Sumber: tvN
>
Jadi, Jung Hoon selalu membalas e-mail Hee Joo untuk Se Joo. E-mail Se Joo dipegang Jung Hoon sekarang. Jadi Hee Joo dan keluarga menganggap Se Joo baik-baik saja selama ini dan sedang bersenang-senang.
"Se Joo-ya, Noona di Seoul sekarang. Salju lebat sekali di sini. Aku cari rumah baru di Korea. Ingat yang kutulis waktu itu?"
Sang Beom juga di Seoul sekarang.
"Sang Beom Oppa terus menyarankan membuka bengkel gitar bersama di Korea. Aku memikirkannya."
Saat melewati gedung J One, Sang Beom mengatakannya pada Hee Joo.
"Gedung itu. J One. Perusahaan Yoo Jin Woo. Kurasa dia masih di Amerika. Aku dengar semua rumor tentangnya."
"Se Joo-ya. Kami akhirnya selesai berkemas. Kami mengemasi semua barangmu sesuai permintaanmu."
"Nenek mengomel karena biaya pindah jadi lebih mahal."
Min Joo sangat suka dengan rumah baru mereka di Korea. Nenek juga.
"Akan kukirim foto rumah. Aku yakin kau suka."
Min Joo buru-buru pagi ini karena ia sudah telat, ia tidak sempat sarapan. Nenek ngomel, makanya tidur lebih awal, di korea beda dengan Spanyol, siswa Korea belajar sangat keras.
Hee Joo keluar mengikuti Min Joo karena ia harus mengantar Min Joo.
"Ini hidup kami sekarang. Setelah Min Joo sekolah, bibi-bibi akan datang."
"Dan kami mengubah gudang menjadi bengkel gitar. Aku akan bermitra dengan Sang Beom Oppa. Aku gugup, Se Joo-ya."
"Satu-satunya yang menggangguku adalah..."
Hee Joo sedih membaca artikel tentang Jin Woo.
"...hanya kita yang bahagia."
Hee Joo masih aktif berhubungan dengan Jung Hoon. Ia mengirim pesan.
"Sekretaris Seo, lama tak berjumpa. Halo. Aku hanya ingin tahu kabarmu. Kalian masih di Amerika, 'kan? Apa Daepyonim ada kemajuan?"
Jung Hoon membalas, "Halo, Jung hee Joo-ssi. Lama tak berjumpa. Apa kabarmu? Daepyonim baik-baik saja. Aku akan sampaikan salammu. Hati-hati dengan musim dingin."
Hee Joo menulis soal kekhawatirannya akan banyaknya artikel yang membahas Jin Woo, tapi ia menghapusnya. Ia juga hendak menyakan keadaan kaki Jin Woo, tapi dihapusnya, akhirnya ia cuma menjawab.
"Terima kasih. Kau juga. Jaga kesehatan."
"Terima kasih." Balas Jung Hoon.
Akhirnya Hee Joo bisa membuka bengkel gitar. Sang Beom memotretnya.
"Se Joo-ya. Akhirnya aku punya bengkel gitar. Bengkel dengan namaku. Bengkel Gitar Emma. Kuharap kau segera melihatnya."
Dan malam ini, Jin Woo mendatangi bengkel Hee Joo.
Jin Woo akan langsung pergi, tapi Hee Joo yang baru pulang dari belanja memergokinya. Hee Joo memanggilnya.
"Permisi. Ada yang bisa kubantu?"
Jin Woo menunjukkan wajahnya.
"Lama tak berjumpa." Ucap Jin Woo.
Jin Woo menunjukkan wajahnya.
"Lama tak berjumpa." Ucap Jin Woo.
Jin Woo lalu berjalan perlahan untuk memayungi Hee Joo.
"Akan tampak hebat jika aku berlari memayungameu. Aku tak bisa melakukannya lagi. Kau baik-baik saja?" Tanya Jin Woo.
"Ya."
Mereka saling memandang.
Hee Joo mengajak Jin Woo masuk, tapi sepi. Hee Joo mengatakan kalau Min Joo sedang les semantara nenek mengunjungi kerabatnya.
"Mereka pasti ingin bertemu jika kau beri tahu." Lanjut Hee Joo.
Lalu Hee Joo ijin untuk menyimpan belanjaannya di kulkas. Ia menyuruh Jin Woo duduk.
Hee Joo asal memasukkan semuanya ke dalam kulkas biar cepat. Lalu ia mengeringkan rambutnya sebelum keluar menemui Jin Woo.
