-- 1 tahun yang lalu --
Ji Hoon dan
angggota band-nya tampil di depan anak-anak yang dirawat di rumah sakit.
Setelah
selesai, So Woo menegurnya, berbahaya, Di sana rumah sakit dan jika Ji Hoon
terus datang kesana suatu saat mungkin ada yang mengenalinya.
"Haruskah
aku mengatakannya lebih keras? Jadi semua temanmu bisa mendengarnya. Mau
kukatakan lebih keras? Tentang masa lalumu? Pasti akan menarik. Seorang murid
populer dari SMA Jeong-guk, melakukan kegiatan suka rela di rumah sakit dimana
ia sempat dirawat karena gangguan psikologis. Bagaimana kalau orang-orang
sampai mengetahuinya?"
"Lakukan
semaumu! Hidupku tidak akan lebih buruk lagi dibanding sekarang. Jadi, sebarkan
saja rumornya, melalui surat kaleng atau apa pun, lakukan."
Setelah
ketegangan itu, tiba-tiba mereka saling tersenyum dan saling sapa dengan ramah,
layaknya teman lama yang baru bertemu kembali.Ji Hoon melamunkan kala itu hingga ia tidak mendengar ayahnya yang memanggilnya untuk makan sampai ayahnya harus masuk ke kamarnya.
"So
Woo... Dia tidak mungkin bunuh diri." Ujarnya.
****
Seo Yeon
melamunkan kejadian yang baru-baru ini terjadi di sekolah, dimulai dari
kematian So Woo, surat pengekuan itu sampai yang terjadi pada Cho Rong dan Joo
Ri. Dan terakhir janjinya pada Reporter Park kalau mereka akan menemukan
kebenaran di balik kematian Lee So Woo, dengan tangan mereka sendiri.
Tapi sepertinya
ia menyesali kata-katanya itu. Lalu SMS masuk dari Joon Young, SMS laporan yang
mengatakan kalau Joon Young sudah sampai rumah dan bersiap tidur.
Seo Yeon
kemudian mengajak Joon Young bertemu jika ada waktu. Joon Young excited dan
memakai pakaian terbaiknya, tak lupa ngaca dulu sebelum berangkat tapi setelah
tiba di tempat janjian..Ia kecewa karena disana juga ada Yoo Jin, Soo Hee dan Seung Hyun yang sedang makan ceker.
Yoo Jin
bertanya, apa ini hari istimewa atau bagaimana? Semua teman sekelas akan
datang?
"Tidak,
hanya... teman-teman yang cukup akrab saja denganku." Jawab Seo Yeon.
Seung Hyun
tersipu, ia tak menyangka Seo Yeon menganggapnya seberharga itu. Yoo Jin
meluruskan, tadi Seung Hyun datang karena mencium bau ceker.
"Dia
mengundangku dengan aroma ayam ini, bukan dengan suaranya. Aku kan
perasa!" Elak Seung Hyun.
Soo Hee tahu
pasti terjadi sesuatu pada Seo Yeon, jadi katakan saja. Seo Yeon mengaku
kemungkinan ia akan segera memulai kekacauan besar.
"Kau?
Kekacauan? Contohnya?" tanya Yoo Jin.
"Tidak
perlu kau buat pun, situasi sekarang ini sudah cukup kacau untuk kita
semua." Timpal Soo Hee.
"Tidak
bisakah kita melewatkan satu hari saja dalam kedamaian?" Imbuh Seung Hyun.
Seo Yeon
mengelak, bukan perkelahian atau semacamnya. Hanya saja, ia sudah memutuskan
sesuatu. Tapi sekarang masih rahasia, ia bahkan belum merencanakan secara
rinci.
"Jangan
kuatir, kalian tidak akan terseret di dalamnya."
