-->

Sinopsis Great Seducer Episode 5 Part 1

- Maret 21, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di "www.diana-recap.com"

Sinopsis Great Seducer Episode 5 Part 1

Sumber Gambar: MBC


Ko Kyung Joo menemui Soo Ji di kafe. Pertama mereka membahas postingan-postingan Park Hae Jung di instagram. Soo Ji mengomentar gaya fashion Hae Jung yang gak banget.

"Apa dia disiksa orang tuanya di rumah?" Heran Soo Ji.

"Dia tidak akan pernah tahu bahwa dia aneh. Dia tidak punya teman."


Kemudian Soo Ji menanyakan soal Eun Tae Hee yang memang menjadi tujuan utamanya. Jadi Kyung Joo mulai cerita.

"Coba kupikirkan, pada saat temanku Tae Hee melihat seorang pria menunggunya di rute biasanya... Dia benci itu."


Jika seorang pria menunggu semalaman, Tae Hee bukannya senang, tapi malah menelfon polisi untuk membawa pria itu.


Saat Soo Ji menceritakan semua itu pada Shi Hyun dan Se Joo. Shi Hyun bertanya, mungkinkah belum ada pria yang pernah bilang suka kepadanya?

"Tidak, Kyung Joo bilang dia populer bahkan di Jerman. Pria yang Kyung Joo sukai akhirnya menyukai Tae Hee. Katanya itulah kutukan di antara mereka. Untungnya, mereka bisa tetap bersahabat karena Tae Hee tidak pernah tertarik untuk pacaran."

Se Joo heran, kenapa Kyung Joo menceritakan semuanya kepada Soo Ji? Soo Ji mengangkat kedua bahunya, ia juga tidak tahu. Lalu ia menanyakan apa yang Shi Hyun katakan saat di bus.

Kilas Balik..


Shi Hyun mengatakan kalau mereka sudah bertemu tiga kali. Tae Hee terkejut, jadi itu Shi Hyun?

Shi Hyun: Bukankah sudah cukup untuk mengatakan kita ditakdirkan bersama? Aku senang asal kamu tidak terluka.

Shi Hyun lalu turun tepat setelah ucapannya itu.

Kilas Balik selesai..



Se Joo protes, kenapa Shi Hyun turun, kan harusnya terus mengikuti Tae Hee!

"Katamu dia baik. Karena aku turun tanpa banyak bicara kepadanya, dia akan merasa bersalah."

Soo Ji setuju dengan tindakan Shi Hyun itu karena Tae Hee tidak akan terlalu waspada jika melihat Shi Hyun lagi.


Selanjutnya Shi Hyun akan menciptakan kebetulan lagi untuk bertemu dengan Tae Hee di perpustakaan. Ia percaya saat kebetulan terjadi berulang kali, Tae Hee akan merasa itu takdir.

Saat Tae Hee merapikan buku-buku di rak atas menggunakan tangga. Shi Hyun naik dari belakang.


Soo Ji: Hei. Payah sekali. Memeluk wanita dari belakang hanya tampak romantis di TV. Itu payah.

Shi Hyun: Satu sentuhan sama dengan 100 kata. Sudut 45 derajat dari matanya. Dagu yang tirus.

Se Joo: Bung, pastikan kamu menunjukkan itu kepadanya.



Tapi sebentar.. Shi Hyun lupa siapa nama Tae Hee. Soo Ji menjawabnya dengan kesal dan memerintahnya untuk mengingat-ingat namanya.

Se Joo: Jika perayu ulung kita, Kwon Si Hyun, bisa berakting metodis, wajah tampannya akan cukup untuk menguasai dunia. Benar kan?

Shi Hyun agak kesal, apa maksud Se Joo dengan ia tidak bisa berakting? bisa saja ia nanti jatuh cinta kepada Tae Hee.


Se Joo lalu menyuruhnya bercermin, ia mengatakan kalau mata Shi Hyun seperti cermin milik ibu tiri Cinderella, penuh dengan kejujuran sampai ia bisa melihat isi hati Shi Hyun.

