Sumber Gambar dan Konten dari jtbc
Sinopsis Solomon's Perjury Episode 8 Part 2
Ji Hoon akan masuk ke akun Jeong-pa di laptopnya tapi password-nya salah terus. Ia ingat So Woo malamitu setelah berkelahi dengan Woo Hyuk, ia menghubungkannya dengankesaksian Sung Min tadi.
Ji Hoon menyambut kepulangan ayahnya. Pak Han bertanya soal wajah Ji Hoon yang lebab. Ji Hoon berbohong kalau ia kena pukul saat main baket. Ji Hoon lalu mengajak ayahnya makan, ia yang akan menyiapkannya.
Pak Han memuji masakan Ji Hoon yang enak, kayaknya Ji Hoon sudah siap menikah. Pak Han akan masuk duluan karena ada yang harus didelesaikan tapi Ji Hoon memanggilnya.
"So
Woo... ayah pernah bertemu berdua saja dengan dia?"
Pernah. Pak Han mengakui ia bertemu So Woo setelah perkelahiannya dengan Woo Hyuk. Karena So Woo anak yang istimewa untuknya, ia khawatir jadi langsung menemuinya setelah diberitahu.
"Mungkin...
ini agak keterlaluan, tapi... orang yang ingin ditemui oleh So Woo... apakah
itu Ayah?"
Pak Han
membantahnya, ia juga kaget saat mendengar pengakuan Sung Min tadi. Kedengaran
seolah So Woo sengaja berkelahi agar bisa bertemu dengannya. Tapi, itu tidak
masuk akal. enapa juga dia harus bertemu dengannya dengan cara seperti itu?
"Dia
sering datang kemari, ayah sering bertemu dia sebanyak ayah bertemu denganmu.
Bukan begitu? Kau berpikir terlalu jauh. Jangan terlalu mencemaskan segala
sesuatu dalam olah perkara itu."
"Lalu... hanya itu? Apakah hanya itu yang terjadi antara ayah dan So Woo?"
"Ya.
Hanya itu." Padahal pak Han pernah bertemu So Woo lagi di sungai Han dan menamparnya.
Pak Han akan
bekerja dan menyuruh Ji Hoon juga istirahat.
Pak Han menandatangani Amandemen Peraturan Sekolah yang baru, isinya adalah mengenai kepala sekolah yang berhak mengeluarkan murid jika:
1. Pemberi
imbas buruk pada sekolah.
2. Memimpin
aktifitas kelompok yang tidak diijinkan.
Seo Yeon sedang bersantai, tiba-tiba Kakaknya So Woo (Tae Woo) menelfon.
Seo Yeon datang ke rumah So Woo bersama Yoo Jin dan Soo Hee. Yoo Jin takut sekali, ia tidak tahu harus berkata apa, atau bahkan harus menatap kemana! Apakah ia harus duduk? Atau tetap berdiri saja?
"Tata
krama tidak serumit itu." Jawab Soo Hee.
Seo Yeon
menyuruhnya untuk tetap diam saja itu sudah cukup. Tidak perlu gugup. Tae Woo
menghubungi mereka duluan dan mengatakan ada sesuatu yang ingin ditunjukkan.
Mereka hanya melakukan sesuai tugas sebagai Jaksa.
Tak berapa
lama kemudian Tae Woo membukakan pintu gerbang dan membawa mereka ke kamar So
Woo.
Tae Woo memberikan telfon rumah pada Seo Yeon. Jelas Seo Yeon tak mengerti maksudnya. Tae Woo juga tak mentangka So Woo memiliki itu. Tapi ibu mereka bilang sebulan sebelum So Woo meninggal, So Woo minta telepon diletakkan di kamarnya, jadi ibu memberikannya. Ibu juga tidak pernah melihat dia memakainya, lalu melupakan hal itu.
"Tapi..
kemarin, aku menemukan catatan sejumlah panggilan aneh di telepon itu.
Seseorang menelepon So Woo di malam Natal. Lima kali.
Seo Yeon
bertanya apakah Tae Woo tahu siapa orangnya. Tae Woo tidak tahu, ia mencoba
menelepon balik nomor itu, tapi tidak ada yang menjawab. Ia merasa aneh
karenanya.
"Biar
aku tulis dulu. 02 514 5887." Ujar Seo Yeon.
Mereka keluar dari rumah So Woo. Yoo Jin bicara, natal berarti saat So Woo meninggal. Panggilan telepon entah darimana! Lima kali!
