-->

Sinopsis Andante Episode 2 Part 2

- Oktober 02, 2017
>

Sumber Gambar: KBS1


Shi Kyung kembali ke sekolah dan langsung menemui Guru Kang. Guru Kang tak menyangka Shi Kyung benar-benar sudah  akrab dengan daehan sana walapun baru sehari, tapi itu bagus sih.

Guru Kang lalu membahas soal Shi Kyung dan Kim Bom yang melewatkan pengalaman kematian. Shi Kyung bertanya, haruskah ia melakukannya?

"Ya. Hal lain bersifat opsional, tapi ini wajib bagi semua junior. Sudah peraturan sekolah."

"Astaga, aku punya trauma peti mati."

"Trauma peti mati? Aku belum pernah mendengarnya."

"Itu benar."

"Baiklah, aku tidak bisa memaksamu. Mari kita pikirkan solusinya. Ada tugas. Kau harus datang dengan prasasti batu nisan."

"Prasasti batu nisan?"

 

Di rumah, ibu mengeluarkan bahan masakan yang baru dibelinya, mencocokkannya dengan resep yang ia punya di ponsel.

Bibi Jung Soo keluar dan heran melihat kakaknya belanja banyak padahal sedang tidak punya uang. Ibu juga sadar itu, tapi bagaimana lagi? Ia harus mendapatkan hati ibu mertuanya.

"Dengan kemampuan memasakmu?"

"Kenapa? Apa makananku seburuk itu?"

"Tidak. Maksudku, anak-anak dan aku tidak punya pilihan selain memakannya."

"Tidak ada pilihan? Kau membuat makanan sendiri mulai hari ini. "Tidak ada pilihan"?"

"Tidak. Maksudku, masakan Eonni sesuai dengan selera kami, tapi..."

"Aku tahu. Ibu mertuaku terkenal karena menjadi pemilih makanan. Dia adalah seorang juru masak yang hebat, jadi kukira dia juga pemilih."

"Kenapa tidak memasak sesuatu yang dia tidak tahu daripada sesuatu yang dia masak dengan baik?"

"Apa ada sesuatu seperti itu?"

"Ramyeon?"

"Lupakan! Biar aku coba dulu. Kau tak pernah tahu. Aku bisa memenangkannya, dan dia mungkin menyerahkan urusan dapur ini kepadaku. Dia mungkin membiarkanku mengelola rumah tangga."

"Kakakku pasti sudah tua. Dia sedang menolak situasi dimana dia berada."

"Diamlah dan bantu aku memasak. Anggap saja seperti menyiapkan makanan untuk sang Ratu. Aku akan berhasil dengan pemikiran itu."

"Ya, terkadang makananmu rasanya enak. Hari ini bisa jadi hari itu jika kau beruntung."

"YAA! masuklah ke dalam jika kau tidak mau menolongku!"


Saat makan malam, Ibu bertanya pada nenek bagaimana rasa masakannya. Tapi semua mengecewakan, satunya keasiann dan satunya lagi hambar. Rasa makanannya campur aduk.

"Aku tidak tahu makanan apa yang Ibu sukai."

"Kau tidak tahu apa-apa saat menikah 20 tahun yang lalu. Tidak ada yang aneh dengan seleraku. Kau memberi mereka makanan seperti ini. Tak heran anak-anakmu sangat kurus."


Shi Kyung tiba-tiba bertanya, apa yang akan nenek tuliskan ke batu nisannya saat meninggal nanti? Ibu membentak Shi Kyung karena bicara kasar pada nenek.

"Kenapa? Ini untuk tugas PR-ku. Aku harus menulis prasasti nisanku dan keluargaku." ALasan Shi Kyung.

"Tidak apa-apa. Di kota ini, kami berbicara tentang orang yang sekarat sesering kami makan. Aku akan dikremasi, jadi aku tidak membutuhkan prasasti batu nisan." Jawab nenek.

Shi Young ikutan bertanya, "Tetap saja, jika Nenek ingin memilikinya, apa yang akan Nenek tuliskan?"

