-->

Sinopsis Great Seducer Episode 6 Part 2

- Maret 22, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di  

Sinopsis Great Seducer Episode 6 Part 2

Sumber Gambar: MBC


Kyung Joo mengambil alih ramyeon Tae Hee. Tae Hee membantu Kyung Joo mengikat rambutnya karena nanti bisa ikut kemakan.

"Bisa-bisanya dia tidak memerhatikan ini?" Kesal Kyung Joo sambil memegang rambutnya.

"Dia tidak memerhatikan keritingmu?"

"Tidak. Tapi di kelab yang gelap itu.. dia memerhatikan gadis berdada montok yang berkulit gelap. Apa kubilang? Pria adalah..."

"Makhluk visual. Kalau peduli, mereka akan memperhatikan... (Tae Hee terdiam sebentar karena ingat tadi saat Shi Hyun menyadari kalau ia potong pony) ..Banyak hal. Begitu katamu."

"Aku bertaruh dia akan tertawa saat berjalan di kelab itu."

"Tidak. Dia makan mi instan."

"Apa? Kamu mengigau, ya?"

"Kamu menemuinya hari ini?"

"Ya. Kamu punya kimchi?"

"Tidak mungkin. Dia sedang makan mi instan di rumah."

"Bicara apa kamu? Bagaimana kamu tahu Lee Se Joo minum-minum atau makan mi instan?"


Tae Hee terkejut mendengar nama Se Joo, bukannya Shi Hyun ya?! Kyung Joo balik bertanya, Apa?

"Orang yang kamu sukai..."

"DAEBAK!!!" Kata mereka bersamaan.

Kyung Joo: Sudah kukatakan aku menyukai pria paling tampan di sana.


Tae Hee melihat kembali foto yang diunggah Kyung Joo di instagram. Kyung Joo heran, Tae Hee pikir Shi Hyun yang paling tampan di foto itu?

"Hei, tanya siapa saja. Dengan foto ini? Apa tanggapan mereka?"

"Aku menyukainya selama tiga tahun." Kata Kyung Joo.

Tae Hee mengerti, tapi apa yang akan Kyung Joo lakukan dengan Se Joo? Kyung Soo merasa Se Joo tidak suka gaya rambutnya yang sekarang.

Tae Hee: Hei, itu tidak benar. Yang penting kamu suka. Jangan diubah lagi.

Kyung Joo: Tidak, lupakan saja. Walau aku menyukai Si Hyun, kenapa kamu peduli? Jika kamu menyukainya, itu cukup.

Tae Hee: Kamu menangisinya.

Kyung Joo: Itu karena.. Pokoknya jangan jadikan aku alasan. Bagaimana perasaanmu? Aku belum pernah melihatmu tertarik kepada seseorang. Bagaimana perasaanmu?


Tae Hee terdiam, ia ingat Shi Hyun juga mengajukan pertanyaan yang sama. Bagaimana.. perasaannya?

Tae Hee tersenyum, ia menjawab Kyung Joo kalau hatinya terasa agak ringan.


Se Joo datang ke rumah sakit, ia mengunjungi ibunya yang terbaring koma.

"Ibu pasti sudah lupa wajah anak bungsu Ibu. Maafkan aku. Belakangan ini aku sibuk. Maksudku, anak Ibu terlalu populer. Ibu tahu itu."


Se Joo merebahkan kepalanya disamping ibunya, "Ibu.. Tadi aku memukul orang. Apa aku seperti Ayah? Aku sungguh membencinya."


Kemudian Se Hoo menyentuhkan tangan ibunya ke pipinya, "Ibu.. Bisakah Ibu bangun dan memarahiku?" Se Joo mengatakannya dengan mata penuh airmata.


Ibu Soo Ji memeriksa pergelangan tangan Soo Ji yang dikoyo, ia menyuruh Soo Ji memeriksakan tangannya usai les nanti. Soo Ji berkata cukup hanya dengan memakai koyo.

"Kamu mau studi di luar negeri? Ibu akan mengizinkanmu jika kamu mau. Keadaan akan lebih tenang setelah kamu pulang."

"Ibu akan mendapatkan semua keinginan Ibu, tapi aku kehilangan segalanya. Itu yang Ibu maksud tenang, bukan?"