Soo Hee
merasa kalau Seo Yeon meremehkan kesetiaan mereka. Tapi jangan pernah
coba-coba! Tidak peduli masalah apa pun yang Seo Yeon timbulkan, mereka berada
di pihaknya! Tidak perlu memberitahukan pada mereka sekarang kalau hanya
membuat mereka sakit kepala. Tapi Seo Yeon harus menjelaskannya saat Seo Yeon
sudah siap, Mereka pasti membantu.
Lalu Soo Hee
mengajak mereka semua berjanji di hadapan ceker ayam.
Detektif Oh
mendatangi sebuah bar dan bergabung dengan Woo Hyuk, Sung Min dan Dong Hyun.
Mereka minum-minum, lalu Detektif Oh menuang minuman mereka ke gelas baru dan
meminum semuanya.
"Apalagi
sekarang?" Tanya Woo Hyuk.
Detektif Oh
ingin tahu, dimana mereka bertiga saat malam Natal. Woo Hyuk kembali menegaskan
kalau ia tidak akan menjawabnya tak peduli berapa kalipun Detektif Oh
menanyakannya.
"Sudah
kubilang padamu kalau aku tidak mengingat hari itu!"
Woo Hyuk
tidak ingat apapun tentang malam itu. Detektif Oh beralih pada Sung Min dan
Dong Hyun, apa mereka juga tidak ingat?
"Tidak
Sama sekali." Jawab Sung Min, sementara Dong Hyun sepertinya ada yang
disembunyikan.
Detektif Oh
jujur kalau ia tidak mempercayai mereka. Woo Hyuk mengingatkan kalau itu sudah
lama, apa detektif Oh juga mengingat semua kegiatannya?
"Aku
bukan bertanya tentang kegiatanmu seminggu kemarin, jam berapa kau bangun...
atau apa yang kau makan. Bukan hal remeh seperti itu yang kumaksudkan. Baiklah.
Tidak perlu memberitahuku yang kau lakukan hari itu, katakan saja siapa yang
bersamamu saat itu. Sebutkan seseorang yang melihat keberadaan atau siapa pun
yang bersama kalian, di hari insiden itu terjadi."
"Tidak
ada. Kami hanya bertiga saja."
Sung Min
membenarkan dan meminta persetujuan Dong Hyun. Dong Hyun tak menjawabnya, ia
beralasan kalau perutnya sakit, jadi mau ke toilet.
Woo Hyuk
tidak mengijinkannya, ia membentak Sung Min untuk duduk. Detektif Oh menegurnya
dengan keras.
"Kau
pikir kau bisa bersikap sok begini di tempat umum? Memang kau itu siapa,
huh?"
Detektif Oh
lalu melepaskan Woo Hyuk, dengan tegas ia bertanya, apa yang begitu Woo Hyuk
sampai tidak bisa mengatakan padanya hal yang ia lakukan pada tanggal 25
Desember?
Detektif Oh
kembali duduk diikuti Dong Hyun, ia mulai melembut. Ia tidak berpikir terlalu
jauh, kok. Jadi, Woo Hyuk cukup beritah yang terjadi sebenarnya.
"Woo
Hyuk ~ a. Memang kau tidak kesal karena orang-orang mencurigaimu seperti
ini?"
Woo Hyuk
masih diam saja hingga Detektif Oh kembali meninggikan suaranya, Apa Woo Hyuk
tahu situasi yang sedang dihadapinya? Masalahnya adalah Woo Hyuk tidak memiliki
alibi. Mereka membutuhkan informasi keberadaan dan kegiatan Woo Hyuk, serta
orang yang dapat membuktikan semua itu di hari kematian Lee So Woo.
"Itu
yang kau butuhkan untuk membuktikan dirimu tidak bersalah!"
Woo Hyuk
menantang, memang detektif Oh punya bukti kalau ia bersalah?! Detektif Oh diam.
Woo Hyuk menyimpulkan kalau detektif Oh tidak memiliki bukti itu, jadi ia
mengajak teman-temannya pergi.
