-->

Sinopsis Memories of the Alhambra Episode 9 Part 4

- Desember 30, 2018
>


Sumber: tvN




Saat sedang berkendara, Su Jin menelfon, Jin Woo berhenti untuk menerima telfon Su Jin.

"Kau sibuk? Waktunya tak tepat?" Tanya Su Jin. 

"Tidak, bicaralah."

"Ayah mengatakan itu saat makan siang untuk menyinggungku. Lupakan saja. Dia mengatakannya untuk mempermalukanku."

"Kenapa?"

"Sudah setahun dia mempermalukanku. Kau tak tahu betapa dia sangat membenciku. Dia bahkan tak memeluk cucunya. Dia pura-pura mengaguminya di depan semua orang. Tapi dia benci putraku."

"Terjadi sesuatu saat aku pergi?"

"Berlebihan memberitahumu semua. Dan tak ada gunanya. Aku yakin kau pasti kesulitan juga. Kita di neraka. Kita tak sanggup saling merawat. Kita hanya hidup."



Su Jin masuk ke intinya, ia menelfon sebenarnya adalah untuk memperingatkan Jin Woo. 

"Ayah.. tak menghargaimu. Dia hanya pura-pura. Dia tak percaya kalian semua. Tampaknya dia tak meminta autopsi karena percaya kepadamu, tapi tidak. Itu karena egonya. Baginya, itu yang terpenting. Egonya. Dia tak mau mengakui keputusannya memilihmu daripada putranya salah. Karena itu dia tutupi. Dia percaya.. kau membunuh putranya. Dan aku tahu itu. Aku juga tahu kenapa Hyeong Seok sangat takut padanya. Aku juga takut kepadanya."

Jin Woo mengingat semuanya, bagaimana Profesor Cha tega menampar Hyeong Seok didepannya dan Sun Ho.

Su Jin: Kita mungkin yang berikutnya. Hati-hati.





Jin Woo juga ingat satu hal lagi.

Jin Woo, Sun Ho dan Hyeong Seok minum-minum bertiga. Hyeong Seok yang mabuknya paling parah mulai mengungkapkan uneg-unegnya.

Hyeong Seok: Astaga, ayahku... Hyeong! Aku tak punya saudara. Ayolah, aku kesepian!

Lalu Hyeong Seok menangis. Waktu itu Sun Ho dan Jin Woo hanya menertawainya.

Kembali di Granada.








Jung Hoon berhasil sampai tepat waktu, ia melihat Hyeong Seok ada di depan Jin Woo siap menebasnya. Ia langsung menembak Hyeong Seok tepat di dadanya.

"Aku sungguh berharap ini perjalanan yang terakhir dengannya."


Hyeong Seok roboh kembali ke rel dan menghilang.

Jin Woo sebenarnya juga sudah menyiapkan pistolnya. 

Jung Hoon mendekat, berkata pada Jin Woo kalau ia senang bisa mencoba pistolnya. Jin Woo tidak menyahut, ia kembali minum. 

Jung Hoon tadi meninggalkan minuman dan camilan yang belum dibayarnya, ia akan kembali, tapi Jin Woo melarangnya karena kereta mereka sudah datang, nanti beli di kereta saja.



Mereka masuk ke salah satu kabin. Jung Hoon menjelaskan kalau ia sudah membeli tiket untuk satu kabin itu, jadi hanya akan ada mereka berdua. 

Jung Hoon: Karena tempat ini sempit, aku ragu Cha Daepyo muncul. Anda boleh tidur hingga pagi. Biar kuambilkan bir.

Jung Hoon keluar kabin untuk membeli bir. Jin Woo menatap ke luar jendela.


Selama perjalanan Jin Woo tidak bisa tidur.

"Aku tak bisa tidur. Makin dekat ke Granada, aku makin gugup dan tak sabar. Dari mana Se Joo meneleponku? Aku tak bisa membayangkan seperti apa dia sekarang."



Pagi pun tiba. Jung Hoon membangunkan Jin Woo karena 5 menit lagi mereka akan tiba di Granada. 



Jung Hoon sudah bersiap duluan dan ia keluar duluan.

Jin Woo keluar kabih, ia kembali masuk ke dalam game. 



Sebelum turun, Jin Woo mencuci tangan di toilet. Jung Hoon mengetuk pintu, memberitahu kalau meteka sudah tiba di Granada, ia akan turun duluan. Ia akan menunggu Jin Woo di Peron.



Jung Hoon menunggu Jin Woo di peron dan ia melihat petir. 



Di dalam toilet, Jin Woo mendapat peringatan kalau musuh terlihat. Lalu terdengar suara  ketukan pintu dua kali. Jin Woo menyiapkan pistolnya.

Di luar, Jung Hoon juga menyiapkan pistolnya.



Jin Woo membuka pintu, ia tahu siapa yang sudah menunggunya, ia langsung menembak Hyeong Seok sebelum Hyeong Seok sempat bergerak. 



