-->

Sinopsis Temperature of Love Episode 28

- November 09, 2017
>
Sinopsis Temperature of Love Episode 28

Sumber Gambar:  SBS


Jung Sun mengumumkan pada staff dapur: Aku memiliki tujuan baru. Aku membutuhkan Bintang Michelin agar
bisa terus melakukan kemauanku. "Bintang Michelin, tanda mutu untuk kualitas restoran mewah".

Semua orang bertepuk tangan senang.

Won Joon: Kudengar inspektur Michelin datang ke restoran lainnya.

Ha Sung: Para inspektur bekerja diam-diam. Bagaimana mereka mengetahuinya?

Kyung Ho: Sulit menjaganya tetap rahasia seutuhnya. Entah bagaimana, orang-orang pasti menyadarinya.

Min Ho: Benar. Aku bisa langsung tahu.

Won Joon: Orang-orang selalu salah menebak.

Jung Sun: Kita harus bekerja dengan baik. Tergesa-gesa itu tidak bagus.

Won Joon: Mereka mungkin saja sudah pernah kemari.

Jung Sun: Kita harus tetap fokus sampai November.

Semua: Baik, Chef.


Hyun Soo sedang menulis, tapi ia penasaran sekali soal apa yang sedang Jung Sun lakukan. Tapi ia tidak boleh menelfon kan? Tapi kemudian ia putuskan untuk pergi saja.


Hyun Soo memberi Jung SUn kejutan, ia diam-diam memeluk Jung Sun dari belakang saat Jung Sun sedang mengasah pisau.

"Tebak siapa?"

"kau bisa terluka."

"kau merusak momen romantisnya."


Jung Sun lalu mengelus kepala Hyun Soo. Hyun Soo mengakui kalau kemarin ia menelfon jung Sun di depan Good Soup. Ia memberitahu Jung Sun keberadaannya sekarang.


Jung Sun berterimakasih pada Hyun Soo. Hyun Soo berkata kalau ia ada di sisi Jung Sun. Jung Sun kemudian memeluk Hyun Soo.


Hyun Soo dan Jung Sun pergi ke toko tanaman. Hyun Soo menyarankan Jung Sun untuk membeli banyak tanaman karena teras Jung Sun luas.

"Aku tidak akan membeli banyak. Aku hanya akan menanam kembali yang sudah kupunya, dan membeli beberapa yang baru. Kau bisa membeli apa pun yang kau inginkan."

"Aku akan membayar tanaman yang mau kau beli. Aku mengamankan saham terasku. Jangan hentikan aku."

Mereka lalu membuat wadah untuk tanaman baru mereka bersama-sama.


Setelah selesai, mereka makan jajangmyeon bersama.

Kemudian Nyonya Yoo menelfon Hyun Soo, Jung Sun melarang Hyun Soo menjawabnya tapi Hyun Soo tetap menjawabnya.


"Bagaimana kabarmu? Sudah lama tidak bertemu. Kenapa kau tidak meneleponku?" Tanya Nyonya Yoo.

"Karena perasaan Ibu masih rumit."

"Aku bukan orang yang rumit. Kau masih mengencani Jung Sun, bukan?"

"Tentu saja. Aku bersama dia sekarang."

"Begitukah? Bagaimana kabar Jung Sun?"

"Seperti biasanya."

"Baik-baiklah kepadanya. Tolong bersikap ekstra baik kepadanya untukku."

"Baiklah."

"Jika terjadi sesuatu kepada Jung Sun, hubungi aku, ya? Jangan lupa nomor telepon daruratnya."

"Baiklah. Sampai jumpa."


Jung Sun bertanya, ibunya bilang apa?

"Tidak banyak. Dia mencemaskanmu. Kau kecewa karena aku menjawab panggilannya?"

"Hubunganku dan ibuku sedang tidak baik. Aku tidak mau kau menjadi pengabar antara ibuku dan aku."

"Tempatkan dirimu di posisiku. Mana bisa aku mengabaikan teleponnya? Dia ibumu. Entah apa yang terjadi di antara kalian, tapi dia tetap ibumu."

"Kau belum mengetahui segalanya tentang ibu.. atau keluargaku. Masih ada hal-hal yang sulit kukatakan kepadamu."

"Ibumu memberitahuku secara tidak langsung. Aku baik-baik saja. Kau dan ayahmu berbeda. Kalian memiliki hidup yang berbeda."

Jung Sun mengubah topik, menawari Hyun Soo minum kopi. Hyun Soo bertanya, apa Jung Sun tidak nyaman membahas keluarganya?

"Terkadang, kuharap kau akan melewatkan bahasan itu."