Dong Hyun
sengaja pergi belakangan, ia berbisik pada detektif Oh kalau ia memiliki alibi,
malam itu ia tidak bersama mereka dan ia tidak tahu apa yang mereka lakukan
malam itu.
Woo Hyuk
memanggilnya dan ia pura-pura ditahan oleh Detektif Oh dan bergegas mengikuti
Woo Hyuk.
Detektif Ko
prihatin pada Detektif Oh, ia menasehati kalau investigasi ulang selalu berat
karena harus memulai semuanya dari awal lagi.
"Tidak
apa-apa, kok. Saya hanya merasa jengkel karena atasan kita ingin Saya lekas
menutup kasus ini."
"Teriaki
saja mereka, aku akan mendukungmu."
Dan itu
membuat mereka tertawa bersama.
Seorang
Ahjumma teriak-teriak minta bertemu Detektif Oh Joo Hyeon. Detektif Oh yang
berada dekat dari sana lalu mendekat.
Ahjumma itu
adalah ibu Woo Hyuk, ia tak suka Detektif Oh mendesak putranya seperti itu
terlebih putranya itu hanya korban dan kasusunya sudah di tutup.
"Sedang
dilakukan investigasi ulang untuk kasusnya. Surat tuduhan yang dikirim itu
menjadi barang bukti." Jelas Detektif Oh.
Oh.. Ibu Woo
Hyuk (Nyonya Choi) mengerti sekarang, jadi ini semua gara-gara surat itu.
Kebetulan pengacaranya datang, ia langsung menyuruh pengacaranya untuk menuntut
anak yang menulis surat itu.
Nyonya Choi
bahkan tak peduli walau pengacara mengusulkan untuk mendiskusikannya dengan
ketua Choi dahulu.
Pak Han
kedatangan Kepala sekolah yang mengeluhkan kalau semua ini sangat membuatnya
marah, ia harus kehilangan posisinya dan menanggung malu, ia mau menuntut
mereka yang bertanggung jawab tapi ia menahan diri demi yayasan.
Kepala
sekolah bersumpah tidak pernah menerima surat itu. Pak Han mengerti hal itu.
Sebelum pergi Pak Kepsek berharap kalau Pak Han segera mengembalikan posisinya.
Seperginya
Kepsek, Pak Han menyuruh pengacara Kim untuk masuk ke ruangannya. Ia memberikan
amplop yang berisi surat tuduhan yang dikirimkan pada reporter Park.
"Kau
lihat tanda posnya, kan? Apakah menurutmu, kau bisa menemukan
pengirimnya?"
Seo Yeon,
Soo Hee dan Yoo Jin mengobrol di toilet, mereka membahas guru wali kelas mereka
yang kembali masuk meskipun masih kelihatan cukup terguncang.
"Aku
kasihan pada Guru. Kontrak kerjanya hampir habis dan dia harus menunjukkan
performa bagus, jika tetap ingin bekerja. Tapi, masalah justru muncul
bertubi-tubi dari kelas kita!" Ujar Soo Hee
"Semua
masalah itu harus diselesaikan." Jawab Seo Yeon.
Dan obrolan
mereka terganggu dengan pengumuman yang mengharuskan semua siswa masuk ke
kelas.
Siswa
dikumpulkan untuk medengarkan pidato Kepsek sementara. Intinya membahas
rentetan kejadian tahun lalu.
Soo Hee
menguap dan Yoo Jin terus bercermin sambil mendengarkan dan itu membuat Ibu
Kesiswaan masuk untuk menegur mereka.
Pidato
Kepsek belum selesai, Yoo Jin membuka ponselnya, ia menemukan di SNS kalau Joo
Ri situntut oleh Ibunya Woo Hyuk karena surat itu.
"Wow,
semua anggota keluarga mereka menjijikkan! Putera mereka kemungkinan sudah
membunuh seseorang!" Komentar Soo Hee.
Ibu
Kesiswaan kembali masuk, ia mengurangi 1 poin Soo Hee karena berisik saat harusnya meditasi. Ibu Kesiswaan
meminta Soo Hee menyebutkan namanya.
