-->

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 9

- Oktober 12, 2017
>
 

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 9

Sumber Gambar: SBS


Hong Joo bermimpi lagi, mimpi saat ia meninggal kala mengenakan seragam reporter.

"Lagi. Mimpi itu lagi. Itu belum terjadi, tapi mimpi itu membuatku merasa aku sudah di sana."


"Aku merasa seakan masih di tengah mimpi itu bahkan setelah terbangun. Itu membuatku merasa seakan pagi tidak akan datang. Itu benar-benar mimpi buruk."


Hong Joo lega mendengar suara ibunya memasak.

"Ada suara yang membangunkanku dari mimpi buruk itu. Itu membuatku nyaman karena aku tahu malam dan mimpi buruk itu telah menghilang untuk saat ini. Suara itu berkata, "Sudah pagi. Kini kamu baik-baik saja". Itu membuatku merasa lega. Bagiku, ibuku bagaikan pagi yang menyudahi malam."


Ibu masuk ke kamar Hong Joo seperti biasa, ngomel karena kamar Hong Joo seperti kapal pecah, sampai ia bahkan tidak bisa makan daging karena Hong Joo seperti itu.

Hong Joo tiba-tiba memeluk ibunya, ia meminta ibunya membiarkannya seperti itu 5 menit saja.

"kau kenapa? kau bukan anak-anak lagi."

Tapi Hong Joo malah mempererat pelukannya. Ibu bertanya, apa Hong Joo memimpikan mimpi itu lagi? Hong Joo membenarkan dengan lirih. Ibu membuang nafas berat, lalu menepuk-nepuk tangan Hong Joo yang memeluknya.


Kali ini bunga yang mengawali episode, sebelum-sebelumnya kucing. Ada apa gerangan?


Jae Chan bersiap pagi-pagi dan ia terus teringat mimpinya itu, saat ia dan Hong Joo berciuman di bawah taman bunga sakura.

"Astaga, aku pasti gila." Gerutu Jae Chan.


Seung Won baru bangun dan heran melihat kakaknya sudah rapi. Ia bertanya, kenapa kakaknya sering pergi lebih awal belakangan ini? Harus menemui seseorang kah?

"Tidak, Hyung pergi lebih awal untuk menghindari seseorang."

"Siapa?"


Seseorang membunyikan bel pintu. Seung Won menjawabnya melalui intercom. Ia menjawab ia dan terimakasih.


Seung Won mengatakan pada Jae Chan kalau tetangga sebenarng mereka datang membawakan ikan makerel, ia menyuruh Jae Chan keluar dan mengambilnya.

"Hei, kau saja." Tolak Jae Chan.

"Hyung saja. Aku harus ke kamar mandi."

"Tidak. Dia akan salah paham jika Hyung menemui dia seperti ini."

"Kenapa? Hyung terlihat keren."

"Benar sekali. Itulah masalahnya. Pakaian Hyung terlalu rapi untuk mengambil ikan makerel. Ini tidak terlihat natural. Dia pasti akan salah paham. Hyung tidak mau ada kesalahpahaman lagi, mengerti?"

"Omong kosong macam apa ini?"

"Hei, tolonglah."

"Astaga, lepaskan! Aku harus buang air besar."

Seung Won langsung berlari ke kamar mandi.


Jadi terpaksalah Jae Chan yang keluar dan ternyata yang datang Ibu Hong Joo bukan Hong Joo.

"Adikmu bilang, kalian jarang sarapan. Itu tidak baik, apalagi untuk pria. kau akan lelah seharian. Sudah kubungkus satu per satu. Simpan di kulkas, lalu panggang sekaligus. Ikannya sudah dibumbui, jadi, cukup dipanggang saja. Itu jauh lebih mudah ketimbang membuat ramyeon."

"Baiklah, terima kasih."

"kau pasti suka makerel. Astaga, seharusnya kuberikan sejak awal."

Jae Chan hanya tersenyum lebar.


Jae Chan mampir ke kafe biasa, penjaga hafal dengannya, juga pesanannya. Penjaga mengatakan kalau wanita berambut pendek sudah memesankan untuk Jae Chan, sekarang dia ada di toilet, sebentar lagi pasti kembali.


Jae Chan langsung waspada, "Dia datang sepagi ini?"

"Ya. Tampaknya kalian saling merindukan, jadi, aku memberitahunya bahwa Anda sering datang lebih awal. Anda senang mendengarnya, bukan?"

"Tidak, kenapa kau memberitahunya?"


Hong Joo kembali dan Jae Chan tidak mau terlihat olehnya, jadi Jae Chan sembunyi.