"Aku bilang aku akan dikremasi!!"

Shi Young kesal, kenapa nenek marah padanya tapi tidak pada Shi Kyung, kan mereka menanyakan hal yang sama. Ibu menyuruh Shi Young diam.

Nenek kembali marah, "Aku sudah menyuruhmu untuk tidak memanggilnya Shi Kyung."

Shi Kyung kesal, ia membanting sendoknya lalu masuk kamar. Ibu meneriakinya untuk kembali duduk tapi Shi Young tidak peduli.

Nenek: Dia tidak memiliki sopan santun sama sepertimu.

Ibu: Ibu, kapan aku pernah--


Shi Kyung main game di ponsel jadulnya, tapi itu malah membuatnya kesal, apa ini? Begitu suram, dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk bersenang-senang. Terlebih, ia harus memikirkan sebuah prasasti batu nisan.


Shi Kyung menguping, tapi ia kembali tiduran lagi.

"Aku tidak bisa mendengar apapun. Malam hari di pedesaan membuatku merasa tercekik."


Shi Young tiba-tiba masuk dan melemparkan sekeranjang ubi rebus pada Shi Kyung. Shi kyung membentak adiknya itu untu mengetuk pintu lain kali.

"Aku sangat bosan jadi aku senang melihat Shi Young."


Shi Young menyindir kakaknya sebelum pergi, "Pasti menyenangkan untuk seseorang yang memiliki kamar sendiri."


Shi Kyung mengambil ubi itu dan memakannya, "Ini seperti hidupku... Seperti ubi jalar ini."


Shi Kyung melihat tulian dalam gambar yang dibingkai itu.  "Aku tahu jika aku tinggal cukup lama, hal seperti ini akan terjadi".


Shi Kyung menggunakan kalimat itu sebagai tugas menulis prasasti batu nisannya. Dan Guru Kang malah menulisnya di papan saat pelajaran.

"Kenapa prasasti batu nisanku ditulis disana? Apa aku ketahuan kalau menyalin tulisan Ayah?" Batin SHi Kyung.


Guru Kang kemudian meminta Eom Yong Gi untuk memberi pendapat tentang tulisan di papan.

"Tulisan Anda sangat jelek." Jawab Yong Gi yang langsung mengundang tawa dari anak-anak.

"Ya, tulisanku jelek. Tapi, katakan bagaimana perasaanmu tentang apa yang tertulis di sana."

"Sedang dalam pelarian. Bila seseorang tidak bisa melarikan diri dan tertangkap, dia mungkin akan mengatakan hal seperti itu."

"Itu adalah interpretasi yang menyenangkan. Sama sepertimu, Eom Yong Gi."


Selanjutnya, Guru Kang meminta pendapat Shi Young.

"Itu seperti hidup seseorang." Jawab Shi Young.

"Jelaskan."

"Menempel, hidup bahagia, dan saat hidupnya berakhir, kupikir itulah yang akan dia katakan."

Shi Kyung sontak melirik Shi Young, ia tahu Shi Young sengaja menghinanya terang-terangan.

"Siapa itu?" Tanya Guru Kang.

"Dia mungkin tahu siapa itu. Dia mungkin sangat marah sekarang."


Guru Kang tidak membahas lagi, lalu melanjutkan untuk meminta pendapat Ga Ram.

"Aku tahu tentang itu. Itu adalah prasasti batu nisannya Bernard Shaw." Kata Ga Ram.

Shi Kyung terkejut, Bern... siapa?

"Dan siapa Bernard Shaw?" Tanya Guru Kang.

"Dia adalah seorang penulis Inggris yang memenangkan Hadiah Nobel. Dia adalah seorang penulis terkenal sampai usia 94 tahun. Dia menikmati humor, kecerdasan, dan sindiran. Aku sendiri berpikir kalau prasasti nisannya lucu dan nakal."

Semua anak-anak bertepuk tangan. Guru Kang juga terpukau dengan jawaban Ga Ram itu. Sementara Shi Kyung merasa malu.


