Hwan Gi berlatih di depan cermin, "Secara tidak sengaja, saya akhirnya... melukai seseorang. Saya mengakui hal yang tidak dapat saya sangkal. Saya merenungkannya. Saya minta maaf."
Ketua Tim dan dua yang lain menyiapkan konferensi pers. Semenyara Sun Bong, Ro Woon, Yoo Hee dan yang lain cuma menonton. Yoo Hee bertanya, mungkinkah dia akan datang. Sun Bong menjawab tidak akan.
"Siapa?" Tanya Ro Woon.
"Hantu
Lantai Atas. Monster yang bersembunyi di balik tudung hitam." Jawab Yoo
Hee.
Ro Woon
mengharuskan Hwan Gi datang, harus meminta maaf langsung. Kalau tidak, berarti
tidak tulus. Yoo Hee menjelaskan, menjadi pewaris pemilik perusahaan itu
memberikan hak untuk tidak pernah meminta maaf.
"Selalu
pihak lemah yang melakukannya. Berkat kekacauan yang dibuat atasan kita, lihat
berapa banyak staf yang dibuat sibuk karenanya." Kesal Sun Bong.
Ro Woon
mengatakan, belakangan ini sedang tren CEO meminta maaf langsung tidak peduli
sekecil apa pun masalah yang muncul.
"Dia
itu kuno. Dia tidak tahu soal tren." Jawab Yoo Hee.
"Tidak
mungkin. Dia pasti muncul kalau dia memang manusia." Ro Woo tak percaya.
Sun Bong
mengatakan kalau Hwan Gi itu bukan manusia. Yoo Hee melanjutkan kalau Hwan Gi
adalah zombie.
Saat menuju tempatkonfrensi Hwan Gi terus berlatih penjelasannya. Tapi saat melihat orang yang begitu banyak ia mulai gugup.
"Aku
bisa melakukannya. Harus. Aku bisa melakukannya."
Saat ia semakin dekat tiba-tiba Woo Il mendorongnya menjauh, Kenapa kesana. Hwan Gi menjelaskan kalau ia akan minta maaf langsung pada semua orang. Woo Il panik, ia mengajak Hwan Gi mengikutinya.
Ro Woon
melihat ada orang berjas menghilang dibalik tembok tapi ia tidak
menghiraukannya.
Woo Il tidak mengerti kenapa Hwan Gi keras kepala. Hwan Gi merasa Woo Il sudah begutu banyak melindunginya, jadi sekarang akan ia lakukan sendiri.
"Pada
kondisi seperti itu? Apa yang sedang kau pikirkan?"
Hwan Gi akan
mengakui kesalahanku dengan jujur. Woo Il mengingatkan, hal itu mungkin akan
mengungkit peristiwa tiga tahun lalu. Apa Hwan Gi akan menceritakan soal itu
juga?
"Ternyata
itu yang kau takutkan." Kata Hwan Gi.
Woo Il mengalihkan topik, apa Hwan Gi bahkan pernah keruangannya. Dibandingkan ruangan Hwan Gi, miliknya mirip kandang Anjing.
"Yaa!
Kang Woo Il."
"Tapi,
aku tidak peduli."
Orang-orang
mengatakan padanya bahwa ia tidak perlu bekerja keras demi temannya yang kaya
raya karena pada akhirnya uang itu tak akan jadi miliknya. Semua uang itu pada
akhirnya milik Sang CEO Hantu. Tidak peduli apa pun yang mereka katakan, ia
selalu mencoba membuat segalanya menjadi mudah untuk Hwan Gi dan menutupi
kelemahan Hwan Gi.
"Sama
seperti kau menutupi rahasiaku."
Hwan Gi
memastikan, Peristiwa tiga tahun lalu akan tetap jadi rahasia. Jadi, biarkan ia
bicara langsung pada mereka. Woo Il heran karena Hwan Gi berubah drastis.
"Aku
harus melakukan itu agar dapat mengakhirinya."
Woo Il
membentak, tidak akan ada yang berakhir. Ia berani jamin itu. Percayalah saja
padanya! Tapi tetap saja Hwan Gi mau mencoba.
"Apa
kau sungguh... mampu menghadapi semua orang itu? Apa kau benar-benar bisa
menyampaikan opinimu dengan tepat di hadapan semua orang? Jika kau yakin tidak
akan membuat dirimu sendiri kelihatan bodoh, lakukanlah."
