Joo Young melayani pembeli dengan baik, ia sangat-sangat ramah tapi pelanggan itu malah kasar dan cuek.
Tiba-tiba seorang pria mendekatinya untuk mengambalikan dompetnya. Pria itu dengan terang-terangan mengajaknya berkencan tapi kelihatan kalau ia sangat gugup.
"Tidak
masalah kalau setelah ini aku diserempet oleh bus atau semacamnya. Di dunia
ini, akhirnya aku menemukan seseorang yang aku sukai. Maukah kau berkencan
denganku?"
Joo Young datang ke undangan kencan pria itu. Saat menu datang, pria itu bingung mau memesan apa, ia lalu menyuruh Joo Young saja yang memutuskan.
"Aku
memesan tempat yang bagus untuk pertemuan kita, tapi sejujurnya juga terasa
asing buatku. Sudah lama aku tidak pernah berkencan. Kupikir kau tidak akan
datang."
Saat Joo
Young memilih menu pria itu menjelaskan, pertemuan pertama mereka di club malam
itu, ia menatap Joo Young dari kejauhan. Sebenarnya, ia jarang pergi ke klub
malam. Saat melihat Joo Young, ia mengikutinya.
"Saat
kau menjatuhkan dompetmu, aku rasa itu adalah sinyal untukku. Astaga. ku bahkan
tidak akan memiliki kesempatan bicara denganmu jika kau tidak menjatuhkan
dompet itu."
Joo Young memotong dengan mengatakan kalau menu rekomendasi chef sepertinya enak.
"Aku
tidak mudah percaya pada orang." Ujar Joo Young.
Pria itu
panik, ia minta maaf dan mengambil mantelnya bersiap pergi. Joo Young bertanya,
mau kemana? kan mereka belum makan?
Maka pria
itu kembali duduk. Joo Young bertanya, pria itu tidak akan melakukan yang
dinginkan kan? Pria itu membenarkan, terkadang ada yang harus ditahan dalam
kehidupan.
"Sejak
aku berusia 25 tahun, aku menjalani kehidupan yang menyenangkan. Hidup dalam
kebahagian. Aku tidak akan menyesali kenikmatan hari ini, sampai esok hari
tiba." Ujar Joo Young.
"Mungkin,
aku juga harus hidup seperti itu.
"Tapi,
pada akhirya, kau tidak akan memiliki apa-apa. Hanya membuang waktu dan uang.
Awalnya, aku melakukannya untuk memberontak pada ibuku. Namun, hal itu kemudian
menjadi kebiasaanku. Aku mengabaikan perkataan semua orang."
"Aku
lebih suka... mendengar kisah hidupmu sedikit demi sedikit dalam waktu yang
lama. Meski tidak akan semenarik kisah hidupmu, tapi aku juga akan menceritakan
mengenai diriku."
Dan mereka
setuju. Joo Young sampai ketawa dengan tingkah pria itu.
Selesai makan, mereka jalan berdua, Chi Soo sengaja melewati mereka. Joo Yeon terhenti, ia seperti melihat seseorang yang dikenalnya tapi kemudian berkata kalau ia mungkin salah dan mengajak pria itu untuk melanjutkan jalannya.
Hwi Cheol berangkat kerja pagi-pagi sekali dan pulangnya selalu larut.Tapi saat Kang Hee bertanya, ia tidak menjawab kalau ia bekerja.
"Geum
Bi, kau tidak akan menyapaku?"
Geum Bi
malah mengangkat kakinya cuek. Hwi Cheol kesal, apa kesalahan yang sudah
ialakukan hingga membuat Geum Bi kecewa begitu?
Geum Bi
tetap tak menjawab dan Kang Hee mengkode Hwi Cheol untuk diam.
Di TV yang ditonton Geum Bi memberitakan kalau akan terjadi hujan meteor. Sebuah skala besar yang terjadi dalam 10 tahun terakhir di area sekitar Daejeon. Geum Bi tiba-tiba berkata kalau ia ingin melihat itu.
"Daejon?
Pukul Satu dinihari? Apa kau tahu dimana itu Daejeon?"
"Tidak."
"Kau
tahu kita mungkin akan pulang jam berapa dari sana?"
"Tidak.
"Kau
mau pergi jauh-jauh... ke Provinsi Chungcheong hanya untuk melihat
bintang?"
"Bukan
sekedar bintang. Hujan meteor, tahu!"
"Terserahlah.
Kau anggap aku ini pengangguran?!"
