-->

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 26

- November 09, 2017
>
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 26

Sumber Gambar: SBS


Hong Joo akan merekam kegiatan tugas malam. Kepala Paek mencoba menghalanginya dengan berkata kalau itu tidak terlalu penting, toh Hong Joo masih sua hari lagi disana.

"Aku juga ingin pulang hari ini, tapi kaptenku ingin aku merekam apa pun yang terjadi di sini. Aku harus mengikuti perintahnya. Aku terpaksa."


Kabetulan Jaksa SOn lewat, Kepala Park langsung bertanya siapa yang bertugas malam ini.

"Seharusnya Lee Pro, tapi dia bertukar dengan Jung Pro."

"Dari sekian orang, kenapa dia bertukar dengan anak baru itu? Kau bisa menggantikan dia?"

"Aku ada rencana."

"Lalu bagaimana dengan Shin Pro?"

"Katanya dia juga ada rencana malam ini. Percayalah kepadanya dan biarkan dia yang melakukannya. Jung Pro sudah banyak berusaha."

"Aku tahu dia sudah berusaha, tapi tidak menghasilkan apa pun setelah berusaha siang dan malam."


Jae Chan panik saat mendapat pemberitahuan bahwa Hong Joo akan merekam tugas malamnya.

"Itu... Tidak bisa. Maksudku.. Baiklah, aku mengerti. Sampai nanti."



Jae Chan langsung beres-beres. Pak Choi heran, apa ada yang datang? Kan mereka sudah selesai dengan penyidikan hari ini.

"Dia akan kemari untuk merekamku tugas malam hari ini! Hyang Mi-ssi, tolong sembunyikan dokumen ini di ruangan Jaksa Lee."

"Kenapa?"

"Aku akan terlihat memiliki banyak kasus tidak selesai, itu akan membuatku tampak payah."

Pak Choi: Jangan berlebihan. Bersikaplah seperti biasa.

Jae Chan: Maka aku akan mempermalukan seluruh kejaksaan.

Hyang Mi: Setidaknya dia tahu.


Jae Chan langsung beres-beres. Pak Choi heran, apa ada yang datang? Kan mereka sudah selesai dengan penyidikan hari ini.

"Dia akan kemari untuk merekamku tugas malam hari ini! Hyang Mi-ssi, tolong sembunyikan dokumen ini di ruangan Jaksa Lee."

"Kenapa?"

"Aku akan terlihat memiliki banyak kasus tidak selesai, itu akan membuatku tampak payah."

Pak Choi: Jangan berlebihan. Bersikaplah seperti biasa.

Jae Chan: Maka aku akan mempermalukan seluruh kejaksaan.

Hyang Mi: Setidaknya dia tahu.

Jae Chan lalu mencium jubahnya dan baunya gak banget. Ia bertanya pada Pak Choi, baunya tidak akan terekam kaera bukan?

Tapi Jae Chan tidak sadar kalau Hong Joo dan Kepala Park ada di pintu. Saat Jae Chan menoleh, ia langsung terkejut bukan kepalang.

Hong Joo: Terima kasih sudah mengizinkanku merekam hari dinamismu di kantor.
Jung Jae Chan Geomsanim.

Detektif Ko bertanya pada Penadah itu, kenapa dia menemui Pak Park Dae Young?

"Aku sudah katakan. Orang yang kehilangan ponsel itu memintaku mencarikan ponselnya, jadi, aku mewakili dia untuk menemui orang itu. Justru, aku korbannya."

"Lalu, untuk apa 10.000 dolar itu?"

"Kurasa ponselnya seharga itu. Mungkin ponsel itu menyimpan kenangan berharga."

"Lalu kenapa Anda membuang ponsel semahal itu ke sungai? Itu bahkan bukan ponsel Anda."

"Aku tidak membuangnya. Sudah kubilang, ponselnya jatuh dari tanganku."


Woo Tak menduga pasti ada sesuatu dengan ponsel itu. Kyung Han juga berpikiran sama, ia tidak percaya penadah itu, ada yang tidak beres.

