Sumber Gambar dan Konten dari KBS2
Sinipsis On The Way To The Airport Episode 9 Part 1
Soo Ah menyerah, ia memutuskan untuk berhenti setelah benar-benar melihat ibu-ibu sedang menjemur selimut di balkon.
Soo Ah
berjalan pulang dan ia melewati kafe Hyun Joo. Hyun Joo yang melihat Soo Ah
langsung keluar menyapa, ia heran bukannya sekarang Soo Ah seharusnya di
pesawat dan ia mengira kalau jadwalnya mengasuh Hyo Eun itu besok.
Soo Ah
berkata kalau Hyun Joo tak perlu lagi mengasuh Hyo Eun. Hyo Eun langsung
tanggap, apa Soo Ah..
"Iya,
aku berhenti."
Hyun Joo
khawatir, apa Soo Ah baik-baik saja? Soo Ah juga belum tahu pasti, saat ini ia
belum merasakan apapun.
Hyun Joo
bertanya, apa pihak maskapai sudah memproses surat pengunduran diri Soo Ah. Soo
Ah tak menjawab, ia ingin Hyun Joo menjawabnya,
"Yang
aku lakukan benar kan?"
"Tentu
saja. Menjadi pramugari bukanlah pekerjaan yang mudah. Orang-orang tak akan
pernah tahu bagaimana beratnya. Membuat frustasi baik mental maupun fisik. Kau
membuat keputusan yang baik." Jawab Hyun Joo dengan suara bergetar dan ia
meminta Soo Ah masuk dahulu karena Soo Ah pasti lapar.
Soo Ah
menggeleng, Hyo Eun sendirian saat ini. Ia harus membuatkannya sarapan dan
mengantarnya ke Rumah Sakit.
"Mereka
seharusnya lebih menghargai. Aku bicara seperti ini bukan karenamu. Aku
merasakan penderitaanmu. Aku pulang setelah penerbangan menemukan kulkas kosong dan rumah
berantakan." Airmata Hyun Joo hampir tumpah saat mengatakannya.
Soo Ah
menegaskan kalau ia baik-baik saja, jadi Hyun Joo tak harus bersikap seperti
itu. Hyun Joo kan sudah memiliki hisup yang nyaman.
"AKu
seharusnya menahannya lebih lama."
Soo Ah hanya
menjawabnya dengan senyuman.
Soo Ah pulang dan membuat Hyo Eun heran. Soo Ah mengatakan kalau ia berhenti. Ia lalu bersiap untuk mengantar Hyo Eun ke rumah sakit.
"Siapa
yang menyuruh Ibu untuk berhenti?"
Hyo Eun kan
sudah berkata kalau ia akan mengurus dirinya sendiri, ia tidak meminta ibunya
untuk berhenti.
"Baiklah,
Aku akan kesekolah. AKu tidak meminta ibu untuk melakukan ini. Aku akan pergi
sekolah."
Soo Ah
menjawab kalau Hyo Eun tak perlu ke sekolah hari ini, ia mengajak putrinya
untuk liburan bersama, hanya berdua, tanpa menghawatirkan apapun.
Selanjutnya Soo Ah menyerahkan surat pengunduran dirinya. Ia termenung menatap ponselnya, membuka pesan terakhir Do Woo.
"Aku
berhenti dari pekerjaanku." Tulis Soo Ah tapi dihapusnya lagi.
Soo Ah
membatin, saat ia putus dengan pekerjaannya, dengan siapa ia harus mengadu? Apa
yang harus dikatakannya?
Kemudian Hyo Eun memanggilnya untuk mengajaknya pergi. Sebelum benar-benar pergi. Soo Ah berbalik untuk menatap bandara, hingga ia tersadar setelah Hyo Eun memanggilnya.
Ternyata tujuan Do Woo ke gudang itu bukan untuk mengenang Annie tapi untuk mencari Pak Mun yang menyimpan salah satu karya ibunya.