Woo Il
tersadar, ia minta maaf karena sudah kasar. Ia jadi kehabisan kesabaran karena
reporter terus saja merongrong. Ia melihat jam.
"Aku
akan mengurusnya. Apa tidak masalah kau turun dari posisimu? Hanya formalitas
saja, kau juga tahu."
Hwan Gi mengerti,
ia harus, ia akan melakukannya. Woo Il punya syarat, sebagai gantinya, Hwan Gi
harus ambil alih proyek barunya. Tuan Eun akan menjelaskan rinciannya. Beliau
sudah menunggu.
"Kalian
berdua mendiskusikan soal aku?"
"Beliau
pasti sudah lebih tenang sekarang. Aku kesulitan menenangkan beliau."
Woo Il pergi
karena sudah waktunya. Hwan Gi mendesah, ia teringat kata Woo Il, apakah
dirinya sungguh bisa mengatasi semua orang itu?!
Konferensi pers dimulai. Gyo Ri yang pertama masuk dengan dibantu dua orang karyawan. Ia duduk dengan gugup, ia lalu membuka kertas catatannya.
"Saya...
Sekretaris Tuan Eun Hwan Gi. Artikel tersebut... sepenuhnya tidak benar. Saya
dirawat di rumah sakit... akibat penyakit kronis saya. Tuan Eun menjenguk saya
sambil membawakan sebuket bunga... dan menyemangati saya. Saya sangat
terkejut... bahwa rumor tidak benar itu tersebar, berlawanan dengan keinginan
saya. Tuan Eun dan rekan kerja saya sekalian, maaf atas masalah yang sudah saya
timbulkan untuk perusahaan."
Ro Woon tidak menyangka Gyo Ri akan melakukan hal itu. Reporter memberondong Gyo Ri dengan pertanyaan, apakah Gyo Ri datang dengan suka rela karena terlihat tidak sehat.
Gro Ri
kebingungan, ia menjadi lemas bahkan saat akan berdiri pun ia hampir terjatuh,
kedua karyawan tadi kembali membantunya.
Woo Il masuk mengalihkan perhatian. Ia yang akan menjawab semua pertanyaan mempertimbangkan kondisi karyawan bersangkutan. Saat ditanya keberadaan hwan Gi, Woo Il mengatakan kalau Hwan Gi tidak bisa membatalkan jadwal ke luar negeri.
"Bohong besar." Batin Ro Woon.
Hwan Gi saat ini di lapangan tenis. Ia kewalahan menerima bola dari ayahnya yang tanpa jeda. Ayahnya terus memukul bola sambil menggerutu.
"Kau
mengunci diri di ruangan sepanjang hari. Kau menyebut dirimu sendiri lelaki?
Tidak bisa bersikap lebih baik? Kau bilang kalau kau ahli saat main badminton
melawan dinding. Golf dan tenis. Olahraga sungguhan yang dapat membuatmu
mengatasi orang lain. enapa kau bertingkah seperti idiot setiap kali orang lain
menatapmu? Kenapa kau begitu gugup berada di dekat orang lain?"
Bola
selanjutnya mengenai pundak Hwan Gi dengan sangat keras dan ia meringis
kesakitan tapi ia tidak mengatakan apapun.
Reporter bertanya lagi, apa alasan Hwan Gi tidak muncul. Woo Il menjelaskan, Perusahaan berlangsung secara efisien. EUn Gi mengurus masalah internal perusahaan, dan saia ya yang bertugas untuk urusan eksternal.
"Tiga
tahun lalu, mantan sekretaris Tuan Eun melompat dari atap... Apakah
itu..."
Ro Woon sudah menantikan jawabannya tapi Woo Il menyela, hal tersebut tidak berhubungan dengan masalah ini. Ro Woon menatap Woo Il kesal.
"Ada
rumor bahwa Tuan Eun tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain."
"Itu
berlebihan. Tapi, saya mengakui bahwa interaksi beliau sangat terbatas. Untuk
menghindari kesalahpahaman, kami telah merencanakan sebuah pengembangan. Tuan
Eun Hwan Gi... akan mundur dari posisinya."
Semuanya
jelas terkejut mendengarnya. Daebak !!!
