-->

Sinopsis Lookout Episode 3

- Mei 25, 2017
>
Sinopsis Lookout Episode 3

Sumber Gambar : MBC


Kim Woo Sung mendapat telfon dari nomor yang dirahasiakan. Sebenarnya yang menelfonnya adalah Do Ha yang saai ini tengah mengawasinya dari atap gedung sebelah.

"Isterimu cantik. Dan puterimu mirip isterimu."

"Siapa kau?" Gertak Woo Sung.

"Aku orang yang mengetahui segalanya tentangmu. Aku juga orang yang mengetahui pada 10 Juni 2004..."

Woo Sung berjalan ke jendela hendak menutup tirai. Tapi Do Han mengamcam, jika Soo Sung benar-benar menutupnya maka ia akan memberitahu segalanya pada semua orang.

Istrinya bertanya telfon dari siapa tapi Woo Sung hanya menjawab dari kantor. Woo Sung lalu menanyakan apa mau Do Han.

"Serahkan dirimu. 12 tahun lalu, kau telah menusuk pemilik sebuah supermarket demi uang, lalu kabur." Kawab Do Han.


Do Han sepertinya juga meretas kamera CCTV di kantor polisi. Ia melihat pengakuan Woo Sung melalui laptopnya.


Setelah memberikan kartu namanya pada Myung Mi. Myung Mi hendak menyebutkan namanya juga tapi Do Han lebih dulu mendahuluinya.

"Reporter Kim Myung Mi." Ucap Do Han.


Seorang menelfon Do Ha setelahnya atas perintah Do Han sendiri. Do Han mengangkatnya sambil menjauh, meninggalkan tasnya disana.


Myung Mi tak sengaja melihat tas Do Ha, dari dalam tersembul dokumen "Informasi Rahasia". Myung Mi penasaran dan memutuskan mengambil dokumen itu yang ternyata adalah Laporan Investigasi Ulang Kasus Pembunuhan Supermarket Samil.

Do Han sebenarnya memperhatikan Myung Mi, dan ia puas saat Myung Mi memotret isi dokumen itu. Dan begitulah bagaimana Myung Mi bisa tahu soal investigasi ulang itu lantas mendatangai Bujangnim Oh untuk mengonfirmasinya.

 
[9 Mei 2016]

Soo Ji menghantikan langkah Shi Wan, ia langsung membenarkan dugaannya bahwa Shi Wan lah yang membawa Yu Na ke atap.

"Ah, halo. Anda pasti ibunya Yu Na." Sapa Shi Wan santai. Ia menjelaskan kalau mereka pernah bertemu sebelumnya saat ia sedang melakukan pekerjaan sukarelawan. Ia menanyakan apa Yu Na mengalami sesuatu?

"Jangan pura-pura tak tahu apapun. Yu Na-ku kau dorong dari atap!" Bentak Soo Ji.


Ibu Shi Wan (Nyonya Park Yoon Hee) datang untuk menjemput puteranya dan ia terkejut melihat puteranya dibentak orang asing. Ia langsung menghampiri mereka dan menanyakan siapa Soo Ji.

Soo Ji menunjukkan tanda pengenalnya sambil mengenalkan diri. Soo Ji melanjutkan, "Putera Nyonya ditahan atas tuduhan... tindakan mencelakakan anak usia 7 tahun."

Nyonya Park tidak percaya, mustahil itu.


Soo Ji menunjukkan foto dari rekaman CCTV itu. Soo Ji bertanya, apa Nyonya Park tidak mengenali wajah, pakaian, serta tas yang dikenakan puteranya sendiri? Nyonya Park refleks menatap Shi Wan.

Shi Wan masih tenang menanggapinya, apa Yu Na jatuh dari atap? apa Yu Na baik-baik saja? Dia tidak terluka parah, 'kan?

Nyonya Park berdiri di depan Shi Wan, menegaskan bahwa Soo Ji tidak bisa menuduh puteranya hanya dengan sebuah foto kabur begitu.

