Sinopsis Lookout Episode 4
Sumber Gambar : MBC
Eun Joong mengikuti Soo Ji berjalan keluar gedung kejaksaan. Soo Ji mengeluarkan badge polisinya lalu membuangnya ke sampah. Eun Joong buru-buru memungutnya.
"Sedang apa kau sebenarnya?" tegur Eun Joong.
"Seorang pendosa harus dihukum. Seumur hidup, aku memercayainya. Yu Na meninggal, tapi mereka bilang tidak ada yang membunuhnya. Hukum melakukan ini. Hukum... membebaskan Yoon Si Wan. Lalu, apa bagusnya badge itu? Aku bahkan tidak bisa melindungi puteriku. Tidak bisa juga menangkap pembunuh puteriku."
Eun Joong mengingatkan, hukum memang tidak sempurna. Ia bisa salah. Lalu, Soo Ji bisa melawan mereka dengan cara lain.
"Lalu bagaimana? Yu Na membuat kesaksian dengan jelas, tapi mereka mengabaikannya. Yoon Si Wan, anak itu, terus saja berdusta, tapi... tidak ada cara membuktikan dia bersalah. Aku dan Yu Na tahu dia pembunuhnya. Tapi hukum... Hukum memutuskan membebaskan dia. Apa bagusnya hukum itu? Orang-orang seperti Yoon Seung Ro, menjadikan hukum layaknya mainan dan menyepelekan kematian Yu Na."
Soo Ji melanjutkan jalannya. Eun Joong tahu pasti tidak akan mudah tapi jika Soo Ji menyarah sekarang Yoon Shi Wan akan bebas dari segala tuduhan, dan Yoon Seung Ro akan jadi lebih kuat lagi.
Keluarga mengantar Yu Na dikremasi. Semua menangis tapi Soo Ji malah menatap tanpa berkedip, hanya matanya berkaca-kaca.
Soon Ae curhat pada Jin Ki, ia pasti semakin tua. Ia menerima begitu saja para petinggi ber* itu.
"Tapi, mereka hendak menghukum Detektif Jo akibat kekacauan di ruang interogasi saat itu." Ujar Jin Ki.
"Siapa kira-kira penyokong orang itu? Dia datang secara sukarela dan membuat pernyataan, tapi bebas dengan mudah."
Byung Jae mendekat, dengan sedikit menyindir ia mengingatkan bahwa sudah ia katakan kalau Soon Ae tidak memenangkan kasus itu. Tidak ada gunanya menginterogasi tersangka yang mana kebal hukum sepertinya.
"Aigoo... Jo Soo Ji semestinya tidak main-main. Sudah kuduga, dia hanya akan membuat masalah."
Soon Ae hendak memburu Byung Jae karena kata-kata nyelekit itu tapi Jin Ki menahannya.
Sementara itu, Kim Woo Sung keluar dari kantor dengan santai.
Akhirnya keinginan Do Ha tercapai, Geumsajangnim menanyakan namanya. Ia mengucapkan beribu terimakasih pada Bujangnim, apalagi saat mendengar Geumsajangnim mengundangnya makan siang.
"Saya tidak akan pernah melupakan jasa-jasa Anda seumur hidup saya. Ya, Bujangnim. Selamat malam. Saya mencintai Anda." Janji Do Han.
Eun Joong mendadak datang, memprotes karena tiba-tiba saja kasus Yu na dihentikan, Omong kosong apa itu?
"Sedari awal, kasus itu sangat lemah. Kalau tanya padaku ya aku harus jawab apa lagi?"
"Kau bahkan tidak membaca berkas penyidikan polisi. Kau memaksa mereka menyerahkan dokumen investigasi sebelum menyelesaikannya dengan benar!"
"Tetaplah tenang, kawan. Hanya karena dia di sana dan surat anak itu terobek bukan berarti putera Geomsajangnim memang bersalah. Statusnya bahkan bukan tersangka, juga tidak sepintar itu bisa bertindak tanpa meninggalkan jejak. Dengan kata lain, secara teknis, dia sepenuhnya tidak bersalah."
