-->

Sinopsis Memories of the Alhambra Episode 8 Part 3

- Desember 24, 2018
>
Sumber: tvN




Jin Woo mengajak Hee Joo bicara di bawah jembatan sungai. Disana, ia memberikan informasi personal Se Joo dan Marco. Hee Joo membaca milik Se Joo sambil menangis.

"Se Joo bersama Marco di Barcelona."

"Jika kita mencarinya..."

"Tapi dia tewas."

Hee Joo lalu membuka berkas Marco sampai pada halaman ditemukannya jasad Marco.

"Kenapa dia tewas?" Tanya Hee Joo. 

"Kami tak tahu. Jasadnya sudah terurai. Kurasa dia dibunuh."

"Bisa saja adikku ditemukan jika kita melaporkannya hilang. Kenapa tak memberi tahu apa pun?"

"Marco bersama Se Joo hingga tewas. Jika kita laporkan hilang, polisi akan tahu tentang mereka. Lalu Se Joo akan dijadikan tersangka. Kita tak boleh lapor polisi. Aku berusaha keras menghilangkan jejak Se Joo."

"Maksudmu.. adikku membunuh seseorang?"

"Aku tidak tahu, tapi itu mungkin. Dia mungkin tak menghilang. Bisa saja dia bersembunyi."

"Mustahil. Itu tak masuk akal."



Hee Joo terus menangis sambil membuka-buka berkas yang diberikan Jin Woo. 





Jin Woo memberikannya ruang untuk menangis. Ia pun keluar dari mobil. Hee Joo terus menangis sampai akhirnya ia kelelahan dan tidak sadarkan diri.



Jin Woo tidak mendengar isakan Hee Joo, ia lalu kembali masuk mobil dan Hee Joo sudah pingsan.

Kilas Balik Selesai..



Hee Joo membuka matanya, Jin Woo bertanya, apa Hee Joo sudah baikan? 

Jin Woo: Aku lihat ke mobil sebab kau diam, ternyata kau pingsan.



Hee Joo langsung duduk. Jin Woo menyuruhnya berbaring saja, tapi Hee Joo tidak menurut, ia bilang kalau ia baik-baik saja.

"Kau membaca semuanya? Aku membawanya untuk jaga-jaga."

"Sudah kubaca semua."

"Kau bisa percaya dokumennya. Aku menemukan jejak lebih banyak dari polisi."

"Aku tahu. Aku paham kau berusaha keras menemukannya. Terima kasih... untuk itu. Aku tidak bisa diam saja. Aku harus bertindak karena kini aku tahu. Seperti katamu, aku tak boleh laporkan dia hilang. Aku paham bagian itu. Tetap saja, aku harus bertindak. Mungkin terlambat, tapi tak bisa dibiarkan. 



Dan untuk Jin Woo, Hee Joo mohon untuk meninggalkan rumahnya dan jangan kembali, jangan juga jangan hubungi ia lagi, itu kalau Jin Woo punya perasaan. 

"Tentu. Jung Hoon akan menghubungi jika kami mendengar kabar." Jawab Jin Woo. 

"Aku hargai itu. Selamat tinggal."



Sebelum pergi, Jin Woo menegaskan kalau Se Joo masih hidup, mereka hanya belum menemukannya. Jadi, jangan terlalu cemas.

"Kau membuat asumsi tanpa dasar. Aku tak mendapat harapan dari dokumen yang kubaca."

"Tapi juga tak perlu putus asa. Mungkin tak ada bukti, tapi aku yakin Se Joo hidup. Kurasa aku bisa segera menemukannya. Karena itu aku tak memberi tahu. Jujur saja, aku berniat kemari setelah menemukan Se Joo. Itu rencanaku."

"Lalu kenapa kau datang? Kenapa kemari hari ini?"

"Entahlah. Aku merindukanmu. Jaga dirimu."



Min Joo mengantar Jin WOo sampai ke mobil. Min Joo bertanya kapan Jin WOo akan datang lagi, tapi Jin Woo tidak bisa datang lagi. 

"Aku bukan tak ingin, aku tak bisa." Jawab Jin Woo saat Min Joo menanyakan alasannya.


Hee Joo mendengar suara mobil Jin Woo dari kamarnya.


Jin Woo menyuruh supirnya menepi dan pulang saja. Supir mengatakan kalau mereka sudah dekat dengan hotelnya.

"Aku tak ingin ke sana." Jawab Jin Woo.





Jin Woo berkendara sendiri ke lokasi ia main game selama ini. Sampai disana ia mendapat pesan dari Noh Yeong Jin, Presdir Agensinya Yu Ra. 

"Daepyonim, ini Noh Yeong Jun. Maaf terlambat membalasmu. Aku menerima kiriman paketmu. Sungguh menarik."

Kilas Balik...



Saat Jin Woo di kantor tadi ia menghubungi Yeong Jin yang sedang meunggu Yu Ra di salon. Yeong Jin menunjukkan pada Yu Ra kalau Jin Woo menghubungi. Yu Ra menekan tombol angkat, lalu Yeong Jin bicara dengan Jin Woo menjauh dari Yu Ra.



Yeong Jin: Halo? Astaga, lihat siapa yang menelepon.

Jin Woo: Lama tak bicara.

Yeong Jin: Ya, sudah lama. Aku sungguh bangga mendapat telepon langsung darimu.

Jin Woo: Aku sudah lama di Seoul... Tapi aku dengar omong kosong soal Yu Ra kembali dari Amerika setelah merawatku. Omong kosong macam apa itu? Dia tak takut apa pun karena orang pikir aku gila?

Yeong Jin: Dia menunggu teleponmu walau kau marah seperti ini. Ini menunjukkan Yu Ra sangat ingin berkomunikasi denganmu. Ini caranya mencintaimu. Manis, 'kan?

Jin Woo: Lalu bagaimana jika kukatakan aku tahu yang kalian lakukan di Amerika?



Yeong Jin mulai tegang. 

"Kurasa lebih baik menunjukkanmu foto daripada menceritakan yang kulihat." Lanjut Jin Woo.

"Tidak. Tunggu. Apa katamu?"

"Aku baru mengirimkan paket. Sebentar lagi tiba. Telepon jika sudah melihatnya. Kau pasti ingin bertemu saat melihatnya. Aku yakin kau akan sangat cemas. Aku selalu siap, hubungi kapan saja. Mari urus perceraiannya pekan ini. Kita mengulur terlalu lama."

Jin Woo langsung menutup telfon. 



Tepat setelah itu pengantar paket datang mencari Yeong Jin. Yeong Jin menerima paketnya, ia membukanya dan isinya adalah foto dirinya yang sedang bermesraan bersama Yu Ra. 



Jin Woo kembali mengonsumsi obatnya.

Pesan masuk lagi dari Yeong Jin.

"Yu Ra sangat tertekan. Aku cemas dia akan melakukan hal buruk."
"Akan kuhubungi setelah memikirkan saksama situasinya."

Jin Woo tersenyum menang membacanya.



Jin Woo keluar dari mobil, ia berjalan menaiki tangga untuk masuk ke gedung.



"Ada yang ingin kukatakan pada Hee Joo jika kami bertemu lagi."



"Aku ingin memberi tahu aku muak.. melihat air mata palsu dan tangis penuh alasan."


"Jadi.. bahwa dia menangisiku saat aku tak ada,"



"dan bagaimana dia merawatku selama aku tertidur sungguh berarti bagiku."
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search