"Lebih
menakutkan lagi, tidak ada yang menjawab saat ditelepon balik. Seolah Hantu
yang menelepon." Jawab Soo Hee
Seo Yeon
menganalisa, semua nomor dimulai dengan "02" berarti bukan nomor
ponsel, tapi telepon rumah. Soo Hee menabak, Pesan antar? Petugas bank?
Seo Yeon
menyangkalnya, beberapa panggilan hanya 1 menit, lainnya selama 20 menit. So
Woo tidak mungkin bicara selama itu dengan orang asing. Dan... panggilan
terakhir dilakukan pukul 11 malam. Tepat sebelum dia meninggal!
Soo Hee kesal, ia minta nomornya saja biar ia telfon sampai ada yang menjawab, lihat saja siapa yang menang. Yoo Jin meminjam ponsel Soo Hee, ia menghubungi layanan operator telfon berbohong kalau ada seseorang terus menghubunginya menggunakan nomor asing.
Yoo Jin
membacakan nomornya dan kata petugas itu adalah nomor telfon umum di
Bangbae-dong.
"Tunggu... Saat Natal, seseorang... menelepon Lee So Woo. Tapi... siapa?" Gumam Seo Yeon.
Seo Yeon dan yang lain datang ke kantor polisi untuk bertemu detektif Oh. Seo Yeon memberikan catatan panggilan telfon So Woo. Detektif Oh mengaku kalau ia tidak pernah melihat itu saat investigasi.
"Dia
meminta telepon rumah di kamarnya. Aku mendapatkan nomor itu dari sana."
Jelas Seo Yeon.
"Kalau
begitu, saat malam Natal, dia pasti berbicara dengan seseorang melalui
telepon." Kesimpulan detektif Oh.
Lalu
Detektif Oh bertanya, sudah mencoba menghubungi nomor itu. Sudah, dan kelima
nomor itu adalah telfon umum semua, itu sebabnya mereka datang.
"Aku
tidak tahu bagaimana cara memproses informasi ini, bahwa seseorang menelepon So
Woo lima kali dari telepon umum, pada hari dia tewas."
Detektif Oh
balik bertanya, bagaimana menurut mereka sebagai jaksa. Seo Yeon berpikir, mungkin Choi Woo Hyuk yang menelepon Lee So
Woo menggunakan telepon umum dan menyuruhnya ke atap sekolah. Jika seperti itu,
bisa dimengerti alasan tidak ada catatan panggilan baik di ponsel So Woo maupun
milik Woo Hyuk.
"Choi Woo Hyuk merencanakan ini karena sudah menduga nantinya akan dilakukan investigasi? Eum... aku tidak merasa dia tipe seperti itu. Dia cukup impulsive, berbahaya dengan sikap agresifnya." Jawab detektif Oh.
"Mungkin
saja tidak begitu. Bagaimana kalau Choi Woo Hyuk memang merencanakan pembunuhan
Lee So Woo sejak awal?" tanya Yoo Jin.
Detektif Oh
menggeleng. Ia bicara pada Seo Yeon, memang lima panggilan telepon itu
mencurigakan. Tapi, bukan berarti bisa langung menghubungkan dengan Woo Hyuk
sebagai jawabannya. Keputusan terburu-buru seperti itu, bisa membuat kelihatan
pandangan terhadap hal terpenting dari bukti yang ada.
Seo
Yeon mengerti. Ia akan berhati-hati.
Tapi detektif Oh kagum karena mereka bisa menemukan sesuatu yang tidak ia
ketahui. Perlu usaha keras untuk mengungkapkan misteri di baliknya, butuh
bantuan?
Seo Yeon
menolaknya, mereka akan berusaha sendiri, ia berterimakasih karena detektif Oh
sudah mau meluangkan waktunya.
Ibunya Woo Hyuk (Nyonya Choi) datang ke sekolah, ia ingin bertemu dengan pengacara putranya, Ji Hoon.
Nyonya Choi menegur Ji Hoon yang membiarkan Woo Hyuk benar-benar dipermalukan di ruang sidang kemarin. Apakah Ji Hoon meminta WOo Hyuk datang ke sana untuk dipermalukan?
"Setiap
kata yang diucapkan gadis saksi itu tidak benar, dia itu sakit mental. Si Dong
Hyun yang tidak tahu terima kasih itu juga menusuk Woo Hyuk dari belakang.
