-->

Sinopsis Great Seducer Episode 11 Part 2

- Maret 29, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di "www.diana-recap.com"

Sinopsis Great Seducer Episode 11 Part 2

Sumber Gambar: MBC


Tae Hee istirahat sejenak, BTW kakinya masih sakit dan ia masih agak pincang padahal semalem waktu berenang udah enggak. hahaha.

"Tidak seharusnya aku terlibat dalam hubungan mereka. Kenapa perasaanku begini?" Keluh Tae Hee.


Tiba-tiba Shi Hyun menelfon, tapi Tae Hee mengabaikannya. Dan ternyata Shi Hyun menelfon saat di dekatnya, Shi hyun kesal karena Tae Hee tidak mengangkat telfonnya.

"Aku akan ingin melihatmu saat mendengar suaramu." Jawab Tae Hee.


Tae Hee berdiri, tapi ia kesakitan. Shi Hyun langsung jongkok dan meminta Tae Hee naik ke punggungnya.

"Ini hanya kram." Alasan Tae Hee.

"Naiklah! Cepat!" Paksa Shi Hyun.

Tae Hee pun naik ke punggung Shi Hyun.


Tae Hee sekarang bisa merasakan perasaan nenek-nenek yang pernah Shi Hyun gendong, dari gendongan Shi Hyun, dunia terlihat sangat berbeda.

"Terima kasih sudah datang untukku." Tutup Tae Hee.

"Kenapa kamu pergi lebih dahulu?"

"Aku ada janji."

"Apa semalam membosankan?"

"Tidak. Semuanya baik kepadaku, kecuali kamu."

"Ada yang terjadi?"

"Aku bilang tidak."


Tiba-tiba saja Tae Hee mengajak Shi Hyun berfoto bersama. Shi Hyun aneh dengan keinginan tiba-tiba Tae Hee itu, ia lalu menurunkan Tae Hee.

"Ayolah, berpose. Aku datang untuk bersenang-senang, tapi tidak mengambil foto."

"Kamu bisa memintaku untuk memotretmu."


Tae Hee mengajak Shi Hyuk ke tempat Shi Hyun mengajaknya melihat bintang semalam.

"Tidak bisa. Jika tidak berangkat sekarang, jalanan akan macet."

"Kamu bisa menggendongku sampai ke Seoul."

"Untuk menggendongmu ke Seoul, kita harus menginap semalam."

"Kenapa tidak?"


Lalu Tae Hee mengajak Shi Hyun bergandeng tangan. Shi Hyun pun menggandeng tangan Tae Hee yang sudah terulur.


"Kamu menyusul karena mencemaskanku?" Tebak Tae Hee.

"Tidak."

"Itu benar. Matamu tidak bisa bohong."

"Aku tahu. Orang bilang mataku seperti cermin Cinderella."

"Em.. Yang punya cermin itu Putri Salju. Se Joo bilang begitu?"

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Kukira dia keliru. Kamu juga pikir itu Cinderella?"

"Tidak."

"Ya."

"Tidak."

"Kamu tidak baca ceritanya?"

"Aku membacanya."


Soo Ji terpaksa harus pulang bersama Se Joo lagi. Kali ini ia memastikan Se Joo mengikuti GPS dengan benar. Awas jika sampai tersesat lagi!

Se Joo tersenyum penuh makna.


Ternyata Se Joo membawa Soo Ji ke lokasi pemancingan. Soo Ji kesal, lebih baik Se Joo minum dari pada ke tempat pemancingan yang sama sekali tidak cocok dengan karakter Se joo.

"Duduklah. Hanya memancing yang paling bisa membuat pikiran tenang."

"Yang benar saja... Kamu paling bisa membuat orang marah."

"Kamu lebih parah."


Soo Ji akan menelfon taksi, tapi Se Joo melarangnya, ia minta Soo Ji duduk, satu jam saja! Maka Soo Ji pun duduk disamping Se Joo.


Soo Ji bertanya, apa Se Joo bisa memancing? Ayahnya yang mengajari ya?

