-->

Sinopsis Andante Episode 2 Part 1

- Oktober 02, 2017
>

Sumber Gambar: KBS1

-=EPISODE 2=-
Kelahiran Bernard 


Kim Bom sendirian di kamarnya, ia memandangi foto dirinya dan sanga ayah, kebanyakan adalah foto di rumah sakit. Kim Bom mengenang masa salunya.


Kim Bom kecil ingin naik ke pohon itu. Ayah berkata kalau pohon itu terlalu tinggi untuk Bom, tapi Bom memaksa dan meminta ayah untuk membantunya.

"Baik, tapi hanya sekali saja. Ayah sakit sekarang, jadi sulit menahanmu, Bom." Kata Ayah dan Bom girang.

Bom tersenyum mengenang semua itu.


Bom mendapat pesan berisikan ucapan selamat ulang tahun dan ia mendapat kupon.


Bom lalu naik sekuternya menuju rumah sakit, tapi ia hanya di luar saja. Bom kembali mendapat pesan, karena ia hari ini ulang tahun jadi mendapat doskon 30 %.


Ibu menghubungi Bom dan Bom ragu untuk mengangkatnya, tapi akhinrya ia mengangkatnya juga. Ibu heran, sejak kapan Bom mengangkat telfonnya?

"Kenapa ibu menelepon?" Tanya Bom.

"Kau akan menerima paket hari ini, jadi tetaplah di rumah."

"Paket apa?"

"Aku mengemasi semua barangmu di sini dan mengirimkannya. Aku sudah bilang untuk mengambilnya berabad-abad yang lalu."

"Tapi aku tahu kau tidak menyukainya saat aku datang."

"Tidak bisakah kau datang saat keluarga tidak ada disini? Bagaimanapun, aku mengirimkan semuanya. Jadi tetaplah di sana."


Bom melewati toko kue, tapi hanya memandanginya saja. Lalu ia pergi ke bawah pohon. Ia memasang lilin 18 di atas chocopie, menyalakannya lalu meniupnya.  Ada senyum tipis di bibirnya.


Kemudian Bom baik ke atas pohon, ia mengingat saat Ayahnya dulu mengajaknya naik ke sana dan mereka membicarakan banyak hal.

Bom menangis..


Kembali saat Shi Kyung nail bis menuju sekolah, disana Shi Kyung melihat Kim Bom lagi dan kembali terpesona.

"Ada seorang gadis di Korea yang berbeda dari yang lainnya." Batin Shi Kyung.


Bis itu dipenuhi anak-anak yang akan menuju sekolah yang sama. Kim Bom tiba-tiba turun dan Shi Kyung lalu menarik adiknya untuk turun juga.


Bom cuma melirik sekilas dua kakak beradik itu, kemudian melanjutkan jalannya lagi.


Shi Kyung baru sadar kalau ia ternyata turun tepat di bawah pohon itu.

Shi Young memarahinya karena salah turun. Shi Kyung menunjuk Bom, karena Bom turun jadi ia juka ikut turun.

"Semua orang masih di dalam dan hanya satu orang turun,  namun kau mengikuti gadis itu?"

"Dia memakai seragam!!"


Shi Young tak menyangka, semua yang Shi Kyung lakukan benar-benar--. Shi Kyung juga mneyalahkan Shi Young yang malah tidur dengan mulut terbuka.

"Kalau begitu, cari jalanmu sendiri!" Bentak Shi Kyung.

"Aku tidak bisa tidur sama sekali karena Nenek mendengkur, Tahu?!"

Shi Kyung membujuk Shi Young untuk bolos saja hari ini. Shi Young tambah kesal, bahkan sudah main fisik, ia menendang kaki Shi Kyung.


Kemudian Park Ga Ram menghampiri mereka, menawari bantuan. Ga Ram mengerti kenapa mereka hanya menatanya, lalu ia memperkenalkan diri.

"Ah, namaku Park Ga Ram. Aku melihat kalian kemarin selama upacara pemakaman." Kata Ga Ram.

"Oh, kau ada disana.." Tanggapan Shi Kyung.

"Ya, itu pemakaman nenek Min Suk. Dia ada di kelas kita. Jadi semua orang ada di sana."


