Detektif Oh mendatangi rumah Joo Ri, ibu Joo Ri yang membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. Tak lama kemudian Joo Ri menemuinya.
Joo Ri hanya
bisa bicara melalui tulisan. iabetanya, kenapa DetektifPh datang?
"Apa
Ibumu tahu? Bahwa kau menulis surat itu."
Joo Ri
menyodorkan kembali kertasnya. Detektif Oh lalu mengatakan tujuannya, ia kesana
hanya untuk bicara dengan Joo Ri. Keluarga Choi Woo Hyuk akan menuntut Joo Ri
atas pencemaran nama baik. Joo Ri akan mendapat surat panggilan beberapa hari
lagi.
Joo Ri
menulis bahwa Cho Rong yang melakukannya bukan dirinya. Detektif Oh tahu, ia
percaya jadi ia ingin bicara dulu dengan Joo Ri sebelum itu terjadi. Ia
mengerti Joo Ri syok karena semua ini.
Joo Ri kesal
dan menyeret Detektif Oh untuk meninggalkan ruangannya. Detektif Oh menegaskan
kalau ia ingin membantu tapi Joo Ri tetap tidak percaya dan tetap mengusirnya.
Seo Yeon ke
seolah ditemani ibunya. Mereka akan melakukan mediasi. Tapi Ibukesiswaan tidak
hadir hanya Kepsek dan ibu wali kelas yang meminta maaf pada Seo Yeon dan
Ibunya.
Ibu Seo Yeon
juga minta maaf, Seo Yeon telah membuat kekacauan, tapi bukan itu yang Seo
Yeonmaksudkan. Dan Ibu Seo Yeon mempertanyakan keberadaan Ibu Kesiswaan. Kepsek
mengatakan kalau Ibu Kesiswaan tidak hadir karena sakit.
"Dia
tidak ada? Padahal dia yang terlibat langsung!"
Kepsek
berjanji kalau itu tidak akan mempengaruhi mediasi hari ini, beliau meminta
pengertian Ibu Seo Yeon.
"Mediasi?
Antara siapa dengan siapa?"
"Oh
itu... Berdasarkan peraturan sekolah kami... Ko Seo Yeon tidak mematuhi
perintah pengajarnya. Dia memberontak secara serius terhadap perkataan
pengajarnya. Dia melakukan pelanggaran terhadap otoritas pengajar.
Sebelumnya..."
"Tunggu.
Pelanggaran terharap otoritas pengajar? Tidak bisa dipercaya. Dia ditampar
tepat di depan semua teman sekolahnya! Dan kau bilang puteriku yang melanggar
otoritas pengajarnya?"
"Hal
itu sangat disayangkan. Secara teknis, dia..."
"Maksudmu,
puteriku layak ditampar?"
"Bukan
seperti itu..."
"Itulah
maksudmu! Dia membantah, jadi pantas untuk ditampar!"
"Nyonya
Ko, tolong jangan emosional."
"Kau
pikir ada orang tua yang bisa duduk diam menikmati teh begini saat puterinya...
ditampar di sekolah oleh seorang guru? Dia puteriku! Dia menangis berhari-hari
dan tidak mau makan sama sekali! Dia mengalami kesulitan, tapi Guru itu bahkan
tidak menunjukkan batang hidungnya? Tidak ada permintaan maaf darinya? Kalian
sungguh ingin aku memulainya?"
Ibu Seo Yeon
menelfon ayah, mempertanyakan banagimana cara
mengajukan komplain atas metode pendisplinan yang ilegal. Kepsek panik,
bu Seo Yeon lalu keluar agar bisa bicara lebih jelas.
Seo Yeon
mengikuti ibunya keluar. Ia memprotes sikap ibunya, bahkan ia tidak sempat
bicara. Tapi ternyata ibunya cuma pura-pura dan ayahnya tidak mengangkat
telfon.
