-->

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 23

- November 03, 2017
>
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 23

Sumber Gambar: SBS


Asisten Kepala Park menguping pembicaraan Kepala Park dan Jae Chan, ia mengetiknya lalu mengirim ke group para asisten.


Hee Min mendengar dari aistennya dan menanggapi kalau itu terlalu gegabah (melakukan autopsi sekaligus pencakokan organ) soalnya semua itu kasus langka.


Jae Chan menjelaskan pada Kepala Park, semua kasus memiliki kesamaan yaitu cedera pada semua korbannya terdapat di kepala dan tidak memengaruhi organ mereka, jadi tidak perlu memeriksa organnya.


Hyang Mi tidak mengerti, ada apa dengan Jae Chan? Bagaimana bisa begitu percaya diri?

Pak Choi: Tidak ada yang mendukungnya. kau tidak mengenal Jung Geomsa? Dia bagaikan lalat capung. Ciri khasnya adalah memulai sesuatu tanpa memikirkan langkah berikutnya.

Hyang Mi: Tapi kali ini terlalu berlebihan.

Pak Choi: Dia pasti ada di suatu tempat sedang stres menyesali kata-katanya.


Perkataan Pak Choi benar, saat ini Jae Chan ada di taman dan menyesali kata-katanya. Ia memukuli mulutnya yang selalu membuat tubuhnya kesakitan.

"Dasar mulut! Kenapa aku mengatakan hal seperti itu tanpa punya rencana? Aku tidak beruntung saat ini. Kini aku harus bagaimana?"

Bukan hanya itu, Jae Chan juga mengacak-acak rambutnya. Sampai ia terganggu dengan suara telfon yang tidak mau berhenti sedari tadi ia duduk disana.


Akhirnya ia melihat ponselnya dan ternyata yang menelfon adalah Hong Joo, "Anak Anjing Kecil". Jae Chan pun mengangkatnya. Hong Joo berkata kalau ia penasaran dengan pilihan Jae Chan.

"Aku membuat pilihan yang sama denganmu."

"Itu pilihan riskan. kau yakin soal itu?"

"Tentu saja! Itu sebabnya aku memutuskan hal itu."

"Yang benar saja.. kau sedang menjambak rambutmu sendirian?"

Jae Chan celingukan, lalu ia ingat, pasti Hong Joo melihatnya di mimpi kan?


Tiba-tiba Hong Joo ada disampingnya, Hong Joo tidak melihat Jae Chan di mimpi tapi mengikuti dering telepon Jae Chan.

Jae Chan melonjak terkejut, ia lalu bilang, "Tikus! Tikus!" sambil menunjuk kakinya.


Hong Joo sontak memeluk Jae Chan, "Astaga! Di mana?"

"Maksudku, kakiku kram." Jelas Jae Chan.

Hong Joo pun langsung bangun, "Ah begitu.."

*Tikus dan kram dalam bahasa Korea itu sama pengucapannya.


Mereka lalu pindah duduk di bangku dan Jae Chan menggunakan kacamata Hong Joo untuk bercermin. jae Chan juga mengakui kalau ia tidak yakin. Ia seperti baru belajar berjalan, tapi kini ia harus berlari. Seolah-olah kura-kura yang lambat harus menangkap dua kelinci cepat.


Jae Chan lalu menghela nafas berat. Hong Joo merapikan dasi Jae Chan sambil menenangkan, jangan khawatir, Jae Chan memang akan menderita karena kau lambat. Tapi Jae Chan pasti akan menangkap keduanya.

"Apa?" Tanya Jae Chan tidak mengerti.

"Aku bermimpi soal ini. Transplantasi organ itu akan selesai dengan baik. kau menang dalam persidangan dan memenjarakan terdakwanya."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Setelah menangkap dua kelinci, kita akan pergi melihat laut. Laut dekat pemberhentian bus itu."

"Syukurlah. Kenapa kau memberitahukan mimpimu kepadaku?"

"Aku tidak mau kau ceroboh."

"Jangan khawatir. Aku tidak akan ceroboh."

"Pergilah bekerja sekarang."


Jae Chan pun langsung pergi tapi ia melupakan sesuatu, berkas-berkas dan jasnya. Jae Chan pun kembali lagi, tapi bukan hanya mengambil barangnya, ia juga mencium Hong Joo.

