-->

Sinopsis Hospital Ship Episode 27

- Oktober 24, 2017
>

Sinopsis Hospital Ship Episode 27

Sumber Gambar: MBC


Hyun berhasil membawa Ahjumma Geun Hee ke RS kapal. Ia memerintahkan Ah Rim untuk mengganti pakaian pasien dan beri infus karena pasien dehidrasi berat.


Eun Jae tanya, apa itu pasien darurat. Hyun membenarkan, suhu tubuhnya meningkat hingga 40 derajat Celsius. Organ vitalnya tidak stabil. Tingkahnya juga tidak biasa. Gejalanya belum lama dia idap.

"Kurasa itu delirium. Tolong pantau dia dahulu dan periksa kondisi organ vitalnya lagi."

Eun Jae mengerti.

Hyun meminta Won Gong untuk menghubungi penjaga pantai karena mereka perlu segera memindahkan pasiennya ke UGD.

"Aku sudah menghubungi mereka. Tapi.. Tampaknya ada kecelakaan besar, tabrakan antara kapal penumpang dan kapal memancing. Semuanya berada di lokasi kejadian, tidak bisa lekas kemari. Kapten bilang kita bisa berangkat sekarang, jadi, jika dia bisa bertahan selama empat jam..."

"Baiklah. Akan kucoba menstabilkan kondisi pasien secepatnya."


Hyun ke ruang ganti, usai berganti baju perawat dari Rumah Sakit ayahnya menelfon.

"Ayahku? Lagi? Aku berada di pulau, jadi, tidak bisa ke sana sekarang. Mohon bantuannya. Tolong temukan dia dan hubungi aku lagi."

*Jadi ayah Hyun menghilang lagi.

Hyun akan menghubungi seseorang tapi tidak jadi.


Ahjumma teman Ahjumma Geun Hee meraung di koridor, Perawat Pyo dan WOn Gong tidak bisa menenangkannya.


Kemudian Hyun datang. Ahjumma bertanya apa yang sedang terjadi pada Hyun.

"Aku akan menyampaikan detailnya setelah kami memeriksanya."

"Itu tidak akan membantunya! Tidak ada obat untuk demensia."


Rumah Sakit Ayah Hyun menghubungi lagi tapi Hyun menutupnya. Hyun menjelaskan pada Ahjumma, hampir dipastikan Ahjumma Geun Hee tidak sakit demensia.

"Apa? Dia tidak dapat mengenali kita, berbicara melantur, bahkan mengompol. Tapi dia tidak sakit demensia?"

"Dia baik-baik saja sepekan lalu. Demensia berkembang secara perlahan. Tidak terjadi secara tiba-tiba seperti ini."

"Lalu sakit apa? Ada apa dengannya? Kenapa dia lupa begitu?"

"Karena dia menunjukkan beberapa gejala mendadak, mungkin itu delirium, bukan demensia."

"De... Apa?"

Hyun kemudian meminta perawat Pyo yang menjelaskan, sementara ia akan menangani pasien.

"Maksud Dokter, dia bisa kembali normal? Dokter bisa memulihkannya?"

"Akan kuusahakan yang terbaik."

"Bukan berusaha yang terbaik. Aku ingin Dokter berjanji. Berjanjilah Dokter akan menyembuhkan temanku. Ada sesuatu yang ingin kukatakan... Tidak. Ada yang harus kukatakan kepadanya. Aku harus memberitahunya. Jadi, apa pun yang terjadi, tolong bantu sembuhkan temanku."

"Baik. Akan kulakukan semua yang kubisa."


Hyun masuk ke dalam ruang perawatan. Kondisi organ vital pasien sangat tidak stabil. Eun Jae sudah memberinya penurun demam, tapi suhu tubuhnya tidak turun dari 40 derajat.

"Kita harus menemukan penyebab demam tingginya dahulu." Kata Hyun.

"Kira-kira apa?"

"Dia mengalami pengaburan kesadaran dan demam tinggi. Kita harus mencurigai terjadinya meningitis dahulu."

"Bukankah kita harus memeriksa cairan serebrospinalnya dahulu?"

"Mari lakukan pemeriksaan sederhana dahulu."


Hyun memanggil-manggil pasien dan pasien malah mengigau ingin pulang karena ibunya sedang menunggu. Hyun menekuk leher pasien tapi tidak ada tanda Brudzinski (Seharusnya lutut menekuk)

"Jika meningitis, tengkuknya seharusnya kaku, tapi ini empuk." Lanjut Hyun.

"Maksudmu, kita harus mencoret kemungkinan terjadinya meningitis? Lalu apa penyebab demamnya?"

Hyun menggelengkan kepala.