"Kamu gila? Untuk apa aku kemari dengan ayahku? Jika kulakukan, dia sudah mengikat satu balok timah di kakiku dan aku sudah lama menjadi makanan ikan."

"Aku ingin menjadikanmu makanan ikan sekarang."

"Ini tempat ideal untuk bersembunyi saat kabur dari rumah. Siapa yang menyangka seorang remaja akan kemari? Di sini menyenangkan. Di sinilah aku meminum soju pertamaku."

"Kamu bangga dengan itu? Berapa ikan yang mau kamu tangkap? Katakan sekarang. Akan kutangkap semuanya."


Tapi Se Joo tidak mau menangkapnya karena tujuannya bukan menangkap ikan. Semua ikannya ada di sana dan ia di sini. Itu sudah cukup.

Soo Ji: Gila.

Se Joo: Pergilah jika kamu mau.

Soo Ji: Tadi kamu menghalangiku, sekarang mau aku pergi?

Se Joo: Kamu tidak suka sendirian, kecuali waktu belanja.

Soo Ji: Kamu terlalu mengenalku. Itu menyebalkan.


Se Joo mulai cerita, "Dengar. Seorang nelayan pernah menyuruh umpannya untuk menangkap ikan. Tapi umpan itu malah berteman dengan si ikan. Umpan itu berpikir, haruskah dia kabur dengan selamat dari kail itu dan tenggelam? Atau..."

"Omong kosong apa ini?"

"Menurutmu kenapa Tae Hee pergi?"

"Mana aku tahu?"

"Anggaplah kamu sungguh ingin tahu apakah Si Hyun tertarik kepada Tae Hee atau tidak. Karena itu, kamu merencanakan perjalanan ini untuk melihat mereka. Tapi tahukah kamu? Kamu sudah menjadi nelayan tadi. Lalu apa langkah berikutnya? Kamu harus memberi tahu Tae Hee bahwa tidak ada tempat baginya dalam kelompok kita."

"Apa maksudmu?"

"Tapi kamu gagal. Kalau begitu, apa langkah terakhirmu?"

"Itu tidak lucu. Berhentilah mengarang cerita."

"Apa yang kamu katakan kepadanya di kolam renang? Kamu bisa memberitahuku."


Se Joo menatap Soo Ji dan Soo Ji mempertanyakan arti tatapan Se Joo itu. Se Joo tersenyum, karena tertarik?

Soo Ji: Enyahlah.

Se Joo: Mau tangkap satu ekor ikan? Aku bisa membuat maeuntang.

Se Joo mulai menangkat alat pancingnya.


Ibu SJ dan Ayah SH bertemu dengan seseorang.

Bapak itu: Sesuai saran Presdir Myung, terkait kerugian yang disebabkan Tiuzen, jumlah kesalahan di laporan akan turun menjadi 90, dan kalian akan dapat perpanjangan waktu untuk menyerahkan proposal. Jika berjalan sesuai rencana, proposal kalian akan diterima.

Ayah SH dan Ibu SJ terlihat sangat senang. Ayah SH yang notabene seorang pebisnis sangatlega karena seorang spesialis seperti Bapak itu berencana masuk ke dunia politik.

Bapak itu: Aku melaksanakan tugasku. Itu saja. Tanpa Grup JK, perekonomian Korea akan menghadapi kesulitan. Aku berencana menjadikan ini peluang untuk merevisi peraturan terkait proses seleksi.

Ayah SH: Terima kasih banyak atas bantuan Anda.


Bapak itu mulai membahas hal lain, wapaupun sebenarnya ia malu. Ia ingin tahu apa ada lowongan untuk magang di Tim Humas JK. Anak sulungnya akan segera lulus kuliah, ia sudah memintanya belajar sains, tapi dia memilih ilmu sosial. Zaman sekarang, sulit mencari pekerjaan.

Ayah SH: Baiklah. Aku akan mencari tahu.

Ibu SJ: Kerja magang tidak seberapa, Pak. Kami bisa memberinya pekerjaan purnawaktu.

