Jin. Di tengah-tengah pembicaraan, Seo Yeon
menanyakan pendapat teman-temannya mengenai Joo Ri dan Cho Rong, mereka berdua
kelihatan biasa-biasa saja kan belakangan ini?
Soo Hee
menjawab kalau mereka ya selalu sama, Joo Ri mengira dirinya Ratu Lebah, dan
Cho Rong sangat baik, mau berteman dengan Joo Ri.
"Jangan
begitu, aku kasihan pada Joo Ri." Ujar Yoo Jin.
Seo Yeon
heran, kenapa dengan Joo Ri. Yoo Jin menjelaskak kalau Choi Woo Hyuk menjambak
rambut Joo Ri, sampai Joo Ri lari sambil menangis dan Choi Woo Hyuk memposting
hal-hal buruk tentang Joo
Ri, sampai Joo
Ri berhenti menggunakan SNS.
"Aku
tidak tahu kalau seburuk itu." Gumam Soo Hee.
"Itu
karena kau selalu sibuk belajar di kelas tambahan, berkosentrasi pada soal-soal
dan materi pelajaran." Jawab Soo Hee.
Yoo Jin
jadikehilangan selera makan gara-gara membicarakan Woo Hyuk. Ia harus
menyegarkan pikirannya dengan memandangi wajah Ji Hoon, kemudian ia melihat
foto Ji Hoon di ponselnya.
Soo Hee
heran, kenapa Yoo Jin terus saja memberi julukan Ji Hoon "cowok paling
imut di sekolah"?
"Dia
suami masa depanku! Namanya Han Ji Hoon. Keahlian : Menjadi imut. Belum
diketahui pernah pacaran. Aku mencoba memeriksa profilnya di SNS, tapi dia
mengatur privasinya karena terlalu banyak para gadis yang memburunya. Itu
sebabnya, aku juga gagal menemukan informasi lebih dalam tentang dia. Dia dari
SMP Jeong-guk, dan sekarang juga di SMA Jeong-guk, dia seumuran dengan kita.
Saat ini tinggal di Apartemen Monte Vista Apartment, di penthouse-nya." Jelas Yoo Jin.
"Kau
menguntit dia, ya?" Tuduh Soo Hee.
"Apa
salahnya. Aku kan ensiklopedia hidup dalam hal para cowok imut, itu alasan aku
hidup!"
"Wow,
kehidupan yang aneh! Bagaimana bisa kau tidak ingat apa pun soal
pelajaran, tapi tahu banyak soal cowok?
Pastikan kau mendonasikan otakmu saat kau mati nanti. Bisa jadi bahan penelitian
yang luar biasa, tuh!"
Reporter
Park datang kesekolah. Pak Kepsek menyambutnya dengan ramah, ia membebaskan
Reporter Park untuk bertanya apapun padanya,
juga bisa mendokumentasikan seluruh sudut sekolah, serta boleh
mewawancarai semua murid. Ia bisa menunjukkan pada Reporter Park dokumen
mengenai Choi Woo Hyuk atau dokumen lain yang Reporter Park inginkan.
"Kedengarannya
seolah Anda sudah mempersiapkan segalanya untuk hari ini." Jawab Reporter
Park dengan nada menyindir. Muka Kepsek jadi masam, lalu Reporter Park tertawa,
mengatakan kalau ia hanya bercanda dan akan mulai mewawancarai Kepsek.
"Tidak
masalah, tapi aku kan sudah mengatakan semua yang kuketahui. Mungkin tidak akan
banyak membantu."
Reporter
Park membantah, ia yakin akan sangat membantu. Reporter Park mengajukan satu
pertanyaan penting, kenapa Kepsek merobek dan membuang surat tuduhan itu?
Ibu
kesiswaan terkejut, apa maksud Reporter Park dengan menyebut Kepsek merobek dan
membuang surat tuduhan?
Reporter
Park kemudian menunjukkan surat tuduhan yang datang padanya serta menjelaskan
kronologisnya. Pertama, Kepala Sekolah yang menerimanya, tapi membuangnya. Lalu
seseorang menemukan dan memberikannya padanya.
Wakepsek dan
ibu kesiswaan mengambil surat dengan tulisan tangan, Kepsek mengambil yang
diketik, ia terkejut kenapa surat itu... (ada pada Reporter Park).
"Seorang
murid membunuh teman sekelasnya, pihak sekolah membungkam para saksi, dan
polisi pun mengubur kasus tersebut. Bukankah ini terlalu sempurna? Berkat Anda,
ini jadi semakin menarik buatku."
"Ini
bohong! tidak tidak pernah menerima surat apa pun!"
"Wow,
Anda sungguh mudah diprediksi. Tidak bisakah kau memberi alasan lain saja?
Seperti kau sedang mabuk atau lelah karena kasus ini?"
"Tidak,
aku sungguh tidak pernah menerimanya, ini bukan alasan!"
"Jadi,
Saya minta Anda memikirkannya lagi. Apa mungkin Anda melakukannya saat setengah
tidur? Atau jangan-jangan Anda mengidap demensia sampai melupakannya?"
"Reporter
Park!"
Reporter
Park bertanya, apa sebenarnya yang terjadi pada Lee So Woo?
Ji Hoon
menagis dalam hujan melihat lokasi dimana jenazah Soo Woo ditemukan.
Seo Yeon
juga menatap lokasi yang sama namun dari tempat yang berbeda.
Seo Yeon
membuka ponselnya, ia membaca kembali pesan-pesannya untuk "Penjaga
Jeong-guk".
"Penjaga
Jeong-guk... berapa lama lagi kau akan diam?"
"Tunjukkan
lagi dirimu!"