Orang yang
disana mengerti sekarang,jadi Do Woo adalah putra Nyonya Go dan Annie otomatis
menjadi cucunya. Lalu orang itu mengatakan kalau Annie datang mencari pak Mun
pada awalnya.
Orang itu
menjelaskan kalau Pak Mun sudah bekerja disana lama sekali sampai beliau pindah
ke Boryeong tahun lalu.
"Bisakah
saya bertemu dengan baliau?" pinta Do Woo.
Orang itu
meminta Do Woo untuk kembali lagi besok, Pak Mun akan berkenjung besok. Do Woo
tentu saja bisa.
Orang itu kemudian mengajak Do Woo masuk. Prang itu menunjukkan titipan Pak Mun untuk putranya Nyonya Go (Do Woo).
"Ah...
Dia (Annie) masuk kesini kapanpun ia datang. Dia (Annie) bilang akan disini
lebih lama lagi. Kupikir hanya satu atau dua menit. Mungkin dia tahu kalau ini
milik neneknya."
Lalu mata Do
Woo terpusat pada guci dipojokan yang ditutup kain.
Ji Eun keluar dari kamarnya di Hotel bertepatan dengan Mi Jin yang juga keluar. gawatnya mereka berempet ternyata menginap satu lantai. Mi Jin menyuruh Ji Eun untuk membujuk Hye Won agar mau pindah kamar.
"Tenang
saja, aku ahli dalam hal itu. Aku akan pindah ke lantai atas bersama Hye Won."
Mi Jin
menjelaskan kalau mereka akan chekout dalam 2 hari kedepan. Mi Jin melarang
dengan sangat, jangan sampai Hye Won dan Jin Suk bertemu.
"Iya
benar, Do Woo dan Ibunya Hyo Eun bersama! bagaimana bisa Do Woo
melakukannya?"
Mi Jin
mengoreksi kalau semua itu belum tentu benar. Ji Eun menambahi kalau memang itu
semua benar maka artinya bencana besar.
Mi Jin menjelaskan
kalau Jin Suk keluar tiap pagi untuk olah raga dan jalan-jalan sore jam 8. Mi
Jin juga melarang Ji Eun untuk dekat-dekat dengan Bar.
"Bar?
Tidak akan!"
Mi Jin minum
dahulu untuk menenangkan hatinya, ia menyuruh Ji Eun untuk bersikap biasa saja bukan
seperti saat di depan lift tadi. Ji Eun merebut minuman Mi Jin yang menurutnya
Mi Jin juga sama saja tadi.
Tiba-tiba Jin Suk keluar dari kamarnya, mereka berdua pura-pura tak melihat malah mendekat tembok. Jelas Jin Suk menatap heran keduanya. tapi untungnya ia tidak bertanya dan memilih untuk melanjutkan jalannya.
Ji Eun
menegur Mi Jin, katanya tadi Jin Suk hanya keluar dua kali kok sekarang keluar.
"Mana
aku tahu!" Protes Mi Jin.
Soo Ah memberitahu ibu mertuanya kalau ia berhenti. Ibu mertuanya merasa kalau ini bentuk protes Soo Ah yang tidak mau hidup dengannya selama 6 bulan.
"Kan
bisa dibicarakan. Jangan gegabah seperti ini!"
Soo Ah
mengelak, bukan itu alasannya. Lalu Nyonya Kim mendesak, kalau bukan itu apa
lagi yang membuat Soo Ah harus berhenti?
Soo Ah
tersenyum, "Ibu, kenapa ibu marah sekali?"
Nyonya Kim
mengatakan kalau ia akan keluar rumah sakit sebentar lagi. Ada perawat yang
datang memotong. Nyonya Kim melanjutkan lagi, ia bisa mengasuh Hyo Eun dan
semua akan bsrjalan sesuai rencana.