Jung Hoon akan naik kereta lagi, tapi ia mendapat pemberitahuan kalau Zinu sudah mengalahkan Dr. Cha, ia pun lega dan gak jadi masuk.



Jin Woo melihat Hyeong Seok mati, tapi terdengar suara petir lagi.


Di luar, Jung Hoon juga mendengarnya dan melihat langit menghitam. Jung Hoon heran, apa yang terjadi? Terlebih saat ia mendapat peringatan kalau musuhnya terlihat. Apa ini?



Di dalam Jin Woo juga bingung, jelas-jelas Hyeong Seok sudah mati, tapi ia tetap diberi pemberitahuan kalau musuhnya terlihat. 



Jin Woo melihat sekeliling sampai ia melihat musuhnya, Seorang Teroris dengan Serangan 8.500 dan Pertahanan 8.500 juga.



Jung Hoon menghawatirkan Jin Woo,  Ia berlari menuju pintu kereta, tapi ttba-tiba ia diserang, Anak panah meluncur dari ketinggian dan suses mengenai pundaknya.



Bertepatan dengan itu, Teroris pun berhasil menembak Jin Woo. Jin Woo tidak sempat menghindar. Tapi saat Tetoris kembali menembak, ia buru-buru kembali ke toilet dan menutup pintunya. 


Tapi tangan teroris yang memegang pistol berhasil menahan pintu dan terus menembakkan pistol. Jin Woo sekuat tenaga menahan pintunya agar tidak terbuka. 




Jung Hoon beneran kesakitan karena terpanah, tapi ia tetap menghawatirkan Jin Woo. Ia bagkit menuju pintu, tapi pintunya sudah dtutup karena kereta akan berangkat menuju stasiun berikutnya.



Yang menyerang Jung Hoon tadi kembali memanah, mereka adalah Pemanah Kerajaan Argon. Jung Hoon mencari perlindungan. Ia berlindung dibalik salah satu tiang.


Maski kesakitan, ia mematahkan anak panah yang menancap di bahunya. Ia mengerang kesakitan, mengatur nafas sambil menyiapkan pistol.  



Setelah beberapa detik, ia balik menyerang pemanah itu dengan pistolnya. 


Jung Hoon berlari menjauh sambil mengerang kesakitan. Ia kembai berlindung dibalik tiang. Ia menyerang lagi, tapi tidak bisa karena jaraknya terlalu jauh dai musuh. 


Saat Jung Hoon memilih senjata jarak jauh, tiba-tiba prajurit berpedang muncul di depannya. Jung Hoon refleks menembaknya, peanah itu tumbang, tapi muncul satu lagi.

Jung Hoon akan menembaknya, tapi pelurunya habis. Untunglah ia bisa menangkis serangan Prajurit itu dengan pedangnya.



Tapi prajuritnya muncul lagi, kali ini lima sekaligus. Jung Hoon makin panik, ia menghubungi Jin Woo.



Jin Woo merasakan ponselnya bergetar, masih dengan menahan pintu, ia mengangkatnya.

"Anda di mana? Selamatkan aku. Pemanah memanahku. Rasanya seperti dipanah sungguhan. Tempat ini gila. Semua KNP menyerang!"

"Di mana kau?"

"Selamatkan aku, Daepyonim!"

Jung Hoon berteriak dan tiba-tiba sambungan terputus. Jin Woo memanggil-manggil, tapi tidak ada jawaban.



Jin Woo mulai bergerak, ia menembak pistol Teroris, lalu mebuka pintu dan menembak terorisnya. Tapi bukan hanya satu teroris, masih ada satu lagi i luar. Mereka adu tembak, Jin Woo menggunakan tubuh teroris yang berhasil ia bunuh sebagai tameng dan itu menyelamatkannya dari tembakan teroris kedua sampai ia berhasil membunuh teroris kedua.




Jin Woo keluar pelan-pelan, ia membuka pintu kereta tapi tidak bisa, keretanya mulai melaju. 

Jin Woo melihat Jung Hoon dikeroyok beberapa prajurit, ia khawatir, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.


Jin Woo hanya bisa menelfon, tersambung, tapi tidak ada jawaban. 



Sampai Jin Woo diberi peringatan kalau dirinya kehilangan sekutu. Arinya Jung Hoon.....



Belum sempat Jin WOo berpikir, ia mendapat peringatan kalau musuhnya terlihat. Jin Woo menoleh ke kanan dan sudah ada Teroris yang mengarahkan pistol padanya. 




Teroris melepaskan satu tembakan, tapi pelurunya berhenti tepat di depan mata Jin Woo. Jin WOo heran, lalu ia mebapat pemberitahuan. 

KAU DI LUAR GRANADA
DI LUAR JANGKAUAN, DUELMU DIBATALKAN

Teroris pun menghilang bersama dengan hilangnya Hyeong Seok.


Jin Woo berkaca-kaca.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search