-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 3 Part 2

- Desember 30, 2016
>
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury episode 3 Part 2

Detektif Oh mendatangi rumah Joo Ri, ibu Joo Ri yang membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. Tak lama kemudian Joo Ri menemuinya.

Joo Ri hanya bisa bicara melalui tulisan. iabetanya, kenapa DetektifPh datang?

"Apa Ibumu tahu? Bahwa kau menulis surat itu."

Joo Ri menyodorkan kembali kertasnya. Detektif Oh lalu mengatakan tujuannya, ia kesana hanya untuk bicara dengan Joo Ri. Keluarga Choi Woo Hyuk akan menuntut Joo Ri atas pencemaran nama baik. Joo Ri akan mendapat surat panggilan beberapa hari lagi.

Joo Ri menulis bahwa Cho Rong yang melakukannya bukan dirinya. Detektif Oh tahu, ia percaya jadi ia ingin bicara dulu dengan Joo Ri sebelum itu terjadi. Ia mengerti Joo Ri syok karena semua ini.

Joo Ri kesal dan menyeret Detektif Oh untuk meninggalkan ruangannya. Detektif Oh menegaskan kalau ia ingin membantu tapi Joo Ri tetap tidak percaya dan tetap mengusirnya.
Seo Yeon ke seolah ditemani ibunya. Mereka akan melakukan mediasi. Tapi Ibukesiswaan tidak hadir hanya Kepsek dan ibu wali kelas yang meminta maaf pada Seo Yeon dan Ibunya.

Ibu Seo Yeon juga minta maaf, Seo Yeon telah membuat kekacauan, tapi bukan itu yang Seo Yeonmaksudkan. Dan Ibu Seo Yeon mempertanyakan keberadaan Ibu Kesiswaan. Kepsek mengatakan kalau Ibu Kesiswaan tidak hadir karena sakit.

"Dia tidak ada? Padahal dia yang terlibat langsung!"

Kepsek berjanji kalau itu tidak akan mempengaruhi mediasi hari ini, beliau meminta pengertian Ibu Seo Yeon.

"Mediasi? Antara siapa dengan siapa?"
"Oh itu... Berdasarkan peraturan sekolah kami... Ko Seo Yeon tidak mematuhi perintah pengajarnya. Dia memberontak secara serius terhadap perkataan pengajarnya. Dia melakukan pelanggaran terhadap otoritas pengajar. Sebelumnya..."

"Tunggu. Pelanggaran terharap otoritas pengajar? Tidak bisa dipercaya. Dia ditampar tepat di depan semua teman sekolahnya! Dan kau bilang puteriku yang melanggar otoritas pengajarnya?"

"Hal itu sangat disayangkan. Secara teknis, dia..."

"Maksudmu, puteriku layak ditampar?"

"Bukan seperti itu..."

"Itulah maksudmu! Dia membantah, jadi pantas untuk ditampar!"

"Nyonya Ko, tolong jangan emosional."

"Kau pikir ada orang tua yang bisa duduk diam menikmati teh begini saat puterinya... ditampar di sekolah oleh seorang guru? Dia puteriku! Dia menangis berhari-hari dan tidak mau makan sama sekali! Dia mengalami kesulitan, tapi Guru itu bahkan tidak menunjukkan batang hidungnya? Tidak ada permintaan maaf darinya? Kalian sungguh ingin aku memulainya?"

Ibu Seo Yeon menelfon ayah, mempertanyakan banagimana cara  mengajukan komplain atas metode pendisplinan yang ilegal. Kepsek panik, bu Seo Yeon lalu keluar agar bisa bicara lebih jelas.
Seo Yeon mengikuti ibunya keluar. Ia memprotes sikap ibunya, bahkan ia tidak sempat bicara. Tapi ternyata ibunya cuma pura-pura dan ayahnya tidak mengangkat telfon.

"Beginilah dunia yang harus kau ketahui. Kau harus tahu cara untuk membuat seseorang ketakutan, saat mereka mencoba menghindari tanggung-jawab. Begitu cara untuk mendapatkan peluang lebih besar."

Sekarang Seo Yeon bisa melakukan apapun yang Seo Yeon mau. Ibu berpesan agar Seo Yeon berbicara sejelas mungkin seperti saat mereka berlatih. "Puteriku! Fighting!"
Seo Yeon masuk kembali ke ruangan Kepsek, dimana Kepsek menelfon Ibu Kesiswaan agar ke ruangannya sekarang juga.