Ponsel Hyun berdering lagi, tapi tiba-tiba jantung pasien berhenti berdetak. Hyun memilih menangani pasien daripada mengangkat telfonnya.


Setelah pasien kembali stabil, ponselnya masih saja berbunyi. Eun Jae memberitahu Hyun. Hyun menjawab ia tahu. Eun Jae mengatakan itu dari pusat rehabilitasi. Tapi Hyun malah mematikannya.

Tapi ponsel Hyun berdering lagi.

Eun Jae: Terimalah. Kondisinya sudah stabil. Bagaimana jika itu panggilan penting? Aku akan tetap di sini, jadi...

Hyun: Kalau begitu, aku permisi sebentar.


Perawat mengatakan tidak bisa menemukan ayah Hyun walau sudah mencari dimana-mana. Dan mereka  menemukan salah satu sepatunya di tepi laut. Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Mereka ingin melaporkannya hilang, tapi membutuhkan kehadiran anggota keluarga.

Hyun: Laporkan dahulu. Aku akan ke sana secepatnya.


Hyun kemudian menelfon Ibunya memberitahu kalau ayahnya hilang.

"Sudah ibu katakan, ibu tidak mengenal ayahmu."

"Kumohon, Ibu. Aku belum bisa pergi ke sana. Jarak rumah sakit kapal dan Geoje adalah tiga jam. Kami sedang kedatangan pasien darurat."

"Pasien?"

"Jika aku tidak fokus mendiagnosis dan pengobatannya, pasiennya bisa meninggal. Jadi..."

"Baiklah. Ibu mengerti. Jangan cemas dan fokus saja kepada pasien. Biar Ibu saja. Ibu akan mengurus semuanya. Rawatlah pasienmu. Jangan cemaskan apa pun. Lakukan saja tugasmu. mengerti, Hyun-ah?"

"Ya. Tolong jaga.. Ayah. Ibu~"


Ibu pun bergegas menuju rumah sakit ayah. Ia menggerutu, "Pergi ke mana kau? Kenapa kau tidak bisa berhenti mengganggu putramu?"


Ayah Hyun pergi ke pelabuhan, Titik keberangkatan kapal pesiar.


Ahjumma bercerita, Ahjumma Geun Hee itu tampak seperti ketus dan dingin, tapi di dalam, dia sangat lembut. Bukan hanya itu, dia pandai memasak. Dia bisa memetik herba aneh dari kebun dan memasak hidangan yang terasa istimewa. Dia menjaga ibunya yang sakit selama ini. Sejak pindah kemari, dia pergi ke kebun dan gunung setiap hari untuk mengumpulkan herba.


Hyun akan melewati mereka begitu saja, tapi ia berhenti saat mendengar Ahjumma menyebut pasien memetik Herba di gunung.

"Kenapa Dokter menanyakan itu?"

Hyun tidak menjawab, malah bergegas ke ruang rawat pasien.


Hyun mengatakan pada Eun Jae kalau ia tahu penyebab demamnya. Selama dua pekan ini, pasien mengumpulkan herba di gunung. Orientia tsutsugamushi cenderung menyebabkan demam saat musim gugur.

Ah Rim: Jangan-jangan...

EUn Jae: Tsutsugamushi?

Hyun: Kemungkinan besar itu penyebabnya.


Hyun kemudian mencari di tubuh pasien, ia yakin bekas gigitannya pasti bengkak dan merah. Hyun akhirnya menemukannya dan Eun Jae menyadari tebakan Hyun benar. Hyun kemudian memerintahkan Ah Rim melakukan tes darah.

"Kita tidak punya reagen." Eun Jae mengingatkan.

"Punya. Tsutsugamushi adalah penyakit musim gugur yang populer. Aku sudah pesan reagen untuk berjaga-jaga."

Eun Jae mengerti.


Ah Rim membawakan hasil tes darahnya dan benar saja, itu penyakit tsutsugamushi.

Eun Jae: Jika memesan reagen, pasti kau juga memesan obatnya.

Hyun: Dia sangat beruntung.

Ah Rim: kau dokter yang hebat.

Hyun: Perawat Yoo, beri dia obat minum doxycycline 200 mg.

Ah Rim: Baik, Dokter.

Dan satu lagi, pasien selamat di RS Kapal.


Hyun kemudian menjelaskan pada Ahjumma penyakit apa yang menimpa temannya. Ia juga menjelaskan kalau ia sudah memberinya antibiotik, tapi asien masih harus dirawat di RS.

"Dia akan kembali sehat dan bahagia. Dia akan mengenali Anda dan.. Dia akan bisa mendengarkan kisah Anda." Lanjut Hyun.