"Beginilah
dunia yang harus kau ketahui. Kau harus tahu cara untuk membuat seseorang
ketakutan, saat mereka mencoba menghindari tanggung-jawab. Begitu cara untuk
mendapatkan peluang lebih besar."
Sekarang Seo
Yeon bisa melakukan apapun yang Seo Yeon mau. Ibu berpesan agar Seo Yeon
berbicara sejelas mungkin seperti saat mereka berlatih. "Puteriku!
Fighting!"
Seo Yeon
masuk kembali ke ruangan Kepsek, dimana Kepsek menelfon Ibu Kesiswaan agar ke
ruangannya sekarang juga.
Kepsek
senang Seo Yeon kembali masuk, ia memastikan kalau Ibu Kesiswaan akan datang
jadi ia meminta Seo yeon kembali membawa ibunya masuk.
"Ibu
saya... akan saya coba untuk meyakinkan dia. api, tolong... lihat ini dulu,
Pak."
Seo Yeon
mengajukan proposal untuk olah perkara, Ia ingin menggelar olah perkara terbuka
atas insiden kematian Lee So Woo.
Ibu
kesiswaan masuk ke ruangan Kepsek. Seung Hyun dan temannya menguping di luar
dan ia mengabari Yoo Jin.
Yoo Jin tak menyangka kalau guru itu akan keruang kepsek, ia kira Ibu Kesiswaan bakal menghindar selama beberapa hari tapi ada satu yang menarik lagi.
"Olah
perkara terbuka atas insiden kematian Lee So Woo?"
Min Suk
mendengar Yoo Jin mengatakan hal itu pada Soo Hee, Joon Young juga. Soo Hee
kemudian merebut ponsel Yoo Jin untuk melihat lebih jelas, jadi itu yang
dimaksid Seo Yeon dengan membuat masalah!
Min Suk lalu
merebut ponsel Yoo Jin dari Soo Hee, ia juga ingin melihat lebih jelas dan
setelah melihatnya ia bergegas pergi keluar.
Seo Yeon
menjelaskan kalau ia ingin menginvestigasi sendiri, mereka akan mengumpulkan
bukti, mendiskusikan dan menyelesaikannya. mereka akan memutuskannya sendiri.
"Kau
sangat naif. Kau pikir sekolah akan menerima permintaan semacam ini?" Ujar
Ibu kesiswaan.
Lalu Seo
Yeon menunjukkan video tamparan. Ibu Kesiswaan geram, apa sekarang Seo Yeon
berusaha mengancamnya?!
Ibu
kesiswaan akan marah lagi tapi Kepsek menghentikannya. Selanjutnya Kepsek
berusaha bicara baik-baik pada Seo Yeon, apa tidak sebaiknya Seo Yeon fokus
belajar saja, mengingat nilai Seo Yeon juga tinggi.
"Situasi
ini membuat saya tidak bisa fokus belajar. Itu sebabnya, olah perkara harus
dilakukan. Dengan begitu, kita dapat mengakhiri semua ini."
"Pihak
sekolah sudah mengupayakannya."
"Pihak
sekolah... melakukan kesalahan. Pihak sekolah hanya mencoba untuk mengakhiri
ini dan menghindari kritik. Pihak sekolah hanya memikirkan cara agar
orang-orang lekas melupakan peristiwa ini. Sekolah sibuk menghindari masalah
dan mempertahankan diri."
Pak Kepsek
masih tenang, ia menjelaskan kalau
Mencari tahu terkadang bukanlah solusi terbaik. Lagi pula, sudah cukup
lama sejak insiden itu. Sekolah mulai normal kembali. Tapi Seo Yeon justru
mengungkit insiden kematian Lee So Woo lagi? Hal itu justru akan menimbulkan
kekacauan yang lebih besar di sekolah!
Ibu
Kesiswaan setuju dengan Kepsek, Seo Yeon semestinya membiarkan murid lain fokus
belajar!
Min Suk
kemudian mauk ruangan, ia setuju dengan Seo Yeon, ia tidak akan tinggal diam
jika insiden itu belum terselesaikan dengan benar.
