Sinopsis Kill It Episode 3 Part 2
Sumber: OCN
Hyun Jin ke klinik Soo Hyun mengabari kalau mereka menemukan putri Ahjumma kedai masakan ibu. Ia tahu Soo Hyun pasti khawatir.
Hyun Jin membawa kue, ia mengajak Soo Hyun berbagi karena kuenya terlalu benyak.
Di luar sedang hujan, Hyun Jin mengeluarkan kuenya di kliik Soo Hyun. Hyun Jin memasang lilin karena itu kue ulang tahun.
"Hari ini ulang tahun teman masa kecilku." Lanjut Hyun Jin.
"Seharusnya kamu menemui temanmu itu."
"Kami kehilangan kontak. Aku.. berharap yang terbaik untuknya, di mana pun dia berada."
Hyun Jin berdoa setelah menyalakan lilinnya. Soo Hyun hanya diam. Setelahnya ia meniup lilin, lalu mengajak Soo Hyun makan.
Soo Hyun makan setelah Hyun Jin.
"Apa tidak ada teman yang kamu kenang?" Tanya Hyun Jin.
Soo Hyun diam saja.
"Sudah kuduga."
"Setelah kuingat, ada."
"Benarkah? Siapa?"
"Pesawat... Dia terampil membuat pesawat kertas."
"Teman yang terampil membuat pesawat kertas? Menarik. Aku sangat suka pesawat kertas saat kecil. Aku cuma melantur."
"Aku boleh melanjutkan kerjaku?"
"Tentu saja."
Soo Hyun berdiri dan Hyun Jin menatap hujan di luar, kantanya hujan juga turun di hari terakhir temannya. Soo Hyun menoleh menatap Hyun Jin.
Soo Hyun membakar topi dan masker yang digunakannya tadi.
Ia mengambil pesawat kertas yang disimpannya di laci. Ternyata ada pesannya di kertas itu.
"Nomor 88. Selamat Ulang Tahun. Lee Young Eun"
Soo Hyun kepikiran teman yang dimaksudkan Hyun Jin itu karena kelihatannya cocok dengan peswat itu.
Di rumahnya, Hyun Jin membuat pesawat kertas, menerbangkannya, lalu melamun menatap hujan.
Kilas Balik..
Di hari hujan, Hyun Jin akan keluar karena temannya menunggu, tapi Nyonya DO melarangnya.
"Dia sahabat dekatku dari panti asuhan." Kata Hyun Jin.
"Hyeon Jin-ku tidak punya teman dari panti asuhan." Nyonya Do menarik Hyun Jin masuk.
Kilas Balik selesai...
Di kliniknya, Soo Hyun juga menatao hujan.
Tiba-tiba ia ingat sesuatu saat ada sorot lampu mobil yang mengarah padanya.
Soo Hyun ingat saat ia dikejar oleh mobil dan ditabrak. Seseorang keluar dari mobil itu untuk melihatnya.
Soo Hyun mengirim pesan untuk Philip, menyuruhnya menghubungi.
Seul Gi ke klinik dan tiba-tiba bertanya apa Soo Hyun punya pacar.
"Jika hanya ingin berceloteh, naik saja." Kata Soo Hyun.
"Kamu selalu menyuruhku naik. Lama-lama aku sampai ke puncak Bumi."
Soo Hyun hanya diam saja.
"Tadi aku bertemu wanita di lantai 4 itu, wajahnya terluka. Kamu melihatnya? Jangan hanya hewan, perhatikan manusia juga. Apa kamu hanya bisa melihat hewan yang terluka?"
"Ayo pergi."
"Ke mana?"
"Kamu berbicara tidak keruan karena lapar."
Seul Gi senang diajak makan.
Saat keluar, mereka melihat Ahjumma kedai masakan ibu kesulitan menyetop taksi. Bahkan bawaannya jatuh.
Seul Gi membantu, tapi Soo Hyun hanya diam saja kalau gak Seul Gi suruh. Akhirnya Soo Hyun mengambilkan satu wadah yang jauh dari jangkauan mereka.
Ahjumma: Ha Young dirawat di rumah sakit. Katanya itu untuk sementara waktu. Dia pasti sakit. Aku ingin mengantarkan makanan untuknya. Tapi kakiku makin lemas. Aku harus menjenguk anakku.
Seul Gi menyuruh Soo Hyun mengantar Ahjumma ke rumah sakit karena ia harus sekolah.
Soo Hyun menurut. Di RS sudah ada Hyun Jin.
Ahjumma diperingati Hyun Jin harus tabah. Ahjumma menangis sesenggukan melihat kondisi putrinya.