Soo Ah
berkata kalau ia akan mengurus semuanya selama 2 bulan agar Nyonya Kim cepat
pulih. Nyonya Kim belum reda kesalnya, ia malah mengira kalau Soo Ah
beranggapan bahwa dirinya tidak mampu mengasuh Hyo Eun.
"Aku
mencoba keras untuk pulih karena merasa kasihan padamu."
Perawat kemudian membenarkan, ia mengatakan kalau Nyonya Kim menggunakan pengikat lutus sampai sekarang. Nyonya Kim melanjutkan kalau ia ingin memenuhi tanggung jawabnya kepada Hyo Eun.
"Aku
tidak senang terluka. Aku berusaha keras untuk pulih karena aku merasa bodoh.
Tapi apa? Akankah kau tetap seperti ini?"
Soo Ah tetap
tersenyum, ini bukan hak ibunya untuk marah. Nyonya Go malah membentak, kenapa
tidak haknya?
Soo Ah menjelaskan
kalau mereka akan kembali ke gayang-donh jika berkas kepindahan Hyo Eun
selesai. Nyonya Kim lalu menyuruh keduanya untuk keluar sekarang.
Hyo Eun memprotes sikap neneknya, yang marah saat Ibunya bekerja dan tetap marah saat ibunya memutuskan untuk berhenti.
"Sangat
sulit untuk menjadi ibu karir di Korea."
Soo Ah
tersenyum, seharusnya itu bukan kalimat yang harus diucapkan Hyo Eun. Hyo Eun
beralasan kalau ia hanya marah saja. Soo Ah menjelaskan kalau Hyo Eun juga
bagian dari hal itu juga.
"Ingatlah!
Aku tidak pernah menyuruh ibu untuk berhenti karena aku tahu ibu pasti akan
menyalahkan aku!"
Soo Ah
penasaran, kenapa orang-orang harus marah dengan masalahnya? Hyo Eun
mengingatkan kalau Soo Ah masih memiliki yang luar bisa, ayahnya.
"Membayangkannya
saja membuatku merinding." tutp Hyo Eun.
Lalu Soo Ah mengajak Hyo Eun ke suatu tempat dan menghirup udara segar. Hyo Eun menyarankan untuk main bola di tepian sungai Han.
Soo Ah
menggeleng, "bukan disana. Suatu tempat yang jauh. Aku ingin pergi
beberapa hari dan pura-pura aku tidak ada disini karena penerbangan."
Dan mereka
akhirnya pergi ke dreamland. Tertawa bersama dan menikmati permainan
menegangkan (cuma Hyo Eun sih yang main, Soo Ah nungguin aja).
Hyo Eun meminta ibunya untuk naik satu wahana lagi tapi ibunya tak mau karena sudah terlalu lelah, ia menyuruh Hyo Eun naik sendirian saja. Hyo Eun tak percaya, ibunya kan bisa di pesawat selam 10 jam,masa wahana itu saja tidakkuat.
"Ya,
ibu tidak kuat." Jawab Soo Ah.
Hyo Eun
memintanya menunggu, ia akan naik apapun yang diinginkannya hari ini dan Soo Ah
mengijinkannya. Hyo Eun pun pergi dengan gembira.
Soo Ah membayangkan kalau seharusnya ia ada di pesawat selama 10 jam dan ini waktunya untuk take off. Lalu ia mendengar suara pesawat yang terbang di atasnya. Ia memandang peswat itu.
"Aku butuh dihibur."
Ia lalu
mengirim pesan pada Do Woo kalau ia sudah berhenti. Do Woo yang saat itu tengah
menyetir langsung menghentikan mobilnya untuk menghubungi Soo Ah.
"Apa yang terjadi?" Tanya Do Woo setelah Soo Ah mengangkatnya.
Saat ini Soo
Ah sedang perjalanan pulang bersama Hyo Eun. Soo Ah menjawab kalau ia melihat
ibu-ibu menhemur selimut di balkon dan kelihatannya sangat damai, Soo Ah
akhirnya sadar kalau hidupnya ternyata berat.