"Kamu tidak akan kehilangan segalanya. Tidakkah kamu tahu? Ibu berusaha melindungi semua milikmu."

"Se Joo terluka karena aku. Beri tahu sekretaris mereka untuk membawanya ke rumah sakit. Sepertinya Hye Jeong butuh guru matematika. Ibu harus memberikannya nomor telepon guru lesku."

"Apa yang kamu lakukan?"

"Membuat kesepakatan dengan Ibu. Ibu minta aku jangan telat nanti."

"Bukan itu. Apa yang kamu rencanakan?"

"Sosialisasi, membangun pertemanan, berteman, semacam itulah. Orang cuma ke rumah kita saat kita membuat pesta. Teman-temanku hanya akan datang saat kuberikan hadiah. Seperti itulah selama ini."

"Ibu akan membuktikan! kamu bisa memiliki semua yang kamu inginkan tanpa melakukan itu jika mempunyai kuasa."


Soo Ji datang ke rumah Shi Hyun, hal yang pertama Shi Hyun periksa adalah tangan Soo Ji, baik-baik saja? Tidak sakit kah?

"Ini yang disebut normal. Menanyakan keadaanku, bukan apa yang terjadi."

"Kudengar ada yang memukul Se Joo, jadi, kamu memukul orang itu."

"Apa?!!"

"Ayo. Ayo."


Soo Ji makan banyak banget sampai membuat Shi Hyun heran. Soo Ji mengatakan ia tidak mau lapar nanti.

"Baik, makanlah." Kata Shi Hyun.

"Kamu tidak akan pergi?"

"Tidak, aku harus ke suatu tempat."

"Dia memintaku studi di luar negeri. Katanya keadaan akan tenang setelah aku pulang. Menurutmu, ibuku dan ayahmu.. sungguh saling menyukai?"

"Kalau itu benar, mungkin kita bisa menjadi saudara dan  sahabat."

"Itu karena kamu tidak kenal ibuku. Kenapa? Bukankah bagus jika kamu punya adik paling cantik di dunia?"

"Kenapa? Kamu sudah tidak mau jadi istri paling cantik di semesta?"

"Dasar."


Soo Ji menggunakan tangannya yang terluka untuk memukul Shi Hyun.

"Astaga. Lihat yang kamu lakukan. Hati-hati dengan tanganmu. Kamu dan perangaimu itu." Tegur Shi Hyun sambil memijit tangan Soo Ji.

"Itu gara-gara kamu mengatakan itu seolah-olah tidak berarti."

"Tadi kamu terlihat sangat sedih. Jangan merasa bersalah kepadaku.. karena ibumu."

"Aku mengerti. Pastikan kamu tidak membuat ayahmu marah. Aku akan berusaha keras untuk menghentikan ibuku."

"Baiklah."

"Kamu bisa benar-benar diusir! Auh.. Percakapan macam apa ini? Tidak ada yang berubah meski kita berusia 20 tahun."


Tae Hee kembali membantu di panti jompo. Kali ini kegiatannya adalah menghias piring. Nenek bertanya, situkang kubis itu tidak menemani Tae Hee hari ini?

"Tukang kubis?" Tanya Tae Hee.

"Pacarmu."

"Nek, dia bukan pacarku."

"Kalian bertengkar? Sambungkan dia di telepon."

Nenek mantan dukun melarang, wanita tidak boleh menelepon dahulu. Nenek khawatir, apa Shi Hyun marah karena mereka menyusahkannya karena Shi Hyun tidak kuliah?

"Kulitnya lembut dan seputih susu, dia juga sangat tampan. Telinganya juga bagus." Kata nenek mantan dukun.


Nenek yang satunya hendak meramal dengan menggambar daun apakah Shi Hyun akan datang atau tidak, tapi nenek mantan dukun bilang itu tidak bisa, jadinya mereka bertengkar.


Tae Hee manatap keluar, ia melihat nenek Forsythia sedang mengagumi gambar Shi Hyun di piringnya. Tae Hee menghela nafas.


Soo Ji heran melihat Ayah Shi Hyun yang tidak berjalan menuju restoran tempat mereka janjian makan bersama tapi malah ke arah lain.


Soo Ji masuk ke ruangan yang sudah dipesan, tapi hanya ada ibunya disana.