Ga Ram melanjutkan, ia dengar mereka berdua tinggal bersama Nenek Duk Boon dan ayahnya bekerja di Hospice.

"Lalu?" Tanya Shi Young.

"Bukankah kalian mau ke sekolah?"

"Ya, SMA Gaon." Jawab Shi Kyung.

"Lalu apa yang kau lakukan di sini? Masih jauh kalau dari sini."


Sontak Shi Young menoleh sebal pada Shi Kyung. Ga Ram menunjuk sepedanya, ia bisa memberi tumpangan, tapi hanya salah satu dari mereka. Shi Kyung punya ide, ia menyuruh Shi Young saja yang naik, ia akan berlari.

"Kau..." Shi Young curiga.

"Aku akan lari!"

"Baik, lakukanlah."

Shi Young lalu naik sepeda Ga Ram dan memeluk pinggangnya sebagai pegangan. Ga Ram kelihatan terkejut tapi diam saja. Shi Kyung awalnya mengikuti mereka tapi kemudian berlari ke arah berlawanan.


"Bagiku, sekolah adalah tempat yang bisa aku ikuti besok. Seperti biasa..."

Shi Kyung menemukan internet kafe, ia sangat girang karenanya.


Tiba-tiba Shi Kyung dihampiri seorang tentara. Tentara itu bertanya, apa Shi Kyung tinggal di daerah sana?

"Tidak. Maksudku... iya. Sedikit rumit pokoknya."

"Maaf untuk bertanya padamu karena kita baru saja bertemu, tapi bisakah aku meminta bantuanmu?"

"Bantuan?"


Tentara itu menunjuk Hospice yang terletak di seberang jalan. Ia lalu mengeluarkan surat, ia ingin Shi Kyung memberikan surat itu pada salah satu pasien disana.

"Anda bisa pergi sendiri, atau mengiriminya pesan."

"Dia tidak akan menanggapi pesanku. Dia menolak untuk bertemu denganku dan tidak akan membiarkanku berada di dekat kamarnya."

Shi Kyung pun  menerima surat itu.

"Dia pasien dengan mata besar dan senyum yang cantik. Tolong bantu ya?"


Selama perjalanan, Shi Young terus memeluk pinggang Ga Ram dan ia malah menutup matanya, tertidur. Ga Ram tampak gugup, mungkin ini kali pertama untuknya, dipeluk seperti itu.


Guru Kang Hyun Woo masuk bersama Shi Young, mengatakan pada anak-anak ada sua murid baru pindahan dari Seoul. Ana-anak bersorak, Huuuu Seoul~

"Astaga, jangan bertingkah seperti orang kampungan. Diamlah sekarang juga."


Guru Kang lalu menyuruh Shi Young mengenalkan diri tapi Shi Young hanya menunduk sekedarnya.

"Itu saja? Mereka adalah teman kelas barumu. Kau harus mengatakan beberapa kata."

"Namaku Lee Shi Young. Ini adalah pertama kalinya aku pindah. Aku tidak akan mengatakan hal-hal palsu seperti, "Mari kita semua akur". Kita akan terbiasa satu sama lain dari waktu ke waktu. Oh, jangan tanya nomor teleponku. Aku tidak punya ponsel."


Ga Ram kagum dan siswa yang duduk disebelahnya bergumam kalau Shi Young pembicara yang hebat.


Guru Kang juga ketawa saat Shi Young bilang tidak punya ponsel. Ia kemudian menyuruh Shi Kyung duduk dengan Ji Ae.

Shi Young kesana dan Guru Kang bergumam karena murid pindahan yang satu lagi tidak datang.


Guru Kang lalu bertanya, apa sekarang waktunya periode ke 3 dan ke 4 untuk mengalami kematian? Semua kompak membenarkan.

"Kita semua harus pergi bersama, tapi.. Oh ya Shi Young! kenapa kau tidak pergi mengambil foto pemakamanmu sekarang?" Perintah Guru Kang.

Shi Young jelas gak pamah, apa? Foto pemakaman?


Setelah kelas usai, Shi Young bertanya pada Ga Ram, apa itu pengalaman kematian?

"Oh itu. Sama seperti kedengarannya. Kau mengalami kematian dengan terbaring di peti mati."

"Kau ingin aku mati begitu aku pindah kemari?"