Jin Woo melihat-lihat gitar Hee Joo. Hee Joo menawarinya kopi.
"Aku tak tahu kau di Seoul. Sekretaris Seo dan aku sering berkirim pesan. Tampaknya seakan kau masih di Amerika."
"Jika seseorang tahu aku di Seoul, nanti akan gaduh. Kau tahu siapa dia."
"Ah.."
Jin Woo merasa bengkel Hee Joo sukses, ia memberikan selamat. Hee Joo mengucapkan terimakasih.
"Bagaimana bisnisnya?" Tanya Jin Woo lagi.
"Aku menjual tiga gitar sejauh ini."
"Hanya tiga?"
"Itu cukup banyak. Berat membuat satu gitar per bulan. Prosesnya panjang."
"Apa ada untungnya?"
"Aku punya banyak uang. Kau memberi banyak. Aku melakukan yang kuinginkan. Tak semua orang seberuntung aku."
"Bagus. Haruskah aku belajar main gitar? Aku pengangguran. Kau juga mengadakan les gitar di sini?"
Hee Joo terdiam.
Jin Woo mengubah topik setelah menunggu lama jawaban Hee Joo, tapi Hee Joo hanya diam.
"Omong-omong, sepertinya kau berubah."
"Aku?"
"Kau tampak tenang. Apa kau bertambah dewasa?"
"Tidak. Aku masih sama."
"Tidak. Kau tak seceria biasanya."
"Kurasa aku makin dewasa. Tak ada yang bisa selalu ceria."
"Kurasa seluruh keluargamu baik-baik saja."
"Ya. Kecuali adikku yang belum pulang. Hanya adikku yang mencemaskanku. Dia bilang akan datang saat pindah, tapi belum datang juga."
"Dia tak menghubungameu?"
"Dia... Dia mengabariku. Dia rutin mengirimkan e-mail."
"Kalau begitu tak perlu cemas. Dia akan pulang. Pria seusianya tak banyak memikirkan keluarga. Dia akan pulang saat bosan dan butuh uang."
"Kenapa kau pura-pura?"
Jin Woo tampak tak mengerti. Hee Joo melanjutkan, ia kira Jin Woo kesana untuk membicarakannya.
"Tentang apa?"
"e-mail yang kudapat dari Se Joo. Kau yang menulis, 'kan? Dia terus mengirimiku e-mail saat bepergian. Awalnya aku tak curiga karena dia memang begitu. Tapi ada yang aneh karena tak terdengar seperti dia. Kukira aku salah. Siapa yang mau menuliskan dia e-mail? Tapi aku bicara dengan temanku di Granada belum lama ini. Aku dengar.. hostelnya masih di sana. Kau bilang penting dan membelinya sepuluh miliar won dariku. Tapi kenapa dibiarkan? Setelah dipikir lagi, kunjunganmu ke hostel juga aneh. Aku tak mencurigai apa pun karena uang. Se Joo dulu meneliti game tiap hari. Aku dengar kabar jika perusahaanmu akan merilis game baru. Entah kenapa aku tak menyimpulkan ini bisa saja berkaitan dengannya. Aku tak ingin nenek cemas, jadi, aku tak bilang. Aku tak bisa tanya Pak Seo karena takut."
Hee Joo: Aku ingin bertemu denganmu, tapi aku tak bisa menghubungameu. Aku hanya membaca rumor buruk tentangmu. e-mail dari Se Joo... ditulis olehmu, 'kan?
Jin Woo: Aku tak menulisnya. Jung Hoon yang melakukannya. Bukan aku. Aku yang minta dia melakukannya.
Hee Joo: Kenapa?
Jin Woo: Aku tak ingin kau cemas.
Hee Joo: Di mana... Se Joo?
Jin Woo: Aku tak tahu. Sudah setahun, tapi aku masih belum menemukannya.
Hee Joo: Apa mungkin dia...
Jin Woo: Aku yakin dia belum mati. Aku tak menduga akan selama ini.
Hee Joo: Kenapa... Kenapa kau lakukan ini kepadaku? Aku memercayaimu. Aku sungguh mengira kau membantu keluarga kami. Aku bersyukur dan sungguh mencemaskanmu. Aku patah hati karena caramu pergi. Aku memikirkannya setahun ini.
Jin Woo: Sudah kubilang... jangan terlalu percaya kepadaku. Aku tak sebaik yang kau kira. Sudah kubilang kau mungkin akan menyesal.
EmoticonEmoticon