Shi Hyun: Jangan takut. Tidak ada wanita yang bisa menatapku karena jantungnya akan berdebar.


Soo Ji: Tutup mulutmu. Tinggalkan dia sebelum makan siang.

Shi Hyun: Kenapa? Aku harus makan siang dengannya supaya akrab.

Se Joo: Makanan terbaik untuk mengembangkan hubungan adalah sarapan siang setelah tidur bersama si wanita.

Soo Ji: Tidak boleh. Kamu terlihat bodoh saat sedang makan.


Se Joo melihat daftar rencana lain, ia memilih mengajukan rencana untuk minum-minum siang? Tapi ia langsung terkejut saat membaca kalau Tae Hee bisa minum sampai delapan gelas.

"Itu simbol tidak terbatas/tak terhingga." Teriak Soo Ji.

"Aku tahu. Grup idola itu."

"Kamu tidak tahu istilah itu?"

"Istilah matematika? Itukah artinya?"

Tapi bukan hanya Se Joo seorang yang tak tahu, Shi Hyun juga geleng-geleng saat ditanyai tentang simbol itu. hahaha.

Soo Ji: Aku tidak percaya teman-temanku bodoh.


Shi Hyun datang ke perpustakaan dan ia melihat Tae Hee sedang sibuk bekerja. Shi Kyung membawa dua gelas kopi untuk Tae Hee, tapi ia terlambat karena Tae Hee sudah membawa minuman sendiri.

Maka Shi Hyun pun meminum kopinya sendiri, tapi ia malah kesal karena kopinya terlalu pahit.


Shi Hyun ketiduran di perpustakaan, tapi ponselnya terus bergetar sehingga mengganggu pengunjung lain. Pengunjung yang terganggu tersebut protes pada Tae Hee. Jadi mau tak mau Tae Hee harus membangunkan Shi Hyun.


Mereka bicara di luar. Tae Hee bertanya, apa ada yang mau Shi Hyun katakan? Shi Hyun diam saja. Tae Hee lalu akan pergi jika tidak ada yang mau Shi Hyun katakan, Tapi baru membalikkan tubuhnya, perut Tae Hee sudah berbunyi.

Shi Hyun: Mari.. makan siang denganku.


Saat makan, Shi Hyun lahap banget sampai membuat Tae Hee terdiam memandangnya. Shi Hyun menyadari itu, ia lalu menjelaskan kalau ia kelaparan.

"Sepertinya tidurmu nyenyak." Kata Tae Hee.

"Aku kurang tidur karena sedang pindahan."

"Kamu tinggal di sekitar sini?"

"Ya."

"Kamu sering ke perpustakaan?"

"Kurasa begitu."

"Tapi kamu hanya datang menemuiku."

"Benar. Gawat. Aku ketahuan."


Shi Hyun memulai aksinya, ia berkata bahwa ia sudah beberapa kali kesana. Ia pikir bisa melihat Tae Hee di sana. Di pertemuan pertama mereka, ia lihat Tae Hee turun di depan perpustakaan.

"Sepertinya kamu tidur nyenyak saat itu." Balas Shi Hyun.

"Aku tidak ketiduran." Elak Tae Hee.


Tae Hee memulai makannya, tapi ia kesulitan untuk makan ikan, lalu Shi Hyun menunjukkan cara mudahnya.

Tae Hee jadi teringat ayahnya karena cara Shi Hyun mengajarinya sama seperti cara ayahnya mengajarinya. Saat itu Tae Hee akan berangkat ke Jerman.

"Makanlah. Ini kesukaanmu. Kamu tidak akan bisa sering memakan ini di Jerman." Kata Ayah.

Tae Hee menatap ke arah pintu sambil makan, ia rasa ibunya tidak akan datang.

Ayah: Kamu tahu dia tidak meninggalkan tungku pembakaran begitu memanggang. Kita harus berusaha memahaminya.

Tae Hee: Tapi kenapa harus membakar tembikar hari ini? Lupakan ucapanku. Ayah tidak boleh merasa bersalah.