Bapak itu: Ya ampun. Aku tidak mengharapkan itu. Tidak perlu.

Ibu SJ: Tapi sejauh mana dia bisa sukses setelah mendapat pekerjaan di JK melalui koneksi? Lima belas tahun kemudian, bisakah dia menjadi manajer Tim Humas? Dengar,
Bapak itu: Presdir Myung...

Ibu SJ: Di pemeriksaan, politikus kehilangan dukungan karena bantuan yang pernah mereka minta untuk anak-anak mereka. Anda harus sukses dalam politik. Jangan merusak rencana besar Anda karena urusan sepele ini.

Bapak itu: Kita melakukan apa saja demi anak-anak kita, ya? Aku sudah meminta bantuan konyol dari wanita pemberani ini. Anda telah bergabung dengan wanita yang mengagumkan. Selamat. Terima kasih. Aku akan pergi lebih dahulu karena cukup malu. Nikmati makanannya dan izinkan aku mentraktir minum lain kali. Sampai jumpa.


Ibu SJ bertanya, apa yang ayah SH lakukan akhir pekan kemarin? Ayah SH menjawab ia melakukan seperti biasanya,  bekerja, berolahraga, dan berkendara.

"Menghabiskan waktu dengan putramu?"

"Benar."

"Begitukah?"

"Aku sedang mempertimbangkan menyekolahkan Soo Ji di luar negeri."

"Itu yang dia mau?"

"Ada alasannya Soo Ji berlajar ceilo. Awalnya dia akan menolak, tapi dia akan mempertimbangkannya lalu pergi."

"Begitu, ya."

"Karena keluargamu berbisnis, aku tidak pernah menyangka dia ingin menjadi pemain selo."

"Jika kita tidak menikah, aku berniat untuk mendonasikan rumah sakit dan bisnis kami kepada masyarakat. Soo Ji dapat belajar musik seumur hidupnya. Aku serius. Jadi, kamu tidak perlu ragu memberinya saham di perusahaan. Aku akan memberi tahu ibumu setelah dia kembali."

"Aku tidak mencemaskan itu. Kuharap dia menjadi musikus hebat dan memimpin yayasan kebudayaan."

"Apa rencana Si Hyun? Tidak mau mendaftar ulang untuk kuliah? Dia harus mewarisi perusahaan. Bagaimana jika aku bicara dengannya?"

"Kenapa kamu ingin melakukan itu?"

"Maaf?"

"Jangan buat dirimu bingung dengan tujuan pernikahan kita. Sekretaris Yoon bilang.. Si Hyun menanyainya tentang kecelakaan mobil ibunya. Kamu tahu?"

"Tidak."

"Aku akan mengurusnya."


Shi Hyun kembali bersama Tae Hee dan setelah sampai Tae Hee masih tidur nyenyak. Shi Hyun tidak membangunkannya, ia malah menghalangi sinar matahari yang mengenai mata Tae Hee.


Tapi itu hanya sebentar karena Tae Hee mendadak terbangun. Tae Hee tersenyum melihat tangan Shi Hyun ada di atas kepanya, ia paham apa yang tadi Shi Hyun lakukan untuknya.


Shi Hyun memasak untuk Tae Hee dan Tae Hee sibuk mengambil gambarnya tapi Shi Hyun terus menolak.


Tae Hee mengomentari hasil fotonya, "Kamu terlihat menjaga jarak di pertemuan pertama kita, tapi kamu tampak bodoh saat tersenyum. Lihat ini. Matamu hilang."

"Aku tahu. Soo Ji selalu bilang aku tampak bodoh."

"Begitu, ya. "Bodoh" kurang pas untukmu. Mereka sudah di Seoul?"

"Entahlah. Dia tidak menjawab panggilanku."

"Kamu harus telepon Se Joo juga."

"Mungkin ponselnya tidak aktif. Dia kabur dari rumah 359 hari dalam setahun."

"Bagaimana dengan enam hari yang tersisa?"

"Lima hari untuk upacara peringatan. Satu hari untuk ulang tahun ayahnya."

"AH.. Kalian terlihat cukup dekat."