"Ini adalah program karakter. Sedikit unik memang dan hanya ada di sini."

"Kenapa kau melakukan hal seperti itu?"

"Awalnya aneh sekali. Bila kau terus mati, tiba-tiba sesuatu datang padamu."

"Apa yang datang padamu?"

"Pokoknya ada. Kau akan merasakannya nanti. Kau akan terbiasa dengan itu. Suasana di sini adalah "untu mati" dan itu yang unik."

"Tidak, aku tidak ingin seperti itu."

"Apa kau tahu ke mana harus pergi untuk foto pemakamanmu? Aku akan mengantarmu ke sana."


Sementara itu, SHi Kyung sibuk main game, tapi ia mendadak lapar, jadi ia keluar untuk membeli makanan.


Ibu dan Bibi Jung Soo jalan-jalan bersama. Ibu melihat disana memang kelihatan tidak banyak berubah tapi sebenarnya ada perubahan, bahkan ada hospice juga.

"Pasti ada pekerjaan sebagai perawat di hospice. Kau bisa mendapatkanlisensi nanti."

"Kau ingin aku melakukan pekerjaan seperti itu?"

"Tidak ada yang bisa kau lakukan di sini. Kau lulus dengan gelar seni dan punya lisensi dalam terapi seni. Itu sama sekali tidak membantu."

"Itu tidak pernah membantuku. Bagaimana denganmu? Cari lowongan dosen sana! Kuharap aku juga bisa. Jangan katakan lagi tentang itu."


Shi Kyung kembali sambil membawa cup ramyeon dan kebetulan ibu melihatnya. Ibu langsung menariknya keluar.


Shi Kyung kembali sambil membawa cup ramyeon dan kebetulan ibu melihatnya. Ibu langsung menariknya keluar.

Ibu dan Bibi Jung Soo heran, apa yang dilakukan ShiKyung disana? Kenapa tidak ke sekolah? Pergi ke internet kafe kan?

"Tidak, bukan begitu. Ah.. aku punya surat dari Seoul. Aku sedang dalam perjalanan ke sekolah sekarang. Tasku... aku akan mengambil tasku."


Shi Kyung langsung melesat ke atas untuk mengambil tasnya, tapi ia tidak melihat kalau surat titipan tentara itu jatuh.


Shi Kyung kembali pada ibunya, ia akan berangkat sekarang, oke? Ibu menceramahi Shi Kyung bawasannya Shi Kyung harusnya ada di sekolah sekarang bersama Shi Young, ini hari pertama sekolah. Kenapa malah di internet kafe? Kenapa?

"Untuk bermain game..."

"Jawaban bagus, jawaban bagus!" Kata Ibu sambil memukuli Shi Kyung.

Shi Kyung menahan tangan ibunya, ia harus kesekolah!

"Apa kau akan melakukannya disini juga? Kau masih belum sadar?"

Bibi Jung Soo menengahi, pertama, biarkan Shi Kyung ke sekolah dulu hari ini. Shi Kyung membenarkan, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya ke sekolah.


Lalu seorang Ahjumma menghampiri untuk memberi Shi Kyung tumpangan.

"Siapa Anda?" Tanya Ibu, tapi Shi Kyung mengucapkan terimakasih dan langsung naik ke dalam mobil.


Ahjumma itu mengenalkan diri sebagai wakil Kepala Sekolah SMA Gaon. Iasedang keluar dan akan kembali ke sekolah.

"Tolong jangan khawatir, kami bisa kembali bersama."

Ibu dan Bibi Jung Soo membungkuk berterimakasih. Tapi setelah Wakil Kepala Sekolah (Wakepsek) masuk mobilnya, ia menggerutu malu.


Wakepsek tidak pernah melihat Shi Kyung disekolah sebelumnya. SHi Kyung menjelaskan kalau ia anak pindahan. Wakepsek mengerti, jadi SHi Kyung adalah salah satu dari dua bersaudara itu?

"Bagaimana Anda bisa tahu?"

"Hanya ada dua kelas per angkatan. Aku bisa tahu murid-muridnya. Kau penasaran siapa aku, kan? Aku tidak akan memberitahumu~"

"Aku tidak penasaran~~ Aku tidak pernah bertanya padamu." Jawaban Shi Kyung dalam hati.