Kepsek senang Seo Yeon kembali masuk, ia memastikan kalau Ibu Kesiswaan akan datang jadi ia meminta Seo yeon kembali membawa ibunya masuk.

"Ibu saya... akan saya coba untuk meyakinkan dia. api, tolong... lihat ini dulu, Pak."

Seo Yeon mengajukan proposal untuk olah perkara, Ia ingin menggelar olah perkara terbuka atas insiden kematian Lee So Woo.
Ibu kesiswaan masuk ke ruangan Kepsek. Seung Hyun dan temannya menguping di luar dan ia mengabari Yoo Jin.
Yoo Jin tak menyangka kalau guru itu akan keruang kepsek, ia kira Ibu Kesiswaan bakal menghindar selama beberapa hari tapi ada satu yang menarik lagi.

"Olah perkara terbuka atas insiden kematian Lee So Woo?"
Min Suk mendengar Yoo Jin mengatakan hal itu pada Soo Hee, Joon Young juga. Soo Hee kemudian merebut ponsel Yoo Jin untuk melihat lebih jelas, jadi itu yang dimaksid Seo Yeon dengan membuat masalah!

Min Suk lalu merebut ponsel Yoo Jin dari Soo Hee, ia juga ingin melihat lebih jelas dan setelah melihatnya ia bergegas pergi keluar.
Seo Yeon menjelaskan kalau ia ingin menginvestigasi sendiri, mereka akan mengumpulkan bukti, mendiskusikan dan menyelesaikannya. mereka akan memutuskannya sendiri.

"Kau sangat naif. Kau pikir sekolah akan menerima permintaan semacam ini?" Ujar Ibu kesiswaan.

Lalu Seo Yeon menunjukkan video tamparan. Ibu Kesiswaan geram, apa sekarang Seo Yeon berusaha mengancamnya?!

Ibu kesiswaan akan marah lagi tapi Kepsek menghentikannya. Selanjutnya Kepsek berusaha bicara baik-baik pada Seo Yeon, apa tidak sebaiknya Seo Yeon fokus belajar saja, mengingat nilai Seo Yeon juga tinggi.

"Situasi ini membuat saya tidak bisa fokus belajar. Itu sebabnya, olah perkara harus dilakukan. Dengan begitu, kita dapat mengakhiri semua ini."

"Pihak sekolah sudah mengupayakannya."

"Pihak sekolah... melakukan kesalahan. Pihak sekolah hanya mencoba untuk mengakhiri ini dan menghindari kritik. Pihak sekolah hanya memikirkan cara agar orang-orang lekas melupakan peristiwa ini. Sekolah sibuk menghindari masalah dan mempertahankan diri."
Pak Kepsek masih tenang, ia menjelaskan kalau  Mencari tahu terkadang bukanlah solusi terbaik. Lagi pula, sudah cukup lama sejak insiden itu. Sekolah mulai normal kembali. Tapi Seo Yeon justru mengungkit insiden kematian Lee So Woo lagi? Hal itu justru akan menimbulkan kekacauan yang lebih besar di sekolah!

Ibu Kesiswaan setuju dengan Kepsek, Seo Yeon semestinya membiarkan murid lain fokus belajar!
Min Suk kemudian mauk ruangan, ia setuju dengan Seo Yeon, ia tidak akan tinggal diam jika insiden itu belum terselesaikan dengan benar.

"Apa-apaan juga kau ini?" Bentak Ibu kesiswaan.

"Anda membuktikan diri Anda tidak kompeten sebagai pengajar. Hanya karena seorang murid mengutarakan pendapatnya, dia ditampar. Saya tidak ingin berada di sekolah seperti itu. Saya tidak ingin mempertaruhkan hidup saya di sekolah yang tidak rasional ini."

Ibu wali kelas mencoba untuk menghentikan Min Suk, tapi Min Suk malah beralih pada Kepsek.

"Anda bilang para murid adalah prioritas utama Anda. Tolong buktikan. Buktikan bahwa para murid adalah prioritas utama Anda, bahkan meski hal itu... akan merugikan sekolah."

Pak Kepsek bingung, ia menyuruh semuanya untuk keluar. Seo Yeon memandang Min Suk senang.
Saat kembali ke kelas, Min SUk melarang Seo Yeon untuk mengatakan sesuatu yang emosional, ia membenci hal semacam itu.
Soo Hee dan Yoo Jin menginterogasi Seung Hyun. Seung Hyun mengatakan kalau nada bicara Seo Yeon sangat tenang nampaknya Seo Yeon benar-benar mempersiapkan dirinya.