"Apakah
aku mengatakan sesuatu yang salah?"
"Aku
berhasil meraih nilai lebih tinggi pada ujian kemarin."
"Hari
ini, ucapkan selamat padaku!"
"Aku
menonton film yang kau rekomendasikan. Apa arti ending-nya?"
Lalu Seo
Yeon menulis satu pesan lagi...
Ji Hoon yang
menerimanya, pesan itu berisi, "Kenapa Lee So Woo mati?"
Ji Hoon
menjawabnya dalam hati kalau itu juga yang ingin ia ketahui.
Detektif Oh
menegur Detektif Ko yang pulang lebih awal hari ini. Ia juga mau pulang soalnya
ia diberitahu boleh pulang awal hari ini.
"Siarannya
jam 11 malam, kan?" Tanya Detektif Ko.
Detektif Oh
membenarkan, ia tidak mengira bahwa ada surat lain yang dikirimkan. Ia
seharusnya tidak memikirkan soal ini lagi, sih.
"Apa
kata pihak sekolah?"
Detektif Oh
menjelaskan kalau pihak Yayasan berusaha menghentikannya, tapi reporter itu
terkenal akan sifatnya yang keras kepala. Kasus ini juga sangat sensitif.
"Kontennya
soal apa?"
Detektif Oh
tidak tahu, ia jadi semakin gugup karena ia tidak tahu akan seberapa besar
dampaknya nanti.
"Apapun
yang terjadi, tetaplah kuat."
"Ya,
aku siap."
Ji Hoon
pulang ke rumah, ayahnya menyambutnya dengan hangat dan menawari untuk
jalan-jalan bersama di luar. Ji Hoon mengatakan kalau di luar sedang hujan
deras. Lalu ayahnya mengajak makan di luar saja.
"Aku
sudah makan dengan temanku. Maaf, Ayah. Aku mau masuk ke kamar."
Saat ia
sudah melangkah ayahnya memanggil, Ji Hoon menengok tapi ayahnya bilang tidak
apa-apa dengan menyuguhkan senyum ia menyuruh Ji Hoon untuk istirahat saja.
"Ya,
aku akan tidur lebih awal. Selamat malam."
Ji Hoon
masuk kamarnya, ia langsung menyalakan TV dan menonton acara Reporter Park.
"Dia suka membaca dan menonton film.
Tapi pada tanggal 26 Desember 2016 dia ditemukan telah menjadi mayat, di
sekolah tempatnya menimba ilmu. Dia baru berusia 18 tahun, belum cukup
mendapatkan pengalaman yang seharusnya ia dapatkan. Apa yang sebenarnya terjadi
pada murid SMA ini?"
Seo Yeon dan
ayah-Ibunya juga menonton acara yang sama,
"Polisi terlalu cepat menyimpulkan
kasus ini sebagai bunuh diri. Pihak sekolah mengumpulkan semua murid dan
menggelar upacara pemakaman besar-besaran. Murid yang meninggal itu seolah
sudah terlupakan. Tapi, kasus berlanjut di luar dugaan. Sebuah surat berisi
pengakuan saksi mata muncul. Surat ini sudah dalam keadaan tersobek-sobek saat
dikirim ke stasiun TV kami. Surat ini berisi pengakuan saksi bahwa murid yang
meninggal itu sebenarnya dibunuh."
Langsung
deh, kolom komentar halaman FB SMA Jeong-guk ramai dengan komentar anak-anak
dan Seo Yeon membaca semua itu.
Woo Hyuk
sedang main bilyard bersama Dong Hyun dan Sung Min. Kedua temannya memperlihatkan
wajah yang aneh, Woo Hyuk heran, kenapa?
Lalu di TV
muncullah cerita Reporter Park.
"Tersangka merupakan teman sekelas dari
mendiang murid berinisal “Lee” tersebut. Tersangka, “Pelajar Choi,”
berkali-kali terlibat kasus kekerasan terhadap murid lain. Beberapa minggu
sebelumnya, “Pelajar Choi” terlibat perkelahian hebat dengan “Pelajar Lee”.
Sampai kemudian dia meninggal."
Ada juga
komentar dari beberapa murid, yang paling mencolok adalah komentar dari Joo Ri
dengan suara dan wajah disamarkan,
"Choi sudah terkenal sering memukuli
teman sekelasnya. Rumornya, Lee tidak masuk sekolah lagi setelah insiden itu
karena ketakutan. Choi tidak akan pernah melepaskan siapa pun yang sudah
menjadi targetnya. Tapi pihak sekolah selalu saja melindungi dia. Aku rasa,
Choi semakin menjadi-jadi karena itu. Dia itu Iblis."
Woo Hyuk
langsung melemparpar tongkat bilyard-nya dan pergi dari sana.
Kepsek pun
menonton acara itu, ia kesal saat disebut merobek surat pengakuan yang dikirim
padanya, lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Dia bahkan mencoba membungkam para
saksi."
Sementara
itu Joo Ri sangat senang menonton acara itu, ia bahkan hafal isi surat yang
ditulisnya dan mengucapkannya bersamaan dengan Reporter Park membaca suratnya.
"Lee So
Woo, murid kelas 2 dari SMA Jeong-guk, tidak melakukan bunuh diri. Pada 25
Desember 2016, Choi Woo Hyuk, Lee Sung Min, dan Kim Dong Hyun... membunuh Lee
So Woo di atap sekolah. Choi Woo Hyuk mendorong Lee So Woo dari atap. Aku
melihatnya dengan jelas. Aku saksi dari insiden ini. Lee So Woo tidak bunuh
diri. Lee So Woo, telah dibunuh... oleh Choi Woo Hyuk."
>
EmoticonEmoticon