"Apa-apaan
juga kau ini?" Bentak Ibu kesiswaan.
"Anda
membuktikan diri Anda tidak kompeten sebagai pengajar. Hanya karena seorang
murid mengutarakan pendapatnya, dia ditampar. Saya tidak ingin berada di sekolah
seperti itu. Saya tidak ingin mempertaruhkan hidup saya di sekolah yang tidak
rasional ini."
Ibu wali
kelas mencoba untuk menghentikan Min Suk, tapi Min Suk malah beralih pada
Kepsek.
"Anda
bilang para murid adalah prioritas utama Anda. Tolong buktikan. Buktikan bahwa
para murid adalah prioritas utama Anda, bahkan meski hal itu... akan merugikan
sekolah."
Pak Kepsek
bingung, ia menyuruh semuanya untuk keluar. Seo Yeon memandang Min Suk senang.
Saat kembali
ke kelas, Min SUk melarang Seo Yeon untuk mengatakan sesuatu yang emosional, ia
membenci hal semacam itu.
Soo Hee dan Yoo Jin menginterogasi Seung Hyun. Seung Hyun mengatakan kalau nada bicara Seo Yeon sangat tenang nampaknya Seo Yeon benar-benar mempersiapkan dirinya.
"Tapi
Min Suk juga luar biasa! "Saya tidak akan tinggal diam!" Karismanya
meledak-ledak!"
Yoo Jin
terkejut, Kim Min Suk? melakukannya?
Selanjutnya
Min Suk masuk kelas diikuti Seo Yeon dibelakangnya.
Seo Yeon
tidak langsung duduk, ia di depan untuk menjelaskan sesutau. Ia tidak tahu apa
yang sudah teman-teman dengar, Tapi ia mengajukan proposal pada Kepala Sekolah
untuk menggelar olah perkara terbuka.
"Jika
boleh kujelaskan... tujuan olah perkara ini adalah..."
Teman-teman
tidak ada yang antusias dengan ide Seo Yeon, menurut mereka itu hanya
buang-buang waktu, hanya ingin menhancurkan diri? Ini waktunya belajar tahu!
Seo Yeon
mengerti dan akhirnya mempersingkat penjelasannya, intinua ia akan menggelar
olah perkara atas insiden kematian Lee So Woo.mereka akan menginvestigasi sendiri,
mendiskusikan, kemudia menyelesaikannya.
"Mari
kita caritahu yang sebenarnya terjadi. Kebenaran di balik semua ini. Tapi
mereka bilang, kita membutuhkan ijin untuk hal itu, yang belum pernah terjadi
di sekolah ini. Sebab itu... aku meminta kalian untuk menandatangani
persetujuan olah perkara terbuka."
Seo Yeon
mengangkat surat persetujuan, ia butuh nama dan nomor kartu pelajar mereka.
Tapi sayangnya tidak ada yang mau.
Lalu Joon
Young mengankat tangannya diikuti Soo Hee, Yoo Jin, Seung Hyun dan teman
sebangku Seung Hyun.
Setelah itu
mereka berlima bicara di luar. Seung Hyun merasa kalau mereka sudah tamat. Soo
Hee menegurnya untuk menjaga bicara.
Yoo Jin akan
melakukan yang Seo Yeon minta, tapi sejujurnya ia tidak terlalu paham apa yang
sebenarnya diminta dari dirinya. Seung Hyun mnggut-manggut setuju.
"Apa
kau pernah melihat Ko Seo Yeon melakukan kesalhaan? Percaya saja dan ikuti
dia." Ujar Soo Hee, lalu ia bertanya, berapa banyak ttd yang mereka
butuhkan?
Seo Yeon
mengacungkan jari, 5. Soo Hee mengira cuma 50 murid tapi ternyata 500 murid.
Mereka membutuhkan 500 tanda tangan karena itu artinya mendapat suara
mayoritas.
