-->

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 7

- Oktober 06, 2017
>

Sumber Gambar: SBS


So Yoon menolak tawaran Yoo Beom, ia akan berhenti bermain piano dan melepaskan semuanya. Ia tidak membutuhkan bantuan Ayahnya.

Ibu So Yoon tidak menyetujui itu, ia baik-baik saja, sungguh, jadi So Yoon jangan berhenti bermain piano. Ibu akan berbicara dengan jaksa besok dan mengusahakan segala hal.


Hong Joo memperhatikan mereka, ia melihat So Yoon mengambil sumpit logam. So Yoon berteriak frustasi, Tolong berhenti memohon!

So Yoon langsung menusukkan sumpit itu ke tangannya, tapi Hong Joo lebih sigap, ia meletakkan tangannya diatas tangan So Yoon, jadi yang tertusuk adalah punggung tangannya.


Hong Joo meringis kesalitan. Woo Tak yang ada disana bersama Kyung Han langsung berdiri, sementara Kyung Han menjatuhkan makanan dari mulutnya saking terkejutnya.


Ibu panik, Astaga.. bagaimana ini? Ibu lalu menarik sumpit itu dari punggung tangan Hong Joo dan menggenggam tangan Hong Joo. Darah terus menetes.


Semua itu adalah mimpi Woo Tak pagi ini.


Di kantor, ia curhat sama Kyung Han. Ada yang terus muncul di dalam mimpinya, bagaimana ia harus menafsirkannya?

"Hanya ada satu cara untuk menjelaskannya. Itu mabuk cinta. Siapa gadis itu?

"Bukan gadis. Lebih sering pria."

"Itu yang kau suka?"

"Apa maksudmu? Tidak! itu bukan seperti yang kau kira."

"Benarkah? Lalu kenapa pria itu terus muncul di dalam mimpimu?"

"Entahlah. Tapi kau tahu apa yang lebih aneh? Rasanya mimpi itu sungguh akan menjadi kenyataan."

"kau sudah gila? Mungkin kondisimu tidak baik. Aku akan mentraktirmu makan daging nanti. Ayo makan samgyeopsal."


Woo Tak menolaknya. Ia merasa akan bertemu seseorang.


Lalu Woo Tak menemui Jae Chan di depan kantor kejaksaan dan mengajaknya makan samgyeopsal di restoran Ibu Hong Joo.

"Aku penasaran. Aku penasaran dengan satu pilihan kecil yang kuubah. Mampukah pilihan kecil itu.. mencegah kejadian buruk yang akan segera terjadi?"


Yoo Beom, So Yoon dan Ibu So Yoon duduk satu meja. Seung Won bertugas membawakan makanan dan ia sengaja meletakkan makanan itu dengan sangat keras di meja. Ia marah pada Yoo Beom.

Yoo Beom menenangkan, ia tidak memberi tahu Tuan Park akan bertemu mereka di sana. So Yoon bertanya, kenapa Yoo Beom menemui mereka disana?

"Terus terang. Aku mantan jaksa yang menjadi pengacara. Aku menangani banyak kasus serupa saat masih menjadi jaksa. Awalnya, aku ingin mendapat penilaian lebih baik, jadi, aku selalu menuntut pelakunya. Seperti Jaksa Jung Jae Chan. Tapi aku telah berubah. Aku tidak peduli Tuan Park masuk penjara atau tidak, tapi aku mencemaskan kalian."


Hong Joo, Jae Chan dan Woo Tak menyimak perjelasan Yoo Beom itu.

Yoo Beom melanjutkan, "Jika kasus ini disidangkan, Tuan Park akan langsung berhenti menafkahi kalian. Karier So Yoon sebagai pianis dan kompetisi besar akan hilang. Putri Anda akan kehilangan bakat, masa depan, dan segalanya."


Ibu Hong Joo juga menyimak ternyata sampai ia tidak tahan lagi dan langsung menghampiri mereka.

"Aku tidak tahan mendengar omong kosongmu. Pikirmu dia tidak bisa bertahan tanpa suaminya? Jangan takut! Setelah bercerai, akan ada pembagian properti dan nafkah anak darinya."