Guru Kang kemudian menjelaskan, sama seperti yang dikatakan Ga Ram, kutipan itu adalah apa yang tertulis pada batu nisan Penulis Bernard Shaw.

"Tapi, seseorang di kelas kita menggunakan ini untuk prasasti nisannya. Dia mengumpulkannya seperti ini. Bernard Shaw yang palsu bisa membuat yang baru. Itu tidak perlu unik, tapi harus jujur, oke?"

Shi Kyung menundukkan kepalanya, malu~


Tiba-tiba ada seorang masuk dari pintu belakang, dia adalah Kim Bom. Guru Kang menyuruh Shi Kyung dan Bom untuk ke ruangannya setelah kelas beralhir.

"Dan juga, ada pernikahan di hospice. Siapa saja yang punya waktu, tolong bantu." Lajut Guru Kang.


Ga Ram mengangkat tangan, barang siapa yang berminat, bisa mendaftar padanya. Guru Kang setuju lalu mengakhiri kelas.

Ketua Kelas memimpin yang lain untuk memberi salam.


Sejak tadi Bom masuk, Shi Kyung tak melepaskan pandangannya.


Ia baru menoleh ke arah lain saat Shi Young bicara.

"Wow! Bukankah kau Si Bernard Shaw?" Tanya Shi Young menggunakan bahasa snagat formal yang biasanya digunakan pada drama kerajaan.

Semua orang jadi menertawakan Shi Kyung.


Shi Kyung menggerutui ayahnya saat di rumah. Kenapa Ayah tidak tidak menandainya, jadi ia tahu kalau itu kutipan? Malah membuatnya terlihat seperti orang bodoh.

Shi Young lagi-lagi masuk tanpa mengetuk, ditambah sekarang ia memanggil SHi Kyung dengan Bernard.

"Bernard, apa yang terjadi di kantor dengan gadis itu, Kim Bom?"


Shi Kyung menjelaskan, Dia tidak datang. Dia datang ke sekolah saat dia mau. Dia menghadiri kelas jika dia menginginkannya. Apa yang dia lakukan?

Shi Young geleng-geleng kepala. Shi Kyung tak mengerti apa maksudnya.

"Apa kau punya hak untuk mengatakan itu?"

"Apa? Itu hanya lelucon. Aku tidak seburuk itu--"

"Kim Bom juga dipindah ke sini. Ternyata, dia sangat aneh."

"Benarkah?"

"Bernard, anak-anak akan membeli beberapa barang untuk pernikahan besok. Apa kau mau ikut?"

"Kenapa aku harus ikut? Karena besok hari Sabtu, aku akan pergi bermain game..."

"Kudengar kau adalah mak comblang, Bernard."

"Berhentilah mengatakan Bernard, Bernard! Dan juga, bukan begitu. Aku hanya menjalankan tugas untuk seseorang."

"Benarkah? Bernard tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bijaksana."

Shi Kyung langsung mendorong adiknya keluar dan berhenti memanggilnya Bernerd.


Shi Young tidak bisa tidur lagi malam ini karena suara dengkuran nenek. Ia memutuskan untuk menyalakan lampu. Nenek bangun dan Shi Young sengaja menggunakan topeng seram. Nenek terkejut bukan main.


Nenek kesal, kenapa Shi Young tidak tidur? Sepertinya jantungnya akan berhenti. Shi Young mengatakan ia tidak bisa tidur.

"Kau menyalakan lampu, dan kau memakai topeng, jadi bagaimana kau bisa tidur?"

"Aku menyalakan lampu karena aku tidak bisa tidur."

"Kau harus mematikan lampu agar bisa tidur. Matikan lampu sekarang, dan masukkan topeng itu."

"Nenek, tidak bisakah nenek berhenti mendengkur?"

"Mendengkur? Siapa? Aku?"

"Apa menurutmu aku yang mendengkur?"

"Kau menuduh orang yang salah. Aku tidak mendengkur."

"Heol."


Nenek merasa "Heol" itu perkataan kasar. Shi Young tak mengerti, kenapa itu kasar?

"Apa itu? Bukankah itu kata kutukan?"