"Waktu
meditasinya sudah selesai, Bu." bantah Soo Hee.
"Belum.
Kurangi dua poin. Nama?"
"Tapi
aku bicara karena Anda bertanya, Bu!"
"Kurangi
tiga poin. Nama!"
"Kalau
aku menyebutkan namaku, apa poinku akan dikurangi lagi?"
Yoo Jin
menyuruhnya untuk berhenti,
"Kurangi
empat poin. Kau ingin terus begini?"
Seo Yeon
membela temannya, Soo Hee bicara karena Ibu kesiswaan terus bertanya. Ibu
kesiswaan menutup bukunya, ia menjelaskan kalau ini bukan karena Soo Hee terus
bicara, Sekolah berusaha melakukan apa pun yang diperlukan untuk menormalkan
situasi. Tapi bukannya membantu, para siswa malah sibuk bergosip!
"Semua
ini karena kalian kekanakan, makanya bencana ini terjadi!"
Setelah
berteriak-teriak seperti itu, ibu keala sekolah kembali menayakan nama. Tapi
yang kena bukan hanya Soo Hee, Yoo Jin dan Seo yeon juga dan poin mereka
dikurangi 5 serta harus menulis surat permohonan maaf di ruang guru setelah
ini.
Saat ibu
kesiswaan akan pergi, Seo Yeon berdiri, ia tidak mengerti maksud kata-kata Ibu
Kesiswaan tadi, Kenapa jadi kesalahan mereka sampai sekolah berada dalam situasi seperti ini?
Ibu
kesiswaan emosi, memang salah siapa kalau bukan mereka? Toh semuanya terjadi di
kelas mereka!
"Jawab
aku! Siapa lagi yang patut disalahkan jika bukan kalian?"
Seo Yeon
menjawab, pihak sekolah. Ibu kesiswaan tambah emosi dan mengajak Seo Yeon untuk
bicara di luar. Seo Yeon tidak mau, katakan saja di depan teman-teman.
"KAU!!!!"
Bentak Ibu kesiswaan.
Ibu
walikelas masuk mendengar teriakan itu dan mencoba melerai tapi Ibu Kesiswaan
sudah emosi tingakt tinggi.
"Kau
mengonsumsi obat yang salah? Atau malah sudah gila? Kalau kau ingin mendengar
kata-kata yang baik dan manis, sana keluar dari sekolah ini!"
Tiba-tiba
terdengar suara potretan. Ibu Kesiswaan menoleh dan mendapati semua siswa
memotret dirinya. Ibu kesiswaan menyuruh mereka berhenti dalam hitungan kelima
tapi hal itu malah seperti menyuruh, anak-anak malah tambah semangat
memotretnya.
"Kalian
semua meremehkan aku? Kalian pikir ini lelucon? Seisi sekolah kacau, tapi
kalian malah membuatnya jadi bahan lelucon di internet?"
Seo Yeon
bicara lagi, jadi apa sebenarnya salah mereka?
Ibu
kesiswaan berbalik kembali menatap Seo Yeon, ia mengatakan kalau Seo Yeon
menerima surat tuduhan itu tapi bersembunyi di belakang pihak sekolah.
Berpura-pura tidak ada yang terjadi.
"Sekarang
kau bersikap sok tidak bersalah dan menyalahkan sekolah atas semuanya? Kau
orang terburuk di sini!
"Itu
sebabnya... aku berencana berhenti pura-pura bodoh. Aku tidak akan pura-pura
tak tahu apa pun lagi, atau masa bodoh akan masalah ini, apalagi
bersembunyi."
Seo Yeon
lalu menatap teman-teman satu kelas, " Apakah kalian semua tidak merasa
frustasi? Kita hanya duduk diam, mendengarkan perkataan orang dewasa. Semula,
kita berharap mereka dapat membantu dan menyelesaikan semua ini. Kita menunggu
mereka melakukan sesuatu. Tapi lihat yang terjadi!"