"Apakah
ini alasan yang bagus? AKu sangat sedih saat aku berhenti. tapi saat aku
mengatakannya sekarang, kedengarannya sangat kasar."
Do Woo yakin
kalau Soo Ah sangat iri melihat ibu-ibu itu menjemur selimut. "Kerja
bagus."
Soo Ah
bertanya, apanya yang bagus?
"Berhenti
dari pekerjaanmu... dan menelfonku. Bagaimana aku bisa menghiburmu?"
Soo Ah datang ke ruangan favorit Do Woo seorang diri, ada satu bantal disana dan Soo Ah berbaring menggunakan bantal itu.
Ia
memejamkan matanya, ia mendengar suara lonceng yang tertiup angin.Berepa saat
kemudian Do Woo datang. Soo Ah menepuk lantai di sampingnya, isyarat agar Doo
Wo berbaring disana.
Soo Ah
merasa kalau ruangan itu memiliki sesuatu yang spesial. Soo Ah merasa seperti
ia jauh sekali dari dunia saat berada di sana. Ruangan itu sama seperti Do Woo.
Do Woo
tersenyum dan membelasi pipi Soo Ah.
Selanjutnya Do Woo mengajak Soo Ah kerumahnya dan ia meminta Soo Ah untuk menunggu di halaman sebentar semenstara ia masuk ke dalam.
Do Woo
keluar membawa keranjang cucian. Soo Ah bertanya, apa itu.
"Langkah
pertamaku untuk menghiburmu adalah rumah tua dan langkah kedua adalah menjemur
pakaian."
Soo Ah
tersenyum. Do Woo hanya melakukan ini karena katanya Soo Ah merasa iri. Makanya
sekarang Soo Ah bisa melakukannya sesuaka hati.
"Aku
tidak pernah melakukannya dihalaman."
Do Woo menunjukkan caranya lalu Soo Ah mengikutinya dengan patuh, mengibaskan pakaian beberapa kali baru menjemurnya. Soo Ah berkata kalau rasanya sangat berbeda dengan balkon kecil di rumahnya.
Do Woo mengantarkan Soo Ah saat gelap. Saat mobil berhenti, Soo Ah menatap jam tangannya. Do Woo bertanya, apa Hyo Eun sendirian. Soo Ah mengangguk.
"kau
harus masuk kalau begitu." Lanjut Do Woo.
Do Woo
bertanya lagi, apa Soo Ah tahu apa kalimat yang paling sering Soo Ah ucapkan. Soo
Ah hanya memandang Do Woo penuh tanya.
"Hyo
Eun sendirian." Jawab Do Woo. Ia melanjutkan. "bagaimana bisa kita
terbebas dari keluarga kita? Aku kira kita ada di usia... dimana kita
mengatakan selamat tinggal pada barang lawas kita. Kita keluar dari pekerjaan
kita... dan... Maksudku, ada waktu itu. Syukurnya, kau memiliki seorang untuk
menghiburmu (menunjuk diri sendiri). Bukankah itu berharga?"
Soo Ah
berkedip mengiyakan.
Mi Jin terbaring di kamar hotelnya, ia berpikir, Choi Soo Ah X Se Do Woo. Seo Do Woo X Wanita menakutkan itu (Hye Won). Ia tidak yakin, siapa yang berada dibalik semua ini.
"Tapi
kerja bagus!"
lalu ia
bergumam, "Park Jin Seok X Song Mi Jin. jangan membuat kesalahan yang
sama."
Jin Suk
mengiriminya pesan, mengajaknya untuk minum di tempat lawas mereka. Mi Jin
mengabaikan pesan itu, ia memilih tidur.
Saat itu Hye Won dan Ji Eun masuk ke bar tempat Jin Suk berada. Ji Eun membujuk Hye Won untuk minum di hotel saja.