"Tapi apa? Kita bahkan tidak bisa menemukan ponsel itu karena dibuang ke sungai." Kata Woo Tak.

"Astaga, ini memusingkan."


Ahjussi pencuri itu, Park Dae Young diam-diam memasukkan sesuatu ke dalam kaus kakinya saat tidak ada yang melihat.


Detekrif lalu bertanya, "Anda tidak keberatan dengan obrolan video dengan Jaksa, bukan?"

"Tidak, aku ingin bicara langsung dengannya. Aku ingin bertemu dengannya langsung."


Hong Joo sedang merekam Jae Chan, tapi Kepala Paek intip-intip terus. Jae Chan tidak nyaman, jadi menyuruh Kepala Park pulang.

"Jangan pedulikan aku. Anggap saja aku tidak di sini dan lakukan pekerjaanmu. Santai saja. Jangan pedulikan aku."

Kepala Park lalu berjalan keluar.


Hong Joo bertanya, "Apa tugas utama yang harus ditangani saat Anda tugas malam?"

"Kami biasanya menangani tugas yang terkait penangkapan tersangka, seperti meninjau pengajuan surat penangkapan dari polisi."

Lalu telfon Jae Chan bunyi, ia pun minta waktu untuk mengangkatnya.

"Halo? Ini Jung Jae Chan dari Divisi Tiga Tindak Pidana. Tentu, sekarang?"


Hong Joo bertanya lagi untuk mengurangi kecanggunga, apa ada yang datang? Jae Chan pun besikap berwibawa lagi.

"Ya, datanglah. Baik." Katanya di telfon.


Yang datang adalah Park Dae Young. Sebelum masuk, ia menempelkan permen karet yang dimakannya di kusen pintu. Kepala Park kelihatan tidak asing padanya.


Penjelasan Jae Chan: Dia dicurigai sebagai residivis pencurian ponsel. Polisi telah mengeluarkan surat penangkapan karena dia bisa saja kabur atau merusak barang bukti. Kami biasanya mewawancara tersangka via telepon atau panggilan video, tapi dia ingin bicara langsung, jadi, kini dia sedang menuju kemari.

Hong Joo: Anda akan mewawancarai dia di sini sebelum memutuskan akan meminta surat penangkapan atau tidak, bukan?

Jae Chan: Benar.


Lalu Park Dae Young diminta duduk di depan Jae Chan. 

Jae Chan: Kudengar Anda sangat ingin menemuiku secara langsung.

Park Dae Young: Ya.

Jae Chan: Anda dan asisten kepala jaksa kami memiliki nama yang sama.

Kepala Jaksa ingat orang itu, yang dahulu mempermalukan namanya. 

Park Dae Young: Anda mungkin tidak memercayaiku, tapi dahulu aku pegawai sipil seperti Anda. Tapi suatu hari, adikku terkena masalah, dan aku kehilangan semua uangku saat berusaha membebaskannya. Istriku juga meninggalkan aku. Aku memiliki seorang putri, tapi dia kecelakaan mobil saat usia 9 tahun, dan mengalami cedera punggung. Dia bahkan tidak bisa minum tanpa bantuanku. 

Jae Chan: Lalu, saat ini dia di rumah sendirian?

Kepala Park tak menyangka kalau Jae Chan tertipu.


Tapi bukan hanya Jae Chan seorang, Pak Choi dan Hong joo juga.

Park Dae Young: Tidak ada pekerjaan di negara ini yang bisa kujalani sambil merawat putriku yang sakit. Karena itu aku mencuri ponsel. Aku tahu bahwa aku tidak pantas dimaafkan. Aku akan bekerja sama dalam penyidikan dan persidangan dengan baik, jadi, tolong... Tolong jangan.. menangkapku, Pak. Putriku, Joo Kyung.. Dia bisa mati jika aku tidak ada. Dia pasti sedang melipat kertas, menungguku pulang membawa panekuk manis. Dia berpikir jika dia membuat 10.000 buah..