"Aku harus bagaimana? Aku sangat bersyukur. Bagaimana caraku membalas jasa Dokter?"

"Dia akan baik-baik saja. Jangan khawatir."


Ibu sampai di Rumah Sakit Ayah dan ia mengeluarkan semua yang ada di tas Ayah.

"Dia sudah berkelana seumur hidupnya. Lagi-lagi, dia pergi tanpa pamit."

Ibu membuka dompet ayah dan ternyata ada foto keluarga disana. Ibu hampir menangis melihatnya, kemudian ia meletakkannya.


Perawat datang, bertanya apa Ibu menemukan sesuatu? Apapun itu yang bisa menjadi petunjuk?

"Aku tidak tahu. Belum tahu." Kata Ibu.

"Entah apakah ini bisa membantu. Beberapa hari lalu, dia terus memintaku untuk mencarikan sesuatu. Katanya dia harus pergi ke suatu tempat."

"Apa? Apa yang dia inginkan?"

"Namanya terdengar seperti "Kkok Ji" atau "Kkak Ji". Itu seperti nama anjing atau semacamnya. Dia mengigau beberapa hari lalu. "Kemarilah, Kkak Ji. Kkak Ji-ku yang cantik. Kali ini..." "

Ji Eun juga datang dan langsung menyambung kalimat Perawat, "Saat aku kembali, aku akan menepati janjiku. Kita akan pergi ke pulau kesukaanmu. Mari bermain gelembung sabun sepuasnya."

Ibu: Ji Eun-ah.

Ji Eun: Kwak Ji, bukan Kkak Ji. Itu Kwak Ji, Ibu.

Kilas Balik..


Ji Eun kecil menangis, ia tidak mau dipanggil Ji Eun. Ibu sampai bingung menanganinya.

"Nama Ayah Kwak Sung. Nama Kakak Kwak Hyun. Kenapa namaku tiga suku kata?"

"Cukup. Itu tidak perlu dikeluhkan."

"Aku tidak mau menjadi Ji Eun. Aku tidak menyukai nama itu."


Ayah datang saat itu dan memutuskan Ji Eun tidak usah pakai nama Ji Eun kalau memang tidak suka, bagaimana dengan Kwak Ji?

"Ayah Kwak Sung. Kakakmu Kwak Hyun. kau bisa memakai nama Kwak Ji."

Ji Eun pun berhenti menangis.

Kilas Balik Selesai..


Ji Eun tahu ayahnya pergi kemana. Ayah pasti pergi ke tempat janjian mereka, untuk menepati janjinya padanya.

Maka Ji Eun dan Ibu menuju tempat itu.


Ambulan tiba. Hyun akan ikut tapi Eun Jae melarangnya, ia yang akan menangani pasien Hyun.

"kau sudah menyelamatkan pasien itu, jadi, aku akan menjaganya. Pergilah ke tempat ayahmu. Pergilah!"

Hyun pun menurut pada Eun Jae dan pergi ke mobilnya.


Ji Eun dan Ibu melihat ayah sendirian disana, sedang main gelembung sabun. Mereka pun bisa bernafas lega.


Ji Eun mendekati ayah dan bertanya ayah sedang apa disana? Ayah tidak mengenali Ji Eun, ia menjawab ia sedang menunggu putrinya.

"Berapa usia putrimu?" Tanya Ji Eun lagi.

"Enam tahun."


Ji Eun sudah akan menangis, ia lalu duduk disamping ayah dan bertanya lagi, siapa nama putri ayah?

"Kwak Ji. Nama aslinya Kwak Ji Eun, tapi dia lebih suka dipanggil Kwak Ji."


Ji Eun melihat pistol gelembung sabun, ia bertanya apa itu. Ayah menjelaskan kalau putrinya suka main gelembung sabun jadi ia tadi membelinya.

"Bolehkan aku.. mencobanya?" Tanya Ji Eun.

"Tapi gunakan dengan hati-hati. Dia cukup sensitif. Jika kau merusaknya, dia akan mencoba menyerangmu."

"Aku akan berhati-hati."


Jadilah anak dan ayah itu main gelembung sabun berdua.

Ayah: Pistolnya menembakkan gelembung sabun. Mainan yang menarik. Benar, bukan?

Ji Eun: Ya. Seandainya semua pistol di dunia ini menembakkan gelembung sabun, itu pasti bagus. Ayah pun tidak perlu pergi ke medan perang.


Ji Eun akhirnya menangis juga. Ayah bertanya, apa Ayah Ji Eun pergi ke medan perang? Ji Eun menangangguk. Ayah bertanya lagi, apa Ji Eun merindukannya? Ji Eun kembali mengangguk dan tangisnya makin keras.