"Terima kasih sudah memberitahuku soal mimpimu."


Hong Joo menghela nafas setelah Jae Chan pergi, "Aigo.. kau bahkan tidak bisa mendeteksi kebohongan."


Jaksa Son akan masuk ke ruangannya, ia sudah siap membuka pintu tapi Jaksa Lee manahan tangannya. Jaksa Lee berkata kalau Jaksa SOn sebaiknya kembali ke rumah sakit.

"Kenapa?"

"Jung Pro mendapat persetujuan untuk transplantasi organ."

"Apa?"


Jadi Lee Hwan menjalani operasi pengambilan organ. Sementara Ayah Lee serta Jae Chan dan Pak Choi menunggu di luar.

Ayah Lee: Jung Geomsanim. Saat Hwan dibawa ke ruang operasi, aku meninggalkan sesuatu di genggamannya. Aku memberinya ini saat dia berusia enam tahun. Kurasa untuk ulang tahunnya. Saat mendapatkan itu dariku, dia langsung bertekad untuk menjadi penulis. Aku tidak bisa.. memaafkan orang yang menghalangi impian anakku.

Jae Chan: Jangan khawatir, Pak. Akan kubuat dia dinyatakan bersalah di persidangan.


Dokter memutus arteri utama Hwan dan Hwan dinyatakan meninggal.


Organ Hwan kemudian dibawa ke ruang operasi Chan Ho untuk dicangkokkan pada Chan Ho.


Ayah Lee menangisi jenazah Hwan. Semua dokter dan perawat ikut menunduk, berbela sungkawa.

-=EPISODE 23=-
Mengetuk Pintu Surga. 
Hanya Ada Satu Judul di dunia lain, yaitu Laut


Hong Joo memotret gambar laut yang ada di pemberhentian bis.


Lalu Woo Tak datang dan menawari Hong Joo tumpangan. Hong Joo menolak karena hnaya butuh beberapa menit menggunakan bis.

Woo Tak memaksa, bahkan membukakan pintu mobil, ia jamin Hong Joo akan sampai lebih cepat.

"Aku mengatakan itu hanya untuk bersikap sopan. Aku berharap kau tidak pergi." Kata Hong Joo sambil masuk ke dalam mobil.


Dalam perjalanan, Hong Joo bertanya, apa Woo Tak tidak bermimpi tentang persidangan kali ini? Woo Tak tidak memimpikan apapun

"Tapi katamu, kau bermimpi Jae Chan akan memenangkan kasusnya." Lanjut Woo Tak.

"Aku tidak bermimpi soal itu. Ucapanku bohong."

"Apa? Kenapa kau berbohong soal itu?"

"Jae Chan terlalu tertekan soal itu. Aku hanya ingin menghiburnya. Aku seharusnya tidak berbohong. Dia akan marah jika mengetahuinya."

"Aku sudah bilang. Jika kau bisa menutupinya sampai akhir, itu bukan kebohongan."d


Hong Joo jadi ingat mimpinya, jadi ia juga melihat saat Hak Young mengancam Woo Tak perihal rahasia Woo Tak itu.


Hong Joo lalu bertanya pada Woo Tak, apa Woo Tak juga pernah berbohong seperti itu? kebohongan yang bisa ditutupi.

"Tidak pernah." Jawab Woo Tak.


Besok adalah sidang pertama Penulis Moon dan sekarang Yoo Beom mengunjunginya. Yoo Beom mengatakan kalau penulis Moon tidak perlu mengenakan baju Napi saat sidang nanti.

"Syukurlah. Lee Hwan orang gila itu." Kata Penulis Moon.

"Bisa-bisanya Anda mengatakan itu sebagai penulis perwakilan Korea?"

"Karena bedebah itu, aku didakwa atas pembunuhan."

"Tapi.. bukankah Anda pantas disebut sebagai pembunuh? Pertama, Anda mencekik asisten itu. Lalu dia kehilangan kesadaran. Anda mendorong dia ke dalam lift. Anda berniat membunuh dia. Ini sebabnya Anda didakwa atas pembunuhan. Anda seorang pembunuh."