Sementara itu, Hwan Gi diajak ayahnya ke sauna. Hwan Gi mengintip lebam di pundaknya akibat bola ayah. Ayah menjelaskan, Hwan Gi tidak memenangkan posisi itu karena Hwan Gi layak.
Ayah
menjelaskan kalau mereka akan lakukan perombakan di perusahaan. Dan, Hwan Gi
akan bertugas sebagai penanggung-jawab tim. Hwan Gi terkejut.
"Pecahkan
telurnya! Terlahirlah kembali."
Hwan Gi
menjawab tidak bisa. Ayah memperingatkan kalau ini adalah kesempatan terakhir
Hwan Gi jika Hwan Gi tidak berhasil melakukannya, ayah akan memberikan
perusahaan pada Woo Il.
"Aku
juga tidak berminat mengambil alih perusahaan." Jawab Hwan Gi.
"Apa?
Beraninya kau bicara begitu? Dasar! Argh..."
"Aku
lebih suka merintis sesuatu sendiri."
"Sendiri?
Omong kosong! Mulai sekarang, kau tidak akan melakukan apa pun sendirian."
Ayah menyuruh dua orang masuk. Mereka duduk disamping Hwan Gi. Ayah bilang kalau Hwan Gi harus belajar bergaul dengan orang lain. Tapi gak langsung sama dua orang gede dan bertato gitu juga ayah!
Woo Il melanjutkan. "Sebuah usaha yang tidak memiliki struktur jelas, hirarki yang nyata... atau juga formalitas tidak berguna, dapat mengganggu pertumbuhan perusahaan. Dalam susunan baru tersebut, Tuan Eun Hwan Gi akan menjadi... seorang Ketua Tim yang komunikatif dan berdiskusi langsung dengan karyawan."
"Struktur
baru? Apa yang terjadi?" Ro Woon tidak mengerti.
Su Bong tersenyum, Astaga, pintar sekali. Mereka menangkis semua tudingan, dengan pura-pura bahwa Hwan Gi mundur dari posisinya sebagai CEO, padahal sebenarnya tidak. Astaga.
Reporter bertanya lagi, keputusan ini akan mengejutkan banyak orang mengingat Hwan Gi adalah pewaris perusahaan. Apakah pemilik perusahaan, Anggota Dewan Eun, telah menyetujuinya?
"Tentu
saja. Banyak sekali generasi kedua dari konglomerat yang terlibat skandal.
Sekalipun artikel bersangkutan tidaklah benar, beliau merasa terbebani dengan
kemungkinan hal itu melukai banyak orang. Beliau meminta kami untuk merombak
sistem perusahaan.
Saya
berjanji, kami akan berubah. Saya meminta maaf dengan tulus.. telah menyebakan
kekacauan."
Woo Il
mengakhirnya dengan bungkukan 90 derajad. Semua orang bertepuk tangan karena
puas dengan caranya mengatasi masalah.
"Tidak bisa dipercaya. Bagaimana dengan Eun Hwan Gi? Dia bahkan tidak muncul di sini." Batin Ro Woon.
Gyo Ri mengemasi barang-barangnya dengan lemas. Ada suara denting lift. Gyo Ri bersikap biasa saja seolah sudah tahu yang datang siapa.
Keluar dari
lift Ro Woon langsung menuju meja Gyo Ri. Ia menanyakan alsan Gyo Ri
melakukannya?
"Lihat
siapa yang bicara. Kenapa kau melakukan ini padaku?" Balas Gyo Ri.
Ro Woon
menebak, apa Woo Il yang menyuruhnya berbohong. Gyo Ri membenarkan soal Hwan Gi
yang datang menjenguknya dengan membawa bunga. Ro Woon tak percaya, psikopat itu bahkan tidak keluar
dari ruangannya saat Gyo Ri hampir mati tepat di sana.
"Artikel
dirilis tanpa keinginanku. Tutup mulutmu, kecuali kau ingin kita berdua mati.
Kita tidak saling kenal. Kita tidak pernah bertemu ataupun bicara."
Peringatan Gyo Ri.
Ro Woon
yakin kalau Gyo Ri sudah mendapat uang dari mereka. Berapa banyak yang mereka
berikan? Pasti sangat banyak. Pasti itu sebabnya, Gyo Ri melawan nuraninya
sendiri...