"Tapi, Anda mengenali dia di foto ini." Sanggah Soo Ji.

"Aku tidak mau mengatakan apa-apa. Jika kau ingin menginvestigasinya, bawa surat perintah resmi."


Eun Joong menghampiri, ia menjamin akan membawakan surat perintahnya. Eun Joong memperkanalkan diri sebagai seorang jaksa kejaksaan Seoul, lalu menegaskan kalau mereka tidak merespon permintaan investigasi, maka akan dibawakan surat penahanan resmi.

"Ayah anakku... biar aku diskusi dulu dengan dia. Jika kau dari Kejaksaan Seoul, Geomsajang Yoon Seung Ro, kau pasti mengenalnya." Kata Nyonya Park lalu mengajak Shi Wan.


Soo Ji yakin Shi Wan lah orangnya soalnya ada stiker Yu na di tas Shi Wan, ia yakin Yu Na juga yang menempelnya. Soo Ji kesal karena Shi Wan berani-beraninya berbohong mengatakan tak tahu apa-apa. Soo Ji akan mengejar Shi Wan tapi Eun Joong menahannya, mereka harus menemukan bukti dulu, Jika tidak, kasusnya tidak akan berprogres.

"Aku akan menemukannya.  Apa pun itu, aku pasti akan menemukannya, lalu menahan dia." Tegas Soo Ji.


Do Han masuk ruangan Eun Joong yang kebetulan kosong. Ia melirik catatan Eun Joon yang ada di bawah selebaran pencarian saksi.


Namun tiba-tiba Eun Joong masuk. Do Han sebenarnya ingin mengajak Eun Joong makan bersama tapi Eun Joong menolaknya. Do Han lalu merebut kresek yang Eun Joong bawa.

"Gimbap lagi? Kenapa kau hidup begini? Kau bukannya orang miskin. Ayahmu seorang Ketua Mahkamah Agung. Jenjang karirmu itu bagus. Kenapa kau bekerja keras dan menghalangi jalanku? Ayo keluar. Kutraktir, deh." Sindir Do Han.


Eun Joong merebut kembali kresek itu. Eun Joong menjelaskan, pajak dari rakyat digunakan membayar gaji mereka. Jadi selain bekerja, apalagi yang harus mereka lakukan? Ia menyarankan Do Han untuk kerja saja dengan baik daripada sibuk mendekati para petinggi.

"Aku kemari juga untuk kerja. Ingin tanya sesuatu padamu." Do Han penasaran sekali dengan catatan Eun Joon itu, ia bertanya, apa Eun Joong sudah menemukan anak di selebaran itu?

"Kenapa kau peduli soal itu?"

"Anu, aku hanya mencemaskan Detektif Jo. Kasus kecelakaan puterinya akan mempengaruhi kasus Kim Woo Sung tidak?"

"Kedengarannya, kau berharap ada dampaknya."

"Kau sudah salah paham. Jadi, ketemu?"

"Bukan urusanmu. Minggat sana!"


Do Han malah sengaja menduduki tumpukan selebaran itu. Eun Jung kesal dan menyingkirkan Do Han tapi semua kertas itu berhamburan saat Do Han berdiri, aku yakin ini Do Han sengaja melakukannya. Karena setelah itu, Do Han memungit catatan Eun Joong dan membacanya.

"Kenapa kau menulis nama Geomsajangnim dan puteranya? Meramal keberuntungan mereka?"

"Itu sama sekali bukan urusanmu!" Jawab Eun Joong sewot sambil merebut kembali catatannya.

"Jangan mengamuk begitu. Kau mencurigakan sekali. Jangan-jangan..."

"Tulis novel saja sana di rumah!"

"Inilah sebabnya aku menyukaimu. Kau itu transparan, jadi terlihat jelas semuanya."

"Jangan kurang ajar!"