"Tidak. Kau tetap akan menghentikan kasus itu tidak peduli bagaimanapun aturan sebenarnya."
"Berhentilah salah paham padaku."
Saking kesalnya, Eun Joong sampai menarik baju Do Han. Do Han berusaha keras melepaskannya soalnya baju itu ia impor langsung dari inggris. Do Han bahkan rela wajahnya yang dipukul daripada bajunya robek.
Tapi ia terlambat, bajunya malah robek saat ia hendak menghindari pukulan Eun Joong.
Eun Joong menegaskan, "Jangan berpikir kasus ini sudah selesai. Aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan menyingkirkan semua penghalang yang kau buat."
Do Han menertawai kata-kata Eun Joong itu, bagaimana cara Eun Joong akan melakukannya, atau mau ia kasih saran.
"Orang-orang itu, tidak bisa kau lawan memakai hukum."
Eun Joong didatangi Penyelidik Park Joon Pyo dari Badan Kehormatan Kejaksaan. Ia mendengar Eun Joong dimintai bantuan seseorang secara pribadi.
"Apa kau bilang?" Tanya Eun Joong tak mengerti.
"Katanya, kau menjebak seorang anak lugu demi kekasihmu. Jalani pemeriksaan kami."
"Aku tidak bisa. Kau tidak punya bukti. Tidak bisa menginterogasiku berdasar kecurigaan belaka."
"Seseorang yang memercayai perkataan wanita
yang hampir gila akibat kematian anaknya, lalu menjebak pelajar tak berdosa... adalah kau."
Eun Joong memandang Do Han dengan wajah bersungut-sungut, sementara Do Han sih santai saja sambil buang muka.
Bujangnim Oh melapor bahwa ia sudah menguru Eun Joong jadi Geomsajangnim tak perlu khawatir. Lalu ia meanyakan harus ia apakan Soo Ji.
"Dia menyebut puteraku pembunuh."
"Apa?"
"Ibu anak itu. Dia mengatakan omong kosong seperti itu."
"Astaga, hal itu tentu membuat keluarga Anda kacau. Mana mungkin putera Geomsajangnim merupakan pembunuh?"
"Aku tidak bisa menghentikan dia meracau seperti itu."
"Lalu, bagaimana?"
"Orang-orang... harus berhenti memercayainya."
"Ah, ya. Itu mudah sekali. Saya sudah menyelidiki wanita itu dan dia memang bermasalah. Ibunya seorang ibu tunggal, ia pun membesarkan anaknya yang meninggal itu sendirian. Reporter pasti senang mendengarnya."
"Kurasa, situasi akan membaik dalam beberapa hari."
"Ya."
Bujangnim Oh pamit, lalu Geomsajangnim melihat foto keluarganya di maja.
[13 Mei 2016]
Soo Ji masih larut dalam kesedihan. Ia memandangai foto-foto Yu Na dan gambar Yu Na, juga barang-barang kesayangan Yu Na.
Ibu Soo Ji malah parah, ia mencuci sepatu Yu Na karena Yu Na sangat tidak suka jika sepatunya kotor.
"Hentikan! Yu Na tidak bisa lagi memakainya. Yu Na sudah tidak ada. Sadarlah. Hm?"
Setelah ibunya sudah agak baikan, Soo Ji ijin pergi. Ia akan pulang larut jadi ibunya tak perlu menunggu.
Di kantor, Soon Ae menunggu Soo Ji yang seharusnya hari ini sudah mulai masuk kerja. Ia menghubungi ponsel Soo Ji tapi tidak aktif. Jin Ki mengatakan kalau Soo Ji belum mengembalikan pistol yang harusnya sudah diserahkan.
"Kau pikir dia peduli soal itu?"
"Apa aku pergi saja ke tempat Sunbae-nim?"
"Tidak, aku saja."
Soo Ji ternyata pergi ke sekolah Shi Wan dengn pistol di tangan.
Ada satu cewek yang juga penggemar Shi Wan, tapi ia berbeda dengan yang lain, ia memilih melukis Shi Wan dari jauh. Shi Wan tahu hal itu, maka ia sengaja tersenyum manis.