"Ini bukan kata kutukan."

"Lalu, apa itu?"

"Itu hanya sebuah pepatah. Lalu  apa lagi kalau bukan pepatah?"

"Ya ampun. Pepatah, kakiku."

"Apa menurutmu aku menikmatinya? Nenek, kau membuatku mengatakan "Heol"."

"Aku belum pernah melakukan itu. Cepat matikan lampunya."

"Tidak mau. Nenek au akan mulai mendengkur lagi jika aku mematikan lampunya."

"Kalau begitu... Nyalakan lampunya sepanjang malam. Kau bisa memakai topeng itu sepanjang malam dan mengatakan "Heol" yang kau inginkan!"

Nenek kambali tidur dan Shi Young kembali mengucapkan, "Heol".


Ga Ram pagi-pagi datang ke rumah Shi Kyung. Shi Kyung kelihatan masih mengantuk berat, tapi Ga Ram sudah rapi.

"Kau tidak bisa melakukan  apa-apa di malam hari. Kudengar kau tidak punya komputer juga." Kata Ga Ram heran.

"Tidur larut malam adalah kebiasaan, jadi aku tidak bisa tertidur."


Lalu Shi Young keluar, sudah rapi juga, mereka mau ke pasar membeli hadiah. Ga Ram lalu bertanya pada Shi Kyung, mau ikut juga gak?

"AKu?" Shi Kyung balik bertanya, lalu membersihkan beleknya.

"Kenapa kau tidak ikut, Bernard?"

"Oke. Aku ikut. Aku sudah menyuruhmu untuk menghentikan itu."

Shi Kyung akan masuk untuk berganti baju. Ga Ram menghentikannya, bertanya apa Shi Kyung punya jas? Shi Kyung balik bertanya, kenapa ia membutuhkan jas?


Ga Ram menjelaskan sambil jalan mencari hadiah. Shi Kyung harus menuntun pengantin wanita menuju altar karena pengantin wanita tidak memiliki orang tua atau saudara kandung.

Ketua Kelas: Dia akan menikah berkat Lee Shi Kyung. Bukankah karena itu?

Ga Ram mebenarkan, banyak hal yang tidak masuk akal terjadi di Hospice.


Shi Kyung tetap kesal, ia kan tidak keluarganya atau semacamnya. Tapi kalau Min Suk jadi Shi Kyung, ia akan melakukannya dengan senang hati, soalnya mereka tidak tahu kapan pengantin wanita akan meninggal.

"Mungkin sulit bagimu untuk mendapatkan jas. Kau sangat tinggi." Kata teman sebangku Ga Ram.


Shi Young punya ide, bukankah ada satu setelan jas milik Ayah di rumah? Ayah juga tinggi.

"Kau benar-benar ingat itu?" Tanya Shi Kyung.

"Kau tidak ingat? Kurasa begitulah Si Bernard."


Shi Kyung kesal karena Shi Young masih memanggilnya Bernard, ia lalu mencubit pipi Si Young. Shi Young membalasnya jadi mereka saling cubit. Semuanya menertawai.


Ibu sedang melipas cucian, ia mengeluh kalau ia harusnya sudah mulai bekerja. Bibi Jung Soo menebak, tidak ada pekerjaan kan?

"Bagaimana denganmu? Bukankah kau kesini untuk bekerja? Lalu pulang saja ke Pulau Jeju." Kata Ibu.

"Tidak, aku tidak bisa melakukan itu Eonni. Ibu akan menjodohkan dengan seorang pria. Tunggu saja sebentar. Aku akan mendapatkan pekerjaan sebagai dosen kontrak."

"Hei, kita punya saudara perempuan lainnya. Kenapa kau tinggal denganku?"

"Aku paling nyaman denganmu."

"Nyaman? Maksudmu aku orang yang gampangan, kan?"

"Bukan begitu~"


Shi Young keluar kamar sambil membawa setelan jas yang ia temukan di lemari nenek. Itu milik ayah kan?

"Dari mana kau menemukannya? Kupikir dia memakai ini sejak lama." Tanya Ibu.