Ibu So Yoon membenarkan, bahkan dokumennya juga sudah siap.


Yoo Beom mulai kebiasaannya menggulung sobekan kertas, tapi kali ini ia menggunakan tissue karena tidak ada kertas.

"Anda pikir Tuan Park tidak siap untuk itu? Entahlah, tapi dia pasti sudah menyembunyikan semua propertinya atas nama orang lain atau mengalihkan semuanya ke luar negeri. Mungkin dia bersiap untuk tidak memberi sepeser pun saat bercerai."

Mendengar itu Jae Chan berusaha menahan emosinya, ia mengendurkan dasi. Sementara Ibu So Yoon belotot terkejut.


Yoo Beom melanjutkan, dengan Tuan Park dan reputasi So Yoon, persidangan perceraian mereka akan terekspos ke media. Setiap orang yang menonton penampilan So Yoon, akan teringat ayahnya yang terpidana.

"Bukan Tuan Park yang akan kehilangan segalanya setelah sidang, tapi Anda berdua."

"Itu sebabnya aku memberi lembar persetujuan agar dia tidak diadili. Apa lagi yang bisa kulakukan dari sini?" Kesal Ibu So Yoon.

"Jaksa Jung akan mengadilinya, mengabaikan lembar persetujuan itu. Anda harus melakukan lebih. Anda harus memohon jika perlu. Demi putri Anda."


Jae Chan masih terdiam. Sementara Hong Joo melihat kalau So Yoon menatap ke arah tempat sumpit. Seung Won juga menyadarinya mungkin.

So Yoon bertanya, lalu apa selanjutnya? Ayahnya akan dibebaskan dan hari-hari buruk akan kembali?

Yoo Beom menjawab akan berbeda kali ini. Yoo Beom lalu menunjukkan surat permintaan maaf yang Tuan Park tulis. So Yoon pasti merasakan perubahan Tuan Park jika membaca itu.


So Yoon memutuskan, ia kan berhenti bermain piano dan melepaskan segalanya. Ia tidak membutuhkan bantuan Tuan Park, ia lalu mengembalikan surat permintaan maaf Tuan Park pada Yoo Beom.


Ibu mendadak mengatakan akan menemui Jaksa. So Yoon memprotesnya. Ibu menegaskan pada So Yoon kalau ia sungguh baik-baik saja jadi So Yoon tak perlu melepaskan semuanya.


So Yoon mengambil sumpit itu dan mengangkatnya tinggi, ia berteriak, "Tolong berhenti memohon!"


So Yoon akan menancapkan sumpit itu. Woo Tak sontak berdiri bersamaan dengan Jae Chan yang menggebrak meja. So Yoon akhirnya berhenti. Semuanya terkejut.


Jae Chan berkata Ibu So Yoon tidak perlu melakukan itu, lalu ia mendekat ke meja mereka. Jae Chan duduk berhadapan dengan Yoo Beom.

Woo Tak lega, ia pun kembali duduk. Hong Joo menyudahi mengelapnya untuk menyimak pembicaraan mereka lebih detail.

Yoo Beom terkejut melihat Jae Chan ternyata ada disana. Jae Chan menjelaskan, ia rasa ini kasus kekerasan, jadi secengeng apapun Ibu So Yoon menangis, ia akan tetap mendakwa Tuan Park. Pasti!


Jae Chan mengambil surat permintaan maaf Tuan Park, ia membandingkan dengan yang sudah ia baca sebelumnya dan isinya sama persis. Entah Tuan Park tidak terlalu kreatif, atau tidak pernah berubah.

" "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi jika kau melepaskanku". Kalimatnya sama dengan empat bulan lalu. Tapi hal yang sama terjadi lagi. Astaga, ada kalimat yang sama lagi. "Aku akan berubah dan menjadi orang yang baru". Tapi manusia tidak berganti kulit. Hanya ular yang melakukan itu. Ular makin besar dan menakutkan setelah berganti kulit."