Kepala Jaksa lalu masuk dan melanjutkan kata-kata Park Dae Young, "Dia percaya dia akan bisa berjalan jika membuat 10.000 buah. Begitu? Astaga.. Ini sudah satu dekade, tapi ceritamu belum berubah. Dia berbohong, jangan tertipu. Minta surat penangkapan."

"Pak Kepala, Anda mengenal pria ini?" Tanya Jae Chan.

"Aku sangat mengenalnya. Bedebah ini, bahkan satu dekade lalu..."

Pak Choi menyela, mengingatkan ada kamera yang masih merekam. Kepala Park pun memlembutkan suaranya, "Pria ini melakukan pencurian yang sama 10 tahun lalu, dan aku meminta surat penangkapan untuknya. Teruskan dan minta surat penangkapannya."


Jae Chan lalu bertanya pada Park Dae Young, apa sungguh putrinya sekarang sedang sendirian. Dae Young menghapus airmatanya, ia membenarkan, putrinya sendirian.


Kepala Park menegur Jae Chan, kenapa seperti ini? Jangan seperti jaksa amatir.


Kepala Park lalu memanggil Jae Chan untuk menegurnya, "Tidak lihat dia berbohong? 10 tahun lalu, dia berkata putrinya berusia sembilan tahun. Apa dia tidak menua? Memangnya dia melawan waktu?"

"Aku tidak berkata aku akan melepaskannya. Aku hanya ingin ke rumahnya dan memastikan."

"Astaga, kau hanya butuh lima menit untuk melakukan hal seperti ini. Kenapa kau membuatnya menjadi dua jam? Yang kau lakukan saat ini seperti yang dilakukan dukun. Kau seperti dokter bodoh yang menghabiskan berjam-jam memasang perban pada pasien yang hanya luka di lututnya saat korban kecelakaan sedang sekarat di ruang UGD. Kau selalu terjebak dengan tipuan tersangka, dan membuang waktu. Tidak heran kasusmu banyak yang tidak selesai. Tidak ada lagi alasan. Cepat minta surat penangkapan!"

Jae Chan pun menunduk lalu keluar.


Ternyata di luar ada Hong Joo dan Pak Choi. Hong Joo prihatin, apa Jae Chan baik-baik saja?

"Ya." Jawab Jae Chan singkat lalu jalan kembali ke ruangannya.


Pak Choi menjelaskan, Jae Chan jarang dimarahi seperti itu. Ini sangat jarang terjadi, jadi, jangan terlalu kecewa.

"Pak Choi. Apa menurut Anda dia pantas dimarahi seperti itu hanya karena tertipu? Maksudku, memercayai orang bukanlah hal buruk."


Kyung Han mengajak Woo Tak untuk makan ayam karena ia lapar habis berlari tadi.

"Seonbaenim. Kau tahu, bukan?"

"Tahu apa?"

"Bahwa aku.. bahwa aku.. buta warna."

"Ya, aku tahu."

"Kenapa Kau tidak mengatakan apa-apa? Itu bisa menjadi alasan pemecatan."

"Kau berbohong saat bergabung dengan kesatuan?"

"Tidak, ada kesalahan dengan tesnya."

"Kalau begitu, tidak masalah. Kau sudah bergabung, jadi, jangan khawatirkan itu. Tidak akan ada yang terjadi jika aku tetap menutup mulutku."

"Tapi tetap saja.."


Kyung Han bertanya, siapa yang menangkap pria yang berusaha kabur hari ini? Dirinya atau Woo Tak? Woo Tak terdiam.

Kyung Han melanjutkan "Memang sulit dipercaya, tapi masalah penglihatanmu itu tidak sebanding dengan ini (perutnya yang berlemak) jika menyangkut pantas dipecat. Aku terlalu lamban untuk bekerja sebagai polisi."

Woo Tak terharu dengan Kyung Han, akhirnya ia bisa lega.