"Kau
juga tidak melakukan pekerjaan apa pun. Kau hanya menipu orang-orang
sekitar."
Kang Hee
menengahi, ia mengajak geum Bi untuk pergi saja dengannya. Geum Bi malah
membentak, ia tidak mau, ia mengajak Hwi Cheol bukannya kang Hee.
Hwi Cheol
menegaskan kalau ia sibuk. Geum Bi menuntut, sibuk apa memangnya?! Kan hanya
seorang penipu!
"Geum
Bi." Tegur Kang Hee tapi Geum Bi melarangnya untuk ikut campur.
Hwi Cheol lalu menarik Geum Bi untuk ia tegur. Geum Bi bertanya, apa Hwi Cheol tak masalah jika tak melihatnya lagi.
"Lebih
baik tidak melihatmu lagi kalau kau senakal ini."
Geum Bi
sakit hati dan melarikan diri ke kamarnya.
Pagi hari, kang Hee masuk ke kamar Geum Bi yang kosong. Ia teringat masa remajanya dahulu.
Saat itu ia
bersama oppa dan ibunya. Ibunya memasukkan mainan Jun Hee ke dalam kotak. kang
Hee mencoba menghalangi ibunya agar tidak melakukan itu, ia menangis mengakui
kalau semua itu salahnya.
"Jun
Hee tidak ada di sini. Jun Hee tidak ada lagi bersama kita. Aku harus
memberikan ini pada Jun Hee."
"Ibu.
Ibu!"
Ibunya lalu
menatapnya tajam. Kang Hee sekarang masih mengingat dengan jelas tatapan itu.
Tak lama kemudian Geum Bi masuk, Kang Hee mengajaknya untuk pergi bersama hari ini. Geum Bi hanya mendesah.
Di dalam mobil pun, Geum Bi hanya diam saja. Kang Hee memulai pembicaraan, aoa Geum Bi sebelumnya pernah melihat hujan meteor bersama ayah?
"Aku
baru ingin pergi dengannya, untuk terakhir kalinya."
Kang Hee
mengulangi Kata Geum Bi, Terakhir kali"?
Geum Bi
kemudian menegakkan badannya, ia bertanya, apa Kang Hee marah padanya karena ia
sudah jahat pada Kang Hee?
"Benarkah?
Kalau begitu, haruskah aku marah?" Tapi Kang Hee malah tertawa. "Geum
Bi. Kau ingat yang pernah Unnie katakan? Bahwa kita mirip."
"Dalam
hal apa?"
"Tidak
peduli hal buruk apa pun yang kau lakukan, Unnie juga tidak akan pernah
membencimu."
"Aku
sempat membenci Unnie."
"Kenapa?"
"Rahasia."
"Unnie
juga punya rahasia."
"Apa
itu?"
"Belum
bisa kuberitahukan, untuk saat ini."
Geum Bi lalu mengeluarkan hadiahnya untuk Kang Hee. Kang Hee tersentuh dengan hal itu.
Di kelas masih kosong, Geum Bi akan browsing mengenai tunjangan anak yatim tapi kuotanya habis. Ia melihat laptop ibu guru di depan dan ia membukanya, tapi laptopnya eror, maka Geum Bi pun menutupnya lagi tapi sayangnya ada temannya yang melihat Geum Bi meenyentuh laptop itu.
Kang Hee membuka hadiah Geum Bi dan itu adalah gantungan boneka. Kang Hee tersenyum senang dan memasang gantungan itu di spion mobilnya.
Rekan kerja Kang Hee yang ngebet ke Kanada kembali menanyainya, apa Kang Hee sudah memutuskan pergi ke Kanada?
"Mungkin,
aku tidak akan pergi."
Mendengar
itu si teman senang dan meminta Kang Hee untuk merekomendasikannya sebagai
pengganti.
"Aku
belum memutuskan apa pun." Jawab kang Hee yang membuat si teman cemberut.
Tiba-tiba kakaknya Kang Hee datang karena Kang Hee tidak menggubrisnya. Kang Hee berdiri menghampiri dan mengajak kakaknya untuk bicara di luar
"Kita
lakukan saja di sini, selagi memiliki penonton dan saksi. Aku tidak ingin
nantinya kau mengingkari kata-katamu sendiri."
"Baiklah.
Lakukan sesukamu. Kita buat kekacauan di sini."
Kakaknya
mengungkit kembali soal warisan ayah mereka. Ia menuduh Kang Hee mau menguasai
semuanya. Kang Hee menjelaskan, setelah barang-barang antik itu terjual maka...