Siapa lagi kemarin? Bagaimana bisa mereka membawa anak yang sudah berdamai
dengannya tahun lalu? Menjengkelkan sekali, aku tidak tahan!"
Malam itu
Woo Hyuk... tidak berada di sekitar sekolah. Dia tidak menemui So Woo. Nyonya
Choi melepas kacamatanya menunjukkan lenan dimatanya. Ia mengakui kalau ia
dipukuli ayah Woo Hyuk jadi saat itu Woo Hyuk mengantarnya ke UGD.
"Ini... tidak akan pernah dikatakan sendiri oleh Woo Hyuk. Suamiku mengancam kami dengan mengatakan akan menghajarku lagi jika Woo Hyuk buka mulut soal malam itu. Itu sebabnya, dia tidak mengatakan apa-apa meskipun masalah menjadi serumit ini. Dia takut aku akan dihajar lagi."
Nyonya Choi
bersedia bersaksi. Woo Hyuk tidaklah bersalah, ia akan membuktikan hal itu. Ji
Hoon menjawab kalau ia yang akan mengatasi hal itu jadi nyonya Choi tidak perlu
datang.
"Anda
akan berada dalam bahaya jika sampai buka suara."
Nyonya Choi
tidak peduli meski akan dipukuli sampai mati. Jika ia bisa mengakhiri kekacauan
ini, ia tidak akan ragu. Ia sudah tidak tahan lagi!
"Tolong
bersabarlah sedikit, demi Woo Hyuk! Choi Woo Hyuk salah dituduh sebagai
pembunuh. Tapi, dia mencoba bersabar sampai sekarang demi Anda. Aku mengerti
perasaannya, maka aku akan mengurusnya. Aku tidak ingin menyeret Anda dalam
masalah ini."
"Kau
ingin aku tetap diam dan menonton saja?"
"Bukan
Anda yang kami butuhkan, tapi pria itu. Pria yang datang ke rumah kalian pada
malam itu. Pria seram dengan luka di wajahnya? Dia bahkan masuk ke kamar Woo
Hyuk. Tolong katakan padaku. Itu cara untuk membuktikan Woo Hyuk tidak
bersalah, bukan dengan pengakuan Anda ataupun Woo Hyuk! Anda bisa mengakhiri
kehidupan mengerikan itu juga dengan cara ini! Bersembunyilah di
belakangku."
Nyonya Choi
menatap tajam Ji Hoon.
Tim jaksa mengubjungi setiap telfon umum yang menelfon So Woo sebulan sebelum meninggal dan salah satunya ada di depan kantor polisi.
Yang terakhir adalah saat digunakan pada hari natal, Percakapan sepanjang 20 menit. Mereka melihat sekeliling dan ada toko di depan telfon umum itu.
"Kita
coba ke sana." Ajak Seo Yeon.
"Tokonya
sudah tua sekali, kurasa mereka tidak akan punya CCTV." Ujar Yoo Jin.
"Bukan
untuk rekaman CCTV, tapi Kakek itu (pemilik toko)!"
Mereka masuk ke dalam. Kakek berkata kalau mereka tidak perlu membeli barang yang tidak mereka perlukan. Yoo Jin terkejut, apa kakek bisa membaca pikiran.
"Kami
murid dari SMA Jeong-guk. Anda sudah melihat kami dari tadi?"
Kakek
membenarkan, Seo Yeon merasa kalau kakek bisa melihat dengan jelas apa yang
terjadi di telfon umum itu. Terutama, jika seorang pelajar berdiri di depan
telepon umum, mungkin Kakek lebih ingat lagi.
"Ya,
benar. Sebab, mereka mungkin tidak tahu cara memakai telepon umum. Dan kalian,
berkumpul di depan telepon itu, tentu membuatku penasaran."
Umh.. kakek
ingat, kalau murdi SMA Jeong-guk berarti yang terlibat dalam olah perkara
terbuka itu. Seo yeon membenarkan. Kakek bertanya, mereka dipihak mana? Jaksa
atau pembela?
"Jaksa."
"Ah,
apa yang harus kulakukan... Hal yang kuketahui mungkin tidak akan membantu
pihak Jaksa."
"Apa
maksud Anda?"
Pada malam Natal itu, di saat salju lebat, seorang murid laki-laki menelepon dari sana. Kelihatannya, terjadi sesuatu. Kakek tanya beberapa kali padanya apa dia baik-baik saja. Dia bilang baik-baik saja, dan bilang terima kasih. Lalu, keesokan harinya... kakek menonton berita kalau seorang murid dari SMA Jeong-guk melompat bunuh diri. Kakek mengira dia murid yang ia lihat pada malam sebelumnya itu.