"Ya, aku menjual nuraniku sendiri. Memangnya, apa yang bisa aku lakukan? karena hukum yang timpang, aku bisa kehilangan pekerjaanku. Nuraniku satu-satunya yang bisa kujual!"
"Kau
bisa mendapat pekerjaan lain. Ini bukan satu-satunya perusahaan..."
"Siapa
yang mau merekrut tukang gosip begitu?"
"Makanya...
aku hanya ingin membantumu. Kau bahkan tidak bisa menegakkan kepala ataupun
menatap dia saat sedang bicara."
Memang
benar, tapi sebagai ganti semua itu, Gyo Ri bisa memberi makan keluarganya dan
membayar hutang. Ia menyesal, seharusnya ia tidak pernah mengatakan apapun pada
Ro Woon.
"Unnie
Ji Hye. Kau pasti juga sangat tertekan. Kau sangat kesakitan, sampai akhirnya
kau tidak dapat menahannya."
di sauna, Hwan Gi juga merasa sakit. Ia menahan sakit saat orang menggosok dakinya. Orang itu menyuruh Hwan Gi tengkurap tapi Hwan Gi malah duduk.
Ayah keluar dari berendam dan menatap tajamnnya, ia takut lalu kembali tengkurap. Saat orang itu mulai menggosok kulitnya lagi ia membatin,
"Handuk gosoknya terasa sangat kasar di
kulitku. Kelihatannya, dia memakai handuk baru untukku. Pasti ada alasan kenapa
terasa sakit sekali. Dia seorang spesialis.
Dia pasti tahu titik-titik yang pas untuk menghilangkan sel-sel kulit
mati.
Astaga, lihat keringatnya yang membanjir. Dia mencoba yang terbaik dalam pekerjaannya. Aku akan membuatnya kecewa kalau meminta dia menggosok lebih pelan. Aku merasa kulitku terbakar semua.
Mungkin saja, dia sebenarnya berusaha
meredakan stresnya sendiri dengan menggosokku keras-keras. Kesulitan macam apa
sih yang dia alami? Agresif sekali.
Apa salah satu anggota keluarganya sakit? Dia kesulitan membayar biaya rumah sakit? Aku yakin, dia berusaha keras melupakan kesulitan itu. Sedangkan aku hanya berbaring. Aku tidak boleh... tidak boleh komplain."
Tapi Hwan Gi
tidak bisa menahannya lagi, ia mengerang kesakitan.
"Astaga.
Kau semestinya bilang kalau terasa sakit. Dari tadi kau menahannya? Maafkan
aku."
Ayah kelihatannya juga kesal karena Hwan Gi bahkan tidak bisa mengatakan hal remeh seperti itu.
Ro Woon kembali minum-minum dengan Reporter Woo, ia curhat kalau kali ini ia benar-benar kalah. Kang Woo Il adalah kuda hitamnya (penanggung-jawab/orang yang diandalkan). Hwan Gi menyiapkan semua skenario publik itu.
"Berani
taruhan, semua perusahaan pasti memiliki skenario seperti itu." Ujar
Reporter Woo.
Reporter Woo
akan menuangkan soju ke gelas kecil untuk Ro Woon tapi Ro Woon menggantinya
dengan yang besar. Ro Woo membenarkan ucapan Reporter Woo, mungkin, mereka
sudah merencanakannya sejak tiga tahun lalu. Orang-orang menyebuh hal itu
sebagai penanganan krisis terbaik dan memuji kompetensi Brain. Akhirnya, malah
menguntungkan mereka.
"Ayah
Eun Hwan Gi, Anggota Dewan Eun Bok Dong. Dia memulai Brain dari nol, dan
sekarang mengikuti pilkada Seoul. Jelas tidak mudah menjatuhkan mereka."
Ro Woo kembali menyodorkan gelasnya minta lebih banyak soju. Ia sudah bertekad untuk menjatuhkan mereka semua, termasuk ayah si psikopat yang menyuapi anaknya dengan sendok perak itu. Walikota? Huh! Dia bahkan tak akan punya muka untuk keluar rumah.
"Sebaiknya,
kau tinggalkan perusahaan itu. Kau sudah cukup melakukannya."
Ro Woon
tidak bisa! Mereka sudah menghancurkan keluargaknya. Reporter Woo mengingatkan
kalau Ro Woon bisa berada dalam bahaya sambil menuangkan soju.