"Oh
500, benar-benar banyak! Masing-masing dari kita harus mengumpulkan 100 tanda
tangan! Kita bisa melakukannya, kita hanya perlu bekerja keras!" Ujar Soo
Hee.
Seo Yeon
mengatakan satu hal lagi, parahnya mereka hanya punya waktu 3 hari. Seung Hyun
akan kabur setelah mendengarnya tapi Soo Hee berhasil menariknya kembali.
"Hei,
jaman sekarang, membangun rumah hanya memerlukan waktu tiga hari. Jangan
pesimis! Kamu si populer Ko Seo Yeon!"
Soo Hee
mengacungkan jempolnya, siapa untuk menerima tantangan! Yoo Jin setuju, ia
menggenggam jempol Soo Hee lalu Seung Hyun menggenggam jempol Yoo Jin.
"Kalau
sampai berhasil, itu semua berkat aku. Kalau tidak, berarti kesalahan
kalian!" Ujar Seung Hyun.
Joon Young
juga setuju dan Seo Yeon yang terakhir. lalu mereka sama-sama meneriaakan,
"Fighting!"
Yoo Jin
menggunakan 2 tiket konser EXO kursi VIP untuk menarik masa, ia akan memberikannya
secara gratis untuk siapapun yang berhasil mengumpulkan ttd terbanyak dan salam
sekejap surat persetujuan yang dibawa Joon Young ludes bahkan ia sampai
kuwalahan.
Seung Hyun membagikan minuman labu mabis untuk siapapun yang mau ttd tapi sepi.
Mereka juga rela berangkat pagi-pagi untuk mencegat anak-anak yang baru datang tapi mereka diacuhkan.
Seo Yeon tak menyerah, saat anak-anak pulang ia juga berusaha untuk mendapatkan ttd tapi hasilnya sama, bahkan lebih parah. Bahkan kertas persetujuan diremas dan dibuang di depannya.
Setelah sekolah sepi, Seo Yeon kembali ke kelas, ia merapikan kembali kertas yang diremas dan menjepitnya dengan buku.
Tiba-tiba Ji
Hoon muncul, "Kau yakin bisa melakukannya?". Ji Hoon bertanya, apa
Seo Yeon yakin bisa melakukan olah perkara itu?
"Sebentar.
Siapa kau? Kau murid sekolah lain!"
Ji Hoon
mengenalkan dirinya, ia murid SMA Seni Jeong-guk. Seo Yeon juga tahu nama Ji
Hoon, yang ia herankan kenapa Ji Hoon sampai kesana untuk menanyakan hal itu
padanya?
"Karena
kau melewatkan sesuatu di sini. Bagaimana olah perkara sebenarnya biasa
dimulai?"
"Kenapa
aku harus menjawabnya?
"Kau
pasti tidak tahu."
"Aku
tahu, kok. Jaksa harus mengajukan tuduhan pada terdakwa untuk memulai olah
perkara."
"Siapa
yang akan jadi jaksa dalam olah perkara ini?"
"Aku.
Memang agak aneh, tapi akulah yang mengajukan olah perkara ini."
"Jadi,
kau menjadi...?"
"Secara
teknis, aku akan menjadi Jaksa. Apa kau hanya ingin mengujiku tentang bagaimana
olah perkara digelar?"
Baiklah,
Kalau ada Jaksa, apa Seo Yeon akan menggelar persidangan juga? Seo Yeon
menjawab tegas, iya. Ini adalah kasus kriminal, apa Ji Hoon butuh penjelasan
lebih jauh? Seo Yeon akan mengikuti persis seperti persidangan yang berlaku di
negara ini.
"Bagaimana
dengan olah reka ulang tindak kriminalnya?"
"Digelar
untuk menentukan hukuman yang pantas untuk terdakwa sesuai hukum yang
berlaku."
"Menentukan
hukuman terdakwa itu memang tujuannya, tapi pengadilan tidak memiliki otoritas
untuk reka ulang kejadian. Lalu, apa hasil akhirnya?