"Tutup
mulutmu!" Bentak Ibu kesiswaan, tapi Seo Yeon tidak berhenti.
"Aku
menerima surat itu, tapi tidak mengatakan apa pun seperti pengecut. Tapi, harus
melihat pada inti masalahnya, bukan fokus pada hal lain! Apakah tidak ada yang
lebih penting daripada siapa yang menulis dan menerima surat itu?
"Tutup
mulutmu!"
"Apa
yang terjadi pada Cho Rong? Kenapa Kepala Sekolah membuang surat itu? Apakah
isi surat itu benar atau tidak bahwa Choi Woo Hyuk melakukan sesuatu pada to So
Woo? Bukankah itu yang ingin kita ketahui? Jika kalian memikirkannya... Lee So
Woo adalah awal dari semua ini. Kurasa,
kita memiliki hak untuk mengetahui segalanya. Tapi jika tidak ada yang
memberitahu kita, maka kita harus menemukan jawabannya sendiri. Kita harus
mencari tahu apa dan bagaimana semuanya bisa terjadi! Jadi... mari kita
caritahu sendiri. Kebenaran di balik kematian Lee So Woo."
Plak! Ibu
kesiswaan menempar Seo Yeon, bukan hanya itu ia juga memukul kepala Seo Yeon
setelahnya disaksikan teman-temannya.
Joon Young
langsung berdiri di depan Seo Yeon untuk melindunginya, ibu kesiswaan malah
menggunakan buku yang dipegangnya untuk memukuli Joon Young. Semua kemudian
mendekat dan memisahkan mereka. Tapi hal itu malah menjadi tontonan dan banyak
yang mengabadikannya.
Pak Guru
memberitahu Kepsek apa yang barusa terjadi dan ia kelihatan panik.Seo Yeon dan Joon Young masuk UKS akibat kejadian tadi. Bel pulang berdering, Joon Young mengajak Seo Yeon pulang.
Seo Yeon
mengatakan sebentar lagi, Setelah semua murid pulang. Joon Young mengerti dan
menunggu sampai Seo Yeon mau pulang.
Ibu Seo Yeon
nyalon bersama ibu-ibu yang lain. Alah satu Ibu mendapat video Seo Yeon
ditampar oleh Ibu kesiswaan dan itu membuatnya sangat kesal.Sampai di rumah, ia langsung menanyakan dimana Seo Yeon yang ternyata sedang tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Seo
Yeon. Bangun, lihat Ibu."
Ayah ikut
masuk, ia bertanya apa yang terjadi. Ibu membuka selimut Seo Yeon yang ternyata
tidak mendengar karena menggunakan earphone.
Ibu
menunjukkan video detaile Seo Yeon ditampar. Ibu bertanya, kenapa Seo Yeon
tidak mengatakan apa-apa saat hal semacam itu terjadi? Apa Seo Yeon pikir ibu
tidak akan mengetahuinya?
Seo Yeon
hanya tidak ingin Ibu merasa sedih. Jadi, Seo Yeon berniat menghadapi kesulitan
ini sendirian? ingin menanggung
kesedihan itu sendirian?
Ibu beralih
pada ayah, Cara apa yang paling cepat untuk menyelesaikan ini? Polisi?
Kementrian Pendidikan?
"Ibu..."
Bujuk Seo Yeon.
"Kita
tidak bisa membiarkannya saja!"
Seo Yeon
tidak bermaksud diam saja hanya karena ia tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia
sedang memikirkan yang harus ia lakukan.
"Soal
apa?" Tanya Ibu.
"Ibukan
sudah lihat videonya. Aku bersungguh-sungguh bahwa aku ingin menemukan
kebenaran di balik kematian Lee So Woo."
"Apa?"
"Aku...
Aku akan benar-benar menginvestigasi insiden itu sendiri."
"Kenapa
kau? Kenapa harus kau?"