Ro Woon
merebut botol sojunya dan memenuhi gelasnya. Yang paling membuatnya marah adalah fakta bahwa psikopat itu tidak muncul.
Dia menugaskan Kang Il Woo untuk minta maaf. Dia bersembunyi di belakang Kang
Il Woo, bahkan seujung jarinya pun tidak tampak.
Setiap karyawan mendapat email penawaran untuk mendaftar sebagai tim baru yang dipimpin Hwan Gi. Tapi sayangnya tidak ada yang berminat.
Yoo Hee tiba-tiba saja bertanya, Apa ia melamar saja? Yang lain terkejut. Alasan Yoo Hee adalah pekerjaan di tim itu yang sederhana. Ia hanya perlu memastikan untuk tidak membuat Hwan Gi kesal dan menyanjung dia setiap saat.
"Kau
ingin jadi pengangguran sepanjang sisa hidupmu? Sudah kubilang. Itu hanya
permainan belaka. Proyeknya akan segera dibatalkan." Ujar Su Bong.
Yoo Hee
merasa itu tak mungkin, maksudnya, Hwan Gi kan putera pemilik perusahaan. Su
Bong menjelaskan, Woo Il melakukannya untuk menjatuhkan Hwan Gi saja.
Melakukannya secara terang-terangan berbahaya, jadi Woo Il mencoba melakukannya
dengan sopan santun.
Yoo Hee
berubah pikiran, ia rasa Su Bong benar. Bergabung dengan tim itu artinya
kematian. Siapa juga mau melamar?
Tanpa mereka
sadari, Hwan Gi menguping pembicaraan mereka.
"Aku!" Ujar Ro Woon mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Kedengarannya, menyenangkan.
Yoo Hee lalu
memanggil Ro Woon. Karena kelihatannya Ro Woon tidak sibuk, ia menugaskan Ro
Woon untuk mengirim barang-barang ke lokasi pemotretan memakai kurir ekspres,
tapi pastikan dekorasinya tidak rusak. Perlakukan mereka dengan lembut
selayaknya bayi,harus sangat berhati-hati.
"Juga,
kau harus berdedikasi dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Orang-orang dalam
industri fashion sudah terkenal akan ketidaksabarannya."
Ro Woon mengerti. Yoo Hee merangkulnya, karena ia mengandalkannya, Yoo Hee akan memberinya kesempatan menjadi bos. Ro Woon jelas tak mengerti maksudnya.
"Saat
bekerja di perusahaan iklan, kau harus berhadapan dengan klien dan juga media
tanpa menanggalkan senyum. Artinya, kita hanya bisa bersikap bossy (sok) pada
kurir."
Ro Woon
teringat saat Hwan Gi berlatih minta maaf di atap.
Yoo Hee
menegaskan agar Ro Woon memerintah mereka dengan tegas, oke. Ro Woon mengerti,
ia pasti melakukannya.
Ro Woo membawa barang-barang untuk diantarnya ke kurir. Saat itu Hwan Gi juga keluar dan Ro Woon melihatnya.
"Hei,
aku melihatmu di atap. Kau cowok itu, kan?"
Hwan Gi
menyembunyikan wajahnya. Ro Woon jadi ragu, apa ia salah. Hwan Gi malah pergi
bukannya menjawab. Ro Woon mengikutinya, mau kemana?
Setelah
melihat-lihat, Ro Woo yakin, Hwan Gi adalah cowok itu. Tapi kenapa coba
melarikan diri? Kenapa tidak sanggup menatap matanya?
"Apa
kau..."
Hwan Gi
melotot tegang. Tapi ternyata Ro Woon mennduga kalau Hwan Gi itu karyawan baru,
pasti kurir baru. Ro Woon menepuk bahu Hwan Gi, ia tidak akan jahat kok, jadi
jangan takut, seseorang memang mamulai dari bawah. Ia juga pegawai baru.
"Dia
juga tipe cowok aneh. Dia tidak berani berkontak mata dan terus menunduk."
Batin Ro Woon.
Ro Woon tiba-tiba kesakitan dimatanya, ia menutup sebelah matanya. Hwan Gi khawatir, ada apa? Kenapa dengan matanya?
Ro Woon
membuka matanya dengan tersenyum, ia sukses membuat Hwan Gi menatap matanya.