Hong Joo dan Woo Tak tersenyum. Tapi Yoo Beom gelisah, jadi ia menyuruh Jae Chan untuk meninggalkan meja karena ia kesna untuk memberi saran.


Jae Chan mengoreksi, itu bukan saran, tapi ancaman. Berikan saja saran pada Tuan Park, karena hanya dia yang Yoo Beompedulikan.

"Suruh dia mengaku, mungkin akan kuampuni."


Jae Chan lalu bicara pada So Yoon, jangan menangis, jangan takut juga. Ia mengenal Yoo Beom kok. Yoo Beom tahu akan kalah jika kita taat hukum. Jadi, Yoo Beom datang untuk membual seperti harimau, padahal dia hanya kucing.

"Maksudku, kita taati saja hukum. Kalian harus tegas kepadanya agar tidak diganggu lagi."

So Yoon pun menurunkan sumpitnya. Jae Chan lalu menggenggam tangannya. "Jangan cemas. Aku akan melindungi ibumu."

So Yoon terharu, tapi ia tetap bersikap keras, "Kekanak-kanakan sekali. Aku bukan bocah lagi. Kenapa membahas harimau dan kucing?"

"Maaf. Maksudku..."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti."


Ibu So Yoon lalu menggenggam tangan So Yoon. Ada senyum diwajahnya. Ibu Hong Joo juga tersenyum, lega.


Ibu So Yoon lalu menggenggam tangan So Yoon. Ada senyum diwajahnya. Ibu Hong Joo juga tersenyum, lega.

Hong Joo, Seung Won dan Woo Tak juga tersenyum, lega.


Woo Tak membandingkan apa yang dilihatnya dalam mimpi dengan yang terjadi saat ini. Tangisan berubah menjadi senyuman.

"Pilihan kecil yang kuubah mencegah kejadian buruk itu."


So Yoon mencuci pemanggang di belakang. Hong Joo menghampiri, ia akan akan mencucinya, jadi So Yoon masuk saja, nanti tangan So Yoon bisa terluka.

"Itu lebih baik. Jadi, aku tidak perlu bermain piano, dan ibuku tidak akan dipukul dan menangis. Itu lebih baik." Kata So Yoon dan saat itu ibunya mendengarkan mereka.

"Lalu? Tadi kau akan menusuk tanganmu dengan sumpit?"

"Ya. Ah! Aku bisa hidup tanpa piano, tapi tidak bisa tanpa ibuku."

Hong Joo menyenggol So Yoon, "Aku memahami perasaanmu."

So Yoon balas menyenggol Hong Joo, "kau tahu apa?"

Hong Joo balik menyenggol So Yoon lagi, agak keras, "Aku tahu. Aku sangat mengerti perasaanmu."

"Tidak, kau tidak tahu apa-apa."


Tapi mereka beralhir dengan saling tersenyum. Ibu So Yoon haru melihat mereka.


Jae Chan mengawasi adiknya yang lagi beres-beres sambil makan acar timun.

"Ada apa?!" Protes Seung Won. "Sebagai tetangga, aku harus membantu saat mereka sibuk."

"Hyung tahu saat kau memberi mereka kue beras waktu kita pindah kemari. Aku tahu kau sangat menyayangi tetanggamu. kau pria yang baik dan budiman."

"Itu karena aku mirip Hyung."

"Hyung? Kenapa?"

"Hyung sebaiknya menepati janji kepada So Yoon. Aku memercayai Hyung."

"Lepaskan celemek itu!"


Saat membayar, Woo Tak melihat tangan Hong Joo dan berucap syukur. Hong Joo heran, kenapa?

"Maksudku, semuanya."


Jae Chan mendekati mereka. Ia bicara pada Woo Tak, menurutnya semua ini tidak kebetulan. Woo Tak bertemu dengannya tadi dan mengajaknya ke sana. Kedatangan Yoo Beom. Woo Tak tahu semuanya, bukan?

"Aku akan menjawabmu. Hanya jika kau mentraktirku minum lagi."


Jae Chan mengajak Woo Tak ke toserba, disana ia mentraktir Woo Tak makan snack.