Hong Joo mampir di kedai pancake mandu milik seorang nenek, ia beli duaribu won.


Sementara itu, Jae Chan mencar rumah Park Dae Young. Ia keliling kompleks.


Lalu tetangga sebelah keluar untuk membuang sampah. Jae Chan bertanya, apa Ahjumma itu mengenal pria yang tinggal di sebelah?

"Yang tinggal di kamar sempit itu? Tentu saja, aku tahu. Aku sering memberinya kimchi."

"Kalau begitu, Anda juga kenal putrinya?"

"Putrinya? Kau pasti salah alamat. Dia tinggal sendiri."

Jae Chan menghela nafas, ia salah lagi.


Jae Chan duduk di tangga jalan, ia mengeluhkan Park Dae Young yang kelihatannya tulus sekali, tapi tak tahunya berbohong.

"Sial. Aku harus berkata apa kepada Kepala Park?"


Saat Jae Chan hendak menjambak rambutnya, Hong Joo tiba-tiba mendatanginya.

"Apa? Bagaimana Kau tahu aku di sini? Kau pasti memimpikan aku lagi."

"Tidak, aku bahkan tidak perlu bermimpi lagi. Kini aku bisa membacamu dengan mudah. Firasatku mengatakan Kau di sini."

Hong Joo menyodorkan pancake yang dibelinya tapi Jae Chan gak mau, gak selera katanya.


Hong Joo menyodorkan pancake yang dibelinya tapi Jae Chan gak mau, gak selera katanya.

"Dia tidak punya putri, bukan? Pria itu membohongimu, ya?" Tanya Hong Joo.

"Ya. Aku pasti tampak sangat menyedihkan hari ini. Aku tertipu oleh tersangka dan dimarahi oleh Kepala Park. Sunting bagianku hari ini. Aku tidak ingin mempermalukan seluruh divisi."

"Aku bertanya kepada nenek penjual pancake ini di sana. Pria itu memiliki putri 10 tahun lalu. Gadis sembilan tahun yang cedera punggung karena kecelakaan mobil. Dia tidak bisa merawat putrinya dengan bekerja sebagai tukang pos. Kurasa karena itu dia berhenti dan mulai mencuri ponsel. Lalu dia tertangkap. Putrinya di rumah sendirian dan akhirnya diselamatkan, tapi dia meninggal saat ayahnya di penjara. Sejak saat itu, dia sendirian. Jika dia bertemu jaksa sepertimu bukan Kepala Park 10 tahun lalu, putrinya mungkin masih hidup."


Hong Joo: Jangan khawatirkan ini. Aku akan menyunting bagianmu dan tidak membiarkan orang melihat. Jika ini disiarkan, semua wanita di dunia akan jatuh cinta kepadamu. Aku tidak bisa membiarkan itu.


Jae Chan langsung mencium Hong Joo.

"Astaga, ini sangat manis. Berikan aku satu."


Saat menerima pancake itu, Jae Chan baru sadar kalau Hong Joo memakai cincin darinya. Hong Joo kecewa, ada apa dengan mata Jae Chan sampai baru melihatnya?

Jae Chan: Terima kasih.

Hong Joo pun tersenyum kembali.


Jae Chan menemui Park Dae Young besoknya di kantor polisi.

"Geomsanim, bagaimana nasibku sekarang? Apa aku bisa bebas dan bersama putriku?"

"Tidak, aku sudah meminta surat penangkapan untuk Anda. Interogasi pra-penahanan Anda akan dilakukan hari ini."

"Matilah aku. Padahal, aku berharap Anda membantuku. Apa yang aku pikirkan?"


Park Dae Young pun kembali makan. Jae Chan mengatakan kalau semalam ia ke rumah Park Dae Young.

"Rumahku?"

"Putri Anda tidak ada di sana."

"Karena itukah Anda meminta surat penangkapan? Karena Anda tersinggung aku berbohong kepada Anda?"