"Ini ada di lemari nenek. Ini akan cocok dengan Shi Kyung, bukan?"

Bibi Jung Soo bertanya, kenapa Shi Kyung butuh jas?

"Kalian belum dengar? Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Shi Kyung adalah bintang dari sebuah cerita yang mengharukan." Kata Shi Young.

"Apa maksudmu?"


Nenek pulang dan mengenali setelan jas itu adalah milik putranya. Kenapa Shi young mengambil itu?

"Aku mau menggunakannya untuk sesuatu. Kenapa? Tidak boleh?"

"Apa yang akan kau lakukan dengan itu? Apa kau akan membuangnya? Tidak, Shi Kyung akan memakainya."

"Shi Kyung akan memakai jas? Apa itu cocok dengannya? Itu harus disetrika dulu."


Nenek lalu mengajak Ibu bicara. Nenek menanyakan rencana ibu selanjutnya, apa dengan terus duduk di rumah akan mendapat uang?

"Aku mencari pekerjaan, tapi tidak ada yang cocok."

"Kau belum cukup menderita. Apa kau dalam posisi untuk memilih?"

"Tetap saja, ada pekerjaan yang akan aku hadapi dan pekerjaanku akan menjadi buruk."

"Apa ini saatnya bagimu untuk memilih pekerjaan? Pergi ke Hospice dan bantu-bantu disana!"


Ibu membantu Shi Kyung memakai dasi. Ini adalah kali pertama Shi Kyung memakai jas. Ibu memperhatikan Shi Kyung sambil terdiam.

"Kenapa?" Tanya Shi Kyung.

"Tidak. Setelan ayahmu sangat cocok untukmu, meski agak kuno."

"Kenapa itu penting? Aku hanya akan memakainya sekali. Kenapa Ibu repot-repot datang kesini? Apa Ibu ada urusan di sini?"

"Tidak, bukan begitu."


Ga Ram menghampiri mereka, ia memberi jempol untuk Shi Kyung. Semuanya sudah siap, jadi Ga Ram menyuruh Shi Kyung kesana.

"Kudengar ada lagu ucapan selamat. Siapa yang menyanyikannya? Bibiku adalah penyanyi yang baik." Kata Shi Kyung.

"Pengantin pria-nya sudah mempersiapkannya."


Shi Kyung mengantarkan pengantin wanita menuju pengantin pria dengan kursi rodanya.


Pengantin pria bernanyi sambil berlutut di depan mempelanya. Semua haru menyaksikannya.


Setelah upacara usai, Ibu menemui Perawat, menawarkan jasanya sebagai seorang seni terapi. Sayangnya Hospice tidak membutuhkan jasa itu.

"Apa Anda kebetulan memiliki lisensi sebagai perawat rumah sakit?" Tanya Perawat.

"Tidak."

"Kami membutuhkan perawat, seseorang yang bisa membersihkan, memasak, dan mencuci pakaian. Tempat ini begitu jauh sehingga orang tidak mau datang ke sini."

"Lalu... membersihkan dan mencuci sesuatu yang bisa kulakukan?"


Shi Kyung kebetulan keluar dan ia melihat semua itu. Saat ibunya bersedia menjadi cleaning service.


Ketua Kelas sangat shock seperti yang lain, tapi ia berharap pengantin wanitanya akan baik-baik saja. Min SUk yakin dia baik-baik saja karena mereka saling mencintai.


Ji Ae bertanya pada Shi Young kalau Shi Kyung itu kakak kandung Shi Young kan?

"Dia bilang begitu?" Tanya Shi Young.

"Tidak, Ga Ram yang memberitahuku."

"Memang ada apa?"

"Dia terlihat sangat tampan di sana. Ketika dia mendorong kursi roda pengantin wanita, dia terlihat benar-benar keren..."

"Kau benar-benar akan menyesal nanti karena mengatakan itu."

"Menyesal? Kenapa?"

"Tunggu sebentar. Kau akan segera melihat sifat sebenarnya Bernard."


Shi Young lalu jalan duluan setelah mengatakannya, bertepatan dengan masuknya Kim Bom.