Lalu Hye Won
melihat Jin Suk. Ji Eun langsung melotot saat Hye Won memilih duduk dekat
dengan Jin Suk. Ji Eun lalu memilih untuk memesan, ia meninggalkan Hye Won dan
Jin Suk berdekatan.
Sebenarnya
tujuan utama Ji Eun bukan itu, ia mau mengirim pesan pada Mi Jin. Ia
memberitahu Mi Jin kalau sekarag ia dan Hye Won ada di bar, ia meminta Mi Jin
untuk menelfon Jin Suk agar keluar segera.
Hye Won mulai menyapa Jin Suk, pertamanya dengan salam sopan. Jin Suk menatap Hye Won heran. lalu Hye Won melanjutkan kalau mereka ada di pesawat yang sama.
"Oh..
Apa penerbangan Anda nyaman?" Balas Jin Suk.
Hye Won
tersenyum, berkat Jin Suk tentunya penerbangannya nyaman. Lalu Hye Won bertanya, apa Jin Suk mengenal
pria bernama Seo Do Woo?
"Malaysia?"
Tanya Do Woo.
Lalu Ji Eun
datang membawakan dua gelas bir, untuknya dan Hye Won. Jin Suk melanjutkan
pertanyaannya, bagaimana Hye Won bisa tahu Seo Do Woo?
"Dia
suamiku." Jawab Hye Won membuat Ji Eun terkejut.
Jin Suk lalu
membalas salam Hye Won tadi dan ia menyampaikan bela sungkawanya pada Hye Won
masalah Annie. Hye Won berkata kalau istri Jin Suk sangat membantu mereka, Do
Woo sangat berterimakasih karenanya.
"Dia
mungkin melakukan apa yang harus dilakukannya." Jawab Jin Suk.
Hye Won
tersenyum simpul, itu juga yang dikatakan Do Woo padanya. Lalu ponsel Jin Suk
berbunyi, dari Mi Jin. Ji Eun pun bisa bernafas lega.
Mi Jin berkata kalau ia sekarang ada di depan kamar Jin Suk, ia mengajak Jin Suk bicara disana saja. Jin Suk pun pamit pergi dengan alasan kalau timnya mengadakan makan malam bersama dan ia harus hadir.
Joo Hyun
menunjukkan pada Eun Joo kalau Soo Ah berhenti, Eun Joo tampak sangat terkejut.
Joo Hyun yakin kalau telah terjadi sesuatu,
ia harus menyampaikan berita ini segera.
Eun Joo
bertanya, pada siapa? Joo Hyun cuma mengatakan sesorang dan ia tersenyum.
Joo Hyun lalu menuju kamar Jin Suk, tapi ia melihat Mi Jin di depan kamar Jin Suk, lalu tak lama kemudian Jin Suk datang. Dan mereka berdua masuk ke dalam kamar Jin Suk.
Joo Hyun
memergokinya, ia jelas terkejut.
Jin Suk bertanya pada Mi Jin, apa yang hendak dibicarakan Mi Jin dengannya. Mi Jin balik bertanya, kan Jin Suk duluan yang mengajaknya bertemu.
"Aku
hanya ingin kita minum bersama." Jawab Jin Suk.
"Tapi,
kau pasti mau mengajakku bicara, kan?"
Jin Suk
tersenyum, ia mengira kalau Mi Jin malu jika bertemu dengannya di kamar hotel
saat ini. Apa yang sebenarnya membuat Mi Jin malu setelah tahun-tahun itu?
Mi Jin membenarkan,
ini memang melakukan. Kamar itu berbeda dengan rumahnya, ia merasa telah
melakukan sesuatu yang salah. Lalu ia pemit pergi untuk menghirup udara segar.
"AKu
tidak tahu kalau masih ada sisi polos dalam dirimu. Menyenangkan."
Ucapan Jin Suk itu berhasil membuat Mi Jin berbalik menatapnya. Jin Suk menjelaskan kalau kamar ini tak berarti apa-apa bagi mereka, hanya ruang kerja.