"Aku sudah mendengar soal putri Anda 10 tahun lalu. Mereka seharusnya menolong Anda saat Anda ditangkap waktu itu, tapi mereka tidak menolong Anda. Aku tahu percuma saja aku meminta maaf mewakili mereka, tapi aku tetap ingin meminta maaf kepada Anda."


Jae Chan akan pergi tapi Park Dae Young memanggilnya. Park Dae Young memanggilnya.

"Aku menggunakan putriku sebagai alasan dan menangis enam kali hanya untuk menghindari penangkapan, tapi hanya Anda jaksa yang datang ke rumahku. Aku ingin memberi Anda sesuatu untuk menunjukkan rasa terima kasihku."

Park Dae Young memberikan apa yang ia sembunyikan dikaos kakinya kemarin.

"Apa ini?"

"Aku tidak tahu itu apa, tapi pasti ada sesuatu yang sangat penting di dalamnya."

"Seperti apa?"

"Mana aku tahu? Tugas Anda adalah mencaritahunya."


Ternyata itu karti memory dari ponsel seharga 10,000 dolar itu. Jae Chan melihat fotonya satu per satu tapi kebanyakan cuma foto makanan dan anjing.

"Pemiliknya rela mengeluarkan 10.000 dolar demi ini. Ini pasti berisi informasi yang nilainya lebih dari itu." Kata Jae Chan.

"Dia tertipu lagi. Setiap hari. Seolah-oleh setiap hari adalah April Mop." Tanggapan Hyang Mi.

"Kita tidak pernah tahu. Jika ada sesuatu, aku bisa segera menyelidikinya, bukan?"

"Menyadari kasus bukan berarti Kau bisa mulai menyelidikinya. Prosedurnya sangat rumit. Jangan membuat pekerjaan sendiri. Kerjakan saja kasus yang sudah ada." Nasehat Pak Choi.

Jae Chan: Astaga, apa ini? Yang kulihat hanya foto anjng dan makanan. Informasi apa ini, ya?

Hong Joo: Mungkinkah ini informasi rahasia sebuah perusahaan? Dari mata-mata perusahaan.


Jae Chan melarang Hong Joo merekamnya tapi Hong Joo memaksa dan Jae Chan terus menghalangi. Jae Chan kemudian memutar cadan Hong Joo agar merekam Hyang Mi saja.

Hyang Mi:Bukankah Kau kemari untuk mewawancarai Shin Geomsanim? Sedang apa Kau di ruangan kami?


Sementara itu, Pak Choi menggantikan Jae Chan melihat foto-foto dan ia menemukan banyak foto pasien.


Jae Chan lalu mendekat karena Pak Choi tampak serius, ia bertanya apa yang dilihat Pak Choi itu, apa Pak Choi mengenal mereka?

"Mereka korban."

"Korban? Korban apa?"

"Kasus pembunuhan berantai cairan infus."

Semuanya terkejut.

Sementara itu, si penadah menelfon pemilik ponsel, menyuruh tidak usah khawatir karena ia sudah membuang ponselnya ke sungai Han. Tidak perlu juga mengkhawatirkan polisi karena mereka tidak mungkin menemukannya.


Jae Chan bertanya, kenapa ada foto-foto korban di sana?

Hyang Mi: Apa itu dari ponsel Myung Yi Suk?

Hong Joo: Tidak mungkin. Dia dipenjara setahun lalu.

Pak Choi: Totalnya ada berapa pasien?

Jae Chan: Ada 19 pasien. Apa 19 pasien itu korban kasus pembunuhan berantai?

Pak Choi: Tidak, hanya 11.


Hong Joo: Lalu, siapa delapan sisanya?

Hyang Mi: Aku jadi takut. Delapan sisanya pasti masih hidup, bukan?

Hong Joo: Apa artinya ini? Apa Myung Yi Suk memiliki kaki tangan? Atau pembunuh sebenarnya adalah orang lain?

Jae Chan: Kita harus bertemu pemilik ponsel ini lebih dulu.

Pak Choi setuju.