"Kenapa? Dia mengatakan sesuatu?" Tanya Yoo Jin.
Tidak, dia
tidak mengatakan hal yang aneh. Hanya saja, kakek agak merinding. Dia menangis
terisak. Kakek belum pernah melihat seorang anak menangis seperti itu seumur
hidup! Wajahnya muram sekali.
"Kalau
begitu, bisakah... Anda memeriksa foto-foto ini? Apa mungkin dia yang
datang?" pinta Seo Yeon.
Kakek melihat semua foto yang disodorkan Seo Yeon. Tapi kakek tidak tahu yang mana, entah karena ini hanya berupa foto atau kakek yang tidak bisa mengingat dengan baik.
Seo Yeon
mengerti dan berterima kasih.
Soo Hee bertanya, apa mereka semua terlihat mirip. Yoo Jin menjelaskan kalau itu wajar, sudah 3 bulan lamanya hanya seorang jenius yang masih bisa mengingatnya!
"Tidak.
Kakek itu bilang kalau belum pernah melihat anak yang berekspresi seperti itu.
Jelas bahwa si Kakek mengingat wajah anak itu. Kemungkinan, anak yang datang
bukan salah satu dari foto itu."
Seo Yeon
menyarankan untuk memberitahu pihak pengacara soal penemuan ini. Soo Hee tidak
setuju, kan mereka yang bersusah payah.
Seo Yeon
menjelaskan kalau mereka belum punya cukup informasi. Namun, mereka tidak bisa
mengabaikan bukti ini begitu saja.
"Kita
diskusikan bersama dan tentukan bukti ini sebaiknya dikeluarkan pihak mana.
Bagaimana kalau rapat besok?"
Soo Hee dan
Yoo Jin mengangguk lemas.
Ji Hoon menulis soal alibi Woo Hyuk yang mengantar ibunya ke UGD. Woo Hyuk tidak bisa mengatakan apapun dan pria yang silihatnya saat tidur.
Terakhir ia
menulis "Pelaku Kebakaran" (3x).
Ji Hoon datang ke kantor polisi menemui detektif Ko, detektif Oh juga ikut bicara dengan mereka. Ji Hoon datang untuk membicarakan soal kebakaran itu. detektif Ko yakin kalau Ji Hoon sudah tahu, ia tidak bisa mengatakan apa-apa soal itu.
"Saya
kemari bukan untuk mengorek informasi dari Anda. Dengan fakta bahwa tim
penyelidik keuangan bertanggung-jawab atas kasus kebakaran, saya sudah bisa
memastikan sesuatu."
Detektif Ko
tersenyum, ia tidak tahu kepastian apa itu, tapi kasus ini tidak ada
hubungannya dengan olah perkara.
"Dari
luar memang kelihatan begitu. Tapi... terdapat bukti penting bahwa kasus
kebakaran dan kasus Lee So Woo memiliki keterkaitan. Ada seseorang yang dapat
menjadi tersangka, sekaligus saksi di saat bersamaan."
"Bisa kau jelaskan lebih rinci? Apa maksudmu?" Pinta detektif Oh.
Pada malam
Natal, ada tamu yang datang menemui Tuan Choi. Dia memiliki bekas luka besar di
wajahnya. Spesialis Pelaku Kebakaran. Detektif Ko terkejut, darimana Ji Hoon
mendengarnya.
"Anda
juga tahu, informan harus dirahasiakan." Jawab Ji Hoon.
Kalau
begitu, tidak ada landasan jelas! detektif Ko tidak bisa memercayainya. Ji Hoon
tidak meminta detektif Ko memercayainya. Ia hanya mengatakan faktanya.
"Bukti
apa yang kau punya hingga menyebutnya sebagai fakta?"
"Choi
Woo Hyuk. Pelaku itu sempat masuk kamar Woo Hyuk. Dengan kata lain, dia
merupakan saksi yang dapat membuktikan alibi Choi Woo Hyuk. Choi Woo Hyuk juga
saksi yang dapat membuktikan tindak kriminal pelaku tersebut. Itulah yang saya
pikirkan."