Kakaknya
memotong, Kang Hee terus saja menggunakan alasan itu untuk mengulur waktu. Kang
Hee bahkan tidak membiarkan kami menjual rumah itu.
Kang Hee
meluruskan, mereka tidak bisa menjual rumah itu sembarangan.
Kakaknya
kembali memotong, keluarganya bahkan tidak bisa membayar biaya sekolah
anak-anak. Kang Hee sudah lelah mendengar alasan itu, ia minta kakaknya untuk
menyerah saja.
Kakaknya
mendengar Kang Hee tinggal bersama seorang pria, ia menuduh pria itu sebagai
dalang semua ini yang membujuk Kang Hee untuk mencuri bagiannya.
Mendengar
itu rekan-rekan kerja Kang Hee melongo semua.
"Baiklah.
Kau bisa menggungatku. Juga memakiku. Lakukan semaumu. Namun, tidak akan ada
yang berjalan sesuai keinginanmu." Tegas Kang Hee lalu balik ke mejanya.
"Mereka
yang sudah mati ya sudah. Mereka yang hidup harus bertahan." Bentak kakaknya,
Kang Hee hendak membentak balik namun tak jadi karena bos sudah datang.
Ibu guru akan menggunakan laptop tapi tiba-tiba tidak berfungsi. Geum Bi pun ditanyai, apa Geum Bi menyentuh laptop?
"Aku memang menyentuhnya, tapi tidak menyala, jadi aku menutupnya lagi."
"Kau
tidak boleh menyentuh laptop Ibu tanpa ijin."
"Aku
ingin mencari sesuatu, tapi aku kehabisan kuota data."
"Baiklah,
tapi lain kali, jangan menyentuhnya tanpa ijin dari Ibu, mengerti? Kau boleh
pergi."
Melihat Geum Bi ditegur ibu guru Shil La menyeringai senang.
Ibu guru menghubungi Hwi Cheol saat ia bekerja, Ibu guru meminta Hwi Cheol untuk datang kesekolah.
Kang Hee bekerja bersama temannya tadi. Temannya mencoba membujuk Kang Hee agar merekomendasikannya.
"Bahkan
jangan pernah memimpikannya. Aku satu-satunya yang akan pergi ke Kanada."
Tegas kang Hee.
Hwi Cheol datang ke sekolah disana sudah ada Ibu Shil La, ibu guru dan Geum Bi. Melihat pakaian Hwi Cheol Ibu Shil La menunjukkan tampang jijik.
Ibu Shil La
mengingatkan kalau laptop itu berisi informasi pribadi setiap murid. Ibu guru
membenarkan tapi laptopnya hanya rusak sedikit (masih bisa diperbaiki) dan
Informasi itu tidak bocor sama sekali.
"Mana
kita tahu? Dia anak yang nakal." Ucap Ibu Shil La sambil menatap Geum Bi.
"Apa
kau bilang?" Sentak Hwi Cheol.
Ibu Shil La
mencibir, bagaimana Hwi Cheol mendidik Geum Bi hingga Geum Bi menggoda murid
laki-laki dan melakukan tindakan tidak senonoh.
Hwi Cheol
menanyai Geum Bi, apa Geum Bi melakukan hal yang aneh lagi. Geum Bi balik
bertanya, Apakah aneh mencium seseorang di pipi?
Lalu Hwi
Cheol beralih lagi pada Ibu Shi La, "Apa masalahnya? Ahjumma juga
melakukannya, kan? Atau... suamimu tidak mengijinkanmu (melakukannya)?"
Ibu Shil La
tertohok lalu menyebut Hwi Cheol dan Geum Bi sama-sama rendahan sekali. Hwi
Cheol tak terima disebut rendahan.
"Hey,
Ahjummoni. Ada orang-orang yang tidak memiliki marga di dunia ini. Mereka
adalah para budak, kau salah satunya."
"Beraninya
kau menghina kami? Budak? Kau mantan narapidana."
Ibu guru
menengahi, mengatakan kalau Ibu Shil La sudah melewati batas. Hwi Cheol
mengelak, ia bukan mantan narapidana.
"Kau
kira kami tidak tahu?" Sinsir Ibu Shil La.
Geum Bi
berdiri, ia menegur Ibu Shil La yang tidak sopan pada Ahjussi-nya.
Ibu Shil La
malah menjadi, Ia belum pernah dengar ada keluarga sekacau mereka (karena Geum
Bi memanggil ayahnya Ahjussi).