"Hem.. Kami selalu bersama."

"Apa kalian pernah hampir berpacaran?"


Shi Hyun tidak menjawabnya, ia sudah selesai masaknya dan mengajak Tae Hee makan bersama.

Sebelum makan Tae Hee memotret makanannya dulu. Shi Hyun heran, kenapa sedaritadi Tae Hee terus mengambil foto?

"Sudah puluhan tahun tidak ada yang memasak untukku. Aku suka itu."


Lalu Shi Hyun meminta ponsel Tae Hee, ia akan memotret Tae Hee. Setelahnya Shi hyun mengajak Tae Hee makan, tapi Tae Hee memaksa ingin memotret Shi Hyun dengan makanannya juga.


Shi Hyun pun menuruti keinginan Tae Hee itu.


Tapi Tae Hee belum puas karena Shi Hyun tidak memotretnya dengan ponselnya, malah Shi Hyun tidak menyentuh ponselnya sama sekali. Tae hee minta dipotret lagi, tapi Shi Hyun tidak mau dengan alasan nanti mie-nya akan lembek jika kelamaan tidak dimakan.


Soo Ji dan Se Joo sampai rumah saat sudah gelap. Soo Ji menggerutu gara-gara Se Joo ia tidak akan sempat berlatih nanti.

"Kamu makan maeuntang dengan nasi. Jangan pura-pura tidak suka." Se Joo mengingatkan.

"Tidak bisa kupercaya. Aku harus membuat SIM!"


Tiba-tiba ada mobil berhenti tepat di depan mereka. Ternyata orang-orang itu datang untuk membawa Se Joo. Sebelum dibawa paksa, Se Joo meminta Soo Ji untuk mengambil  kamera dasbor mobilnya.

"Apa lagi yang kamu perbuat?" Tanya Soo Ji yang ditinggal dalam mobil.


Soo Ji langsung menelfon Shi Hyun soal Se Joo tadi. Dan Shi Hyun langsung meluncur kesana, ia bahkan meninggalkan Tae Hee. 

"Apa yang telah terjadi?" Tanya Tae Hee. 

"Kurasa ada masalah. Jangan tunggu aku. Makanlah."

"Mau kutemani?"

Tapi Shi Hyun tidak menjawabnya, Shi Hyun langsung keluar.

Tae Hee kecewa, kenapa Shi Hyun tergesa-gesa?


Saat Shi Hyun datang, Soo Ji heboh sendiri, "Apa dia meminjam uang? Tidak, dia diculik. Berulang kali aku memberitahunya jangan sok kaya. Sepintas lalu, keluarganya terlihat sangat kaya. Hei, ini pasti melibatkan wanita bersuami. Suaminya adalah kepala geng. Dia paling bisa membuat masalah. Perlu kita laporkan sekarang?"

"Hentikan. Keluarganya yang membawanya. Masuklah. Dia akan telepon."

"Tinggallah sebentar. Kenapa kamu buru-buru pergi? Tunggu sampai kita memastikan dia masih hidup. Kamu mau ke mana?"


Se Joo mengirim pesan pada Soo Ji, mengatakan kalau hari ini ada upacara peringatan. Soo Ji menggerutu kesal, jika ada upacara peringatan, harusnya dia pulang lebih awal, kenapa dia pergi memancing?

"Kalian ke tempat memancing, ya? Maeuntang buatannya enak, bukan?"

"Kamu juga pernah ke sana? Astaga, dia bilang itu rahasia."


Ibu Soo Ji datang dan ia menyapa Shi Hyun. Soo Ji mengucapkan sampai jumpa pada Shi Hyun, tapi Ibunya menawari Shi Hyun untuk masuk dulu.

Shi Hyun: Tidak, aku baru mau pergi.

Soo Ji: Jangan paksa dia masuk. Itu tidak nyaman. Pergilah. Ini hari Minggu. Ibu dari mana?

Ibu: Ibu menemui ayahnya. Pasti dia sudah di rumah.

Soo Ji: Dia bahkan tidak mengantar Ibu.