"Tapi Min Suk juga luar biasa! "Saya tidak akan tinggal diam!" Karismanya meledak-ledak!"

Yoo Jin terkejut, Kim Min Suk? melakukannya?

Selanjutnya Min Suk masuk kelas diikuti Seo Yeon dibelakangnya.
Seo Yeon tidak langsung duduk, ia di depan untuk menjelaskan sesutau. Ia tidak tahu apa yang sudah teman-teman dengar, Tapi ia mengajukan proposal pada Kepala Sekolah untuk menggelar olah perkara terbuka.

"Jika boleh kujelaskan... tujuan olah perkara ini adalah..."

Teman-teman tidak ada yang antusias dengan ide Seo Yeon, menurut mereka itu hanya buang-buang waktu, hanya ingin menhancurkan diri? Ini waktunya belajar tahu!

Seo Yeon mengerti dan akhirnya mempersingkat penjelasannya, intinua ia akan menggelar olah perkara atas insiden kematian Lee So Woo.mereka akan menginvestigasi sendiri, mendiskusikan, kemudia menyelesaikannya.

"Mari kita caritahu yang sebenarnya terjadi. Kebenaran di balik semua ini. Tapi mereka bilang, kita membutuhkan ijin untuk hal itu, yang belum pernah terjadi di sekolah ini. Sebab itu... aku meminta kalian untuk menandatangani persetujuan olah perkara terbuka."
Seo Yeon mengangkat surat persetujuan, ia butuh nama dan nomor kartu pelajar mereka. Tapi sayangnya tidak ada yang mau.

Lalu Joon Young mengankat tangannya diikuti Soo Hee, Yoo Jin, Seung Hyun dan teman sebangku Seung Hyun.
Setelah itu mereka berlima bicara di luar. Seung Hyun merasa kalau mereka sudah tamat. Soo Hee menegurnya untuk menjaga bicara.

Yoo Jin akan melakukan yang Seo Yeon minta, tapi sejujurnya ia tidak terlalu paham apa yang sebenarnya diminta dari dirinya. Seung Hyun mnggut-manggut setuju.

"Apa kau pernah melihat Ko Seo Yeon melakukan kesalhaan? Percaya saja dan ikuti dia." Ujar Soo Hee, lalu ia bertanya, berapa banyak ttd yang mereka butuhkan?
Seo Yeon mengacungkan jari, 5. Soo Hee mengira cuma 50 murid tapi ternyata 500 murid. Mereka membutuhkan 500 tanda tangan karena itu artinya mendapat suara mayoritas.

"Oh 500, benar-benar banyak! Masing-masing dari kita harus mengumpulkan 100 tanda tangan! Kita bisa melakukannya, kita hanya perlu bekerja keras!" Ujar Soo Hee.

Seo Yeon mengatakan satu hal lagi, parahnya mereka hanya punya waktu 3 hari. Seung Hyun akan kabur setelah mendengarnya tapi Soo Hee berhasil menariknya kembali.

"Hei, jaman sekarang, membangun rumah hanya memerlukan waktu tiga hari. Jangan pesimis! Kamu si populer Ko Seo Yeon!"

Soo Hee mengacungkan jempolnya, siapa untuk menerima tantangan! Yoo Jin setuju, ia menggenggam jempol Soo Hee lalu Seung Hyun menggenggam jempol Yoo Jin.

"Kalau sampai berhasil, itu semua berkat aku. Kalau tidak, berarti kesalahan kalian!" Ujar Seung Hyun.

Joon Young juga setuju dan Seo Yeon yang terakhir. lalu mereka sama-sama meneriaakan, "Fighting!"
Yoo Jin menggunakan 2 tiket konser EXO kursi VIP untuk menarik masa, ia akan memberikannya secara gratis untuk siapapun yang berhasil mengumpulkan ttd terbanyak dan salam sekejap surat persetujuan yang dibawa Joon Young ludes bahkan ia sampai kuwalahan.
Seung Hyun membagikan minuman labu mabis untuk siapapun yang mau ttd tapi sepi.
Mereka juga rela berangkat pagi-pagi untuk mencegat anak-anak yang baru datang tapi mereka diacuhkan.
Seo Yeon tak menyerah, saat anak-anak pulang ia juga berusaha untuk mendapatkan ttd tapi hasilnya sama, bahkan lebih parah. Bahkan kertas persetujuan diremas dan dibuang di depannya.
Setelah sekolah sepi, Seo Yeon kembali ke kelas, ia merapikan kembali kertas yang diremas dan menjepitnya dengan buku.