"Kamu datang tepat waktu." Kata Ibu.

"Bukankah di sini terlalu sepi? Akan sangat canggung saat tidak ada yang berbicara."


Ibu Tae Hee kembali merangkai bunga. Bibi temannya mengingatkan kalau pameran Ibu sudah hampir selesai, bunga-bunga ini mulai layu, tapi Tae Hee tidak pernah datang.

"Dia tidak perlu datang. Aku hanya bersyukur dia ada."

"Kamu bersyukur untuk apa? Dia hanya menyakitimu saat  datang."

"Setidaknya dia bisa menyalurkan amarahnya. Dia harus menangis, tertawa, dan berteriak. Aku senang dia mulai melakukannya. Suatu pengalaman traumatis bukanlah sesuatu yang penting. Suatu hari, itu terjadi begitu saja. Kamu terpaku pada suatu luka. Kamu tidak bisa maju atau mundur. Kamu terjebak, dan tidak tahu harus bagaimana. Itulah yang terjadi kepadanya saat aku menceraikan ayahnya dan dia kembali ke Korea sendirian. Juga saat.. kecelakaan mobil itu terjadi karena aku."

"Bukan karena kamu. Itu hanya kecelakaan."

"Jadi, saat Tae Hee datang dan bicara kasar kepadaku, aku justru bersyukur. Kita harus mengucapkan perpisahan dengan pantas pada segalanya. Benar?"

"Berhentilah memikirkan perasaan putrimu. Kamu juga harus membenahi hatimu. Mari kita mengakhiri hari ini." Ajak Bibi itu lalu membawa kopinya meninggalkan Ibu.

"Kenapa kamu menghiburku sekarang? Aku.. sudah melupakan semuanya."


Tiba-tiba saja Ayah Shi Hyun muncul di depan Ibu Tae Hee dan itu membuat Ibu Tae Hee sangat terkejut.

"Young Won." Panggil Ayah Shi Hyun.


Ibu Soo Ji dan Soo Ji sudah menunggu cukup lama. Ibu akan menelfon Ayah Shi Hyun tapi tidak jadi, ia merasa ayah Shi Hyun mungkin ada urusan mendesak.

"Aku harus keluar sebentar. Aku tidak akan pergi." Ijin Soo Ji. Lalu ia keluar tapi tanpa membawa tasnya.


Tae Hee menata hasil karya nenek-nenek tadi.


Shi Hyun datang ke panti dan nenek Forsythia langsung menariknya.


Shi Hyun ke tempat Tae Hee berada. tae Hee saat ini sedang memandangi gambar Shi Hyun di piring nenek Forsythia. Beberapa saat kemudian ia menatap ke pintu dan baru menyadari kalau Shi Hyun datang.


Ibu Tae Hee bertanya, kenapa Ayah Shi Hyun datang? Dan Ibu Tae Hee sadar, ternyata yang mengirim bunga itu adalah Ayah Shi Hyun.

"Aku mau datang. Aku yang mengirimkannya." Jawab Ayah Shi Hyun.

"Minumlah teh sebelum pergi."


Ibu Tae Hee beranjak dari duduknya tapi Ayah Shi Hyun memanggil. Ayah Shi Hyun memeluk Ibu Tae Hee dari belakang.

"Young Won-ah. Aku merindukanmu. Sangat."


Tae Hee bertanya, kenapa Shi Hyun datang hari ini? Dan ia ingat kalau Shi Hyun janji akan kembali pada nenek Forsythia. Shi Hyun mendekati Tae Hee dan tiba-tiba menggenggam tangan Tae Hee.

"Aku datang.. karena ingin tahu perasaanmu."

"Aku tidak tahu kamu pria seperti apa."


Tae Hee menarik tangannya dari genggaman Shi Hyun. Shi Hyun bertanya, apa Tae Hee tidak ingin mengetahuinya?

"Aku mau.. tapi aku takut." Jawab Tae Hee.

"Aku juga. Aku takut."

"Kenapa?"

"Siapa tahu.. aku memperlakukanmu dengan buruk."


Ayah Shi Hyun minta maaf pada Ibu Tae Hee. Ibu Tae Hee kemudian berbalik dan mereka berpelukan.


Tepat saat itu, Soo Ji tak sengaja melihat mereka.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search