"kau berjanji akan membuatku dinyatakan tidak bersalah."


Yoo Beom kembali mencopot jam tangannya. Ia pasti akan melakukan itu, tap Penulis Moon tidak boleh melupakan perbuatannya yang sebenarnya. Jadi, akan sepadan dengan upah sewanya yang mahal.

"Bisakah aku dinyatakan tidak bersalah?"

"Sulit jika Anda didakwa atas pembunuhan disengaja. Tapi untungnya, jaksa itu mendakwa Anda atas pembunuhan. Anda akan lebih mudah dibebaskan jika didakwa atas pembunuhan."


Hee Min mengingatkan Jae Chan, jika Jae Chan mendakwa Penulis Moon atas pembunuhan, dia bisa lolos. Jae Chan menjelaskan, Penulis Moon membunuh korban, jadi, ia dakwa atas pembunuhan. Apa lagi coba?

Jae Chan lalu meminta persetujuan Kepala Park dan yang lain.


Kepala Park: Sangat sulit membuktikan dakwaan pembunuhan di persidangan. Persiapannya juga tidak cukup. Jika dia dinyatakan bersalah, akan terjadi masalah besar. Mungkin lebih aman jika mengubah dakwaannya dari awal. Dakwa dia atas penganiayaan dan penyerangan.

Jae Chan: Tidak bisa. Ini jelas pembunuhan.


Hee Min tidak mengerti, kenapa Jae Chan begitu gegabah? Jae Chan punya buktinya?

Jae Chan: Ya. Aku punya!


Sampai di depan kantor, Hong Joo tak kunjung keluar, ia khawatir Jae Chan akan gegabah karena mengandalkan mimpinya. Jae Chan tidak bisa bersikap berani tanpa alasan, kan?

"Dia tidak akan bertindak gegabah."

Lalu Hong Joo terlihat mencari sesuatu. Woo tak bertanya, apa itu?

"Aku tidak bisa menemukan pengisi dayaku. Mungkin terjatuh di bawah jok."

"Tunggu sebentar. Akan kuambilkan untukmu."

"Tidak usah. Aku punya cadangan. Berikan nanti saat menemukannya. Warnanya merah dan ukurannya sebesar ini."

"Hong Joo-ya. Jangan cemaskan Jae Chan. Aku sudah mengalami penyelidikannya. Dia sangat tepercaya dan selalu berhati-hati."

"Aku tahu dia berhati-hati."


Jaksa Lee berkata kalau Jae Chan terlalu gegabah, ibaratnya sedang melaju di jalan tol tanpa sabuk pengaman. Ia menyarankan untuk memakai sabuk terlebih dahulu, sertakan juga penyerangan sebagai dakwaan pendahuluan.


Jaksa Son menentang karena itu terlalu menyedihkan. Dakwaan pendahuluan berarti jaksa mengaku kepada hakim bahwa tidak yakin dengan kasusnya.

Kepala Park menghela nafas berat. Jae Chan memantapkan hati, pokoknya, ia akan mendakwanya atas pembunuhan.


Yoo Beom menjelaskan pada Penulis Moon kalau Jae Chan mendakwanya dengan dakwaan pembunuhan. Penulis Moon tidak mengerti, bagaimana dakwaan pembunuhan lebih mudah untuk membuatnya bebas?

"Perbedaan antara pembunuhan dan pembunuhan disengaja itu sederhana. Jika Anda yakin korban akan mati saat Anda dorong, itu pembunuhan. "Dia tidak akan mati". Jika Anda berpikir begitu, itu bukan pembunuhan. Jauh lebih sulit membuktikan dakwaan pembunuhan. Jika dia tidak bisa membuktikan itu pembunuhan, Anda akan bebas. Kita lihat apakah Jung Geomsa bisa membuktikan pembunuhan. Aku juga ingin mengetahuinya."


Hari persidangan pun akhirnya tiba. Jae Chan membacakan tuntutannya.

"Terdakwa Moon Tae Min adalah dosen di Universitas Myungwon. Korban Lee Hwan bekerja sebagai asisten Moon. Terdakwa membuat para asistennya, termasuk korban, melakukan pekerjaan pribadinya seperti mengajar anak-anaknya, mencuci mobilnya, atau membantunya pindahan. Terdakwa Moon membuat Korban Lee mengerjakan urusan pribadinya. Dia bahkan menyerang para asistennya karena tidak menyukai sikap mereka.