"Jadi..
Itu sebabnya kau disini semalaman dengan kru wanita?"
Jin Suk
meminta Mi Jin relax, tak kan ada sesuatu yang terjadi diantara mereka. Ia
tidak bernafsu dengan wanita tua. Lebih baik ia tidak bersentuhan dengan mereka
(Jin Suk mengatakannya dengan senyum).
Mi Jin
menjawab kalau ia merasa sendirian di kamar hotel dengan suami temannya. Ia
tidak bisa lagi disana lebih lama. Mi Jin pun hendak menuju pintu.
Jin Suk
mengungkit kalau ia habis bertemu dengan istrinya Do Woo. Mi Jin langsung
berbalik melotot. Jin Suk tak mengerti, ia bahkan tidak kenal siapa itu Do Woo
tapi orang-orang disekitarnya selalu membicarakan Do Woo.
"Apa
yang dikatakannya (Hye Won)." tanya Mi Jin.
"Apa
yang kau mau? bir?"
Joo Hyun berdiri di depan lift. Saat pintu lift terbuka, ada Eun Joo di dalam bersama Park Sang Yeob. Eun Joo bertanya, sedang apa Joo Hyun disana. Sang Yeob mengajaknya masuk karena yang lain berkumpul di lantai 1 saat ini.
Joo Hyun
menggeleng, "Apa kau bisa menebak apa yang barusan aku lihat?"
Jelas Eun
Joo dan Sang Yeob saling pandang tak mengerti.
Mi Jin berakhir dengan minum bersama Jin Suk. Ia membahas mengenai Jin Suk yang tidak lagi claustrophobic setelah menikah, "Pernikahanmu membawa berkah."
Jin Suk
menjawab kalau suara Mi Jin persis dengan ibunya. Jin Suk menjelaskan kalau hal
itu bukan berkat penikahannya tapi karena ia sudah sangat percaya diri
sekarang.
Mi Jin
berkata kalau Jin Suk main-main dengan wanita untuk mendorong rasa percaya
dirinya, jadi apa? Apa itu membuat Jin Suk menjadi pria berkeluarga yang baik?
"Tentu
saja, seharusnya hidup memamg begitu."
Tapi Jin Suk
heran, bagaimana Mi Jin masih mengingatnya hingga sekarang? Tentu saja Mi Jin
masih ingat. Jin Suk lah yang membuantnya khawatir tiap tahun tiap kali mereka
harus menjalani tes fisik.
Jin Suk
menjelaskan kalau itu hanyalah tahapan. Mi Jin tak yakin, apa bena itu hanya
sebuah tahapan bagi Jin Suk, lalu apa yang mereka lakukan di kamar itu
sekarang?
"Kau
tidak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan seperti ini."
Mi Jin
jengah, bagaimana bisa Jin Suk hanya memikirkan dirinya sendiri seperti ini. Mi
Jin menegaskan kalau ia hanya duduk di samping kesalahan masa lalunya.
"Bagaimana
menurutmu perasaanku saat ini?" Tanya Mi Jin.
Jin Suk
mendaratkan kecupan di bibir Mi Jin, Ia tahu kalau Mi Jin tengah berbohong saat
ini. Kenapa Mi Jin tidak menghindar? Siapa yang dibilang Mi Jin kesalahan masa
lalu itu?
Mi Jin lalu
memukuli Jin Suk kesal. Pantas kalau Jin Suk menerimanya, ia lah yang gila
telah mengasihani Jin Suk.
"Siapa
yang mengasihani siapa sekarang?" Protes Jin Suk.
Mi Jin
menjawab kalau ia mengasihani Jin Suk. Jin SUk tidak tahu apa yang terjadi
dibelakangnya karena Jin Suk selalu daja hanya peduli pada diri sendiri.
