-->

Sinopsis He Is Psychometric Episode 16 Part 1

- Mei 03, 2019
>
Sinopsis He Is Psychometric Episode 16 Part 1

Sumber: tvN




Kembali di obrolan para Ahjumma penghuni Apartemen. 

"Penjaga keamanan biasa meragukan sistem proteksi kebakaran kita? Ini karena dia mantan damkar. Menyebalkan. Anggap saja seekor anjing melawan pemiliknya. Apa tindakanmu? Kamu menjadikannya sup. Bukan begitu?"

"Ya, direbus hingga empuk."

Semuanya ketawa.

Ada yang memencet bel pintu. Ahju
Kembali di obrolan para Ahjumma penghuni Apartemen. 

"Penjaga keamanan biasa meragukan sistem proteksi kebakaran kita? Ini karena dia mantan damkar. Menyebalkan. Anggap saja seekor anjing melawan pemiliknya. Apa tindakanmu? Kamu menjadikannya sup. Bukan begitu?"

"Ya, direbus hingga empuk."

Semuanya ketawa.



Ada yang memencet bel pintu. Ahjumma membukanya dan karena orangnya menggunakan jaket keamanan, ia memanggilnya Ahjussi.

Tapi ternyata dia adalah Seong Mo.  

"Aku benar-benar.. minta maaf." Kata Seong Mo.

"Suara ini..." Ahjumma menayadari suara Seong Mo.



Seong Mo lalu membunuh ketiga Ahjumma itu. An yang melihatnya pingsan gak kuat menahan sakit diperutnya. 




Seong Mo gemetar ketakutan setelah melakukannya. Tapi kemudian ia mengeluarkan mayat dari dalam koper dan menuangkan minuman di satu cangkir lagi sehingga kelihatan mereka ada berempat. 



Selanjutny Seong Mo memotong kabel gas dan memasukkan korek api ke dalam microwave. Ia meninggalkan topi dan sarung tangan di atas koper. 

Saat keluar, ia membiarkan pintu terbuka. Seong Mo juga membuang jaket di lorong.



Beruntung Jae In segera menemukan An. Ia memeriksa denyut nadinya dan tidak ada. Jae In memanggil bantuan, lalu melakukan CPR. 



Akhirnya An bernafas lagi, Jae In pun lega. 

"Jae In-ah, Orang yang membunuh ketiga wanita dan membakar apartemen adalah Seong Mo Hyeong."

Jae In terkejut . 


Seong Mo juga meneteskan air mata.




Lee An bangun, ia harus mencari Seong Mo. Jae In menyuruhnya menunggu karena polisi sedang mencari. 

"Kau bisa mati jika terus memakai kemampuanmu." Kata Jae In.

"Sepertinya.. aku tahu keberadaan Hyeong."

An memaksa berdiri. 




Letnan Nam mambawa para medis dan ia berpapasan dengan An yang jalannya sempoyongan, tapi tetep memaksa lari.


Jae In dibelakangnya. Lertnan An tanya, An mau ke mana?

"Dia bilang tahu keberadaan Jaksa Kang." Kata Jae In yang langsung mengikuti An bersama Letnan Nam.


Mereka menaiki tangga demi tanga. Letnan Nam menduga-duga tujuan An, lantai 15 kah atau lantai atap? Jae In menyuruh Letnan Nam ke lantai atap, ia akan ke lantai 15. Letnan Nam setuju. 


Jae In menyusuri lantai 15 dengan waspada tingkat tinggi. Ia membuka pintu apartemen pertama, terkunci, lalu apartemen kedua yang tidak terkunci, ia masuk.



 Sementara itu, An berhasil menemukan Seong Mo. 

"Aku.. terlambat, bukan? Seharusnya aku kemari dan meminta bantuan. Aku.. sangat terlambat."

"Kenapa melakukannya? Untuk menjebak Kang Geun Taek? Hyeong sangat ingin menjebak dia hingga membunuh ketiga wanita itu dan memulai kebakaran."

"Aku sudah tahu begitu melihat mayat yang dia bawa. Aku sudah tahu rencananya. Lalu aku memikirkan.. yang harus kulakukan agar aku dan ibuku bisa kabur dari siksaan tanpa akhir ini. Kupikir ini akan usai.. jika aku memenjarakan dia sebelum menemukan ibuku. Kupikir makin banyak kematian.. akan menjamin polisi tertarik pada kasus ini. Meski tahu perbuatanku salah, aku tidak bisa berhenti. Kang Geun Taek yang merencanakan perbuatan dan membawa mayat itu, tapi aku yang melaksanakannya. Saat itulah aku tahu. Sekeras apa pun ingin menyangkalnya, aku.. putra seorang monster."