"Apa
Anda bilang?"
"Lihat
anak itu. Sungguh tidak tahu sopan santun."
"Ahjumma
lebih tidak sopan."
"Hey,
diam kau! Jangan membantah orang dewasa."
"Ahjummoni!"
Bentak Hwi Cheol.
Ibu Shil La
mengungkit mengenai Hwi Cheol yang seorang penipu. Ibu guru mencegah Ibu Shil
La untuk bicara lebih jauh.
Ibu Shil La
berdalih, ia tahu privasi itu penting tapi mereka harus memastikan keselamatan
anak-anak. Ia menuduh Hwi Cheol mencuri informasi pribadi anak-anak.
"Informasi
pribadi apa? Kau melihat aku melakukannya?!" Jawab Hwi Cheol.
Ibu Shil La
tak mau kalah, ia menuduh Hwi Cheol menipu mereka semua. Geum Bi angkat bicara,
ia menegaskan kalau Ahjussi-nya tidak melakukan itu.
"Aku
pasti benar. Dia bahkan tidak bisa berkata apa-apa. Dia bermaksud memeras kita
semua." Tuduh Ibu Shil la melihat hwi Cheol diam saja.
Geum Bi
bersikeras kalau Hwi Cheol tidak melakukannya dan meminta Hwi Cheol untuk
mengatakan sesuatu. Hwi Cheol akan mencoba menjelaskan tapi Ibu Shil La
memotongnya,
"Guru.
Kang. Laporkan dia. Ini tanggungjawabnya. Atau Anda ingin aku yang
melakukannya?"
Hwi Cheol
kesal dan mendekati Ibu Shil La tapi ibu Shil La bereaksi berlebihan dengan
ngumpet dibalik Ibu guru.
Ibu Shil La
malah bertanya pada Geum Bi, apa Hwi Cheol pernah melakukan sesuatu (memukul)
pada Geum Bi? Ibu Guru mencoba membujuk Ibu Shil La.
Ibu Shil La
tetap tidak mau melepaskan ibu guru karena ia tidak tahu apa yang akan Hwi
Cheol lakukan. Mungkin Hwi Cheol memanfaatkan Geum Bi atau bahkan lebih buruk
lagi.
"Tutup
mulutmu." Bentak Hwi Cheol.
Ibu Shil La
tetap tidak mau diam, ia malah meminta ibu guru untuk hati-hati karena bisa
saja Hwi Cheol memperdayanya juga. Jangan dekat-dekat dengan Hwi Cheol, Biarkan
pintu tetap terbuka.
"Jangan
berani mengucapkan sepatah katapun lagi."
"Kenapa
tidak? Kau takut karena kami sudah tahu siapa kau sebenarnya?"
Hwi Cheol
memandang Geum Bi. Geum Bi menuntut, kenapa Hwi Cheol tidak mengatakan apa pun?
Ibu Shil La mendapat telfon dari suaminya dan ternyata suaminya yang membocorkan atar belakang Hwi Cheol. Ia menyombong kalau suaminya adalah Kepala Kejaksaan.
"Kau
pikir bagaimana lagi penampilannya? Selayaknya penipu ulung." Ucap Ibu
Shil La di telfon sambil menatap Hwi Cheol.
Geum Bi
kembali bertanya pada Hwi Cheol, kenapa Hwi Cheol tidak mengatakan apapun.
Setelah
selesai bertelfon, Ibu Shil La meminta Ibu Guru untuk memindah kelas SHil La,
ia tidak ingin Shil La satu kelas dengan Geum Bi.
Hwi Cheol
hanya bisa berpandangan dengan Geum Bi.
Dalam perjalanan pulang, Geum Bi mengusap airmatanya. Hwi cheol melihatnya lalu menggandeng tangannya.
"Ayah."
"Apa?
Apa kau bilang?"
"Tidak
ada."
Geum Bi
melihat genggaman Hwi Cheol sebelum berkata, ia tak apa tidak pergi melihat
hujan meteor jika Hwi Cheol terlalu sibuk
"Kita
akan pergi." Jawab Hwi Cheol dan itu membuat Geum Bi tersenyum.
Kang Hee membalas e-mail dari Kanada, tapi ia mendesah.
Dalam perjalanan Geum Bi menyanyikan lagu celana dalam Goblin yang diganti dengan Celana dalam Ahjussi. Sementara Hwi Cheol khawatir melihat jarum BBM.