Tiba-tiba Ji Hoon muncul, "Kau yakin bisa melakukannya?". Ji Hoon bertanya, apa Seo Yeon yakin bisa melakukan olah perkara itu?

"Sebentar. Siapa kau? Kau murid sekolah lain!"

Ji Hoon mengenalkan dirinya, ia murid SMA Seni Jeong-guk. Seo Yeon juga tahu nama Ji Hoon, yang ia herankan kenapa Ji Hoon sampai kesana untuk menanyakan hal itu padanya?

"Karena kau melewatkan sesuatu di sini. Bagaimana olah perkara sebenarnya biasa dimulai?"

"Kenapa aku harus menjawabnya?

"Kau pasti tidak tahu."

"Aku tahu, kok. Jaksa harus mengajukan tuduhan pada terdakwa untuk memulai olah perkara."

"Siapa yang akan jadi jaksa dalam olah perkara ini?"

"Aku. Memang agak aneh, tapi akulah yang mengajukan olah perkara ini."

"Jadi, kau menjadi...?"

"Secara teknis, aku akan menjadi Jaksa. Apa kau hanya ingin mengujiku tentang bagaimana olah perkara digelar?"

Baiklah, Kalau ada Jaksa, apa Seo Yeon akan menggelar persidangan juga? Seo Yeon menjawab tegas, iya. Ini adalah kasus kriminal, apa Ji Hoon butuh penjelasan lebih jauh? Seo Yeon akan mengikuti persis seperti persidangan yang berlaku di negara ini.

"Bagaimana dengan olah reka ulang tindak kriminalnya?"

"Digelar untuk menentukan hukuman yang pantas untuk terdakwa sesuai hukum yang berlaku."

"Menentukan hukuman terdakwa itu memang tujuannya, tapi pengadilan tidak memiliki otoritas untuk reka ulang kejadian. Lalu, apa hasil akhirnya?

"Tentu untuk menentukan bersalah atau tidaknya terdakwa."

"Siapa yang bersalah? Siapa yang bersalah dan tidak?"
Seo Yeon hanya diam saja. Ji Hoon lalu menjawabnya untuk Seo Yeon, terdakwa. Seo Yeon juga tahu itu. Ji Hoon balik bertanya, siapa terdakwa dalam olah perkara ini?

"Choi Woo Hyuk."

Ji Hoon menggut-manggut, Seo Yeon belum mengerti yang Seo Yeon lewatkan di sini. Dasar dari olah perkara tidak lain adalah adu argumen antara jaksa dan terdakwa. Seo Yeon hendak melakukan olah perkara tanpa adanya penggugat maupun terdakwa.

Seo Yeon emosi, kenapa juga penggugat harus hadir di persidangan? Ji Hoon menjelaskan, dalam sebuah kasus kriminal, penggugat adalah jaksa itu sendiri. Seo Yeon yang menjadi jaksa sekaligus penggugat, dan terdakwanya adalah Choi Woo Hyuk. Seo Yeon yakin bisa membuat Choi Woo Hyuk mengikuti olah perkara itu?

"Aku tidak membutuhkan dia di sana. Malah lebih baik dia tidak ikut serta. Aku yakin dia hanya akan melukai murid lain dan semuanya jadi kacau!"

"Itu disebut prasangka."

"Itu pengalaman. Kau tidak tahu karena kau berasal dari sekolah yang berbeda."

Ji Hoon kembali bertanya, lalu siapa yang akan menjadi pengacara Choi Woo Hyuk dalam olah perkara itu? Seo Yeon tidak bisa menjawabnya, ia malah balik bertanya.

Ji Hoon menjelaskan, sesuai yang dikatakan Seo Yeon tadi, Setiap murid dari SMA Jeong-guk sudah memiliki prasangka dan kebencian terhadap dia. Lalu, siapa yang bisa menjadi pengacara yang rasional untuknya? Tidak bisa disebut olah perkara jika semua orang sduah memiliki prasangka terhadap terdakwa. Terlebih, jika mereka bahkan tidak memberi Woo Hyuk kesempatan membela diri! Itu tidak lebih dari perburuan penyihir (sarkasme : sengaja ingin menjatuhkan)!

"Jaga mulutmu! Tahu apa kau soal ini?"

"Kalau begitu, lakukan dengan benar! Jika ingin olah perkara berjalan adil, kau harus membuat Choi Woo Hyuk duduk di kursi terdakwa. Lalu, Choi Woo Hyuk juga membutuhkan orang yang obyektif sebagai pengacaranya. Seorang murid dari sekolah lain."