"Bukankah ini seharusnya kesepakatan yang adil? Aku mentraktirmu samgyeopsal dan doenjang jjigae. Tapi kau sepelit ini?"

"Jangan berbelit-belit dan jawab aku. Apa yang terjadi hari ini?"

"kau mungkin berpikir aku gila jika mendengar ini. Jujur, aku juga tidak percaya."


Woo Tak mengakui, sebenarnya..  sudah melihat kejadian ini di dalam mimpinya. Jae Chan terkejut, jadi Woo tak juga memimpikan hal seperti ini juga?

"Tunggu. Apa maksudmu? kau juga?"

"Aku juga. Aku memimpikan hal yang akan terjadi di kenyataan."

"Mustahil."

"Aku memimpikan kejadian pada Hari Kasih Sayang, jadi, aku bisa menghentikan kecelakaan itu."


Woo Tak sungguh terkejut. Tapi, apa itu adalah hal umum? Jae Chan tidak yakin.


Ia lalu menunjuk Hong Joo yang tiba-tiba ada di depan mereka. Mengatakan kalau Hong Joo juga mengalami hal yang sama. Woo Tak tambah terkejut.


-=EPISODE 4=-
Beberapa Pria Baik


Mereka bertiga kemudian duduk sebaris. Woo tak bertanya, apa mimpi itu sebuah penyakit menular? Jae Chan juga gak tahukenapa semua itu terjadi.


"Ada orang lain yang bermimpi seperti kita?" tanya Woo Tak.

Hong Joo menjawab tidak ada, ia sudah lama memimpikan hal seperti itu. Tapi selain mereka berdua, tidak ada. Woo Tak menyimpulkan, mereka pasti memiliki kesamaan.

Woo Tak: Tahun lahir kita sama.

Jae Chan: Banyak orang yang lahir di tahun itu.

Hong Joo: Apa golongan darah kalian?

Woo Tak: B.

Jae Chan: O.

Hong Joo: Kalian lahir bulan apa?

Woo Tak April dan Jae Chan September. Hong Joo mendesah, jadi bukan bulan lahi juga.


Mereka mulai makan yogurt dan sama-sama menjilati tutup yogurt-nya. Hong Joo menemukannya, pasti karena hal itu.

Jae Chan: Semua orang di negara ini melakukannya, kecuali orang kaya.

Woo Tak mengangguk setuju.


Woo Tak berpikir, Jika semua ini benar, mereka bertiga seperti pahlawan. Mereka menghentikan adik Jae Chan melakukan hal bodoh karena Tuan Park. Mereka juga menyelamatkan tangan Hong Joo.

Hong Joo: Pikirkan hal sebaliknya. Jika kita tidak menghentikan itu, hal buruk akan terjadi. Kasus Tuan Jun Mo juga belum berakhir.

Woo Tak: Kasus itu akan berakhir begitu Jaksa Jung menuntutnya. kau yakin bisa menepati janji, bukan? Aku menantikannya.

Jae Chan: Tidak perlu.


Jae Chan dan Hong Joo pulang bersama. Jae Chan bertanya, kenapa Hong Joo mengikuti mereka ke toserba? Hong Joo baru ingat, ada yang ingin ia katakan.

"Jika kau mau bilang kau menantikannya, kau yakin, atau aku harus menepati janji, jangan. Aku sudah cukup mendengarnya. Khususnya, aku tidak mau mendengarnya darimu."

"Bukan itu."


Hong Joo meminta Jae Chan membuka mantelnya untuk mempromosikan restoran Ibunya. Jae Chan tidak sadar, ia masih memakai celemek dari restoran Ibu Hong Joo, ia lalu melepasnya.

"Kenapa kau tidak mau mendengar orang-orang menantikannya? Itu cara mereka mendukungmu." Kata Hong Joo.

"Itu lebih seperti ancaman. Artinya mereka akan kecewa jika aku gagal menyelamatkan orang."

"Jadi, kau tidak mau mengecewakan orang."