"Saat
dia berhadapan dengan bahaya yang bukan merupakan kesalahannya, aku diam saja.
Aku tidak ingin menjadi pengecut seperti itu lagi. Aku ingin mengatakan
kebenaran dan meluruskan yang salah."
Ayah
menengahi, ia tahu maksud Seo Yeon, tapi seperti yang ayah bilang, biar orang
dewasa yang mengurus hal ini. Seo Yeon tidak perlu terlibat.
Seo Yeon
membentak, apa ia harus mematuhi apa yang Ayah katakan! Ibu menegur Seo Yeon.
"Bukankah
kata-kataku benar? Aku membuat kesimpulan ini setelah memikirkannya cukup lama.
Kenapa tidak ada yang menghargainya? Kami ini tidak boleh berpikir? Juga
berpendapat?"
"Kau
tidak tahu apa pun tentang dunia, makanya mengatakan hal naif semacam
itu!" Bentak Ibu
"Memang
dunia macam apa yang hanya diketahui orang dewasa? Tetap diam saat seorang
teman meninggal? Hanya menonton, melarikan diri, lalu melupakan?"
Ayah lebih
tenang, ia mengatakan kalau Seo Yeon pasti hanya sedang stress saja karena akan
naik kelas 3. Seo Yeon membantahnya, ia justru lebih rasional saat ini daripada
biasanya!
"Jangan
memperlakukan aku seperti orang gila hanya karena pendapatku berbeda dengan
para orang dewasa!"
Setelah mengatakannya
Seo Yeon mengambil mantelnya dan keluar sambil membanting pintu. Sementara Ibu
menangis karena sikap Seo Yeon itu.
Ji Hoon
melihat video yang diunggah di internet serta komentar-komentarnya. Ia bahkan
mengulang bagian dimana Seo Yeon mengatakan, "Jadi... mari kita caritahu
sendiri. Kebenaran di balik kematian Lee So Woo."Ji Hoon lalu mengirim pesan untuk Seo Yeon menggunakan akun Penjaga SMA Jeong-gu,
"Juara kelas, pemberontakanmu
bagus."
"Penjaga! Apa yang kau lakukan dari
tadi?" Seo Yeon menulis tapi keduluan pesan masuk Ji Hoon.
Ji Hoon
bertanya, apa rencana Seo Yeon. Seo Yeon mendesah karena ia juga tidak tahu.
Seperti tahu apa yang dirasakan Seo Yeon, Ji Hoon kembali mengirim pesan,
"Kurasa,
aku tahu. Mari kumpulkan bukti-bukti obyektif. Lalu melakukan investigasi yang
rasional dan diskusi terbuka. Kita harus berjuang sampai akhir untuk
mengungkapkan kebenaran. Metode terakhir agar bisa berhasil."
Mulai hari itu, Seo Yeon dan Ji Hoon semangat untuk membaca buku-buku hukum dan mereka saling bertukar informasi lewat pesan SNS.
Sampai
waktunya masuk sekolah, Seo Yeon telat bangun gara-gara begadang semalaman
membuat proposal.
Ayah lalu
masuk kamar Seo Yeon untuk membangunkannya dan ternyata Seo Yeon ketiduran di
meja belajarnya. Ayah tidak membangunkan Seo Yeon tapi ia lebih tertarik dengan
kertas di meja Seo Yeon.
Ayah
membacanya, ibu yang kebetulan melihat dari luar ikut masuk dan membaca juga.
Alaram
ponsel Seo Yeon berdering, Seo Yeon pun bangun. Ibu bertanya, apa Seo Yeon
yakin harus sampai berbuat sejauh itu. Seo Yeon mengangguk mantap.
Ayah
memengang pundak Seo Yeon menyemangati sementara ibu mengembalikan kertas Seo
Yeon ke mejanya dengan kesal.
>
2 komentar
Keren... Makin seru... 😱
Ceyennnnnn
EmoticonEmoticon