"Mungkin kau tidak mengerti situasinya dengan jelas, tapi mendapatkan tanda tangan saja sudah sulit. Ditambah melibatkan murid sekolah lain! Mana bisa aku mendapatkan murid sekolah lain yang mau membantu?"
Ji Hoon duduk di depan Seo Yeon. Seo Yeon bertanya, apa Ji Hoon mau ambil bagian dalam sidang olah perkara ini? Ji Hoon mengangguk. Sementara itu Soo Hee dan Yoo Jin yang baru datang mengintip mereka dari luar

"Kenapa kau mau melakukannya?" Tanya Seo Yeon.

Ji Hoon hanya ingin melihat seperti apa persiapan Seo Yeon. Seo Yeon menjawab kalau Ji Hoon terlalu ikut campur dalam hal ini.

"Kau bahkan tidak bisa menahan kritikan sesederhana ini? Bagaimana kau bisa melewati yang lebih sulit dalam olah perkara nanti?"

"Kau pikir kau siapa? Apa kau selalu seperti ini? Terima kasih sudah repot-repot kemari. Tapi aku tidak membutuhkan bantuanmu. Sekalipun aku membutuhkan bantuan orang lain, jelas bukan darimu. Jika kau ingin mengolokku, lakukan dari jauh. Aku pergi dulu."
Seo Yeon keluar dan mengajak teman-temannya pergi. Yoo Jin protes, bagaimana bisa  Seo Yeon menolak bantuan Ji Hoon saat Ji Hoon menawarkan diri dengan wajah seperti itu? Ini kejahatan terhadap ketampanan seseorang!

"Ada apa denganmu? Kita membutuhkan bantuan sebanyak mungkin!" Ujar Soo Hee.

"Bayangkan dia terlibat dalam hal ini. Sekalipun tidak sempat makan, aku tetap bahagia hanya dengan melihat wajahnya! Coba pikirkan uang saku yang bisa ditabung
karena tidak membeli makanan! Semua orang bisa bahagia!" Imbuh Yoo Jin.

"Kita tidak berada dalam posisi untuk memilih!" Tambah Soo Hee.

Seo Yeon kesal dan meminta teman-temannya berhenti lalu ia pergi duluan.
Seo Yeon pulang ke rumah dengan kesal. Ia melampiaskan kekesalannya dengan memukuli bonekan yang ia ibaratkan sebagai Ji Hoon.
Pak Kepsek sementara datang ke makan siang antara Ketua, Pak Han dan Pak kepsek lama. Pak kepsek lama memarahi Pak kepsek sementara karena membiarkan olah perkara terbuka.

"Aku mengerti kau hanya petugas sementara, tapi tetap saja! Bagaimana bisa kau membiarkan semuanya sejauh ini?"

Ketua menyuruh Pak Kepsek sementara untuk duduk. Saat mencoba menutup mata seseorang, maka mulutnya yang akan terbuka. Dan saat mencoba membungkam mulutnya, lengan akan digunakan menyerang. Beliau menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak dapat terprediksi dalam hidup.

"Ketua! Ini bukan tindakan yang tidak terprediksi. Dia sengaja mengijinkan olah perkara terbuka ini!" Elak Kepsek lama.

Kepsek sementara membantah, bukan persetujuan penuh, jika penanggung-jawab sekolah tidak memberi ijin, Seo Yeon bisa melakukan sesuatu yang lebih tidak terprediksi. Seo Yeon bisa mengirim video itu pada media. Atau mengirimkan protes pada Kementrian Pendidikan. Hal itu dapat menjadi bencana!

"Anda, Kepala Sekolah, menyerah akan otoritas sekolah... demi menyelamatkan karir seorang pengajar. Bagaimana kalau para murid menyetujui olah perkara itu. Jika terjadi, sekolah tidak memiliki alasan lagi untuk menolak olah perkara itu. Anda seharusnya tidak memberikan para murid kekuatan untuk memutuskan. Ini kesalahan yang sangat fatal." Tegur Pak Han dengan nada lembut tapi menusuk.

Pak Kepsek lama membenarkan, Bagaimana kalau olah perkara terbuka benar-benar dilaksanakan? Hanya soal waktu  sampai insiden itu tersebar!

Kepsek sementara menegaskan kalau ini tidak akan terjadi, Hari ini adalah hari terakhir, tapi mereka bahkan belum mendapatkan separuh dari jumlah tanda tangan seharusnya. Besok pagi dilakukan rapat.