Tapi sekarang Tae Hee tidak memakan ikannya. Shi Hyun berasumsi kalau Tae Hee tidak menyukainya dan menyarankan untuk memesan hidangan lain.

Tae Hee: Aku banyak mendengar tentangmu. Pria populer di SMA Joosung. Kamu pria yang datang untuk dilihat murid-murid dari sekolah lain.

Shi Hyun: Aku tidak percaya Kyung Joo memberitahumu itu. Makanlah saja.

Tae Hee: Tapi katanya aku harus hati-hati. Kamu pembuat masalah yang rela melakukan apa saja jika bisa merayu wanita. Kamu melihatku di bus. Kamu berusaha maksimal karena umpanmu konyol. Beginikah cara kamu merayu ibunya Kyung Joo? (Sambil mendorong piring ikannya ke arah Shi Hyun).


Shi Hyun mengubah nada bicaranya menjadi agak tegas, ia menjelaskan kalau ia tidak perlu menggunakan taktik kekanak-kanakan untuk Ibunya Kyung Joo.

Shi Hyun: Mungkin kamu tidak tahu cerita lengkapnya. Mau kuceritakan detailnya? Tentang bagaimana kami bersenang-senang?

Tae Hee: Tidak, tidak perlu. Aku tidak mau lebih lama bersama seseorang yang mempermainkan hati orang. Kuharap kita tidak pernah bertemu lagi.

Tae Hee lalu meninggalkan Shi Hyun.


Se Joo menemani Soo Ji belanja, tapi Soo Ji memilih baju yang tidak seperti biasanya. Soo Ji menyuruh Se Joo menganggap itu seragam perangnya.

"Aku sudah tahu keluarga macam apa itu." Kata Se Joo sambil membawakan rok yang lebih pendek untuk Soo Ji.

"Kamu tidak akan memarahi pacarmu karena roknya kependekan. Itu yang aku suka darimu."

"Aku harus menuntut semua orang yang mengeluhkan panjang rok wanita. Itu pelanggaran hak asasi manusia."

"Tunggu, aku tahu siapa yang akan menjadi pacarmu."

"Apa? Aku tidur sendirian semalam."

"Maksudku bukan soal bagaimana kamu meniduri wanita sebelum berteman."

"Apa maksudnya?"


Soo Ji kembali masuk ke ruang ganti. Tapi Se Joo tidak bisa menahan rasa penasarannya, jadi ia memaksa Soo Ji menjawab, siapa yang dimaksud? Apa ia punya pacar?

Kilas Balik..


Soo Ji sangat terkejut mendengar pengakuan Kyung Joo soal Se Joo. Katanya Se Joo itu keren karena kegilaannya.

"Seperti apa tipe wanita Se Joo?" Tanya Kyung Joo.

"Entahlah. Aku tidak peduli.. Bukannya aku tidak tahu. Dia suka wanita seperti kamu."

Kilas Balik Selesai..


Se Joo protes padas Soo Ji, harusnya Soo Ji mengorbankan negara, bukan teman sendiri.

"Aku tidak menyuruhmu pacaran dengannya. Ajaklah dia berkencan sekali. Kamu juga tidak punya kegiatan." Jawab Soo Ji.

"Aku sibuk. Aku harus menemui banyak wanita."

"Aku akan mengeluarkanmu untuk ke rumah sakit. Dengan resmi, lewat kantor sekretaris."

"Aku seorang humanis. Aku bisa mencintai semua manusia. Tapi bukan Ko Kyung Joo!!"


Soo Ji mulai menyusun rencana, "Pertama, kamu harus mendekati ibunya Hye Jeong untuk menemuinya. Begitulah keluarganya. Yang terpenting adalah modis. Dia menganggap dirinya Meryl Streep di film "The Devil Wears Prada"."


Soo Ji menemui Ibunya Hye Jeong dengan membawa buket bunga cantik dan Ibu Hye Jeong langsung menyukainya.