"Aku
mengasihaniku? Aku tak akan menerima itu dari siapapun."
Lalu Jin Suk
menyuruh Mi Jin pergi. Sebelumnya ia mengingatkan kalau Mi Jin lah yang
memintanya bertemu di kamar itu. Apa Mi Jin kira ia bodoh? Ia masih bisa
mengontrol diri walaupun minum wine, tapi beda kasusnya kalau itu Mi Jin, dari
tadi Mi Jin hanya minum air.
"Kau
takut akan jadi emosional setelah minum."
Mi Jin lalu
mengambil gelas wine-nya dan meminumnya segali teguk. Jin Suk merasa itu lebih
baik, lebih baik mereka saling jujur.
"Aku
cemburu pada Soo Ah karena dia hidup denganku. Mengasihaniku? Kau pikir aku
percaya."
Mi Jin
terbahak, ia mengakui kalau ia iri pada Soo Ah yang memiliki segalanya. Ia harap
bisa melebihi Soo Ah.
"Kenapa
kau iri pada wanita sepertinya? Kau cantik dan tidak memiliki bekas operasi dan
kau wanita yang lebih baik. Kau benar mengenai diriku. Aku egois. AKu tidak
memiliki orang lain disisiku keculai iatriku. Itulah aku, tapi dapatkah kau mnikmati waktumu dengan
orang yang kau kasihani?"
Mi Jin
bertanya, apa Jin Suk yakin? kenapa harsu dirinya? Ah... apa Jin Suk merayunya
lagi?
Jin Suk
menjelaskan kalau Mi Jin ah satu-satunya orang yang bisa membuatnya melepaskan
topengnya. Aneh rasanya saat ia tidak bisa mengatakan perasaan terdalamnya
kecuali pada wanita yang sudah hidup dengannya beberapa tahun ini.
"Jangan
membuatku menjadi seorang kriminal karena mengobrol dengan wanita yang sudah
hidup denganku. Aku tahu kau merasakan sesuatu yang sama denganku. Trus apa
masalahnya? Choi Soo Ah adalah istriku dan kau adalah... "
Jin Suk tak
bisa melanjutkan kalimatnya.
Ji Eun dan Hye Won kembali ke hotel. Ji Eun diam-diam mengirim pesan pada Mi Jin, kalau mereka sudah kembalike hotel, ia bertanya, dimana Mi Jin saat ini.
Mi Jin berterimakasih atas wine-nya. ia berdiri menuju ke pintu tapi bail lagi. Ada satu hal yang membuatnya benar-benar heran. Kenapa Jin Suk menikahi seseorang padahal tidak peduli?
"Kenapa
kau tidak bisa memngatakan perasaan terdalammu padanya?"
Jin Suk
menjawab kalau pasangan menikah seharusnya hanya berbagi 51%, kalau sampai 100%
maka semuanya akan runyam. Tapi kalau Mi Jin bisa membuatnya berbagi 100%.
Mi Jin tak
menjawabnya, ia melangkah menuju pintu. Jin Suk bertanya, apa Mi Jin sudah
selesai dengannya? Mi Jin diam menghentikan langkahnya.
"Jangan
berpikir terlalu jauh. Ikuti saja kata hati kita. "
Mi Jin
berbalik, ia bertanya, apa yangdikatakan hati Jung Suk itu?
"Dari
seluruh wanita di dunia ini, Song Mi Jin lah yang membuatku paling nyaman. Kau
taku segalanya tentangku, kenapa kau tidak bisa begitu denganku? Kita bisa
mulai bertemu lagi. Kau bisa menghubungiku jika kau tak tahu mau ngapain."
Mi Jin mendesah, ia tidak mau berdebat dengan jin Suk. Ia memilih keluar, kali ini giliran Eun Joo yang memergokinya.
Mi Jin
berhenti, ia membenturkan kepalanya ke
tembok. bingung antara mengikuti kata hatinya atau tidak, tapi pada akhirnya ia
kembali lagi ke kamar Jin Suk dan Eun Joo menyaksikan hal itu.