Kemudian ayah merangkul Ji Eun dan Ji Eun menyentuh tangan ayahnya. Ibu juga menangis melihat mereka berdua.


Hyun tiba disana saat haru-haruan itu, ia kemudian berjalan mendekati ibunya dan memeluknya.


Ahjumma Geun Hee akhirnya bangun juga. Disana ada Ahjumma Choon Soo dan Ahjumma rambut pendek yang menungguinya. Ahjumma Geun Hee bertanya dimana ia. Ahjumma rambut pendek menjawab kalau Ahjumma Geun Hee sedang di rumah sakit. Ahjumma Geun Hee lalu bangun.


Ahjumma: kau tidak ingat? Dokter menemukanmu. Dia menggendongmu sampai ke rumah sakit.

Ahjumma Geun Hee: Benar juga, aku mengingatnya. Kurasa aku ingat.

Ahjumma: kau ingat? kau ingat semuanya dengan jelas?

Ahjumma Geun Hee mengangguk dan Ahjumma rambut pendek sangat terkejut karena awalnya ia kira Ahjumma Geun Hee mengidap Alzheimer.


Ahjumma Rambut pendek lalu bertanya, apa AHjumma Geun Hee baik-baik saja.. AHjumma Choon Soon menjawab dengan ketus, tentu saja Ahjumma Geun Hee tidak baik-baik saja, buktinya Ahjumma Geun Hee tidak bisa mnegurus dirinya sendiri.

"Becerminlah. kau pikir kondisimu tampak lebih baik dariku? Maaf. Maafkan aku, Choon Soon-ya."

"Soal apa?"

"kau sakit, tapi aku tidak pernah mengunjungimu."

"Lupakan saja."

"Biar kujelaskan, Choon Soon-ya. Aku takut. Aku takut menjadi sepertimu. Sejujurnya, aku... Aku tidak tinggal di Seoul. Aku tidak tinggal di Seoul. Aku seorang penyelam sepertimu di Laut Timur. Sudah 20 tahun sejak aku berpisah dari suamiku. Entah harus bagaimana dengan anakku satu-satunya. Setelah bercerai, aku mulai menyelam lagi. Mungkin aku bermaksud menjadi penyelam. Menjadi penyelam lagi tidaklah sulit. Aku mulai menabung sedikit demi sedikit, tapi putraku menghamburkan semuanya. Kini, dia pikir ibuku hampir meninggal. Dia ingin memasukkannya ke sanatorium dan menjual rumah Ibu. Aku harus bekerja keras untuk mencegahnya berbuat demikian. Aku khawatir bisa sakit sepertimu."


Ahjumma Choon Soon: Geun Ja... Bukan. Geun Hee.

Ahjumma Geun Hee: Aku Geun Ja. Panggil aku Geun Ja saja. Nama baru tidak dapat mengubah fakta bahwa aku orang desa.

Dan mereka pun kahirnya bisa akur lagi seperti dahulu.


Bahkan lebih dari itu, mereka sekarang menjadi rekan penyelam lagi setelah 30 tahun berlalu.


Ji Eun dan Hyun membawa ayah jalan-jalan. Ji Eun cerita kalau ia sudah memberitahu tunangannya tentang keadaan ayah.

"Apa katanya?" Tanya Hyun.

"Dia kecewa.. aku tidak mengatakannya lebih cepat dan meminta maaf karena gagal meraih kepercayaanku."

"Baguslah."

"Tampaknya.. Ayah tidak bisa mengiringiku saat menuju altar, ya? Mengecewakan sekali. Aku ingin menggenggam tangannya dan berjalan menuju altar."


Tiba-tiba tunangan Ji Eun datang, berkata jalau ji Eun bisa memegang tangannya, ia akan meminta izin ayah Ji Eun hari ini.

"Jadi, bagaimana jika kita saling berpegangan tangan dan berjalan menuju altar bersama?"

Ji Eun pun tersenyum bahagia.


Seung Won kemudian berlutut di depan ayah dan memperkenalkan diri serta mengatakan tujuannya datang adalah untuk meminta restu.

"Tolong izinkan aku menikahi Ji Eun. Aku akan mencintainya dan menjaganya baik dalam suka maupun duka. Maukah Anda memberikan restu?"


"Kwak Ji. kau menyukai pria ini?" Ayah tiba-tiba bertanya.

"Ayah~"

"Ayah tidak menyukainya."

Hyun: Ayah.

Ayah: Dasar pencuri.

Ternyata ayah cuma bercanda dan ketegangan pun menjadi suka cita. Ibu melihat dari jauh dan ia tampak lega.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search