Ibu: Kami bukan anak kecil. Ada mobil.

Shi Hyun: Aku permisi sekarang.


Ibu tiba-tiba membahas soal mobil Shi Hyun yang tampak tua, Ibu akan membelikan mobil baru, Shi Hyun tinggal bilang saja mau mobil model apa.

Soo Ji: Apa itu mas kawin Ibu? Keluarga Si Hyun lebih kaya daripada kita. Belikan aku mobil.

Ibu: Kamu tidak punya SIM.

Shi Hyun: Soo Ji saja. Aku tidak perlu.

Ibu: Tidak, aku mau membelikanmu. Mobil ini pernah kecelakaan. Kamu bisa tertimpa kesialan.

Shi Hyun: Tidak. Aku akan mempertahankan mobil ini. Ibuku menjanjikan mobil ini bila usiaku 20 tahun. Selain itu, aku tidak mau mobil dari orang lain. Jika tidak bisa mengemudikan ini, aku akan membeli mobil sendiri.

Ibu: Baiklah. Aku hanya senang. Tidak seharusnya aku bilang begitu. Hati-hati di jalan.

Shi Hyun: Baiklah.

Ibu pun masuk ke dalam duluan.


Soo Ji sedikit menegur Shi Hyun, haruskah bilang seperti tadi? Shi hyun hanya diam saja.


Di rumah Shi Hyun, Tae Hee mencuci piring bekas makan mereka tadi. Setelahnya, ia mengganti foto kontak Shi Hyun di ponselnya dengan foto Shi Hyun yang ia ambil tadi.


Tae Hee melihat foto Shi Hyun bersama Soo Ji dan Se Joo, ia sedih.


Kyung Joo datang berkunjung dan ia terkeut melihat Tae Hee keluar dari pintu rumah seberang lalu masuk ke pintu rumah di depannya.


Jadi Tae Hee terpaksa menceritakan semuanya. Kyung Joo heboh sendiri, "Kamu beruntung sekali! Tinggallah bersama. Kalian harus tinggal bersama."

Tae Hee kembali menutup mulut Kyung Joo karena bicaranya terlalu keras.


Lalu mereka keluar di depan apartemen. Kyung Joo melihat-lihat foto Se Joo di istagram, ia heran, kenapa Tae Hee tidak ada di foto bersama mereka? Lalu Bagaimana dengan kolam renang? Ada foto Se Joo?

"Dia tidak berenang." Jawab Tae Hee.

"Bagaimana dengan Soo Ji?"

"Heemm.. Dia datang."

"Kenapa dia datang jika Se Joo tidak di sana?"

"Entahlah. Hei, jangan beri tahu Se Joo yang kukatakan, mengerti?"

Tae Hee memperingatkan Kyung Joo karena berdasarkan apa yang Se Joo bilang, Kyung Joo sering membicarakannya.


Tae Hee lalu bertanya, apa lagi yang Kyung Joo ceritakan pada Se Joo soal dirinya?

"Soo Ji ingin tahu lebih banyak tentang kamu untuk membantu Si Hyun. Jadi, aku menceritakan sedikit tentangmu."

"Apa? Kalau begitu.. artinya mereka bertiga pernah membicarakan aku."

"Itu wajar karena mereka sahabat. Kamu juga harus jual mahal."

"Apa?"

"Itulah yang Si Hyun lakukan. Kenapa dia mendatangi Soo Ji saat makan?"

"Hentikan. Ini sudah membuatku bingung. Dia mendatangiku dengan kecepatan 100. 80, 110, 50... Dia seperti terus mengubah kecepatannya."

"Kecepatan bukan segalanya dalam berpacaran. Kamu tidak perlu mematuhi batas kecepatan. Beloklah ke kiri atau kanan. Cobalah perspektif baru."

"Entahlah. Aku akan berbuat sesuka hatiku. Menggoda? Aku Eun Tae Hee."


Tae Hee berbaring saat Shi Hyun datang. Kyung Joo melihat Shi Hyun tapi Shi Hyun mengkodenya untuk diam.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search