Penadah itu masuk ke rumahnya dan disana sudah ada si pemilik ponsel. Ia terkejuut.

"Jangan khawatir. Kenapa mereka berusaha mencariku? Kuberi tahu. Mereka tidak beralasan untuk melakukan itu. Aku tidak berbuat salah. Kenapa mereka.." Penadah itu masih bicara diponsel dan saat ia melihat temannya disana, si pemilik ponsel itu, ia bertanya, "Apa? Aku tidak tahu Kau di sini."


Jae Chan menunjukkan isi ponsel itu pada Kepala Park, tapi malah mendapat marah karena Jae Chan lancang membuka isi ponsel curian itu bukannya mengerjakan kasusnya yang belum selesai.

"Ini penting. Pria itu menawarkan 10.000 dolar demi mendapatkan ponsel itu kembali. Ponsel itu berisi foto korban pembunuhan berantai. Tampaknya seseorang mengambil foto-foto itu sebelum korban tewas. Orang itu mungkin saja kaki tangan atau pembunuh sebenarnya."


Hong Joo akan merekam tapi Asisten Kepala Park menghalanginya.


Kepala Park bertanya, "Residivis itu yang memberikannya kepadamu, bukan? Sudah kubilang, dia sering berbohong. Bahkan 10 tahun lalu.."

"Putrinya benar meninggal 10 tahun lalu. Aku sudah memastikannya. Dia bilang putrinya sakit, tapi seorang jaksa menganggap itu bohong, bahkan tidak mengeceknya. Dia memohon, tapi mereka tidak mengizinkannya. Itu yang terjadi. Aku tidak ingin menjadi jaksa seperti itu."

Kepala Park terdiam.


Pak Choi memikirkan apa yang Yoo Beom katakan saat interogasi penembakan Jae Chan kemarin.

"Itu bisa saja dimanipulasi. Jika jaksa itu dan pihak forensik bersekongkol dan mengarang sejumlah dokumen yang menyatakan darah Yoo Su Kyung tidak ditemukan, membebaskannya akan mudah."

"Apa pemalsuan itu mungkin?" Tanya Woo Tak. 

"Jaksa memiliki kuasa dan cara untuk melakukan itu."


Pak Choi sampai di kantor Yoo Beom, tanpa basa basi ia bertanya, apa Yoo Beom memanipulasi barang bukti kasus Myung Yi Suk?

"Apa?"

"Kau memanipulasinya?"

Yoo Beom hanya diam saja.

Pak Choi berteriak, "Jawab aku!"

"Kau bersamaku hari itu."

Pak Choi langsung melepaskan tangan Yoo Beom.


Hong Joo kembali ke kantor, ia melihat Seonbae memakai bentuk ibu hamil, ia tidak bisa menahan tawanya.

"Apa? Kau memanggilku. Ada apa?"

"Itu sangat cocok dengan Anda."


Hong Joo ingat, Seonbae dekat dengan Detektif Ko di Polsek Hangang, kan? Seonbae membenarkan tapi ada apa?

"Anda ingat pria yang tertangkap bersama pencuri ponsel itu, bukan? Polisi mengira dia penadah ponsel curian. Bisakah Anda mencarikan alamatnya untukku?"

"Itu tidak sulit, tapi.." Kata Seonbae yang terhenti karena Seonbae menjatuhkan kertas, ia akan mengambilnya tapi tidak sampai, saat menunduk, ia terhalang oleh bentuk itu. Ia berkata kalau ia akan lebih mencintai istrinya dan akan lebih baik lagi pada istrinya.

Hong Joo lalu mengambilkan kertasnya, "Aku ingin mengecek sesuatu."

"Mengecek sesuatu? Apa?"

"Aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak ditipu."


Jae Chan terlihat bersia-siap pergi. Hyang Mi mengingatkan kalau mereka ada makan malam bersama hari ini.

"Aku tidak bisa ikut. Aku harus melakukan riset." Jawab Jae Chan.

"Kenapa melakukan riset setelah jam kerja?"