Eun Joong menegaskan, ia sedang ingin marah sekarang, jadi Do Han sebaiknya berhenti menguji kesabarannya. Do Han tak akan dapat apa-apa darinya!

"Kalau begitu, aku akan lakukan langkah terakhir. Geomsajangnim... aku akan tanya langsung saja padanya."

"Lalu selanjutnya apa?"

"Entahlah."


Dari situlah Do han tahu bahwa anak Geomsajangnim sedang bermasalah, maka ia menyarankan Bujangnim Oh untuk melakukan penawaran pada Geomsajangnim.

"Sekarang ini, kau mengajakku bernegosiasi?" Tanya Geomsajangnim.

"Tidak, bukan negosiasi. Itu hanya... hanya... saling memijat punggung masing-masing (saling membantu). Ada seorang jaksa di bawah kepemimpinan saya yang dapat diandalkan. Kami bisa mengurus segalanya untuk Anda. Masyarakat selalu mengkritik kejaksaan terlalu politis, serta menyelidiki asal-asalan. Anggap kasus putera Anda pun begitu, lalu... Kita selesaikan ini sebelum menjadi tidak terkendali. Itu terbaik untuk Geomsajangnim, juga kejaksaan ini."

"Masalahmu itu, aku merasa risau sekali. Kau memenjarakan seorang pria tak berdosa, dan menghancurkan citra kejaksaan kita. Lalu, sekarang kau berani bicara ini demi kebaikan kita semua? Aku pikir kau hanya tak tahu malu, rupanya kesadaran saja tak punya."

"Maafkan saya."

"Jangan minta maaf. Dunia memang dipenuhi orang-orang sepertimu."


Geomsajangnim melihat ke luar, dibawah ada banyak demonstran.

"Seorang jaksa yang memanfaatkan situasi krisis orang lain dan demonstran yang ingin menggulingkan pemerintahan. karena akarnya, Sang Presiden pun korupsi. Kalian semua bodoh dan tidak bisa melihat sesuatu dengan benar."


Geomsajangnim lalu memandang Bujangnim Oh. "Bukankah kau bilang seorang anak jatuh dari atap?"

"Ya."

"Stabilitas organisasi kita, tidak boleh goyah karena seorang anak sepertinya."

"Anda benar sekali."

"Buktikan padaku. Alasan kau harus kupertahankan. Jangan kuatir. Saya akan pastikan kasus putera Anda selesai dengan tenang."


Rombongan petinggi kejaksaan melewati Do Han. Do Han membungkuk dalam-dalam sekalian cari muka karena ada Geomsajangnim juga diantara mereka.

 
[10 Mei 2016]

Soo Ji dan ibunya menjenguk Yu Na tapi Yu Na tidak sadarkan diri.

"Karena Eomma tidak memenuhi janji, kau pasti masih marah. Tunggu sebentar, ya. Eomma akan menangkap pelakunya dan memastikan dia mendapat hukuman. Yu Na-ku harus bagun setelahnya, oke?"


Tapi kemudian kondisi Yu Na mendadak menurun. Dokter segera bertindak untuk merawat Yu Na.


Baik Soo Ji dan ibunya cemas menunggu dokter menstabilkan kondisi Yu Na.


Dokter keluar mengatakan kalau kondisi Yu Na sudah stabil. Ibu Soo Ji berterimakasih karenanya. Soo Ji bertanya, apa artinya Yu Na baik-baik saja sekarang?

"Ah, dia masih belum sadarkan diri, jadi hal seperti ini masih bisa terjadi. Kita tunggu dulu ia memenangkan pertarungannya (untuk membuka mata)." Jawab Dokter.


Soo Ji ijin ibunya untuk keluar, ia akan menangkap SHi Wan.

"Kali ini, aku harus memenuhi janjiku."

"Aku mengerti. Jaga dirimu. Yu Na... biar aku saja yang menungguinya di sini. Kali ini, aku tak akan lengah lagi."