Hong Joo menemukan ada yang aneh, lalu kenapa Jae Chan melarangnya, artinya Jae Chan paling tidak mau mengecewakannya? Kenapa?

"kau melakukannya lagi. Aku tidak mau mengecewakan siapa pun, bahkan anjing di jalan."


"Sepertinya aku mengerti maksudmu. Aku memiliki kemampuan untuk memahami bahkan hal-hal paling rumit." Kata Hong Joo sambil berjalan ke rumahnya.

"Astaga. Rumit, omong kosong."


Setelah Hong Joo masuk, Jae Chan menggerutu, kenapa juga Hong Joo harus memahaminya dengan baik?


Jae Chan lalu pergi. Dan ternyata So Yoon bersama Seung Won mengintip mereka. So Yoon mendorong Seung Won keluar, kenapa harus sembunyi sih?! Lagi pula, mereka tidak melakukan apa-apa.

"Aku hanya tidak mau dia salah paham." Jawab Jae Chan.


So Yoon bertanya, malam-malam begini Jae Chan mau kemana?

"Sepertinya dia akan bekerja."

"Semalam ini? Kenapa?"

"Entahlah. Mungkin dia tidak mau mengecewakan siapa pun."


Jae Chan benar-benar ke kantor lagi dan ia bekerja semalam suntuk. Bahkan sampai pagi ia masih disana


Hyang Mi dan Pak Choi datang bersamaan. Hyang Mi bertanya, apa Jae Chan bergadang untuk bekerja?

"Tentu saja. Apa lagi yang kulakukan di sini? Ah.. Hyang Mi-sii, tolong pinjam rekaman Park Jun Mo sebelumnya."

"Park Jun Mo lagi? Kurasa aku sudah menjadi sahabat Park Jun Mo."

Jae Chan mengajak Pak Choi untuk memeriksa TKP bersamanya.


Pak Choi hanya malas-malasan, cuma Jae Chan yang memeriksa.


Pak Choi mendekati Jae Chan akhirnya disaan Jae Chan sedang menggambar blue print apartemen. Pak Choi heran, ia lalu memotretnya, lebih praktis. Jae Chan kalah!


Pak Choi bahkan sempat menonton siaran pengumuman nomor lotre, tapi miliknya tidak keluar. Dan ternyata nomor yang Hong Joo beritahukan benar adanya. Sayang Jae Chan tidak melihatnya.


Jae Cha pulang disaat malam sudah larut, Ia langsung menggelepar tanpa sempat berganti baju.


Tapi ia harus bangun lagi tepat jam 7, saat alaramnya berbunyi.


Seung Won membuat sarapan tapi Jae Chan tidak punya waktu memakannya, ia harus segera ke kantor.


Woo Tak juga sarapan di rumahnya bersama sanga Anjing, Woo Bin. Woo Tak tidak selera, ia lalu mencoba makanan Woo Bin dan rasanya enak juga. Woo Bin kesal, ia menyalak pada Woo Tak.


Ibu Hong Joo membuat agu-jjim untkuk sarapan pagi ini. Ibu So Yoon heran melihat Ibu Hong Joo membuat itu di rumah. Ibu Hong Joo sebenarnya sudah lama ingin membuat itu di rumah, tapi hanya ada mereka berdua, jadi, tidak bisa.

"Tapi aku membuatnya karena kita berempat hari ini. Ada yang harus dirayakan juga."

"Dirayakan? Apa?" Tanya Hong Joo.

"Hari ini, kami mendapat telepon dari Yayasan Evan. Mereka ingin membiayai So Yoon." Jawab Ibu So Yoon.


Ibu So Yoon melanjutkan, sepertinya mereka bisa pindah ke rumah semula pekan ini. Jae Chan tadi menghubungi, bilang kalau Tuan Park tidak akan dibebaskan dengan mudah kali ini. Dia memintaku untuk tidak khawatir.

"Astaga. Dia baik sekali. Dia bahkan menghubungimu?" Tanya Ibu, lalu ia mencatat sesuatu di bukunya.

Jae Chan - Pria baik (dapat satu poin).