Lalu Jung Sun bangkit untuk menyeduh kopi.


Jung Woo sedang bekerja dan tiba-tiba Ibu Hyun Soo menelfonnya.

"Aku mendapatkan nomormu dari hadiah pemberianmu." Kata Ibu.

"Begitu, ya."

"Bisa luangkan waktu untuk menemuiku? Aku ingin menemuimu."

"Aku ada waktu hari ini. Anda bisa?"


Mereka ketemua di kafe. Ibu mengucapkan terimakasih karena Jung Sun sudah baik kepada Hyun Soo bahkan padanya dan ayah Hyun Soo juga.

"Dengan senang hati." Jawab Jung Soo.

"Kau memberikan hadiah yang amat bagus tempo hari, jadi, aku membawa sesuatu sebagai ucapan terima kasih."

"Anda tidak perlu repot."


Ibu memberikan hadiahnya untuk Jung Woo tapi Jung Woo diam saja. Ibu lalu menyuruh Jung Woo membukanya, maka Jung Woo pun membukanya dan isinya adalah teh limau.

"Limau ampuh mengobati selesma. Aku membuat teh limau setiap tahun untuk mengobati selesma dan flu. Aku mau memberikan beberapa untukmu."

"Terima kasih."

"Kami juga terima kasih."


Jung Sun merenungkan kata-kata Hyun Soo bahwa ia dan ayahnya itu berbeda. Lalu ia mencuci cangkir yang ia gunakan untuk minum kopi bersama Hyun Soo tadi. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Jung Woo.

"Kau yakin tidak akan menyesalinya? Kau tidak bisa berbisnis berdasarkan perasaan. Jika membatalkannya sekarang, aku bisa menerimamu kembali."

"Aku tidak akan terlibat denganmu karena urusan uang lagi."

"Ya. Kuharap tidak akan pernah. Harga dirimu akan terluka."


Jung Sun kemudian menelfon ibunya.

"Ada sesuatu yang harus Ibu katakan. Sampai kapan mau menghindar?" Tanya Jung Sun.

"Tampaknya kau mendengar dari Hyun Soo bahwa ibu menanyakanmu. Ibu takut menemuimu."

"Ini tidak berhubungan dengannya. Jangan libatkan dia. Jangan menelepon Hyun Soo lagi."

"Kau sangat memedulikannya. Kenapa kau tidak sepeduli itu kepada ibu? Lupakan saja! Kau juga peduli kepada ibu."

"Jumlahkan utangnya. Aku harus tahu berapa jumlahnya."

Lalu Jung Sun menutup telfonnya. Ibu mengeluh bisa gila karena Jung SUn langsung menutup telfon setelah mengatakan apa yang ingin Jung Sun katakan.


Hyun Soo menatap ayunan melalui jendela kamarnya. Ia ingat saat ia dan Jung Sun disana waktu itu.


Kyung masuk dan terkejut melihat Hyun Soo ada disana. Ia kemudian bertanya Hyun SOo itu sedang apa? Hyun Soo bertanya, kenapa ia merasa kesepian padahal sedang jatuh cinta?

"Apa?"

"Aku jatuh cinta.. tapi merasa lebih kosong."

"Eonnie-ya, cukup omong kosongnya. Masuk dan tidurlah."

"Baik. Kau memahami perasaan ini?"

"Eonnie. Maju selangkah lagi dan kau bisa gila."

"Ya, aku memang gila. Kurasa juga begitu."


Jung Sun memulai harinya seperti biasa, ia mengumumkan pad staf dapur kalau ada dua reservasi makan siang. Satu meja untuk orang asing.

"Ini hari pertama kita dengan menu baru. Ayo fokus."

Semua: Baik, Chef.


Hyun Soo fokus menulis, bahkan ia menolak tawaran teh dari Kyung karena inspirasinya sedang lancar.


Tamu orang asisng akhirnya datang lagi. Soo Jung menunjukkan meja mereka dan akan mengecek sekali lagi,

"Anda berdua punya alergi atau makanan yang tidak bisa dimakan?"

"Tidak ada."

"Anda berdua mau wine atau minuman lainnya?"

"Boleh."


Soo Jung masuk ke dapur, mengatakan pada Jung SUn kaleu sebaiknya mereka harus memberi perhatian lebih untuk meja sembilan.

"Kenapa?"

"Kurasa.. mereka inspektur Michelin. Ini hanya firasatku."

Semuanya tegang, kemudian Jung Sun mengomandokan semua untuk fokus. Jangan bereaksi berlebihan dan fokus pada pekerjaan saja!