Sejujurnya ia lebih suka Hwan Gi menatapnya begitu. Sadar, Hwan Gi segera
mengalihkan pandangannya.
"Takut
apa, sih? Memang mataku memancarkan sinar laser, huh?"
Ro Woon
menyerahkan barang-barangnya. Ia mengatakan ada pemotretan di Danau Taman
Ilsan-dong. Jadi barang-barang itu harus sampai di sana dalam waktu satu jam.
"Waktumu
panjang, jadi kemudikan motormu dengan hati-hati."
Hwan Gi
menerimanya, iamau protes tapi Ro Woon tidak berhenti bicara. Ro Woon kembali
masuk setelah mengucapkan sampai jumpa lagi nanti. Hwan Gi baru akan buka mulut
tapi Ro Woon berbalik dengan melotot,
"Tapi,
jangan sampai di atap lagi, ya! Aku percaya padamu."
Hwan Gi berakhir membawabarang-barang itu ke mobilnya. Ia bingung, tapi memutuskan memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil. Tapi ia tidak segera jalan masih bergelut dengan pemikirannya.
"Kenapa
aku harus melakukan ini? Dia yang main menyimpulkan seenaknya. Aku tidak pernah
mengatakan kalau aku pegawai pengiriman."
Hwan Gi mematikan mesin mobil dan melepas sabuk pengaman. Tapi ia kembali berpikir, jika benda-benda itu sampai rusak, pemotretannya akan gagal, dan Ro Woon pasti dapat masalah. Alasan yang cukup untuk memecatnya.
"Aku merasa tidak enak, tapi harus
kulakukan. Ya, aku tidak perlu pergi. Hentikan saja mobilnya di sini."
Tapi apa yang dilakukan bertentangan dengan pemikirannya. Ia ngebut menuju Ilsan-dong.
Ro Woon dan yang lain sudah sampai di lokasi pemotretan tapi barangnya belum sampai, Ro Woon jelas heran. Yoo Hee pura-pura merasa aneh padahal tadi sudah dikirimnya lewat kurir sebelum meninggalkan kantor.
"Kau
sudah mengirimnya, kan?" Bisik Yoo Hee pada Ro Woon.
"Iya,
sudah, kok."
Su Bong
meneriakkan kalau mereka sudah siap mengambil gambar. Ketua Tim menyuruhnya
untuk menelfon kuriri itu. Ro Woon langsung mengeluarkan ponselnya tapi ia
lupa, ia tidak tahu nomor si kurir.
"Apa?"
Yoo Hee keget
"Siapa
dia? Perusahaan mana?" Tanya Ketua Tim.
Ro Woon
hanya tahu kalau dia baru, dia datang ke kantor untuk mempromosikan
perusahaannya. Dia kelihatan bukan orang jahat...
Ketua Tim meninggikan suaranya, apa itu sebebnya Ro Woon tidak menanyakan soal perusahaannya sama sekali. Ro Woon menjawab kalau ia punya kartu perusahaannya kok, tidak bisa dibilang diberi, sih. Dia menjatuhkan dan ia memungutnya.
"Hubungi
perusahaan itu dan tanyakan soal barangnya. Cepat!" Komando Ketua Tim.
Su Bong duduk di depan pemanas elektrik, ia mendesah, ia... sudah siap menelepon polisi.
Hwan Gi terjebak macet panjang. Ia melihat seorang yang mengendarai motor bebas berjalan diantara mobil-mobil. Hwan Gi kembali berpikir,
"Ini demi
kebaikan. Maksudku, inilah yang aku butuhkan. Aku akan datang terlambat.
Pemotretannya harus dijadwal ulang, dan klien akan komplain. Tapi, tidak ada
efeknya padaku, karena aku bukan CEO Brain. a. Aku harus memutar mobilku."
Tapi Hwan Gi
malah memutuskan berlari dengan membawa semua barang-barangnya menuju lokasi
pemotretan.
Semua sudah menelfon perusahaan yang dimaksud tapi kurir mereka tidak ada seorang pun yang menerima pesanannya, apa benar perusahaan itu?
"Ya,
benar, kok. Aku yakin. Kalau bukan, kenapa dia mengambil barang-barang
itu?" Jawab Ro Woon.