Tanggal 30 Mei, pukul 4 sore, Terdakwa Moon menyerang Korban Lee di acara penerbitan karena dia dendam terhadap Korban Lee yang melaporkan dirinya atas penyerangan dan eksploitasi pekerja."


Yoo Beom bergantian untuk membacakan pembelaannya.

"Terdakwa Moon memanggil Korban Lee dan menyerangnya. Korban Lee Hwan menampilkan foto Terdakwa Lee tanpa izin pada hari itu. Terdakwa menganggap penyerangannya dapat dibenarkan."


Jae Chan kembali membantah, "Dalam proses penyerangan, terdakwa mencekik korban sampai pingsan. Hal itu membuat terdakwa memutuskan untuk membunuh korban karena khawatir orang-orang tahu dan dia bisa kehilangan segalanya."


Yoo Beom: Saya mengakui ada pertengkaran kecil dan perkelahian fisik. Tapi korban, Lee Hwan, terlalu mabuk untuk bisa melakukan percakapan yang benar hari itu. Itu sebabnya terdakwa segera meninggalkan lokasi.


Jae Chan: Terdakwa mendorong korban yang kehilangan kesadaran melalui celah di bawah pintu lift agar korban jatuh dari ketinggian 20 meter. Tanggal 2 Juni 2016, tiga hari setelah kejadian pukul 5.17 sore, terdakwa menyebabkan korban tewas.


Yoo Beom: Saat terdakwa meninggalkan lokasi, korban tidak bisa menahan amarah, lalu menendang pintu lift dan membuat keributan. Itu membuatnya jatuh dengan sendirinya dari pintu lift.


Jae Chan: Dengan ini, saya mendakwanya atas pembunuhan menurut KUHP Pasal 250 ayat 1.


Yoo Beom:  Terdakwa tidak memiliki motif untuk membunuh korban. Tidak ada bukti bahwa terdakwa membunuh korban. Dengan ini, saya menyangkal dakwaan.


Hakim meminta Yoo Beom memeriksa semua bukti. Yoo Beim membuka semua bukti dan membacakannya.

"Bukti nomor 34 tidak disetujui. Bukti nomor 43 tidak disetujui."

Hakim menjawab, bukti nomor 43 adalah pengakuan saksi. Yoo Beom tidak menyetujuinya?

"Ya, saya tidak menyetujuinya. Dia satu-satunya saksi kasus ini, tapi usianya 4 tahun 9 bulan. Anak kecil ini sangat diragukan bisa bersaksi secara logis. Tapi kita perlu mendengar saksinya."


Jaksa Son lembur diruangannya, ia belajar mengenai ginjal. Lalu Kepala Park masuk, mengajak pulang. Jaksa Son menyuruh Kepala Park pulang duluan saja karena ia masih ada yang harus diperiksa.

Jaksa SOn menutup buku-bukunya yang ada di meja.


Hong Joo, Jae Chan dan Woo Tak membersihkan kecambah bersama, sementara Seung Won membantu ibu menyiapkan makanan. Seung Won bertanya, bisakah anak lima tahun  bersaksi di persidangan?


Jae Chan: Itu maksudku. Dia akan takut bicara di depan semua orang.

Woo Tak: Anak itu mudah ketakutan. Saat kuselamatkan, dia menangis dan mengompol.

Hong Joo: Tapi hanya anak itu saksinya, bukan? Jika tidak ada kesaksian dari saksi, bukankah terdakwa akan dibebaskan?

Jae Chan: Aku harus mendapatkan kesaksiannya dengan cara apa pun.


Jae Chan lalu mengonfirmasi omongan Woo Tak soal kata Woo Tak yang mendengar kesaksian sendiri dari anak itu. Woo Tak membenarkan.

Ibu heran, bagaimana Woo Tak melakukan itu? Bukankah anak itu juga ketakutan di kantor polisi?


"Aku mencoba menunduk dan bicara dengan bahasa anak kecil. berkomunikasi dengan emosinya. Lalu dia perlahan memberikan kesaksian."