Jung Sun menyiapkan makanan untuk meja sembilan dengan sepenuh hati. Lalu ia keluar untuk melihat mereka berdua makan.

WOn Joon mengikutinya ternyata, ia bertanya, apa Jung Sun sungguh berpikir mereka dari Michelin?

"Tidak. Tidak akan sekentara itu."

"Aku tetap mau berharap."


Pelayan membawakan piring kosong ke dapur, tapi tidak kosong ding, ada serbet yang dibentuk bintang oleh pelanggan tadi. Semua yakin kalau itu pasti Michelin. Tapi Jung Sun tetap mengelaknya.


Won Joon lalu keluar untuk melihat mereka membayar.

Soo Jung dengan ramah bertanya, apa mereka menimkati makanannya.

"Aku pergi ke beberapa restoran mewah dan restoran ini sesuai seleraku."

"Terima kasih. Chef On Jung Sun adalah lulusan Le Cordon Bleu di Prancis.."

"Kami tahu. Kami sudah mencari tahu. Bisa tolong hubungi kami jika ada menu baru?"

Pelanggan itu memberikan kartu namanya pada Soo Jung, Soo Jung menerimanya dengan senang hati dan tak lupa beretrimakasih.


Won Joon mendekati Soo Jung dan Soo Jung menggeleng, artinya mereka bukan dari Michelin. Soo Jung lalu menunjukkan kartu nama pelanggan itu. "Choi Min Woo, Bank Investasi BJ"


Won JOon kembali ke dapur. Ha Sung bertanya, apa mereka dari Michelin? Won Joon menggeleng. Semua tampak kecewa.

Jung Sun: Sudah selesai menghitung ayamnya? Siapa yang mau melakukan tugas staf?


Hong Ah ke kantor Jung Woo, jadwal mereka adalah bertemu Sutradara Min, tapi SUtradara Min tak kunjung datang. Jung Woo menenagkan, Setradara Min pasti masih di perjalanan.

"Ah.. Seharusnya aku datang nanti saja. Jika aku datang lebih awal, dia akan merasa berkuasa."


Lalu Sutradara Min datang, ia minta maaf karena terlambat. Jung Woo lalu meninggalkan mereka berdua, ia tidak mau berpartisiasi.

"Kalian bisa saling menyapa, lalu pindah ke lokasi lain." Lanjut Jung Woo.


Hong Joo dan SUtradara Min pindah ke kafe. Hong Joo megatakan bahwa mengambil langkah awal yang baik itu penting. Sutradara Min tertawa membenarkan, lalu bertanya apa yang ingin Hong Joo katakan sebenarnya?

"Aku memikirkan tentang hal yang bisa kulakukan agar tidak stres bekerja denganmu."

Sutradara Min kembali ketawa, "Lalu?"

Hong Joo lalu mengeluarkan kontrak, "Perjanjian ini berisi pernyataan bahwa aku akan menuntutmu jika kau menyentuh naskahku."

"Tunggu.. kau bercanda? Baru kali ini aku mendengar perjanjian aneh seperti ini."

"Jika bekerja denganku, kau akan mengalami banyak hal aneh dan menyenangkan."

"kau berpikir terlalu jauh. Aku menyukai naskahmu. Penulis Lee dan aku hanya tidak sepakat."


Hong Joo selesai menulis, lalu ikut gabung ngemil bersama Kyung. Kebetulan Kyung juga mengeluarkan saus buatan Jung Sun. 

"Hmmm.. Saus ini membuat ketagihan." Kata Hyun Soo. 

"Eonnie benar-benar sakit. kau memuji sausnya Chef On pada saat seperti ini?"

"Senangnya punya pacar seorang chef. Kau selalu memikirkannya setiap kali makan. Makan membuatmu bahagia."

"Benar. Itu membuatmu bahagia."


Nyonya Yoo tiba-tiba menelfon, bertanya apa yang Hyun SOo rencanakan hari ini?

"Bekerja."

"Kau harus tetap makan meski banyak pekerjaan. Makanlah bersamaku."

"Baiklah."

"Aku akan segera menemui Jung Sun. Setelah menemuinya, aku akan sangat sedih. Itu sebabnya aku mau menemuimu."

"Ya, aku mengerti."


Kyung sengaja bercanda, "Chef On sendiri sudah super hebat. Ibunya bodoh. Super bodoh. Plus dan minus sama dengan nol."

"kau membuatku tertawa." Kata Hyun Soo.


Jung Sun menatap Nyonya Yoo tajam.

"Kau menakutkan. Jangan menatap ibu begitu."

"Baiklah. Ini pasti hal terbaik yang bisa Ibu lakukan. Ibu tidak punya pilihan selain hidup seperti ini."