An menghapus airmatanya, "Kalau begitu, kenapa? Kenapa Hyeong tetap di lantai 7, bukan melarikan diri? Hyeong ada waktu untuk kabur! Kenapa Hyeong bertahan.. dan menyelamatkan aku?"


"Aku takut.. dan panik. Aku ketakutan akan perbuatanku. Sungguh ironi... saat memutuskan menjadi monster, aku merasa takut untuk kali pertama dalam hidupku. Aku juga menyadari rasa bersalah. Aku tidak bisa bergerak."

"Saat itu Hyeong merasakan emosi dan menyelamatkan aku?"

"Ya."



Jae In berpikir karena di apartemen yang ia masuki kosong. Ia melihat angka di pintu, 1507. Jae In ingat pengakuan Seong Mo di ruang penyidikan kemarin, "Aku menuju ke Unit 1501 untuk menemui polisi yang menawarkan bantuan. Tidak ada orang di rumah."

Jae In memanggil Letnan Nam untuk menyuruhnya ke unit 1501.



Tebakan Jae In benar, ia menemukan Seong Mo dan Lee An disana. Jae In meodongkan pistolnya, melarang Seong Mo bergerak.

Seong Mo: Maaf, An-ah. Maaf, Opsir Yoon.




Kemudian Letnan Nam dan yang lain datang. Jae In maju pelan-pelan.

"Berdasarkan Pasal 212 Hukum Acara Pidana, Anda tertangkap basah. Anda berhak untuk tetap diam. Perkataan Anda bisa dipakai untuk melawan Anda di pengadilan. Anda berhak menyewa pengacara." Jae In mengatakannya dengan hampir menangis.



Seong Mo mengulurkan kedua tangannya, siap untuk dibawa. Jae In pun memborgolnya.

Selanjutnya Letnan Nam menugaskan Detektif yang dibelakangnya tadi untuk membawa Seong Mo. 

An gak bisa menahan tangisnya.



Detektif Kim mendekati Ibu yang sedang berdoa di Greja.

"Kang Eun Joo-ssi. Semua telah usai. Kami menangkap Kang Geun Taek. Dia sedang dioperasi dan Jaksa Kang ditangkap di TKP."

Detektif Kim menugaskan Detektif Park untuk menunggui Ibu disana semantara ia keluar duluan.



Detektif Kim mendekati Ibu yang sedang berdoa di Greja.

"Kang Eun Joo-ssi. Semua telah usai. Kami menangkap Kang Geun Taek. Dia sedang dioperasi dan Jaksa Kang ditangkap di TKP."

Detektif Kim menugaskan Detektif Park untuk menunggui Ibu disana semantara ia keluar duluan.




Letnan Nam menginterogasi Seong Mo.

"Anda mengakui penculikan dan upaya pembunuhan Kang Geun Taek?"

"Ya, saya mengaku. Pembunuhan dan pembakaran Apartemen Yeongseong juga perbuatanku."

"Anda ingin menjebak Kang Geun Taek?"

"Selama ini saya hanya punya satu kecemasan. Daripada kebenaran atau rasa sakit orang lain, saya mencemaskan yang akan terjadi pada ibu saya jika saya dipenjara. Bisakah beliau menghadapi Kang Geun Taek sendirian? Hanya itu yang saya pikirkan."

"Lantas, kenapa Anda membiarkan dia hidup? Anda punya banyak waktu untuk membalas dendam."

"Saya tidak membiarkan dia hidup. Saya ingin dia menderita dalam kesakitan dan mati secara perlahan."

Jae In melihat interogasi itu dari ruang CCTV.




Detektif Kim kesal setelah mendengar kalau Seong Mo ditangkap tanpa perlawanan. 

"Lantas, kenapa dia menyulitkan kita dengan kabur kemari? Ini gila."

Kebetulan Jae In keluar, ia langsung menanyainya, apa benar Seong Mo mengakui semuanya?

"Ya."

"Ini gila."



An kembali ke rumah, dan kenangan-kenangan manis bersama Seong Mo bermunculan. 
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search