"Ibu."

"Oh."

"Sampai ketemu."

"Ya."


Soo Ji ditemani Eun Joong mendatangi atap itu. Tapi Soo Ji kelihatannya tidak sanggup, maka Eun Joong menawarkan diri untuk memeriksa sendiri. Tapi Soo Ji pelan-pelan mendekati pembatas atap.

"Pukul 2.10 siang, Yu Na mengikuti Yoon Si Wan ke gedung ini. Tak butuh waktu lama, mereka sampai di atap ini."

"Tapi, kau bilang Yu Na takut ketinggian. Kenapa kira-kira dia mau mengikuti pemuda itu kemari?"


Soo Ji menemukan robekan gambar Yu Na, ada tulisannya "Ayah".

Kilas Balik...


Yu Na bertanya pada Soo Ji bagaimana wajah ayahnya. Di rumah tidak ada satupun foto kakeknya, tapi kenapa tidak ada juga foto ayahnya?

"Appa?" Soo Ji kelihatan sudah sekali menjawabnya.

"Lihat, 'kan? Ini sebabnya aku tidak pernah membicarakannya. Eomma dan Halmeoni sama-sama tak suka membicarakan Appa."

"Bukan begitu."

"Pembohong."

"Oh, Nenek memang tak menyukainya. Tapi Eomma tidak. Kau lihat Eomma, 'kan? Apa kelihatan seperti orang yang tak suka membicarakannya? Kau merindukan Appa?"

"Tidak, tak terlalu."

"Ish... dasar pembohong."

"Tidak, aku tanya karena Guru menyuruhku menggambar kedua orang tuaku. Aku bisa menggambar Eomma, tapi tak tahu penampilan Appa sama sekali."

Yu Na tidak tahu wajah ayahnya makanya tidak bisa menggambar. Soo Ji lalu memberitahu kalau wajah ayah Yu Na sama persis seperti wajah Yu Na.


Yu Na langsung bangun, ia akan menggambar wajah ayahnya dengan melihat wajahnya di cermin. Tapi Yu Na menghadapi masalah lagi, bagaimana caranya ia mengirim gambar itu pada ayahnya?

"Apa?" Soo Ji menjawabnya setengah mengantuk.


Oh, Yu Na tahu. Orang yang sudah meninggal itu pergi ke langit, 'kan? Kalau begitu, Ayah juga pasti ke sana.

"Eomma, aku... tahu cara  untuk mengirimkan ini pada Appa."

"Bagaimana?"

"Langit itu terlalu jauh, makanya petugas pos tak akan bisa ke sana. Tapi, pesawat pasti bisa."

Kilas Balik Selesai...


Soo Ji menyadari kalau bukan Shi Wan yang membujuk Yu Na tapi dirinya. Semua ini gara-gara dirinya.

"Ini karena aku berbohong padanya... bahwa ayahnya sudah mati, padahal sebenarnya hidup dengan sangat enak. Aku tidak mungkin mengatakan padanya pria itu telah membuang kami. Tapi, ini justru terjadi karenanya. Gara-gara kebohonganku." Sesal Soo Ji.


Soo Ji membayangkan bagaimana Yu Na mengikuti Shi Wan kesana.


Soo Ji juga teringat apa janjinya pada Yu Na.

Yu Na mengajak Soo Ji mengantarkan surat itu bersamanya saat hari anak, soalnya ia tak bisa melakukannya sendirian karena terlalu menakutkan.

"Janji, ya? Hum?"

"Ya, kita lakukan." Soo Ji menjawabnya sembari mengantuk.


Soo Ji sangat menyesal, makanya waktu itu Yu Na sangat marah padanya dan bersikukuh kalau ia melupakan janjinya.

"Jika saja aku tidak menjanjikan itu padanya... sekarang ini Yu Na..."