"Karena Kepala Park tidak mengizinkanku menyelidiki itu sebagai kasus. Aku hanya bisa menyelidikinya setelah jam kerja. Aku akan ke luar untuk melakukan penyelidikan."


Hong Joo pergi ke rumah penadah itu saat malam hari, sendirian pula.


Sementara itu ada seorang berlari kencang diseuatu tempat.


Hong Joo memberanikan diri membuka pintu dan ia malah melihat Jae Chan ada di dalam. Ini seperti mimpi Ahjusshi polisi itu.

"Hong Joo-ya. Sedang apa Kau di sini?"

"Aku kemari untuk menemui pemilik ponsel itu. Kau juga?"

"Ya. Kurasa dia akan sulit ditemukan."

"Kenapa?"

"Orang yang tahu keberadaannya sudah meninggal."


Hong Joo terkejut melihat penadah itu terbaring tak bernyawa di matas.


Tiba-tiba pintu di tutup dari luar dan digembok. Jae Chan dan Hong Joo berusaha membukanya tapi tidak bisa.


Lalu orang yang menggembol tadi menyiramkan bensin dari bawah pintu.


Kemudian orang itu menyulut api. Sontak api memenuhi ruangan itu. Jae Chan mencoba membuka jendela, tapi tidak bisa. Ia pasrah. Hong Joo juga sudah batuk-batuk. Jae Chan hanya bisa memeluk Hong Joo.


Orang yang berlari tadi masih terus berlari, tapi belum disorot wajahnya, kemungkinan besar dia adalah AHjusshi polisi yang diselamatkan Hong Joo dan Jae Chan, soalnya diperlihatkan kilasan-kilasan tentang mereka.


Ahjusshi itu sampai di rumah penadah, ia menggedor dan menendang pintu tapi sia-sia. Sementara di dalam, keadaan Hong Joo makin buruk.


Ahjusshi itu mengambil batu untuk menghancurkan gembok. Entah kekuatan dari manak, AHjusshi itu berhasil merusak gemboknya dengan memukulkan batu beberapa kali.


Ternyata Ahjusshi itu adalah Pak Choi, ia melihat Jae Chan dan Hong Joo saling berpekukan. Ia mengambil handuk lalu membasahinya dengan air, kemudian memberikannya pada Jae Chan dan Hong Joo sebagai tutup hidung.

Selanjutnya Pak Choi membawa mereka keluar.


"Kalian baik-baik saja? Jung Geomsanim. Reporter Nam. Kalian bisa mendengarku? Kalian bisa mengenaliku?"

"Pak Choi." Panggil Jae Chan.


Pak Choi sangat bersyukur dan langsung memeluk mereka berdua. Saking bersyukurnya ia sampai menangis. Hong Joo dan Jae Chan sama-sama menepuk-nepuk punggung Pak Choi untuk menenangkan.


Lalu kita diperlihatkan nama Ahjussi polisi itu, Choi  Dam Dong. Nama Pak Choi juga Choi Dam Dong. Jadi  terbukti bahwa Pak Choi adalah Ahjusshi polisi itu.

>

2 komentar

avatar

Aku kira tadi ajusshi polisinya orang yang terbangun dari RS. . Haha setelah baca sampai bawah ternyata Pak Choi. .
Tapi masih belum yakin juga kalau itu Pak choi sebelum baca yang eps 27. .
Banyak kemungkinan kemungkinan ini. . Hahah
Lanjut min sinopsisnya. . Suka banget sama sinopsis tamura. . Kurang lebih setahun aku udah ngikutin eps eps nya. . Drama korea, jepang, cina juga. . Lebih suka baca sinopsis dari pada nonton dramanya. .

avatar

Iya kayaknya ahjussi polisi adlh pak Choi. Mgkn krn pristiwany sdh lama jd ahjussi polisi jg brtambah tua jd wajahny beda dg versi muda, kaya Jae Chan& Hong Joo wajahny jg beda dg versi mudanya.😁


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search