Ketua kelas: Tidak biasanya dia datang ke Hospice. Kenapa dia di sini?


Ga Ram dan SHi Kyung masih ada di dalam. Ga ram bersyukur karena kondisi pengantin wanita tidak dalam keadaan kritis.

"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Shi Kyung.

"Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di Hospice."

"Dia baru saja menikah. Dia harus hidup lama."


Ga Ram menyarankan Shi Kyung untuk melakukan pengalaman kematian sekarang. Shi Kyung bertanya, harus ya melakukan itu? kalau gak gimana?

"Entahlah... Aku tidak begitu tahu. Tidak ada yang pernah mengulurkan tangan dan menolak." Jawab Ga Ram.


Shi Kyung pun akhirnya mau mencobanya.

"Sejujurnya.. Aku tidak pernah mengalami trauma peti mati. Aku mungkin terlalu malas untuk melakukan semua ini. Menemukan makna dalam hal seperti ini."

Ga Ram menemaninya disana, "Aku akan menutup peti mati. Istirahatlah dengan nyaman. Jangan memaksakan diri untuk memikirkan prasasti batu nisanmu."


Setelah peti mati Shi Kyung ditutup, Ga Ram membuka sebuah pesan, lalu mengatakan sesuatu..

"Lee Shi Kyung. Dengarkan. Baru saja... Pasien Lee Myung Ji meninggal dunia. Dia ingin berterimkasih padamu."

Shi Kyung langsung membuka peti matinya, "Aku benar-benar membenci hal semacam ini. Apa yang kulakukan? Lalu? Apa yang akan terjadi jika aku berbaring di peti mati ini dan memikirkan prasasti batu nisanku?"


Ternyata Kim Bom ada di dalam salah satu peti mati yang ada disana dan mendengar semuanya.


Shi Kyung melankutkan, "Aku hanya ingin pergi ke sekolah dan tidur di kelas. Aku ingin bermain game di warnet. Aku hanya ingin hidup seperti itu. Kenapa aku harus berbaring di sini? Kenapa aku harus mendengar tentang kematian seorang mempelai yang baru saja menikah? Dia sangat senang menerima surat itu. Kenapa aku harus mendengar tentang kematiannya!"


Kim Bom tidak tahan mendengar suara Shi Kyung, ia membuka peti matinya dan berteriak pada mereka.

"Kim Bom." Panggil Ga Ram.

Tapi Kim Bom hanya menatap Shi Kyung, "Kau membuatku melupakan prasasti batu nisan yang aku pikirkan."

"Ah, masalahnya..." Ga Ram akan menjelaskan.

Ki Bom memotongnya, ia menyuruh Shi Kyung mengerjakan tuganya untuk memikirkan prasasti batu nisan. Ia lalu keluar dari ruangan itu.


Shi Kyung datang ke ruangan Kim Myung Ji, tapi sudah kosong.

"Air mata yang hangat. Tangan yang hangat."


Lalu ia menuju lobi, tempat silaksanakannya pernikahan tadi.

"Seseorang dengan senyum cerah... Sekarang pergi dari dunia ini."


Shi Kyung menggeliat pagi ini.

"Tetap saja, pagi datang seperti biasa. Sedangkan aku, yang masih hidup... Aku membuka mataku untuk aroma sup kedelai."

Ibu memanggilnya dari luar untuk keluar dan sarapan.


Menu untuk sarapan pagi ini adalah suppasta kedelai spesial. Shi Young mencobanya duluan dan ia langsung suka dengan rasanya, sungguh luar biasa. Nenek diam-diam tersenyum.

"Kau yang membuat ini, Bu?" Tanya Shi Young.

"Tidak, nenekmu yang membuatnya."

"Pantas."


Nenek menyuruh Shi Kyung mencobanya juga. Shi Young menjawab kalau Shi Kyung tidak suka sup pasta kedelai.

"Coba satu sendok saja. Ini bukan sup pasta kedelai biasa." kata nenek.