Jung Sun langsung pergi.


Jung Sun menghela nafas saat masuk mobil. Ia bersender sambil memejamkan mata sejenak sebelum menjalankan mobilnya.


Nyonya Yoo kemudian pindah ke tempat janjiannya dengan Hyun Soo. Hyun Soo ternyata sudah datang duluan dan mempelajari menu-nya sambil menunggu Nyonya Yoo datang.

"Ini bun cha. Makanan Vietnam. Sejenis mi. Yang ini mi campur. Ada yang disajikan dengan sup. Dibuat dari kaldu boga bahari."

Makanan mereka datang, tapi Nyonya Yoo tampak tidak berselera. Hyun Soo bertanya, apa rasanya tidak enak? Nyonya Yoo lalu mengajak Hyun Soo minum.


Jung Sun dan Won Joon melakukan tes menu baru, dimana Soo Jung bersama mereka untuk menuangkan wine.

Won Joon: Ini menu pertama yang kita luncurkan setelah Park Daepyonim pergi. Aku gugup.

Jung Sun meminum wine-nya lalu makan menunya, "Kurasa terlalu berat jika minum sehabis menyantap boga bahari."

Won Joon setuju. Jung Sun lalu mencoba wine lain, tapi terlalu ringan.


Soo Jung kemudian merekomensasikan satu wine. Mereka menimumnya dan Soo Jung menjelaskan,

"Cita rasa buahnya amat terasa dan tidak terlalu masam. Rasanya seimbang."

Won Joon: Aku juga menyukainya.

Jung Sun: Makin baik karena ini agak manis.

Won Joon: Jika begitu, kita semua setuju?

Lalu mereka bertiga bersulang.


Sambil minum, Nyonya Yoo menceritakan kisah hidupnya. Ia melakukan itu karena Hyun Soo seorang penulis, jadi Hyun Soo pasti mengerti. 

"Bicaralah." Kata Hyun Soo.

"Kenapa aku dilahirkan? Kenapa Jung Sun menjadi anakku untuk melewati semua cobaan ini? Aku merasa bersalah kepadanya. Aku merasa tidak enak. Tapi aku tidak bisa memperbaiki diriku. Menurutmu aku bisa berubah jika mencobanya?"

Hyun Soo berkaca-kaca mendengarnya. Kemudian ia menyentuh tangan Nyonya Yoo untuk menghibur.


Hyun Soo menunggu Jung SUn di depan Good Soup. Saat Jung Sun keluar mereka langsung berpelukan.

"Kau habis minum-minum?" Tanya Jung Sun.

"Ya, aku habis minum-minum."

"Bagus."

"Tebak aku menemui siapa."

"kau menemui siapa?"

"Ibumu."


Jung Sun terkejut mendengarnya, siapa? Hyun Soo pun menjelaskan kalau ia minum-minum dengan Ibu Jung Sun tadi.

"Kau minum-minum dengan Ibu?"

"Aku tersentuh. Aku ingin bersikap baik kepadanya."


Jung Sun langsung melepaskan tangan Hyun Soo, "Ibu memintamu bertemu, bukan?"

"Ya."

"Kau tidak terpikirkan memberitahuku bahwa kau akan menemuinya?"

"Aku harus memberitahumu sebelumnya?"

"Sudah kubilang, bukan? Hubungan kami sedang sulit."

"Aku juga punya hubungan dengannya. Aku tidak bisa asal menolak."

"Hubunganmu dengannya.. tidak penting jika bukan karena aku."

"Aku tidak bisa mengabaikannya jika mau menjadi bagian hidupmu. Aku sedang mencoba."

"Bukan karena kau gelisah soal diriku?"

"Aku gelisah. Aku gelisah karena kau tidak pernah merasa yakin. Aku takut kau akan menyerah dan menghilang. Aku pernah goyah sebelumnya. Jadi, aku tahu dibuat goyah hanya akan menguatkanku. Makin kita digoyahkan, kita akan makin kuat dan tegar."

"kau tidak memercayaiku."

"Bukan begitu."

"Kau baru mengatakannya. Kau gelisah karena menurutmu aku akan menyerah dan menghilang."


Jung Sun jalan duluan meninggalkan Hyun Soo. Hyun Soo berteriak.

"Pikirmu ini hanya iseng dan permainan bagiku? Kenapa kau hanya memikirkan dirimu?"

Hyun Soo hampir menangis. Jung Sun lalu berbalik menatap Hyun Soo.

>

2 komentar

avatar

Mulai bosan dg drama ini.. ��

avatar

Iya y,,, kok crtanya pas g ad seru2nya...


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search