Soo Ji masuk dan langsung menodong Shi Wan dengan pistol yang ia bawa. Semua teman-teman Shi Wan ketakutan den melangkah keluar sesegera mungkin. Cuma satu orang yang bertahan di sana, cewek yang menggambar Shi Wan tadi. Cewek itu memanggil Soo Ji, Ahjumma!
Cewek tadi keluar untuk menelfon ibunya dan ternyata dia puteri Soo Ae, Jin Se Won. Se Won memberitahu kalau Soo Ji ada disana. Soon Ae yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Soo Ji langsung putar balik.
Do Han menghadiri undangan makan siang Geomsajangnim, ia menjelaskan tentang dirinya tapi Geomsajangnim cuma sibuk makan.
"Saya tidak menyangka bisa makan bersama calon menteri hukum dan HAM selanjutnya. Ini kebanggaan untuk saya. Anda mungkin tidak ingat, tapi sebelumnya kita pernah bertemu juga. Anda tidak ingat rupanya. Bagi saya, ini terasa seperti takdir. Geomsajangnim adalah alasan saya menjadi jaksa. Mulai sekarang, saya akan melayani Anda. Perintahkan apa saja pada saya."
Geomsajangnim akhirnya menyudahi makannya. Ia tahu Do Han lah orangnya, Bujangnim Oh merekomendasikan Do han atas permintaan Do Han sendiri.
"Apa maksud Anda?" Do Han pura-pura bodoh.
"Aku sudah lama mengenal Oh Bujang. Dia itu tidak kompeten dalam banyak hal."
"Saya rasa Anda salah paham."
"Salah paham? Apa maksudmu? Kau pikir aku belum pernah bertemu jaksa sepertimu? "Siapa yang membuatku bisa cepat dipromosikan?" "Siapa yang bisa menjadikanku cepat kaya?" Para idiot dibutakan hal semacam itu. Aku tidak sudi menganggap orang seperti mereka itu jaksa."
Do han menahan kekesalannya dengan mencengkeram serbet di pahanya kuat-kuat.
Kilas Balik...
Seorang anak kecil bernama Dae Chul (kemungkinan besar nama asli Do Han) menangisi ayahnya yang dibawa paksa oleh polisi. Ayahnya meminta Dae Chul menunggu di rumah dan berjanji akan segera pulang.
Geomsajangnim menjelaskan, "Jaksa harus memiliki tanggung-jawab, serta dedikasi."
Ayah Dae Chul dipaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya. Bahkan sampai disiksa dengan kepalanya dimasukkan ke air. Kayaknya yang berdiri di belakang itu Geongsajangnim Yoon deh.
Geomsajangnim melanjutkan: Bahkan jika tak seorangpun mengakui dan menunjuk jari meremehkanmu, selagi kau merasa benar, kau harus terus maju tanpa ragu.
Geomsajangnim yang saat itu masih menjabat sebagai jaksa biasa mendakwa Ayah Dae Chul telah membocorkan data militer pada pihak Utara. Dan saat darurat, bahkan mengerahkan masa. Maka Geomsajangnim menjatuhkan tuntutan hukuman seumur hidup.
Geomsajangnim : Jika kau sungguh menjadi jaksa karena aku, jadilah sama sepertiku. Jangan coba menjadikan puteraku batu loncatan untuk dekat denganku.
Do Han tersenyum dan membungkuk dalam-dalam. Saat itu Geomsajangnim menerima telfon pemberitahuan kalau Soo Ji mendatangi Shi Wan kesekolah.
Do Han mengantar Geomsajangnim sampai ke pintu. Ia melihat layar di jalan menampilkan berita Soo Ji sedang menodong Shi Wan.
Soo Ji menegaskan kalau ini kesempatan terakhir Shi Wan, dimana tidak ada Nyonya Park yang bisa melindungi Shi Wan, Geomsajangnim Yoon juga tidak ada disana.
"Jujurlah padaku. Yu Na.. Kau mendorongnya, 'kan?"
"Tidak. Aku tidak melakukannya." SHi Wan masih menjawabnya dengan santai.
"Kenapa kau melakukannya?"