Jae Chan penasaran bagaimana caranya, ia meminta Woo Tak mengajarinya.


Woo Tak menunjukkannya, ia bicara imut dan cadel. Seung Won dan ibu menahan tawa mereka.


Hong Joo mengerti, tapi ia tidak yakin, mampukah Jae Chan menanyai saksi seperti itu di persidangan?

"Untuk apa kutanyakan sendiri? Aku bisa memanggil walinya atau psikolog anak." Jawab Jae Chan.


Mereka selesai membersihkan kecambah. Jae Chan lalu membawanya pada Ibu.

"Ibu, sebaiknya ini kutaruh di mana?"

"Ibu apaan? Panggil saja aku seperti sebelumnya. Hentikan dan pergilah bekerja! Kalian semua!"

Semuanya pun pamit.


Hong Joo menyuruh mereka pergi duluan, ia harus menjahit kancing kemejanya dulu sebelum pergi. Hong Joo mencari benang jahit dan jarumnya di kamar ibu dan ia menemukan kotak cincin itu.


Ibu masuk kamar, berkata kalau Jae Chan meninggalkan ponselnya. Hong Joo langsung bertanya, kenapa kotak cincin itu ada disana? Ibu sengaja menyembunyikannya ya?

"Ya."

"Aku tidak mengerti. Kenapa?"


Woo Tak menjelaskan, anak itu sangat menyukai Sinterklas. Dia lancar memberikan kesaksian saat kubilang ia teman Sinterklas.

Jae Chan: Sinterklas?

Woo Tak: Tidak, bukan Sinterklas, tapi Kakek Santa.

Jae Chan: Gayaku lebih seram. Aku tidak bisa bersuara seperti itu dengan memendekkan lidahku.

Seung Won: Kenapa tidak bisa?

Seung Won lalu menirukan saat Jae Chan bicara dengan Woo Bin kemarin, setelah kejadian first kiss itu. Jae Chan tak mau image-nya turun, jadi ia mencubit Seung Won agar berhenti.

Jae Chan lalu mencari-cari ponselnya dan ia baru sadar kalau itu ketinggalan di dalam, ia pun kembali masuk.


Seung Won memastikan pada Woo Tak, Hyung-nya pasti bisa memendekkan lidahnya.

"Benarkah?"

"Dengan sempurna."


Jae Chan masuk dan mendengar Hong Joo berdebat dengan Ibu. Hong Joo meminta Ibu mengatakan alasannya kenapa Ibu kejam pada Jae Chan? Apa salahnya sampai Ibu dingin kepadanya?


Ibu: Katamu, kau bertemu dengannya di pemakaman 13 tahun lalu. kau baik-baik saja bertemu dengannya? Ibu tidak baik-baik saja. Ibu masih berusaha melupakan tentang ayahmu. Saat melihat Jae Chan, ibu teringat kecelakaan ayahmu. kau baik-baik saja soal itu? Ibu tidak.

Hong Joo: Aku baik-baik saja.

Ibu: Tidak, kau tidak baik-baik saja. Apa yang kau katakan saat Jae Chan pingsan waktu itu? kau berkata tidak bisa mengubah apa pun di mimpimu seperti kecelakaan ayahmu, kau sangat cemas. kau menangis keras dan tidak bisa berpikir sehat.


Ibu kemudian menarik Hong Joo duduk. Entah dengan yang lain. Tapi sebagai ibu Hong Joo, ibu tahu. Ibu bisa tahu pemikiran Hong Joo. Ibu bisa membaca pemikiran Hong Joo.

"Kematian ayahmu, kecelakaan Jae Chan, dan semua itu. kau menyalahkan dirimu dan menderita karena itu. kau terus menyalahkan dirimu dan hatimu terluka. kau akan terus melakukan itu."

"Ibu~"

"Saat kau bertemu Jae Chan, ibu takut kau akan terluka. Itu sangat merisaukan ibu. Jadi..."

"Ibu. Aku sungguh baik-baik saja. Aku bahagia karena dia. Aku sungguh bahagia. Jangan bersikap dingin kepadanya. Tolong sukai dia seperti aku, ya? Bisakah Ibu bersikap baik kepadanya?"