Hye Jeong menunjukkan permainan cello-nya pada Soo Ji. Soo Ji risih mendengarnya, tapi ia harus tetap sopan.


Ibu Hye Jeon memberi tepuk tangan meriah setelah Hye Jeong menyelesaikan permainannya.

"Kamu harus meminta Soo Ji banyak mengajarimu. Kamu akan berhasil jika berusaha lebih keras. Alangkah baiknya jika kalian bisa menonton konser musik klasik berdua." Kata Ibu Hye Jeong.

"Ya, jika ada waktu."

"Aku sedih tidak sempat melihat permainanmu di Malam Sponsor. Omong-omong, sepertinya kamu tidak tahu bahwa ibumu akan menikah."


Soo Ji sudah menunggu pertanyaan itu dan ia sudah menyiapkan jawabannya, "Itu kejutan, jadi, aku pura-pura tidak tahu. Ibuku manis kalau seperti itu."

"Begitu rupanya. Dia senang membuat lelucon. Kalau begitu, bolehkah aku memintamu memainkan sebuah lagu?"

Ibu Hye Jeong tahu kalau Soo Ji hanya berakting, tapi ia tak menyangka akan sepandai itu karena terlihat sangat natural.

Soo Ji: Maafkan aku. Boleh aku memainkannya lain kali saja dengan instrumenku?

Soo Ji tahu ibunya sengaja mengalah kepada Ibunya Hye Jeong, jadi ia tahu pasti kalau ibunya Hye Jeong meremehkannya.

Ibunya Hye Jeong: Tentu. Pasti lebih nyaman memakai instrumen sendiri. Aku terdengar sangat bodoh.

Batin Ibunya Hye Jeong: Lihat caranya membantah semua ucapanku. Dasar tidak sopan.

Batin Soo Ji: Tidak ada yang bisa kamu lakukan meski kamu menganggapku tidak sopan. Aku bagian dari Grup JK.


Hye Jeong heran melihat keduanya saling menatap dengan penuh isyarat seperti itu, Sedang apa? Bertelepati?


Kemudian Ibunya Hye meninggalkan mereka dengan alasan untuk melanjutkan membacanya, membaca buku porn*.

"Lihat caranya berbicara sesuka hati sambil tersenyum. Dia sama seperti ibunya." Kesal Ibunya Hye Jeong.


Hye Jeong membawa Soo Ji ke kamarnya, disana Soo Ji menyentuh boneka Hye Jeong dan Hye Jeong cepat-cepat mengambilnya.

"Aku tidak akan mengambil." Tegas Soo Ji.

Tapi Hye Jeong masih saja terlihat murung. Soo Ji pun menanyakan alasannya.

"Eonnie, Permainan seloku buruk, bukan?"

"Ya."

"Benar? Jadi, bisakah kamu katakan itu kepada ibuku? Senar selo membuatku tercekik, dan piano mengikatku di dalam mimpiku. Itu sungguh menyiksaku."

"Aku bukan guru lesmu."

"Baiklah."


Soo Ji merasa panas, jadi ia melepas blazernya. Hye Jeong langsung terpesona melihat tubuh mulus Soo Ji, ia mengaguminya.

Soo Ji: Lihat saja nanti. Jika ibumu tanya, aku akan mencoba menyinggungnya.


Hye Jeong mencari Tle karena Soo Ji harus menyapanya. Soo Ji bingung, Tle? Siapa Tle? Lalu Soo Ji melihat kura-kura disampingnya, ia sontak berdiri kaget.

Ternyata itulah Tle yang Hye Jeong maksud, "Ini adikku, Turtle. Beri salam kepada Soo Ji Eonni. Kamu mau memegangnya?"

"Tidak, terima kasih. Hai, Tle."

"Dia tidak menggigit."

Kemudian Hye Jeong mengembalikan Tle ke kandangnya.


Tiba-tiba Hye Jeong mengajak Soo Ji berfoto. Soo Ji sebenarnya malas, tapi ia terpaksa tersenyum.


Seorang pelayan datang membawa cupcake yang katanya dari firma hukum putra kedua itu. Hye Jeong sangat senang dan langsung memakannya.