Wakepsek menanyakan pendapat Shi Kyung tentang daerah sana? Shi Kyung tidak yakin, tapi.. kemarin ia melihat prosesi pemakaman.

"Kemarin adalah prosesi pemakaman untuk nenek Min Suk. Apa itu pertama kalinya kau melihatnya?"

"Iya. Tapi daerah sini agak aneh. Prosesi pemakaman, hospice, dan bahkan peti mati."

"Kau benar. Tempat ini.. untuk 'kematian'."

Shi Kyung jelas tidak paham. Wakepsek hanya mengatakan kalau Shi Kyung akan tahu apa artinya seirng berjalannya waktu dia mulai tinggal disana.

"Para junior harusnya berada di kelas "pengalaman kematian" sekarang. Sebaiknya kau pergi ke hospice." Saran Wakepsek.

"Pengalaman kematian? Apa itu?"

"Berbaring di dalam... peti mati."

"Peti mati?!!"


Anak-anak kelas Shi Kyung semuanya berbaring di dalam peti mati. Sementara Guru Kang membacakan sesuatu.

"Ayah. Hidup itu seperti melihat ke bawah dari langit. Rasanya seperti angin sepoi-sepoi yang berhembus. Selamat tinggal. Ayahku, yang sangat kurindukan."

Ternyata itu adalah sebuah puisi. Guru Kang menyuruh anak-anak untuk memikirkan seseorang yang mereka rindukan di dalam hati. Lalu panggil orang itu di dalam hati.

Banyak dari mereka yang mulai emosional, bahkan ada yang menangis.

Guru Kang melanjutkan, Orangtua~, Teman~, Yang terakhir.. seseorang yang ingin mereka lihat sekali lagi. Ucapkan selamat tinggal pada orang-orang itu untuk terakhir kalinya.

"Seperti apa hidupmu? Biarkan mereka mendengarnya."

Shi Kyung bicara pada ayahnya, "Ayah.. Hidupku... hidupku.."


Guru Kang melanjutkan, saatnya untuk pergi sekarang dan ia akan menutup masing-masing peti mati mereka.

"Saat berbaring di peti mati, pikirkan batu nisanmu. Renungkan itu."


Usai pembelajaran, Shi Young dan Ga Ram berjalan belakangan. Ga Ram menanyakan pendapat Shi Young, aneh kan?

"Awalnya memang aneh sekali. Tapi.. Saat pertengahan, ada sesuatu yang datang padaku seperti yang kau katakan. Aku sedikit tergerak. Saat itulah guru berkata "pikirkan seseorang yang kuinginkan". Meski begitu, itu aneh. Apa masih ada hal sejenis ini disini?"

"Hm, batu nisan, relawan di hospice, dan hanya itu."

"Ada apa dengan itu? Sangat gelap."

Ga Ram menanyakan soal Shi Kyung, kenapa tidak datang? Tersesat atau gimana dia?

"Lee Shi Kyung? Dia tidak datang. Jangan khawatir tentang dia."

"Mungkin dia pergi ke sekolah."

"Sekolah? Si Lee Shi Kyung?"


Wakepsek menurunkan Shi Kyun, ia memberitahu ada ruang "pengalaman kematian" di lantai dua, Shi Kyung langsung kesana saja.

"Baik."

"Juga.. Mereka hanya melakukan kelas ini satu kali di tahun pertama. Kau harus pergi bahkan jika kau terlambat."

"Astaga, aku sudah cukup berpengalaman dalam peti mati." Batin Shi Kyung.

Shi Kyung menanyakan siapa Ahjumma. Wakepsek agak tersinggung Shi Kyung memanggilnya Ahjumma.

"Ahjumma ini..  wakil kepala sekolah. Jangan terlalu sering bolos."


Shi Kyung melihat tulisan "Hospice Goan" di depannya. Ia langsung teringat surat itu, tapi baru sadar kalau suratnya ketinggalan.


Shi Kyung kembali ke internet kafe, mencari surat itu tapi tidak menemukannya. Ia lalu mengorek sampah dan beruntung masih ada disana.


Shi Kyung kembali ke hospice lagi, ia masuk ke sana dan bertemu dengan Perawat yang kemarin. Perawat masih mengenalinya, bertanya apa sekarang ia sudah baik-baik saja? Shi Kyung mengangguk membenarkan.