"Sudah
jelas karena barang-barang mahal itu karya desainer terkenal! Kita tidak boleh
membuang waktu. Hubungi polisi!" Ujar Ketua Tim.
Ro Woon
meminta untuk menunggu sebentar. Katua Tim membenatk, sudah jelas dia
mencurinya. Ro Woon meyakinkan kalau dia tidak mungkin melakukannya.
"Kau
kan baru tadi bertemu dia. Kau bahkan tidak tahu nama maupun nomor
teleponnya." Bantah Yoo Hee.
Ketua Tim menduga kalau Ro Woon berkomplot dengan dia. Yoo Hee merasa itu tidak mungkin. Ketua Tim menatap Ro Woon tajam, inilah alasan semestinya hati-hati merekrut pegawai baru.
"Baiklah.
Soal itu aku yang salah. Tapi... soal kurir itu, adalah tanggung-jawab Ro
Woon." Aku Roo Hee.
"Kenapa?
Apa yang kalian rencanakan? Katakan! Kau tidak pernah bekerja dengan
benar."
"Ada
banyak orang di sini. Jangan terlalu keras. Maafkanlah aku."
Katua Tim
kesal, tidak bisa ya Yoo Hee bicara sopan padaknya karena disana banyak orang.
Memang benar Yoo Hee teman satu seokolah tapi ia tetap tidak akan melepaskan
Yoo hee kali ini.
"Anda
mengerti, Nona Dang?"
"Ya.
Maafkan saya, Nona Park."
"Masih
belum paham juga situasinya?" Teriak Su Bong untuk Ro Woon.
Ro Woon kembali teringat saat Hwan Gi berlatih mengucapkan minta maaf di atap dengan susah payah, ia teringat perkataanSu Bong "selalu pihak lemah yang meminta maaf".
"Saya
mohon. Saya mohon, tolong percayai dia." Pinta Ro Woon.
"Kau
akan berkeras seperti Badak begini?"
"Saya
janji akan menemukan dia. Jadi, tolong jangan menelepon polisi dulu. Tolong
beri saya waktu. Sebentar saja. Tunggu sebentar lagi."
Ro Woon pergi untuk mencari Hwan Gi. Woo Il datang tepat waktu itu dab berpapasan dengannya, ia bertanya pada yang lain, ada apa. Ketua Tim hanya bisa minta maaf, akhirnya hal yang ia khawatirkan terjadi.
Ro Woon mencari dan terus mencari, ia bingung dimana sih dia? Apa dia kecelakaan? Dimana dia?
Hwan Gi juga
terus berlari bahkan ia hampir
diserempet motor untungnya refleks tubuhnya menyelamatnya.
Akhirnya Ro
Woon melihat Hwan Gi. Ia tersenyum, sudah ia duga ia yakin dia akan datang, Dia
bahkan menyerah atas motornya dan lari jauh-jauh kemari. Dengan gembira Ro Woon
melambai ke arah Hwan Gi sambil terus berlari mendekat.
Hwan Gi membatin,
"Aku semestinya tidak boleh berada di
dekatnya. Aku semestinya tidak pernah mengusiknya. Bagaimana kalau dia tahu
siapa sebenarnya aku? Jika aku mengatakan padanya... Tidak, sebelum itu... Jika
saja aku mengatakan padanya..."
Selama itu, Hwan Gi mengingat kembali apa yang dilakukannya pada Ro Woon. Juga pada Ji Hye dan setelah Ji Hye meninggal, ia mengikuti Ro Woon yang berjalan tanpa alasa kaki dengan pakaian berduka.
"Jika aku mengatakan padanya... Kalau aku mengatakannya sekarang, apakah keadaannya akan kembali sebagaimana harusnya?... sangat terlambat sekarang?"
Hwan Gi melihat motor yang melaju menju Ro Woon. Ia meneriakkan Ro Woon untuk minggir tapi Ro Woon tak mendengarnya dan tetap berlari.
Hwan Gi
mempercepat larinya, motor semakin dekat. Hwan Gi tepat sampai di depan Ro Woon
bersamaan dengan motor itu, ia mendorong Ro Woon menjauh dan barang-barangnya
terlempar bersama Ro Woon sementara dirinya... Tidak tahu, tunggu episode
selanjutnya...
>
1 komentar:
Wuah...debak....motongnya pas bgt,kekeke....
Kamsaeyo diana
EmoticonEmoticon