Pelayan berbisik pada Hye Jeong, "Ibumu bilang akan berterima kasih kepadanya. Nona tidak perlu meneleponnya."

Tapi Soo Ji jelas mendengar bisikan itu. Lalu Soo Ji membaca tulisan di kartu ucapannya.

"Aku memikirkanmu saat menikmati kue mangkuk dari toko ini. Semoga ini menjadi hadiah yang manis untukmu. Dari Ki Young."

Soo Ji bergumam kesal, "Cara bicara macam apa ini? Pikirmu ini tahun 1900-an? Kamu menulis puisi?"


Hye Jeong bingung, apa kata Soo Ji? Tidak mau makan? Soo Ji lalu menarik Hye Jeong untuk berfoto lagi.



Setelah dari rumah Hye Jeong, Soo Ji menumpahkan kekesalannya pada Se Joo.

"Setelah bertemu dengannya, aku merasa agak kasihan. Teman bicaranya hanya kura-kura. Jadi, selama beberapa saat, aku merasa bersalah dan berpikir akan menjadi kakak baginya. Tapi Ki Young. Dia mengirimkan kue cupcake imut-imut."

"Ini porsi keempatmu." Se Joo mengingatkan karena Soo Ji terus makan.

"Jangan ganggu aku. Aku butuh energi untuk perang."

"Kamu tidak bisa perang jika gemuk."

"Gemuk? Apa?"

"Maaf?"

"Berani sekali kamu mengatakan senjataku hanya tubuhku."

"Aku tidak tahu kamu bisa makan kulit panggang."

"Kamu menghargai hasrat seksual wanita, panjang rok, dan gaya rambutnya, tapi menolak nafsu makannya? Aku tahu cara memakan ini. Aku menyukainya."

"Benar. Aku harus menyiapkan semua sendirian. Itu sulit."

"Bagus sekali."

"Kamu tahu aku dijuluki Ahli Barbeku, bukan? Ini meletup saat dimasak, jadi, aku hanya bisa memanggangnya. Pastikan kamu cocolkan pada pasta kacang."


Shi Hyun datang dengan langsung mentakan kalau ia gagal. Soo Ji membentak kesal, apa lagi sekarang? ada apa?

"Dia tahu segalanya termasuk pertemuanku dengan ibunya Kyung Joo." Jawab Shi Hyun.

"Apa Kyung Joo menceritakan itu? Bahwa ibunya dan kamu melakukan itu?" Tanya Se Joo.

"Apa? Tidak mungkin. Dia menjelek-jelekkan ibunya." Jawab Soo Ji.


Se Joo ingat kalau ia belum tahu apa taruhan Shi Kyung dan Soo Ji kali ini. Shi Hyun akan menjelaskannya, "Dia tidak mau menikah tanpa cinta, jadi..."

Tapi Soo Ji memotong Shi Hyun dengan memasukkan makanan kemulut Shi Hyun.

Se Joo: Apa? Ada apa?

Soo Ji: Yang kalah akan mogok makan. Bahwa salah satu akan mati kelaparan jika mereka menikah.

Se Joo: Mogok makan? Kamu?

Soo Ji: Panggang saja. Dia kelaparan.

Se Joo: Baiklah, tunggu. Jika kamu (Soo Ji) menang, kamu akan mogok makan. Jika kamu yang kalah, apa kamu (Shi Hyun) akan melaparkan diri? Ayahnya akan bergeming meski dia kelaparan.

Soo Ji: Aku tahu. Dia bilang akan menyerahkan mobilnya.

Se Joo: Apa? Sial. Kamu tidak boleh menyerah sekarang. Makanlah supaya ada energi. Aku sanggup melihat ayahmu dan ibunya menikah, tapi tidak sanggup melihat mobilmu diambil.

Soo Ji: Jadi, kamu menyuruhku mogok makan?

Se Joo: Sekarang kamu harus makan yang banyak.

>

1 komentar:

avatar

Lanjutin lagii donk


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search