Hyun Jin menjelaskan, "Dia dikurung oleh pedagang manusia. Mereka terus-menerus memberinya narkoba. Mungkin dia tidak bisa kabur. Untungnya, kami menolongnya sebelum dia dibawa keluar negeri."
Ahjumma: Astaga. Ha Young yang malang. Pelakunya pasti binatang.
Hyun Jin turut sedih melihat Ahjumma. Soo Hyun hanya memperhatikan.
Ahjumma: Kenapa kalian tidak segera menyelamatkannya? Kamu tahu berapa kali aku melapor ke polisi? Kenapa dia tidak diselamatkan sebelum nasibnya begini?
Hyun Jin keluar dengan Soo Hyun dan seperti biasa Hyun Jin yang memulai pembicaraan.
Hyun Jin: Ha Young beruntung memiliki ibunya. Sebagai polisi, kami menjumpai banyak kasus dan orang yang tidak pantas berada di dunia ini. Kamu tahu siapa yang paling kuat mengatasinya? Para ibu. Demi anak-anak mereka, para ibu tidak takut kepada apa pun. Walau membenci dan sulit memahami ibu kita, aku merindukannya pada saat seperti ini. Kamu juga, bukan?
Soo Hyun: Kurasa begitu.
Hyun Jin: Syukurlah. Karena sejak tadi kamu diam, kukira kamu tiba-tiba bisu.
Soo Hyun melihat luka di wajah Hyun Jin, "Lukamu tidak diobati?"
"Dia akan menjalani perawatan intensif. Jika kejiwaannya stabil, dia akan segera pulih. Ha Young punya waktu dan didampingi ibunya. Tapi bekas lukanya membuatku sedih."
"Maksudku kamu."
"Ah.. Ini tidak sakit."
"Memang tidak, tapi lukanya bisa membekas. Jemputlah kucingmu."
Soo Hyun lanjut jalan.
Pimpinan Do sedang melakukan wawancara.
"Anda menggabungkan riset Saehan FT Bio dan teknologi Rumah Sakit Saehan Mirae lalu menjadi sosok penting bagi pasangan mandul dengan menunjukkan harapan untuk mereka. Baru-baru ini, Anda pun menyabet penghargaan presidensial sebagai pengusaha unggulan. Bagaimana rasanya? Anda bangga?"
"Entahlah. Melebihi penghargaan presidensial itu, membantu kelahiran dan mempercanggih sains adalah pekerjaan yang kubanggakan."
"Ya, tapi Anda pernah mengalami momen krisis. Tahun 2000, ada rumor merebak tentang Anda yang melanggar bioetika dengan inseminasi buatan. Itu menyebabkan riset Anda terhenti. Ada yang ingin Anda sampaikan soal ini?"
"Kurasa rumor dan fakta harus dibedakan. Aku mencegah perusahaan merugi akibat rumor bohong itu, lalu faktanya terungkap. Sayangnya, rumor itu berawal dari masalah pribadi kepala riset laboratorium kami. Perusahaan menjunjung satu moto. "Menghargai kehidupan"."
"Baik, bagus. Kabarnya, putri Anda adalah detektif. Pasti ada bahaya yang mengancam karena lingkungan kerjanya. Ada yang Anda khawatirkan sebagai ayahnya?"
"Orang tua mana yang tidak mencemaskan anaknya? Aku juga cemas. Namun, aku menghormati opininya."
"Baiklah. Terima kasih atas wawancara hari ini."
Sekretaris Yoon ada disana selama sesi wawancara.
Soo Hyun pulang dan sudah ada Seul Gi di rumahnya. Oh ya.. di Rumah Hyun Jin ada pegawai yang mindahin barang-barang atas suruhan ibunya.
Seul Gi menyuruh Soo Hyun masuk.
"Sudah kubilang jangan masuk seenaknya." Kesal Soo Hyun.
"Ini darurat."
Seul Gi mengawasi layar intercom. mereka melihat ibunya Hyun Jin, Seul Gi memberitahu Soo Hyun kalau itu ibunya Hyun Jin.
"Kamu yakin?"
"Aku Kang Seul Gi. Aku pemilik gedung yang peduli akan keselamatan penghuninya. Lihat tas dan sepatunya? Itu jelas kulit buaya asli. Benar. Bukan kulit buaya yang penting. Tapi perabot yang dia bawa masuk sangat mahal. Tapi itu juga tidak penting."