"Tentu
untuk menentukan bersalah atau tidaknya terdakwa."
"Siapa
yang bersalah? Siapa yang bersalah dan tidak?"
Seo Yeon
hanya diam saja. Ji Hoon lalu menjawabnya untuk Seo Yeon, terdakwa. Seo Yeon
juga tahu itu. Ji Hoon balik bertanya, siapa terdakwa dalam olah perkara ini?
"Choi
Woo Hyuk."
Ji Hoon
menggut-manggut, Seo Yeon belum mengerti yang Seo Yeon lewatkan di sini. Dasar
dari olah perkara tidak lain adalah adu argumen antara jaksa dan terdakwa. Seo
Yeon hendak melakukan olah perkara tanpa adanya penggugat maupun terdakwa.
Seo Yeon
emosi, kenapa juga penggugat harus hadir di persidangan? Ji Hoon menjelaskan,
dalam sebuah kasus kriminal, penggugat adalah jaksa itu sendiri. Seo Yeon yang
menjadi jaksa sekaligus penggugat, dan terdakwanya adalah Choi Woo Hyuk. Seo
Yeon yakin bisa membuat Choi Woo Hyuk mengikuti olah perkara itu?
"Aku
tidak membutuhkan dia di sana. Malah lebih baik dia tidak ikut serta. Aku yakin
dia hanya akan melukai murid lain dan semuanya jadi kacau!"
"Itu
disebut prasangka."
"Itu
pengalaman. Kau tidak tahu karena kau berasal dari sekolah yang berbeda."
Ji Hoon
kembali bertanya, lalu siapa yang akan menjadi pengacara Choi Woo Hyuk dalam
olah perkara itu? Seo Yeon tidak bisa menjawabnya, ia malah balik bertanya.
Ji Hoon
menjelaskan, sesuai yang dikatakan Seo Yeon tadi, Setiap murid dari SMA
Jeong-guk sudah memiliki prasangka dan kebencian terhadap dia. Lalu, siapa yang
bisa menjadi pengacara yang rasional untuknya? Tidak bisa disebut olah perkara
jika semua orang sduah memiliki prasangka terhadap terdakwa. Terlebih, jika
mereka bahkan tidak memberi Woo Hyuk kesempatan membela diri! Itu tidak lebih
dari perburuan penyihir (sarkasme : sengaja ingin menjatuhkan)!
"Jaga
mulutmu! Tahu apa kau soal ini?"
"Kalau
begitu, lakukan dengan benar! Jika ingin olah perkara berjalan adil, kau harus
membuat Choi Woo Hyuk duduk di kursi terdakwa. Lalu, Choi Woo Hyuk juga
membutuhkan orang yang obyektif sebagai pengacaranya. Seorang murid dari
sekolah lain."
"Mungkin
kau tidak mengerti situasinya dengan jelas, tapi mendapatkan tanda tangan saja
sudah sulit. Ditambah melibatkan murid sekolah lain! Mana bisa aku mendapatkan
murid sekolah lain yang mau membantu?"
Ji Hoon
duduk di depan Seo Yeon. Seo Yeon bertanya, apa Ji Hoon mau ambil bagian dalam
sidang olah perkara ini? Ji Hoon mengangguk. Sementara itu Soo Hee dan Yoo Jin
yang baru datang mengintip mereka dari luar
"Kenapa
kau mau melakukannya?" Tanya Seo Yeon.
Ji Hoon
hanya ingin melihat seperti apa persiapan Seo Yeon. Seo Yeon menjawab kalau Ji
Hoon terlalu ikut campur dalam hal ini.
"Kau
bahkan tidak bisa menahan kritikan sesederhana ini? Bagaimana kau bisa melewati
yang lebih sulit dalam olah perkara nanti?"
"Kau
pikir kau siapa? Apa kau selalu seperti ini? Terima kasih sudah repot-repot
kemari. Tapi aku tidak membutuhkan bantuanmu. Sekalipun aku membutuhkan bantuan
orang lain, jelas bukan darimu. Jika kau ingin mengolokku, lakukan dari jauh.