Eun Joong menengkan, Soo Ji sekarang harus fokus dulu menangkap Yoon Shi Wan. Melihat gambar yang disobek-sobek, Yu Na tidak mungkin melakukannya. Pasti ada alasan sampai Shi Wan menjadi marah kemudian merobek gambar serta mendorong Yu Na.

"Cobalah pikirkan. Apakah mereka pernah saling kenal sebelumnya?"

"Tidak mungkin Yu Na membuatnya marah."


Tapi kemudian Soo Ji ingat saat kegiatan sukarelawan, di situlah Shi Wan mengenal Yu Na. Soo Ji mengingat tatapan Shi Wan waktu itu, dia memelototinya.


"Tapi... tidak ada alasan sampai ia harus begini pada Yu Na-ku. Kenapa begini?!"

"Kalau begitu, pasti telah terjadi sesuatu hari itu. Kita harus menginvestigasi semua orang yang ada di sana."


Soon Ae menelfon, memberitahu kalau mereka menemukan rekaman CCTV yang Soo Ji maksud. Shi Wan keluar dari gedung itu pukul 2.45 siang, tepat setelah Yu Na jatuh.

Jin Ki gantian bicara, "Sunbae-nim, pemuda dalam CCTV itu juga dipastikan memang Yoon Si Wan. Aku mendapatkan foto ia bersama temannya. Dia sedang memakai baju dan tas yang sama dengan yang terekam CCTV."

Soon Ae merebut kembali telfonnya, "Kau dengar, 'kan? Kita investigasi bersama. Yoon Shi Wan itu, bawa dia kemari dan dudukkan di ruang interogasi."

"Ya, pasti."


Soo Ji menyampaikan pada Eun Joong bahwa sekarang Shi Wan harus mengikuti proses penyidikan dengan bukti-bukti yang ada.

"Bagus sekali. Selesaikan investigasinya secepat mungkin, lalu serahkan sisanya padaku. Aku yang akan mengakhiri dia. Tapi sampai saatnya tiba, kau harus tetap fokus."

Eun Joong menerima pesan dan ia bergumam mengumpat menyebut nama Do Han. Soo Ji bertanya ada apa tapi Eun Joong bilang bukan apa-apa dan ia pamit balik duluan.


Bujangnim Oh menyerahkan berkas kasus Yu Na pada Do Han. Ia berpesan kalau kasus itu adalah penentu masa depan mereka. Ia berjanji akan mengenalkan Do Han pada Geomsajangnim Yoon Seung Ro jika berhasil membereskan kasus itu.

"Ah, tentu saja. Bujangnim, saya mencintai Anda." Jawab Do Han.


Eun Joong mendadak masuk tanpa mengetuk pintu. Ia protes kenapa kasus Yu Na dulimpahkan pada Do Han.

"Teman satu ini memang tidak ramah. Ah, Kim Geomsa (Jaksa). Kau sedang bertemu Bujangnim kita, kau harus sopan." Tegur Do Han.

"Kau menginginkan kasusnya karena ini kasus puteranya Geomsajangnim. Setelah mencurinya, apalagi yang akan kau lakukan? Kau akan memanipulasinya agar Geomsajangnim menyukaimu?"

"Begitukah penilaianmu padaku?"

"Ya."

"Auh, kau bahkan tidak ragu. Hei, aku kecewa sekali, kawan. Aku melakukan ini untukmu."


Bujangnim Oh membela Do Han, semua yang dikatakan Do Han benar adanya. Bujangnim Oh mendengar kalau Eun Joong memiliki hubungan khusus dengan ibu Yu Na.

"Kudengar kau sering bertemu secara pribadi dengan dia. Itu sebabnya aku tidak bisa membiarkanmu menangani kasusnya."

"Entah apa yang sudah Jang Do Han katakan, tapi..."

"Aku dengar! Cintamu bertepuk sebelah tangan. Semua orang sudah mengetahuinya. Wanita itu saja yang tidak peka. Auh... kau membuatku patah hati juga, kawan." Sela Do Han.