"Apa ada pasien bernama Lee Myung... Lee Myung Joo? Dia punya mata yang besar." Tanya Shi Kyung.

"Dia baru saja meninggal beberapa waktu yang lalu. Kenapa?"

"Dia meninggal dunia?! Dia wanita dengan mata besar dan senyuman yang cantik, yang itu?

"Iya. Tapi.. bagaimana kau mengenal Lee Myung Joo?"


Shi Kyung menyesal, andai saja ia segera mengirimkan surat itu~


Saat Shi Kyung keluar hospice ternyata anak-anak masih ada disana. Guru Kang lalu memperkenalkan Shi Kyung pada yang lain. Ji Ae bertanya, apa Shi Young dan SHi Kyung bersaudara?

Shi Young membatahnya, berkata kalau ia tidak mengenal SHi Kyung dan Shi Kyung diam saja.

Guru Kang lalu mengajak semuanya kembali ke sekolah, ia sadar mereka pasti takut terlambat makan siang. Semuanya setuju dan mengikuti Guru Kang.


Tapi Shi Kyung malah menarik tangan Ga Ram, ia meminta Ga Ram membantunya.


Ga Ram membawa Shi Kyung ke upacara pemakaman Lee Myung Joo. Hampir tidak ada orang disana, tapi kenapa Shi Kyung mau kesana?

"Ku pikir aku harus, setidaknya, melakukan ini." Jawab Shi Kyung.


Shi Kyung lalu berlutut di depan altar, ia membuka surat pak tentara itu dan membacanya dengan penuh penghayatan.

"Sekarang... aku merasa seolah-olah aku mencurahkan seluruh darah ke tubuhku. Saat aku menulis surat ini untukmu. Aku minta maaf untuk menggunakan ungkapan seperti ini denganmu sejak kau sakit. Tapi, aku benar-benar merasa aku mencurahkan semua yang aku miliki di dalam diriku. Kau ingat film yang kita saksikan bersama? Orang mati bertemu dengan orang yang hidup. Seorang anak perempuan lebih tua dari Ayahnya. Waktu dan tempat, hidup dan mati... Ada dunia yang berbeda dari yang kita kenal. Itulah yang aku percaya. Jadi, biarpun kau meninggalkan dunia ini. Aku telah memutuskan untuk percaya bahwa kau tidak benar-benar pergi. Jadi, jangan katakan kita tidak punya banyak waktu yang tersisa dan tidak bisa bersama. Aku akan menikahimu."

"Kau tidak punya banyak waktu lagi, dan kau dengan bodoh menggunakannya untuk menghindariku. Itu bukan hal terbaik bagi kita. Mari kita menikah. Ayo kita lakukan sekarang juga. Itulah satu-satunya jalan."


Shi Kyung masih terbawa suasana tapi Ga Ram malah menariknya untuk pergi.


Garam menjelaskan, yang di altar tadiitu bukan Lee Myung Joo yang Shi Kyung maksudkan. Lee Myung Joo yang itu sudah menilah dan memiliki anak.

"Lalu, surat ini apaan?"

"Aku rasa aku tahu apa itu. Ada seorang pasien bernama Lee Myung Ji. Kau mendapatkan surat dari seorang tentara, kan?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku ingat seorang tentara yang datang menemuinya berkali-kali."


Kemudian mereka membawakan surat itu pada Lee Myung Ji. Lee Myung Ji membacanya haru, ia berterimakasih pada Shi Kyung.

"Terima kasih. Terima kasih banyak."


Shi Kyung lalu ke atap bersama Ga Ram. Ga Ram menjelaskan, hospice adalah tempat di mana mereka tidak tahu apa yang akan terjadi besok.

"Kau berkata pada orang-orang, sampai jumpa besok. Tapi saat kau datang keesokan harinya, mereka kadang sudah meninggal. Meski begitu, aku lega dia membaca surat itu sebelum dia meninggal. Kurasa mereka akan menikah di sini."

"Menikah di sini?"

"Ya, pasien tidak bisa pergi dari sini. Kau tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi."


Ga Ram mendapat pesan, mereka harus segera kembali ke sekolah. Guru Kang ingin Shi Kyung datang ke kantornya.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search