"Ada
banyak celah di dalamnya. Mungkin, dia bisa membuktikan Woo Hyuk berada di
rumah pada hari kematian So Woo. Tapi fakta dia datang ke rumah Tuan Choi tidak
membuktikan tindak kriminalnya. Toh, kebakarannya tidak terjadi pada malam
itu."
"Tapi,
cukup untuk mengasumsikan pembicaraan mereka, dan mulai menginvestigasinya
sebagai tersangka. Maaf kalau saya lancang. Tapi, saya benar-benar ingin
membuktikan Woo Hyuk tidak bersalah. Dia satu-satunya saksi kunci."
Detektif Ko menyimpulkan, Kasus ini adalah kasus kriminal sungguhan. Seorang pelaku pembakaran yang telah membunuh orang, dia dibutuhkan sebagai saksi dalam persidangan sekolah?
Ji Hoon
membenarkan. Detektif Ko merasa janggal, kenapa Ji Hoon berusaha keras sekali.
Ia dengar sedikit dari Seo Yeon. Tapi, Ji Hoon sangat mencurigakan. Apa
motifnya di balik olah perkara ini?
"Saya merasa
bertanggung-jawab." Ji Hoon keceplosan, "Maksud saya, sebagai
Pengacara terdakwa, saya merasa bertanggung-jawab."
Detektif Oh bertanya pada Detektif Ko, Spesialis Pelaku Kebakaran? Pelaku pembakaran profesional yang terkenal itu, kan? Detektif membenarkan, Sejujurnya, ia sangat terkejut. Bagaimana Han Ji Hoon bisa mengetahui sosoknya?
Detektif Ko
masuk duluan, ia meminta catatan panggilan Tuan Choi pada detektif lainnya.
Saat makan, Ibu melihat Wajah Seo Yeon aneh lagi, kelihatannya Seo Yeon begadang lagi.
"Kau
mematikan pemanas elektrikmu? Supaya tidak ketiduran?"
Seo Yeon
membantahnya,bukan begitu hanya saja banyak yang ia pikirkan.
Adik Soe
Yeon yang satu merasa kakaknya beruntung sekali, punya waktu untuk berpikir!
Sementara ia harus tidur sepulang sekolah, sempat belajar hanya sebentar.
"Aku
orang yang paling sibuk di keluarga ini!"
"Omong
kosong! Kau hanya tukang nyontek PR-ku!" Bantah yang satunya lagi.
"Aigoo...begitukah?
Kau orang paling sibuk di keluarga ini? Kau pasti sangat lelah! Kalau begitu,
makanlah lebih banyak lagi." Ujar Ibu.
Ayah pulang padahal ibu kira ayah lembur. Ayah mengatakan kalau kasusnya sudah selesai tapi ia mendapat kasus baru.
Seo Yeon bicara pada ayahnya. Kasus ayahnya, apakah kasus kebakaran di rumah Choi Woo Hyuk?
"Akan
segera selesai, kok. Jangan kuatir." Jawab Ayah.
Seo Yeon tak
mengerti, apanya yang akan segera selesai tapi ayah tidak menjelaskannya lebih
jauh.
Detektif Ko menangkap Tuan Choi, Woo Hyuk mengikuti mereka samoai ke parkiran.
"Kalian
melakukan kesalahan besar! Kalian tahu siapa aku? Kalian menangkapku? Bawa
buktinya padaku!"
Detektif Ko
mengatakan kalau Chang Young Hwa sudah bersaksi. SiSpesialis Pelaku Kebakaran.
Tuan Choi mengelak mengenal dia. Tapi Detektif Ko tak percaya dan tetap membawanya.
Detektif Ko melihat Woo Hyuk yang frustasi.
Woo Hyuk bertanya pada ibunya apa yang terjadi sekarang ini. Ibunya malah mengajaknya masuk ke rumah. Woo Hyuk menahannya, ayahnya dibawa ke kantor polisi, ia meminta ibunya untuk melakukan sesuatu.
"Dia
layak mendapatkannya."
"Ibu!"
"Ada
banyak hal yang harus Ibu lakukan mulai sekarang. Kau di rumah
saja."
Seo Yeon menunjukkan catatan panggilan So Woo. Pukul 7 malam di hari Natal, seseorang terus menelepon Lee So Woo dari telepon umum. Dia menelepon sebanyak lima kali.
"Lalu?
Kau sudah tahu siapa orangnya?" Tanya Ji Hoon.
Tidak, tapi
mereka punya saksi, seorang Kakek yang memiliki toko di seberang telepon umum.