Eun Joon memastikan, perasaan pribadi tidak akan ia campurkan dengan pekerjaan. Do Han lagi-lagi ikut campur, apakah ikut berkeliaran membagi selebaran bukan mencampurkab perasaan pribadi?

"Biarkan saja dia yang mengambil alih sebelum orang lain bergunjing lebih jauh." Keputusan Bujangnim Oh.


Do han mendekati Eun Joong, ia berjanji akan melakukannya dengan baik, jadi Eun Joong cukup percaya kepadanya saja.


Soo Ji mendatangi rumah Shi Wan. Ia menunjukkan bukti yang ditemukan Jin Ki pada Nyonya Park karena kemarin berkata tidak mengenali puteranya dalam foto blur itu. Nyonya Park tampak terkejut melihatnya.


Shi Wan keluar, mengatakan kalau ia memang akan ke kantor polisi sekarang. Ada yang ingin ia katakan. Ia akan mengatakan semua yang ingin Soo Ji tahu.


Shi Wan diinterogasi dengan didampingi ibunya dan seorang pengacara, dimana Soon Ae yang bertugas melakukan interogasi. Soon Ae menanyakan alasan Shi Wan bohong sebelumnya.

"Aku hanya merasa bersalah tidak bisa mencegah insiden itu."

"Bisa jelaskan bagaimana insiden itu terjadi?"

"Hari itu adalah hari anak. Aku bertemu Yu Na dalam perjalanan menuju panti sosial untuk melakukan kegiatan sukarelawan. Dia tanya padaku tempat paling dekat dengan langit. Aku jawab bahwa itu atap gedung tertinggi di sana. Dia ingin aku ikut. Aku merasa berbahaya kalau dia pergi sendiri, maka aku menemaninya. Tapi, bagaimanapun aku mencoba menghentikan dia... ia berkeras memanjat pembatas, lalu tergelincir. Dia langsung jatuh tanpa aku bisa menolongnya." Shi Wan mengatakan itu semua dengan berkaca-kaca.


Soo Ji di ruang kontrol tahu pasti kalau Shi Wan berbohong. Sementara Soon Ae terus memanyainya, Yu Na itu takut ketinggian bahkan tak pernah mau ke atas atap. Tapi Shi Wan bilang, Yu Na memanjat dinding pembatas atas keinginan sendiri?

"Dia ingin mengirimkan surat untuk ayahnya yang sudah tiada. Itu sebabnya, dia memaksakan diri meski memiliki fobia."

"Tapi, suratnya ditemukan robek."

"Itu... Yu Na yang melakukannya."

"Jadi, seorang anak yang takut akan ketinggian itu mendadak merobek sendiri surat buatannya?"

"Dia menangis, mungkin teringat ibunya. Ibunya berjanji akan menemani dia, tapi kemudian ingkar. Dia merobeknya dan berkata membenci baik ayah maupun ibunya."


Soo Ji tak bisa lagi diam di sana, ia menerobos masuk ruang interogasi, ia bertariak kalau Yu Na tidak mungkin berkata begitu. Ia memaksa Shi Wan mengaku telah mendorong Yu na lalu merobek suratnya.

"Kenapa kau melakukannya? KENAPA?!"

"Kenapa juga aku melakukannya pada Yu Na? Aku... merasa kasihan padanya. Dia tumbuh tanpa tahu... siapa ayah kandungnya. Aku hanya bersikap baik padanya."

"Lalu, kenapa Yu Na begitu takut padamu? Saat melihat rekaman CCTV dimana wajahmu tampak, Yu Na ketakutan dan berkata... kau telah mendorongnya."


Pengacara menunjukkan hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan argumen Yu Natersebut tidak sesuai dengan kondisi pasien.


"Yu Na terluka parah, kemudian meninggal, itu yang kudengar. Maafkan aku." Ucap Shi Wan tulus.