Aku pergi dulu."
Seo Yeon
keluar dan mengajak teman-temannya pergi. Yoo Jin protes, bagaimana bisa Seo Yeon menolak bantuan Ji Hoon saat Ji Hoon
menawarkan diri dengan wajah seperti itu? Ini kejahatan terhadap ketampanan
seseorang!
"Ada
apa denganmu? Kita membutuhkan bantuan sebanyak mungkin!" Ujar Soo Hee.
"Bayangkan
dia terlibat dalam hal ini. Sekalipun tidak sempat makan, aku tetap bahagia
hanya dengan melihat wajahnya! Coba pikirkan uang saku yang bisa ditabung
karena tidak
membeli makanan! Semua orang bisa bahagia!" Imbuh Yoo Jin.
"Kita
tidak berada dalam posisi untuk memilih!" Tambah Soo Hee.
Seo Yeon
kesal dan meminta teman-temannya berhenti lalu ia pergi duluan.
Seo Yeon
pulang ke rumah dengan kesal. Ia melampiaskan kekesalannya dengan memukuli
bonekan yang ia ibaratkan sebagai Ji Hoon.
Pak Kepsek sementara datang ke makan siang antara Ketua, Pak Han dan Pak kepsek lama. Pak kepsek lama memarahi Pak kepsek sementara karena membiarkan olah perkara terbuka.
"Aku
mengerti kau hanya petugas sementara, tapi tetap saja! Bagaimana bisa kau
membiarkan semuanya sejauh ini?"
Ketua menyuruh
Pak Kepsek sementara untuk duduk. Saat mencoba menutup mata seseorang, maka
mulutnya yang akan terbuka. Dan saat mencoba membungkam mulutnya, lengan akan
digunakan menyerang. Beliau menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak dapat
terprediksi dalam hidup.
"Ketua!
Ini bukan tindakan yang tidak terprediksi. Dia sengaja mengijinkan olah perkara
terbuka ini!" Elak Kepsek lama.
Kepsek
sementara membantah, bukan persetujuan penuh, jika penanggung-jawab sekolah
tidak memberi ijin, Seo Yeon bisa melakukan sesuatu yang lebih tidak
terprediksi. Seo Yeon bisa mengirim video itu pada media. Atau mengirimkan
protes pada Kementrian Pendidikan. Hal itu dapat menjadi bencana!
"Anda,
Kepala Sekolah, menyerah akan otoritas sekolah... demi menyelamatkan karir
seorang pengajar. Bagaimana kalau para murid menyetujui olah perkara itu. Jika
terjadi, sekolah tidak memiliki alasan lagi untuk menolak olah perkara itu.
Anda seharusnya tidak memberikan para murid kekuatan untuk memutuskan. Ini
kesalahan yang sangat fatal." Tegur Pak Han dengan nada lembut tapi
menusuk.
Pak Kepsek
lama membenarkan, Bagaimana kalau olah perkara terbuka benar-benar
dilaksanakan? Hanya soal waktu sampai
insiden itu tersebar!
Kepsek
sementara menegaskan kalau ini tidak akan terjadi, Hari ini adalah hari
terakhir, tapi mereka bahkan belum mendapatkan separuh dari jumlah tanda tangan
seharusnya. Besok pagi dilakukan rapat.
"Kepala
Sekolah? Untuk berjaga-jaga, siapkan respon yang tepat." Pinta Pak Han dan
Kepsek sementara mengerti.
Joon Young
datang ke tempat game online dimana disana banyak adik-adik kelasnya yang
bermain. Ia menggantikan salah satu dari mereka dalam bermain dan berhasil
mengalahkan musuh.
Adik-adik kelas
senang dan sebagai imbalannya mereka bersedia menandatangani surat persetujuan.
Seo Yeon
mengirim pesan pada Soo Hee dan Yoo Jin tapi keduanya kompak tidak membalas
padahal ia ingin minta maaf.