Kakek itu melihat seorang murid lelaki menangis sambil menelepon di sana, pukul 11 malam di hari Natal itu.
Beliau bahkan menanyai anak itu baik-baik saja atau tidak.
"Kau sudah menunjukkan beberapa foto padanya? Termasuk foto mereka yang tidak berhubungan." Ujar Min Suk.
"Kami
sudah melakukannya! Tapi, beliau tidak tahu." Jawab Soo Hee.
Seo Yeon
awalnya mengira itu Choi Woo Hyuk. Tapi, setelah mendengar cerita Kakek itu, ia
rasa bukan dia. Seseorang... Seseorang yang tidak kita kenal... terlibat dalam
kasus Lee So Woo.
Ji Hoon mendapat telfon dari seseorang dan ia sangat terkejut, "KAU DIMANA?" Selanjutnya Ji Hoon buru-buru pergi. Ji Hoon mengatakan pada yang lain kalau Woo Hyuk ingin keluar dari olah perkara.
Joon Young
panik dan memilih mengikuti Ji Hoon.
Mereka akhirnya menemukan Woo Hyuk. Woo Hyuk sampai heran, bagaimana mereka bisa menemukannya di sini. Joon Young bertanya alasan Woo Hyuk tiba-tiba begitu, toh persidangan mereka sudah berjalan lancar!
"Apanya
yang lancar? Tidak lihat aku dipermalukan di persidangan kemarin? Aku tidak
butuh itu. Hidupku sudah hancur."
Ji Hoon
menyela, hidupnya tidak akan hancur hanya karena ayahnya tidak ada. Woo Hyuk
tambah heran, bagaimana Ji Hoon mengetahuinya.
"Ibumu
meneleponku."
"Kenapa
kau berhubungan dengan Ibuku? Apa kau... sudah kubilang padamu untuk tidak
melibatkan dia! Kau mau mati?"
Ji Hoon menjelaskan kalau Nyonya Choi datang duluan, mengatakan ingin memberi kesaksian. Woo Hyuk kesal, seharusnya Ji Hoon menolaknya. Ji Hoon sudah melakukannya tapi Nyonya Choi menceritakan peristiwa malam itu dan ia menelepon polisi.
"Apa maksudmu?
Kalau begitu, ayahku ditahan gara-gara kau?"
Ji Hoon
membenarkan. Woo Hyuk langsung menghadiahinya sebuah tinju sampai ia
tersungkur. Joon Young mencoba menahan tapi ia kalah kuat. Woo Hyuk menarik
bangun Ji Hoon.
"Kau
pikir siapa kau? Beraninya ikut campur urusan keluargaku! Kau pikir kau
pengacaraku sungguhan hanya karena olah perkara gila ini? Kau pikir kau siapa?
Beraninya melakukan itu pada Ayahku?"
"Karena
dia sengaja membakar rumah itu! Dia menyebabkan anggota keluarganya sendiri
meninggal! Kau tidak membutuhkan orang seperti itu dalam hidupmu!"
"Diam
kau! Tahu apa kau tentang aku? Tahu apa kau soal perasaanku?"
Ji Hoon mendorong Woo Hyuk. Ia sangat tahu, ia tidak menginginkannya, tapi ia mengetahuinya dengan jelas! Ji Hoon kemudian membuka bajunya, menunjukkan bekas luka ditubuhnya.
Lengan kanan
ada bekas luka akibat aku dipukul dengan botol kaca. Di bawah leher akibat ia
tertimpa meja makan! Ada juga luka sundutan rokok!
"Di
punggungku, pinggang, dan kakiku! Ada banyak bekas luka akibat dicambuk dengan
sabuk! Kau pikir... aku masih tidak memahami perasaanmu?"
Ji Hoon mulai mewek, "Ayah kandungku! Memukuli ibuku sampai mati, tepat di depan mataku! Kau masih... mengira aku tidak memahaminya?"
Ji Hoon
mengungkapkannya penuh emosi, berarti ia membuka kembali luka yang sudah
dikuburnya dalam-dalam.
>
4 komentar
HAAA GILAAA dari awal drama ini terkesan biasa, tp jalan cerita, alur, akting aktornya luar biasa keren bgtt huaa mau nangis sampe disinii.. semangat yaa nulis sinopsisnyaa
lanjutin dong dramanya mbak,,:-)
Banyak banget yang bisa di curigai 😣😣
lanjut terusss 👍👍👍
EmoticonEmoticon