"Kepala Sekolah? Untuk berjaga-jaga, siapkan respon yang tepat." Pinta Pak Han dan Kepsek sementara mengerti.
Joon Young datang ke tempat game online dimana disana banyak adik-adik kelasnya yang bermain. Ia menggantikan salah satu dari mereka dalam bermain dan berhasil mengalahkan musuh.

Adik-adik kelas senang dan sebagai imbalannya mereka bersedia menandatangani surat persetujuan.
Seo Yeon mengirim pesan pada Soo Hee dan Yoo Jin tapi keduanya kompak tidak membalas padahal ia ingin minta maaf. 

Seo Yeon lalu membuka intagram Soo Hee dan Yoo Jin tapi keduanya sama-sama memblokir akunnya.
Joon Young lari-lari ia menemukan Seo Yeon ayunan sedang menangis. Joon Young khawatir, apa yang terjadi?

"Aku... Aku sudah berakhir!"

Saat Seo Yeon sudh berhenti menangis, ia curhat pada Joon Young, memang itu maslah besar? sampai mereka memblokir akun-ny begitu? Ia tidak pernah menggosipkan mereka, tidak pernah jahat pada mereka, bahkan juga tidak mengolok mereka! Ia menekan tombol  "Like" di setiap unggahan mereka di SNS! Bagaimana bisa mereka seperti ini padanya hanya karena ia agak emosional?
Joon Young hanya manggut-manggut saja. lalu Seo Yeon minta ponsel Joon Young, ia yakin mereka tidak memblokir akun Joon Young.

Seo Yeon membuka instagram Soo Hee. dalam postingan terakhir, Soo Hee mengumumkan adanya konser Julius. Klub rock SMA Seni Jeong-guk, Konser kejutan bersama Han Ji Hoon.
Seo Yeon dan Joon Young ke tempat konser dan cewek-cewek dari sekolahnya hadir semua. Sementara Soo Hee Yoo Jin dan Seung Hyun membagikan surat persetujuan.

Mereka melihat Seo Yeon dan cepat-cepat sembunyi.
Joo Ri melihat postingan tentang konser Han Ji Hoon serta koemntarnya,kebanyakan mereka menandatangani persetujuan olah perkara demi Han Ji Hoon.

"Aku tidak tahan pada Ko Seo Yeon!" Tulis Joo Ri di kolom komentar.
Joo Ri pulang ke rumahnya, ada pak pos yang mengatarkan surat. Joo Ri menerima surat itu dan membukanya di kamar, itu adalah surat panggilan dari kantor polisi seperti yang dikatakan Detektif Oh.

Joo Ri kesal dan membantik semua yang ada di kamarnya.

"Aku akan membunuh mereka semua!" Teriak Joo Ri.

Ibunya datang dan memeluk Joo Ri dari belakang. Joo Ri berteriak kalau ini bukan salahnya! ini membuatnya gila!

Ibu menangis melihat keadaan Joo Ri, ia meminta Joo Ri untuk tenang. Joo Ri menegaskan kalau ia melihatnya! Melihat Choi Woo Hyuk membunuh Lee So Woo! Tapi kenapa ia harus melewati berbagai kesulitan karena hal itu?
Konser Julius masih berlangsung dan untuk lagu terakhir, ia memilihnya secara khusus, Ji Hoon berkata kalau seseorang baru saja meninggalkannya.

"kuharap dia akan mendengarkan lagu ini dari atas sana."
Setelah konser usai, Seo Yeon menemui Ji Hoon di balik panggung,

"Sebelumnya, aku tidak pernah mengatakan ini pada orang lain. Kau... kau terlalu arogan. Kenapa kau melibatkan dirimu? Kami tetap bisa menyelesaikannya tanpamu. Apa kau sungguh harus membuatku jadi orang bodoh begini? Aku tidak melakukan semua ini hanya karena emosiku semata. Olah perkara itu... bukan untuk bersenang-senang. Bukan sebuah lelucon. Kau tidak seharusnya ikut campur seperti itu. Jadi, jangan usik aku dan teman-temanku! Dan... Terima kasih untuk ini. Bantuan tetaplah bantuan."

Ji Hoon menghentikan Seo Yeon yang akan pergi, kenapa Seo Yeon pikir bahwa dirinyalah stu-satunya uang tulus dalam hal ini?

"Aku juga sungguh-sungguh."

"Kau... mengenal Lee So Woo?"

"Tidak."




>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search