Seo Yeon
lalu membuka intagram Soo Hee dan Yoo Jin tapi keduanya sama-sama memblokir
akunnya.
Joon Young
lari-lari ia menemukan Seo Yeon ayunan sedang menangis. Joon Young khawatir,
apa yang terjadi?
"Aku...
Aku sudah berakhir!"
Saat Seo
Yeon sudh berhenti menangis, ia curhat pada Joon Young, memang itu maslah
besar? sampai mereka memblokir akun-ny begitu? Ia tidak pernah menggosipkan
mereka, tidak pernah jahat pada mereka, bahkan juga tidak mengolok mereka! Ia
menekan tombol "Like" di
setiap unggahan mereka di SNS! Bagaimana bisa mereka seperti ini padanya hanya
karena ia agak emosional?
Joon Young
hanya manggut-manggut saja. lalu Seo Yeon minta ponsel Joon Young, ia yakin
mereka tidak memblokir akun Joon Young.
Seo Yeon
membuka instagram Soo Hee. dalam postingan terakhir, Soo Hee mengumumkan adanya
konser Julius. Klub rock SMA Seni Jeong-guk, Konser kejutan bersama Han Ji
Hoon.
Seo Yeon dan
Joon Young ke tempat konser dan cewek-cewek dari sekolahnya hadir semua.
Sementara Soo Hee Yoo Jin dan Seung Hyun membagikan surat persetujuan.
Mereka
melihat Seo Yeon dan cepat-cepat sembunyi.
Joo Ri
melihat postingan tentang konser Han Ji Hoon serta koemntarnya,kebanyakan
mereka menandatangani persetujuan olah perkara demi Han Ji Hoon.
"Aku
tidak tahan pada Ko Seo Yeon!" Tulis Joo Ri di kolom komentar.
Joo Ri
pulang ke rumahnya, ada pak pos yang mengatarkan surat. Joo Ri menerima surat
itu dan membukanya di kamar, itu adalah surat panggilan dari kantor polisi
seperti yang dikatakan Detektif Oh.
Joo Ri kesal
dan membantik semua yang ada di kamarnya.
"Aku
akan membunuh mereka semua!" Teriak Joo Ri.
Ibunya
datang dan memeluk Joo Ri dari belakang. Joo Ri berteriak kalau ini bukan
salahnya! ini membuatnya gila!
Ibu menangis
melihat keadaan Joo Ri, ia meminta Joo Ri untuk tenang. Joo Ri menegaskan kalau
ia melihatnya! Melihat Choi Woo Hyuk membunuh Lee So Woo! Tapi kenapa ia harus
melewati berbagai kesulitan karena hal itu?
Konser
Julius masih berlangsung dan untuk lagu terakhir, ia memilihnya secara khusus,
Ji Hoon berkata kalau seseorang baru saja meninggalkannya.
"kuharap
dia akan mendengarkan lagu ini dari atas sana."
Setelah
konser usai, Seo Yeon menemui Ji Hoon di balik panggung,
"Sebelumnya,
aku tidak pernah mengatakan ini pada orang lain. Kau... kau terlalu arogan.
Kenapa kau melibatkan dirimu? Kami tetap bisa menyelesaikannya tanpamu. Apa kau
sungguh harus membuatku jadi orang bodoh begini? Aku tidak melakukan semua ini
hanya karena emosiku semata. Olah perkara itu... bukan untuk bersenang-senang.
Bukan sebuah lelucon. Kau tidak seharusnya ikut campur seperti itu. Jadi,
jangan usik aku dan teman-temanku! Dan... Terima kasih untuk ini. Bantuan
tetaplah bantuan."
Ji Hoon
menghentikan Seo Yeon yang akan pergi, kenapa Seo Yeon pikir bahwa dirinyalah
stu-satunya uang tulus dalam hal ini?
"Aku
juga sungguh-sungguh."
"Kau...
mengenal Lee So Woo?"
"Tidak."
>
EmoticonEmoticon