Soo Ji histeris sampai menarik baju Shi Wan, "Kenapa juga dia mati? Kenapa Yu Na-ku harus mati?"

Untung detektif yang lain cepat tanggap untuk memegangi Soo Ji.


Nyonya Park angkat bicara, ia menyuruh semuanya dihentikan. Ia menegur Soo Ji yang mengancam dan menakuti seorang anak di bawah umur. Dengan kondisi seperti itu, ia tidak memberi izin puteranya untuk diinterogasi.

Nyonya Park mengajak Shi Wan pergi tapi Soon Ae menghalangi karena interogasinya belum selesai. Soon Ae memrintahkan yang lain untuk segera membawa Soo Ji keluar.


Sementara itu, Shi Wan menunduk dan tersenyum sebentar tapi Soo Ji melihat semua itu. Soo Ji ingin mendekati Shi Wan lagi tapi rekannya menghalangi.


Lalu Soo Ji mendapat telfon dari Rumah Sakit Yu Na. Airmata Soo menggenang.


Eun Joong buru-buru datang ke rumah sakit, disana ia bertemu dengan Byung Jae dan Jin Ki.


Soo Ji bicara pada Yu Na, harusnya Yu Na menunggu lebih lama lagi. Kali ini, sungguh... janjinya akan ia penuhi.


Soo Ji lebih mendekati Yu Na, "selama ini menunggu Eomma... pasti Yu Na merasa lelah. Kau akan baik-baik saja sekarang. Kau sangat cantik, puteriku." Dan Soo Ji tak bisa lagi menahan airmatanya untuk jatuh. Ruangan itu pun dipenuhi suara isak tangis.


Ternyata Do Han juga ada di sana menyaksikan semuanya, matanya berkaca-kaca. Tapi sedetik kemudian ia ceria kembali saat menelfon BujangnimOh bahwa semua nya beres, saksi satu-satunya meninggal dunia.

 
[12 Mei 2016]

Geomsajangnim dikerumuni reporter yang menanyakan kebenaran mengenai tuduhan pada puteranya.

Do Han mengambil alih, ia bicara keras pada reporter bahwa ia adalah jaksa yang bertanggung jawab dan ia yang akan menjelaskan semuanya.


Do Han berkata lantang pada semua reporter, "Menurut penyelidikan, tidak ditemukan saksi maupun bukti. Juga tidak ditemukan motif pembunuhan. Ia tidak akan ditahan atas kasus yang merupakan kecelakaan, bukan pembunuhan ini."

Selama itu, Geomsajangnim Yoon memperhatikan Do Han.


"Kau berbohong!" Teriak Soo Ji yang baru datang dengan membawa foto Yu Na. "Puteriku... telah dibunuh."

Semua reporter gantian mengerubungi Soo Ji. Soo Ji bicara dengan sangat tegas, "Kepala Kejaksaan Seoul, Yoon Seung Ro, puteranya... adalah si pembunuh."


Do Han menimpali pernyataan Soo Ji, ia turut berduka cita. Tapi, bukan berarti Soo Ji berhak menyalahkan seorang pelajar lugu yang masih memiliki masa depan cerah.


Soo Ji berkata lagi, "Orang-orang sepertimu... tidak layak menjadi jaksa. Bahkan tanpa bukti... maupun saksi, Yoon Shi Wan jelas pembunuhnya. Puteramu itu adalah pembunuh!"


Geomsajangnim meminta petugas keamanan untuk membawa Soo Ji keluar karena sudah membuat rusuh. Soo Ji tetap bersikukuh kalau Shi Wan adalah pembunuh puterinya, ia melawan dan menyebabkan foto yang ia bawa jatuh.


Eun Joong datang saat itu, meminta petugas keamanan melepaskan Soo Ji. Soo Ji lalu mengambil foto Yu Na dan memluknya sambil menangis. Anehnya, Do Han lagi-lagi berkaca-kaca melihat Soo Ji seperti itu.


>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search