Soo Ah mengambil tugas untuk menyebrangkan anak-anak sekolah Hyo Eun dan itu membuat Hyo Eun gembira, Soo Ah pun demikian.
Selanjutnya, Soo Ah berkumpul dengan ibu-ibu yang lain di kafe Hyun Joo. Mereka berlima, salah satu berkata kalau ia sangat lelah. ia jadi heran bagaimana dulu ia mengatasi semuanya saat masih bekerja.
Yang satunya
tanya, pernah bekerja? dimana? Ibu itu malah meminta yang lain untuk
menebaknya, yang lain menyerah lalu ibu itu menjelaskan kalau ia dulunya
seorang penulis kenario TV.
Yang lain
jelas terkejut, acara musik apa memangnya? tapi ternyata ibu itu cuma bekerja
paruh waktu sebagai asisten lalu keluar. Untuk menyenangkan yang lain akan
menganggap ibu itu sebagai penulis skenario.
Ternyata
bukan hanya ibu itu yang bekerja, yang rambutnya diikat juga pernah bekerja,
bekerja kantoran selama 4 tahun tapi kemudian berhenti karena ingin mengasuh
anak.
Hanya ibu
yang tidak memakai seragam ternyata yang iibu rumah tangga ful sejak menikah,
ia merasa rendah. Hyun Joo menjawab kalau ibu itu memiliki kehidupan yang
terbaik karena mereka semua sama setelah berhenti.
Hyun Joo
lalu menjelaskan kalau Soo Ah adalah juniornya dulu. Yang lain terkejut,
benarkah? yakin?
Soo Ah
tersenyum mengiyakan, ia bahkan menyebut Hyun Joo sebagai senior yang dihormatinya.
Yang lain penasaran, dimana mereka bekerja? Hyun Joo menyuruh yang lain untuk
menerka walaupun mereka pasti tidak akan bisa membayangkannya.
"Kafe
ini adalag kata kuncinya. Kita sarapan di kafe seperti ini setiap pagi."
Ujar Soo Ah.
"Melbourne
adalah tempat paling terkenal untuk sarapan." Tambah Hyun Joo.
Mereka
menebak, apa perusahaan asuransi? seorang koki?
Soo Ah
mengatakan kalau mereka adalah seorang pramugari. Yang lain melotot kaget, Soo
Ah sih tak pantas, tapi Hyun Joo? dan itu berhasil membuat mereka tertawa.
Soo Ah berjalan berdua dengan Hyun Joo. Hyun Joo menjelaskan kalau mereka tidak butuh gelar ataupun pengalaman. Hanyalah seorang ibu yang berusaha keras, makanya para ibu tergila-gila dengan pendidikan anak-anaknya karena itu hidup mereka.
"Tidakkah
kau kembali ke Gayang-dong?"
Soo Ah
menjawab kalau ia harus berbicara pada suaminya dulu. Hyun Joo kaget, jadi Soo
Ah memutuskan untuk berhenti tanpa mendiskusikannya dengan jin SUk dulu?
Soo Ah
mengiyakan. Hyun Joo penasaran, bagaimana tanggapa Jin Suk nanti jika tahu
kalau Soo Ah berhenti gara-gara Hyo Eun. Mungkinkah akan menerima keputusan Soo
Ah dengan latar terbuka?
Hyun Joo lalu bertanya, dimana seragam Soo Ah saat ini. Soo Ah menjawab kalau barang-barangnnya masih di dalam koper, ia masih belum membongkarnya.
"Biarkanlah
begitu. Tiap kali aku merasa frustasi, aku mencobanya sejak dulu hingga
sekarang."
Soo Ahtersenyum,
apamasih muat? Tentu saja tidak, Hyun Joo hanya menempelkannya saja. lalu
mereka berpisah.
>
EmoticonEmoticon