Jae Chan kemudian membuka pintu dan menutupnya lagi dengan agak keras. Ia bersikap seolah baru masuk.

"Nam Hong Joo, kau melihat ponselku?"

Hong Joo langsung menghapus airmatanya dan mengambil ponsel Jae Chan di tangan ibunya.

"Di sini. kau pasti banyak pikiran sampai melupakan ini."


Hong Joo dan Jae Chan memandangi gambar laut itu. Jae Chan kemudian menatap Hong Joo. Ia mengingat kata-kata Hong Joo kemarin.

"Tiga belas tahun lalu, kau adalah bekas luka dan luka bagiku. Kurasa tidak apa-apa jika aku melepaskannya. Tapi itu sangat menyakitiku. Itu buruk."


Hong Joo berkomentar kalau lautnya indah sekali. Apakah akan terlihat sama di kameranya?

Jae Chan tampak serius. Hong Joo bertanya, apa Jae Chan mengkhawatirkan persidangan hari ini?

"Tidak. Aku punya saksi dan hasil autopsi."

"Saksinya berusia lima tahun. Hasil autopsinya tidak jelas karena transplantasi organ."

"Ya, tapi ada mimpimu yang bisa kuandalkan."

"Tapi jangan lengah."

"Jangan khawatir, aku tidak akan lengah."

"Ya, sebaiknya begitu. Jika kau lengah, aku akan menghajarmu (bicara imut)."


Waktunya mendengarkan keterangan saksi. Jae Chan dan anak itu (Lim Se Young) berbicara melalui panggilan video.

"Seorang polisi menyelamatkanmu waktu itu, bukan? kau bisa memberi tahu kami apa yang kau katakan kepadanya?" Tanya Jae Chan.


Tapi Se Young malah memeluk ibunya, ia tidak mau mengatakannya. Semua hadirin bisik-bisik karena saksinya terlalu kecil. Ayah Lee nampak sedih.


Jae Chan memaksa, tapi Se Young malah semakin mengeratkan pelukannya pada Ibunya.


Hakim memutuskan, ia rasa sulit mendapatkan kesaksiannya. Jadi dicoba lagi saja saat dia sudah tenang. Tapi Yoo Beom tidak mau, ia minta waktu untuk melakukan pemeriksaan silang pada Se Young, tapi bukan tentang kecelakaan itu kok, jadi tenang saja.

Hakim kemudian bertanya pada Jae Chan, bolehkan Yoo Beom melakukannya? Jae Chan pun memberikan ijin.


Yoo Beom: Di sini terlalu menyeramkan, ya? kau mau pulang, bukan?

Se Young: Ya.

Yoo Beom: kau naik apa ke sini?

Se Young: Naik bus.

Yoo Beom: Bus yang mana?

Se Young: Aku tidak ingat.

Yoo Beom: Jika kau memberi tahu nomor bus yang kau naiki hari ini, kau bisa pulang sekarang. kau sungguh tidak ingat?

Se Young: Aku ingat. Sepertinya bus nomor enam.

Yoo Beom: Ibu Se Young, bisakah Anda memastikan ini? Apakah kalian kemari dengan bus nomor enam?

Ibu: Tidak, kami naik bus nomor 434.

Yoo Beom: Apa kau berbohong, Se Yong?

Se Young: Aku tidak tahu!

Semua orang jadi meragukan kesalsian Se Young dan Yoo Beom merasa diatas saat ini.


Jae Chan berpikir. Sementara Jaksa Lee dan Hee Min saling berkomentar.

Jaksa Lee: Dia membuat anak itu berbohong dalam sekejap. Hanya dia saksi kita.

Hee Min: Tamat sudah jika kita memohon kesaksian seperti itu.


Hakim bertanya, apa Jae Chan akan mengajukan pertanyaan tambahan? Jae Chan mengiyakan. Namun sebelumnya ia minta ijin pada Hakim untuk berkomunikasi dengan saksi memakai emosinya, ia akan menanyai dia tanpa memakai istilah hukum.

Hakim: Baiklah. Silakan.


Jae Chan menggunakan cara Woo Tak, ia mengaku sebagai teman Kakek Santa. Tapi itu berhasil menarik perhatian Se Young. Namun yang lain menganga tak percaya dengan kenekatan Jae Chan itu.