Tapi sepertinya Hong Joo memikirkan sesuatu.


Bis Jae Chan datang, ia langsung masuk dan dibelakangnya ada seorang wanita yang buru-buru masuk juga.


Jae Chan ketiduran selama perjalanan. Wanita itu Hong Joo ternyata, jadi ia duduk di samping Jae Chan dan menidurkan kepala Jae Chan di bahunya.


Hong Joo bahkan menghalangi cahaya matahari yang mengenai mata Jae Chan. So Sweeeet!


Mereka sudah sampai jadi Hong Joo membangunkan Jae Chan.

"Terima kasih." Jawab Jae Chan.

"Jika kau berterima kasih, bangun. Cepat bangun sekarang. Cepat~ Jung Jae Chan-ssi."


Jae Chan terangun dan tampak terkejut melihat Hong Joo ada di depannya. Ia langsung menjauh.


Hong Joo: kau pasti bermimpi. Tentang apa? kau memimpikan kejadian mendatang?

Jae Chan: Tidak.

Hong Joo: Lalu apa? Tekan belnya. Kita harus turun di sini.


Hong Joo ikut turun bersama Jae Chan. Jae Chan agak gimana gitu, ia berhenti dan bertanya apa pekerjaan Hong Joo, tidak punya ya?

"Tunggu! kau akhirnya tertarik kepadaku? Ketertarikan itu akan mengarah kepada rasa suka. kau akan melakukan pendekatan yang umum? Kalau begitu, aku ingin menjadi bagiannya."

"Menjadi bagian apa? Aku bertanya karena kau mengikutiku setiap hari."

"Tapi ini baru kali kedua. kau mau setiap hari?"

"Tidak. Aku tidak mau sama sekali, tapi kau selalu mengikutiku."

"Ada alasannya."

"Alasan?"


"Aku memimpikanmu, dan kau tertidur di perhentian terakhir. kau sangat terlambat, jadi, dimarahi Kepalamu."


Hong Joo melanjutkan, hari Jae Chan akan berat karena kasus Tuan Park. Ia mengikuti untuk menyelamatkannya dari masalah. Bahkan Hong Joo membetulkan dasi Jae Chan.

"Hari yang berat? Aku tidak akan membiarkannya. Aku tidak bisa tidur lebih dari lima jam empat hari ini karena harus mengurus kasus yang tidak bisa kuurus. Jika kasusnya kuselesaikan hari ini, kami bisa menuntutnya. Dalam istilah bisbol, namanya "cold game"."


Tapi dalam mimpi Hong Joo, Jae Chan tidak berhasil mendakwa Tuan Park.


Jae Chan menyadari ekpesi Hong Joo tidak enak, apa Hong Joo bermimpi buruk lagi?

"Tidak." Jawab Hong Joo.

"Kalau begitu, jangan memasang ekspresi serius. Itu membuatku gelisah. Aku pergi."


Hong Joo memanggil Jae Chan lagi untuk memberinya semangat.


Tuan Park ke kantor Yoo Beom dulu sebelum ke kejaksaan. Tuan Park gelisah, sepertinya ia tidak perlu ke Kejaksaan untuk interogasi. Kenapa masalah ini menjadi begitu besar?

"Aku tidak bisa apa-apa sebab istri Anda ingin Anda dihukum. Anda harus menjawab mereka."

Yoo Beom lalu memberi Tuan Park obat pemenang.

"Kita punya berkas asli rekaman CCTV. Kita juga menyuap dokter yang menuliskan rekam medis. Kita siap untuk segalanya. Kenapa Anda begitu cemas? Pengacara lain bahkan tidak bisa berkata banyak saat di Kejaksaan. Aku berbeda. Jika terjadi sesuatu, aku bisa membela Anda. Jadi, jangan cemas."


Tuan Park berkata kalau ia tidak tegang tapi ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong. Yoo Beom menenangkannya lagis ebelum mereka meniggalkan ruangan.


Di kantor, Woo Tak menyeleksi apa saja persamaan dan perbedaan dirinyaa, Hong Joo dan Jae Chan. Ia melingkari kata, "Kami rupawan" dan itu membuatnya tersenyum.