"Aku sungguh-sungguh. Percayalah padaku. Aku sungguh mencoba melindungi..."
"Permainannya sudah berakhir di sini! Katakan padaku! Yu Na... mengatakan semuanya padaku. Kau... adalah pelakunya. Sekujur tubuhnya gemetaran... dan ekspresinya begitu ketakutan. Sekujur tubuhnya bereaksi. Aku tidak membutuhkan bukti lain lagi."
Shi Wan heran, kenapa Soo Ji tidak tertipu disaat semua orang tertipu. Shi Wan lalu menepis tangan Soo Ji dan berlari ke pintu.
Soo Ji meletuskan tembakan yang mengenai tepat di samping pintu. Shi Wan terkejut.
Nyonya Park yang ada di ruang kepala sekolah terkejut mendengar suara tembakan itu. Salah seorang guru masuk, mengabarkan kalau Soo Ji menyandera Shi Wan. Nyonya Park langsung bergegas ke sana.
Soon Ae dan pihak kepolisian sudah sampai di sekolah.
Sementara itu, Soo Ji mendorong Shi Wan ke jendela. Shi Wan meronta minta dilepaska.
"Yu Na pasti mengatakan hal yang sama. Yu Na pasti berjuang menyelamatkan dirinya juga. Kenapa kau melakukannya? Kenapa? Dia itu anak kecil tidak berdosa. Dia anak baik... juga manis, bang*!"
Polisi datang mengamankan situasi. Tak berapa lama kemudian Nyonya Park juga, ia sangat syok melihat puteranya begitu apalagi saat Shi Wan menangis minta ditolong.
Nyonya Park sampai berlutut, "Ambil aku. Bunuh saja aku. Ambil nyawaku sebagai gantinya. Kumohon... kumohon... Kumohon jangan melukai puteraku. Aku akan memberikan apapun yang kau mau. Kau boleh ambil semua hartaku. Kumohon jangan Si Wan. Kumohon jangan sakiti anakku. Biarkan puteraku hidup."
Soon Ae masuk belakang, "Sedang apa kau ini? Soo Ji-ah. Jo Soo Ji."
Perlahan Soon Ae mendekati Soo Ji. Ia meminta Soo Ji menurunkan postolnya. Soo Ji malah minta maaf.
"Hei, jangan bilang begitu. Jangan melakukan sesuatu yang membuatmu harus meminta maaf. Kau... akan membunuh seorang anak di hadapan ibunya? Dengan menjadi pembunuh, Yu Na... Kau pikir dia akan bangga? Hei, Jo Soo Ji! Sadarkan dirimu! Sadarlah! Jo Soo Ji!"
Soo Ji mengingat puterinya yang selalu bangga padanya karena menangkapi semua penjahat. Akhirnya Soo Ji menurunkan pistolnya perlahan-lahan.
Soon Ae langsung mendorong Shi Wan pada ibunya.
Soon Ae memeluk Soo JI dan perlahan-lahan mengambil pistol Soo Ji lalu memasukkannya ke sakunya. Soon Ae menghalangi polisi lain yang hendak mendekati Soo Ji.
Soon Ae melapaksan pelukan Soo Ji untuk memborgolnya. Sementara itu Shi Wan ditarik ibunya untuk keluar dari sana. Soo Ji memperhatikan Shi Wan dan Shi Wan tersenyum padanya, bahkan Shi Wan menggerakkan bibirnya mengucapkan "Aku membunuhnya."
Soo Ji kalap, ia merebut pistol salah satu polisi lalu menembakkannya pada Shi Wan tapi meleset.
Shi Wan terluka karena serpihan keramik. Sementara itu, Soo Ji di begal oleh semuanya supaya tenang.
Si pastur misterius mendatangi tempat penyimpanan abu Yu Na.
Pengantar paket mengantarkan sebuah paket tapi penghuninya tidak ada. Karena penasaran, ia pun akan membuka paket itu tapi ponselnya berdering.
Bo Mi menelfonnya, tentunya dengan suara yang disamarkan menjadi suara pria.
"Tinggalkan saja. Tinggalkan di situ."
"Siapa ini?"