Jae Chan: kau tidak akan berbohong kepada Kakek Santa, bukan?

Se Young: Ya.

Jae Chan: Jadi, kau juga tidak akan bohong kepada teman Kakek Santa, bukan?

Se Young: Ya.


Jae Chan menunjukkan gambar yang Se Young gambar dan Se Young membenarkan kalau itu adalah gambarnya. Jae Chan lalu  bertanya, apa Se Young ingat apa yang dilakukan Ahjusshi kepada Hyung pada hari itu?

"Ya, aku ingat."


Sebelum Jae Chan melanjutkan, ia meminta ijin untuk mendengarkan bukti nomor 67, rekaman ponsel korban. Itu akan dibandingkan dengan kesaksian Se Young.

Yoo Beom: Yang Mulia, jika kita mendengar buktinya sekarang, anak itu mungkin mengulanginya. Tidak. Dia mungkin sudah mendengarnya.

Jae Chan: Kita akan mendengar kesaksian anak, lalu mendengarkan buktinya. Rekaman ini ditemukan saat penyelidikan jaksa. Ini pertama kalinya Lim Se Young mendengarkannya.

Hakim: Lanjutkan pertanyaannya.


Jae Chan bertanya pada Se Young, apa yang dikatakan AHjusshi itu pada Hyung?

"Ahjusshi itu mendorongnya dan bertanya apakah dia mabuk. Dia mengatakan sesuatu soal mabuk."

Jae Chan memerintahkan asisten untuk memutar rekaman.

Penulis Moon: kau mabuk? Tindakanmu itu tidak bisa kumaafkan meskipun kau mabuk.


Jae Chan menghentikannya lagi lalu bertanya pada Se Young, apa yang dikatakan Hyung itu pada Ahjusshi.

Se Young: Dia mengatakan tidak membutuhkan sesuatu. Dia juga mengatakan dia belajar membersihkan sepatunya.

Hwan: Benar. Aku tidak butuh dipublikasikan. Aku hanya belajar cara memoles sepatu dan mencuci mobil Anda. Apa gunanya menjadi penulis?

Jaksa Lee berkata kalau kesaksiaannya mirip dengan rekaman, jadi sekarang mereka punya kesaksian saksi yang bisa dipercaya. Hee Min menambahi, sekarang saatnya bukti pembunuhan.


Jae Chan: Se Young, Hyung hampir selesai. Apa yang terjadi kepada mereka berdua setelah itu?

Se Young: Ahjussi berbaju abu-abu mencekik Hyung di kanan dan mendorongnya. Dia mendorongnya sampai terdengar suara lantang.

Jae Chan: Lalu bagaimana dengan pria berbaju putih?

Se Young: Dia tiba-tiba tertidur.

Jae Chan: Dia tertidur? Lalu apa yang dilakukan Ahjusshi itu kepada pria yang tertidur?

Se Young: Dia mendorongnya ke pintu lift.


Jae Chan puas dengan kesaksian Se Young itu.


Jae Chan menghela nafas usai sidang, ia masih belum percaya ia melakukannya tadi di ersidangan.

Lalu Yoo Beom memanggilnya, Teman Kakek Santa, Jae Chan pura-pura gak denger dan jalan lebih cepat.

"Berjalanlah perlahan. Nanti kau bisa terbang."

"Apa? Ada apa?"

"Bagaimana kau melakukan itu di depan banyak orang? kau berusaha sangat keras."


Jae Chan menegaskan, tentu ia harus berusaha keras. Terdakwa berusaha lolos tepat di hadapannya. Ia bisa melakukan lebih dari itu. Ia bisa melakukan hal yang lebih buruk.

"Lebih buruk? Bisakah aku melihatnya lain kali?"

"Tentu saja."

"Autopsi dan transplantasi organ jarang dilakukan bersamaan."

"Tidak juga."

"kau sudah memeriksa setiap kasusnya?"

"Sudah."

"Aku menantikannya."

"Silakan."

>

2 komentar

avatar

makin seru. ditunggu sinopsis ep 24 nya..

avatar

Aaahh jaechan.. Aku padamu ❤


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search