Rekan Woo Tak menghampiri, mengatakan sudah saatnya makan siang. Rekannya yang wanita bertanya dimana Kyung Han. Woo Tak mengatakan kalau Kyung Han ke Kantor Kejaksaan sebagai saksi kasus Park Jun Mo.

"Kalau begitu, kau harus makan siang sendiri, Letnan Han. kau ingin aku ikut? Makan siangku tadi sedikit, jadi..." Saran rekan wanita dengan hati-hati.

"Tidak usah. Sepertinya aku akan menemui seseorang."


Woo Tak datang ke Restoran Ibu Hong Joo, disana ia celingukan sampai Ibu Hong Joo datang. Ibu Hong Joo mengenali WOo Tak adalah anak muda baik hati yang mengembalikan ponselnya saat hari Valentine kemarin. Ibu lalu mengajaknya masuk.


Ibu memanggangkan daging untuk Woo Tak. Woo Tak memuji daging panggang Ibu Hong Joo.

"Baik, aku mengerti. Berhenti memujiku. Apa maksud kedatanganmu?" Tanya Ibu.

"Tidak ada. Aku sangat menyukai makanan di sini."


Hong Joo datang dan Woo Tak langsung memanggilnya. Hong Joo heran, Woo Tak kesana sendiri? Makan Samgyeopsal?

"Ya, aku suka makan samgyeopsal sendirian saat makan siang."

"kau unik."

Ibu kemudian menyuruh Hong Joo melayani Woo Tak karena ia harus menata barang.


Ibu kembali mencatat di bukunya. Woo Tak - satu poin.


Woo Tak mwngajak Hong Joo makan bersama, ia pesan dua porsi kok dan menyarankan untuk mengadakan pesta malam ini, minta Jae Chan mentraktir mereka.

"Tidak bisa. Dia pasti merasa bersalah nanti."

"Kenapa? Bukankah ini hari terakhir penyelidikan Park Jun Mo?"

"Aku memimpikan itu. Penyelidikannya kacau. Orang itu tidak akan diadili. Jadi, kita tidak bisa berpesta, tapi kita akan menghiburnya."

"Aku memimpikan hal sebaliknya. Di mimpiku, Jaksa Jung berhasil menuntut Park Jun Mo. Park Jun Mo juga memohon kepadanya."

"Benarkah?"


Jae Chan mulai penyisikannya pada Tuan Park, "Park Jun Mo-ssi. Anda mengatakan ini dalam penyelidikan tahun lalu. "Semua terjadi karena istriku yang pantas dipukul". Jika begitu, wanita bersalah saat orang mesum memotretnya? Apa salah korban jika uang mereka dicuri? Jika begitu, Anda bertanggung jawab atas semua hal yang kulakukan di sini karena telah mengatakan hal yang salah. Semuanya salah Anda."


Ternyata Jae Chan tidak benar-benar melakukan interogasi, ia cuma berlatih. Ia memilih kata-kata dan gaya yang pas. Harus meninggalkan kesan.


Tapi ia tidak tahu kalau jaksa yang lain ada di ruang pengawas.

Jaksa Lee: Sedang apa dia? Ini tidak seperti jaman hulu. Lihat! Memangnya dia inspektur kerajaan?

Kepala Park: Dia tidak tahu kita duduk di sini, ya?


Hee Min: Dia tidak akan melakukannya jika tahu.


Jaksa Son: Dia berlatih karena ingin melakukannya dengan baik. Kita pura-pura saja tidak melihat apa pun.


Kepala Park: Meskipun dia melakukan itu, Park Jun Mo tidak akan mengaku.


Jaksa Lee: Angkat tangan jika kalian berpikir dia tidak akan diadili.

Dan semua mengangkat tangan termasuk Jaksa Lee.
>

1 komentar:

avatar

Mbaaaa.... lanjut donk Ep 8nyaaaaa.... ga sabar kitaaa... Fighting Unnie .....
:)(y)


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search