"Isi dalam amplop itu bukan hakmu. Tinggalkan di pintu."
pengantar paket itu ketakutan karena si penelfon tahu apa yang akan ia lakukan untuk paket itu. Ia pun melaksanakan sesuai perintah Si penelfon.
Bo Mi memakai Hoodie jaketnya lalu menuju pintu. Buanyak banget gembok yang terpasang di pintunya, ada kayaknya 10.
Setelah membuka semua gembok, ia memastikan tidak ada yang melihat barulah ia mengambil paket itu. Paket itu berisi surat dan foto Soo Ji.
"Selamatkan dia, secepatnya bergabung dengan kita." Tulisan dalam surat itu.
Kyung Soo langsung bergerak. Ia memasang tanda jalan sedang dalam perbaikan, tapi malah menabur banyak paku di jalan yang ia tutup.
Kyung Soo menginjak satu paku dan ia oleng lalu terjatuh. Bo Mi bertanya, kekacauan apalagi yang Kyung Soo buat? Kyung Soo sudah mati?
"Aku hampir mati." Jawab Kyung Soo.
"Tapi belum mati." Balas Bo Mi santai sambil makan jajan.
Kyung Soo protes, "AKu hampir mati tapi kau malah makan camilan?"
"Tapi kan kau tidak mati betulan!"
"Pimpinan kita, sekarang kau. Aku satu-satunya yang bekerja keras."
"Aku ini Noona buatmu. Siapa yang tahu? Bertemu saja kita tidak pernah. Aku yakin kau sangat jelek."
"Tidak, tuh. Mataku seperti Song Hye Kyo, hidung Han Ga In, dan bibir Jun Ji Hyun." Bo Mi mengatakannya sambil memandang cermin tapi ia kemudian membalik cermin itu.
"Lalu, kenapa kau tidak pernah keluar rumah? Padahal segar bugar? Pimpinan kita juga. Peraturan kita adalah tidak saling mengungkap identitas. Kenapa wanita ini pengecualian?"
"Dia akan bergabung dengan kita."
"Mana ada polisi mau mendengarkan kita?"
"Maka kita buat dia mendengarkan. Harus aku yang melakukannya, karena kau idiot."
Kyung Soo bicara sambil menatap CCTV, "Apa? Siapa bilang aku idiot?"
"Kau sekarang bicara pada CCTV?"
"Ya."
"CCTV itu... 30 menit lalu kita rusak. Kau yang meretasnya."
"Oh, benar. Aku melakukannya."
"Idiot. Cepatlah, dia akan segera sampai."
Kyung Soo berjalan menuju mobil, Bo Mi mengingatkan, apa Kyung Soo sudah memindahkan penandanya. Kyung Soo lupa, lalu cepat-cepat mengambil penanda itu.
Soon Ae membawa Soo Ji yang tangannya terborgol dalam mobilnya. Ia menasehati, sebesar apapun amarahnya, Soo Ji harus menahan diri. Soo Ji bukan satu-satunya ibu di dunia, terlebih Ibu Soo Ji masih membutuhkannya.
"Bagaimana lagi ibumu kalau kau terus begini? Aku... tidak berani mengatakan memahami perasaanmu. Tapi kau harus hidup. Yu Na tiada, tapi bukan berarti hidupmu sudah berakhir."
"Apa untungnya? Yu Na sudah tiada. Semuanya sudah berakhir."
Kyung Soo melihat kembali paku yang ia sebar dan ternyata banyak baget.
"Kau tidak menuangkan seisi kotak, 'kan?" Tanya Bo Mi.
"Ya... itu... salah, ya?"
"Kenapa kau tidak bilang lebih awal? Aish... bagaimana ini? Kalau dia mati bagaimana?"
Tapi sudah terlambat karena mobil Soon Ae sudah dekat. ban mobil mengenai banyak paku itu dan setir oleng, alhasil mobilnya terbalik.
>
2 komentar
mba diana ditunggu sinopsis ep 5 nya semangat nulisnya ya mba....saya suka drama ini
mba diana ditunggu sinopsis ep 5 nya semangat nulisnya ya mba....saya suka drama ini
EmoticonEmoticon