Saat hendak
mengisi BBM, Hwi Cheol malu karena ia hanya mengisi sebanyak 7,000 won. Kemudian
Geum Bi membuka jendela belakang, ia menyuruh petugas untuk mengisi penuh.
Hwi Cheol kaget, Geum Bi menenangkan, ia punya uang kok. Ia menarik uang tabungannya selama tiga tahun terakhir. Ia menyadari kalau Hwi Cheol mencemaskan soal uang tadi malam. Tergambar jelas di wajahnya.
"Kau
tahu apa? Kau kan hanya anak-anak"
"Kau
terus saja menatap meteran bensin."
"Kenapa
kau berkeras melakukan perjalanan jauh? Bintang tetap terlihat sama, entah di
Daejeon ataupun Seoul. Memangnya bintang di Daejeon bersinar dengan warna yang
berbeda?"
"Tidak
perlu merasa malu."
"Bintang
itu sebenarnya tidak lebih dari pecahan bebatuan angkasa. Kita menghabiskan
waktu menempuh perjalanan hanya untuk melihat hujan meteor (bebatuan)."
"Lalu
kenapa? Apa kita putar balik saja?"
"Apa
kau bodoh? Kita sudah setengah jalan."
Mereka sampai di tempat tujuan tapi tak terlihat apa-apa. Lama menunggu masih juga tidak ada hujan meteornya, Hwi Cheol kesal, ia mengajak Geum Bi pulang karena orang-orang juga banyak yang pulang.
Geum Bi tak
mau, kan masih ada yang tinggal juga. Hwi Cheol menunjukkan awan tebal di
langit, mereka tidak akan bisa melihat meteor sama sekali, bahkan tidak dengan
satu bintang saja.
Perkataan
Hwi Cheol itu membuat penonton yang lain kesal. Hwi Cheol pun diam dan memilih
duduk disamping Geum Bi.
Penoton semakin berkurang tapi Geum Bi dan Hwi Cheol masih setia disana.
"Kita
hanya perlu mendongak kalau ingin melihat bintang. Apa pentingnya sampai kau
berkeras jauh-jauh kemari?"
"Ini
berbeda dengan bintang yang biasanya. Momentumnya jarang, tahu!"
"Tetap
tidak ada istimewanya."
"Aku
ingin mengucapkan sebuah permintaan (saat hujan meteor atau bintang jatuh ada
mitos yang menyebutkan permohonan yang diucapkan akan terkabul). Ini mungkin
kesempatan terakhirku."
Hwi Cheol
tak percaya, Pergi saja sana ke gereja atau kuil kalau ingin membuat
permohonan. Kenapa malah memohon pada meteor? Orang-orang jadi semakin aneh
saja.
Dan pembicaraan mereka terhenti saat meteor mulai berjatuhan dan terciptalah hujan meteor yang cantik. Hwi Cheol sampai melongo melihatnya.
Kilas
balik..
Saat hwi Cheol remaja bersama ayahnya melihat langit malah berdua. Ayah menjelaskan arti nama Hwi Cheol. Sejarahnya saat ayah berjalan pulang ke rumah, ia melihat bintang-bintang bersinar begitu terang, tidak seperti biasanya. Jadi, ia menulis "hwi", karakter Cina yang berarti "bersinar", dan ibunya memilih kata "cheol", artinya "besi".
"Ibumu
berpikir bahwa laki-laki harus kuat. Itu sebabnya kau diberi nama seperti
itu."
Hwi Cheol
malah menjawab kalau orangtuanya kekanakan. AYah mengelak, Hwi Cheol adalah
nama yang luar biasa. Ia berharap... Hwi Cheol akan menjalani kehidupan
sebagaimana namanya.
Kilas balik
selesai...
Hwi Cheol berkaca-kaca mengingatnya, kemudian ia bertanya apa harapan Geum Bi tapi Geum Bi malah ketiduran.
Hwi Cheol
kemudian menggambar wajah Geum Bi seperti yang Geum Bi lakukan saat Hwi Cheol
tidur. Geum Bi tak bisa lagi duduk tegak, ia robohdi pelukan Hwi Cheol.
"Dasar
jelek..."
Geum Bi
tiba-tiba mengigau memanggil "Ayah"
Hwi Cheol mengelus rambut Geum Bi sayang, "Baiklah. Ayo kita tetap bersama. Bagaimanapun cara mengatasinya"
Dan Hwi
Cheol memeluk Geum Bi sambil menyaksikan kembali hujan meteor.
>
EmoticonEmoticon