Shi Kyung mencobanya dan langsung suka juga, daebak! Shi Young membenarkanm jauh berbeda dengan sup pasta kedelai masakan ibu. Shi Kyung lalu memakannya dengan lahap.

"Aku masih hidup dan nafsu makan juga."

Nenek: Sepertinya kau menikmatinya. Melihat seberapa lahapnya kau makan, cucuku akan hidup dengan baik.


Bibi Jung Soo penasaran seperti apa rsanya, ia akan mengambil satu sendok, tapi nenek malah mendekatkan supnya pada Shi Kyung, jadinya ia mengarik sendoknya kembali.


Shi Young mengadu pada ibunya kalau Shi Kyung pergi ke warnet kemarin. Ibu akan memasri Shi Kyung tapi nenek malah membentaknya.

"Hentikan! Seseorang bahkan tidak mengganggu seekor anjing saat sedang makan."

Nenek lalu bicara manis pada Shi Kyung, menyuruhnya menikmati sarapannya.


Shi Young mengadu pada ibunya kalau Shi Kyung pergi ke warnet kemarin. Ibu akan memasri Shi Kyung tapi nenek malah membentaknya.

"Hentikan! Seseorang bahkan tidak mengganggu seekor anjing saat sedang makan."

Nenek lalu bicara manis pada Shi Kyung, menyuruhnya menikmati sarapannya.

Ibu bertanya, apa nenek memberi uang pada Shi Kyung?

"Apa maksudmu?"

"Dia tidak punya uang untuk pergi ke warnet."

"Warnet atau apapun itu, aku bilang berhenti mengatakan itu saat sedang makan!"

Ibu memutuskan, Shi Kyung tidak akan mendapatkan uang saku mulai hari ini. Ibu juga melarang nenek memberi uang pada Shi Kyung.

"Kenapa aku harus mendengarkanmu?"

"Ibu, dia akan berada dalam masalah kalau begini terus."

"Menurutku, kau yang berada dalam masalah lebih besar. Kenapa kau tidak bisa mempercayai anakmu sendiri? Dia adalah putra Shi Yoon. Aku yakin dia bisa mengurus dirinya sendiri. Tinggalkan dia sendiri!"

"Ibu!"

"Kau tidak bisa mempercayai suamimu, dan mengganggunya."

"Aku mencemaskannya. Karena dia adalah putra Lee Shi Yoon."

Nanek membanting sendok, "Apa katamu? Kau-- Lupakan! Itu sudah cukup pagi ini. Aku bisa bernapas karena aku memiliki dua lubang hidung. Bernafas. Hhhzz"


Shi Young memotres nenek, katanya seseorang sama sekali tidak mengganggu anjing saat sedang makan?


"Bagiku, orang yang masih hidup itu.. Aku sangat butuh uang untuk pergi ke warnet hari ini."

Shi Kyung ke kamarnya, ia menggeledah disana, berharap menemukan uang tapi nihil.Namun ia tidak hilang akal, ia melihat tumpukan piringan hitam disana.


Shi Kyung membawanya satu ke sekolah dan saat naik bis, ia tidak sadar piringannya itu menyodok Eom Yong Gi. Yong Gi kesal tapi ia berusaha menahannya.


Sampai saat Kim Bom turun dan mendorong Shi Kyung. Karena Shi Kyung terdorong kebelakang, tak sengaja piringan hitamnya mengenai Yong Gi dan Yong Gi sangat kesakitan kali ini.


Kali ini Shi Kyung tidak ikutan turun, ia hanya memandang Kim Bom dari jendela bis. Bom menoleh ke SHi Kyung sebentar sebelum lanjut jalan.

"Ada apa dengan dia? Dia memiliki wajah yang berbeda setiap kali aku melihatnya. Dia melakukan sesuatu yang aneh setiap kali aku melihatnya. Lihatlah dia sekarang. ia membuatku mengerjakan pekerjaan rumahnya. Dia pergi kemana sendirian?"


Kim Bom sudah jalan tapi ia menoleh lagi pada Shi Kyung.
>

1 komentar:

avatar

mba diana semangat yah...


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search