Seul Gi mengawasi layar intercom. mereka melihat ibunya Hyun Jin, Seul Gi memberitahu Soo Hyun kalau itu ibunya Hyun Jin.
"Kamu yakin?"
"Aku Kang Seul Gi. Aku pemilik gedung yang peduli akan keselamatan penghuninya. Lihat tas dan sepatunya? Itu jelas kulit buaya asli. Benar. Bukan kulit buaya yang penting. Tapi perabot yang dia bawa masuk sangat mahal. Tapi itu juga tidak penting."
Sekretris Yoon menjempur Direktur Jo untuk menemui Pimpinan Do.
"Sudah mendengar kabar dari Pak Jeon?" Tanya Direktur Jo.
"Jika Ko Hyeon Woo sungguh bukan rekannya, Jeon Hyung Ki pasti akan memberikan barang bukti." Jawab Pimpinan Do.
Kilas Balik..
Pimpinan Do memanggil Ko Hyeon Woo.
"Hyeon Woo-ya. Surat pengunduran diri ini sudah kamu pikirkan? Jika ucapanmu benar, kelangsungan perusahaan bergantung pada ini. Aku ingin berhati-hati."
"Sebagaimana perusahaan ini yang penting bagimu, nyawa anak-anak yang lahir dari risetku penting bagiku. Kamu tahu perbuatan Joo Young Hoon terhadap anak-anak itu."
"Bisakah kamu menungguku membereskan ini?"
"Jika harus memilih antara perusahaan atau nyawa anak-anak, aku memilih yang kedua. Aku tidak mengharapkanmu paham. Tapi kuharap kamu menghormati keputusanku."
Pak Ko akan pergi, tapi Pimpinan Do memnggilnya, "Hyeon Woo. Jangan membawa apa pun yang terkait riset ini keluar."
"Ini jurnal riset pribadiku."
"Tidak ada kata "pribadi" dalam riset kita. Kuhormati keputusanmu, sebagai gantinya, hormati aturan perusahaan."
Pak Ko meninggalkan hasil risetnya.
"Hyeon Woo-ya. Akan kuminta sekali lagi. Aku membutuhkanmu."
"Jalankan peranmu. Aku akan menjalankan peranku."
Pak Ko tetap pergi.
Saat Pak Ko pulang, ia menemui istri dan anaknya sudah dalam keadaan meninggal.
Dan ada orang yang tiba-tiba memukulnya dengan tongkat besi.
Pak Ko bangun saat api sudah menjalar kemana-mana. Tapi beruntung ia bisa keluar.
Pak Ko sembunyi saat ada mobil polisi. Ia menghubungi Pimpinan Do melalui telepon umum.
"Jae Hwan, bantu aku. Aku dituduh membakar rumahku dan membunuh Joo Hyeon dan istriku. Dae Heon bilang dia melihatku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Jae Hwan, hanya kamu yang bisa kupercaya."
"Datanglah ke pondokku. Kita bahas semuanya di sana."
"Terima kasih, Jae Hwan."
Pimpinan Do marah ke Sekretaris Jeon yang tidak melakukan tugasnya dengan baik, bagaimana Pak Ko malah masih hidup dan meneleponnya?
"Maaf, Pak. Akan kubereskan."
"Jika gagal lagi, tidak akan kuampuni."
"Akan kuingat, Pak."
"Cepat habisi dia."
Sekretaris Jeon pun keluar untuk menuju ke pondok.
Pimpinan Do: Aku sudah menjalankan peranku. Kini giliranmu.
Kilas Balik Selesai...
Direktur Jo: Omong-omong, meski Ko Hyeon Woo masih hidup, dia buron sebagai pembunuh istri dan putrinya. Baiklah. Anggaplah Ko Hyeon Woo membalas dendam. Tapi kenapa sekarang? Apa yang dia lakukan selama 19 tahun terakhir?
Pimpinan Do: Dia pasti mempersiapkan pembalasan dendamnya dengan matang.
Pimpinan Do memberikan amplop. Direktur Jo membukanya dan isinya foto.
Pimpinan Do: Lee Sang Pil. Dia memfitnah Ko Hyeon Woo atas pembakaran.
Pimpinan Do: Kim Jong Koo. Dia pembakarnya. Dan foto terakhir, adalah senior Ko Hyeon Woo dan saksi insiden itu, Yoo Dae Heon. Pikirmu semua ini kebetulan?
Direktur Jo: Jika kecurigaanmu benar, bukankah kita dalam bahaya?
Pimpinan Do: Tidak. Ko Hyeon Woo-lah yang dalam bahaya karena nekat melawan kita.
>
EmoticonEmoticon