Hong Joo menunggu di tempat duduk seperti biasa, ia celingukan kesana kemari menanti Jae Chan.


Sementara itu, Jae Chan duduk tak jauh darinya. Ia lelah mengawasi, makanya ia mendekat.


Hong Joo langsung memberikan kopi Jae Chan. Jae Chan menuduh Hong Joo menguntitnya, tidak ada kerjaan lain ya?

"Benar. Aku tidak ada aktivitas. kau ada rapat di pagi hari belakangan ini? Aku tidak tahu kau berangkat sepagi ini belakangan ini. Aku telah membuang waktuku selama beberapa hari."

"kau bilang sedang mengambil cuti. Bukankah seharusnya kau kembali?"

"Berarti kau tidak akan bisa sering melihatku. kau sungguh menginginkannya?"

"Ya. Sangat menginginkannya."

"Maaf, tapi aku jauh lebih senang melihat wajahmu ketimbang bekerja."

"Bukankah ini hanya karena tidak mau kembali bekerja?"


Hong Joo langsung berubah, senyumnya hilang. Ia menjelaskan, bukan berarti ia tidak mau kembali. Ia lalu bertanya pada Jae Chan, sebaiknya ia kembali bekerja atau tidak?

"Kenapa kau bertanya kepadaku?"

"Aku sungguh tidak tahu harus bagaimana."


Di rumah, Ibu menemukan surat "Permintaan Kembali Bekerja" di kamar Hong Joo.


Hong Joo menjelaskan, sebagian dirinya ingin kembali, tapi sebagian lagi tidak. Jadi, Jae Chan yang akan menentukannya. Ia akan mengikuti pilihan Jae Chan. Haruskah ia kembali bekerja?

"Apakah pekerjaan sebagai reporter membuatmu stres? kau sangat tidak ingin kembali bekerja?"

"Bukan begitu. Aku ingin kembali bekerja. Sangat ingin."


Jae Chan sampai di kantor dan tiba-tiba saja Yoo Beom menjajarinya jalan. Yoo Beom berkomentar kalau Jae Chan terlihat keren. Jae Chan menjawab kalau ia memang terlahir keren.

"kau sedang memacari seseorang?" Tanya Yoo Beom lagi.

"Tentu."

"Sungguh?"

"Ya, aku berkomitmen dengan kasusku."

"Ah.. Rupanya itu, kasusmu."


Yoo Beom menekan tombol lift, dan ternyata di dalam ada para asisten Jaksa juga Pak Choi. Yoo Beom menyapa semuanya dengan ramah.


Jae Chan tidak mau masuk, ia akan naik lift berikutnya tapi Yoo Beom memaksa, masih banyak ruang juga. Yoo Beom bahkan menggeser yang lain, tapi mereka tidak sadar ada Hee Min dipojokan.


Jae Chan pun terpaksa naik. Yoo Beom bertanya, sudah ada progres? Di zamannya, segalanya terjadi dalam sekejap. Waktu itu, ia hanya butuh satu bulan--.

"Cukup. Ada banyak orang di sini."

"Aku dapat hadiah atas kinerjaku sebagai jaksa dalam satu bulan. Apa tidak sopan mengatakannya di depan kalian semua?"


Asisten Hee Min membantahnya, tidak apa-apa kok. Lalu Yoo Beom mengerti, pasti Jae Chan mengira a bicara soal perbedaan progres. Tentang Nam Hong Joo-ssi?

Hee Min menggerakkan bibirnya tanpa suara menyebut nama Nam Hong Joo.


Yoo Beom akhirnya turun, tapi ia berbalik lagi untuk mengatakan sesuatu pada Jae Chan.

"Soal progres itu, aku jauh lebih cepat daripada kau."


Asisten Hee Min bergumam, progres apa? Progres yang ada di benak mereka? Asisten Kepala Jaksa menyahut dengan berbisik, rumor itu pasti benar. Kabarnya, Jae Chan merebut pacar Yoo Beom. Semuanya lalu salng berbisik.

Jae Chan menghentikan mereka, "Aku bisa mendengar semuanya."


Hyang Mi kemudian menyuruh Jae Chan memberi penjelaskan karena Jae Chan sudah mendengar mereka. Pak Choi menambahi, rumor semacam itu selalu menyebar jika Jae Chan tidak bertindak.

"Makin aku mencoba memberi alasan, mereka makin tidak terkendali." Jawab Jae Chan.


"Soal Nona Nam Hong Joo... Dia seperti apa?" Tanya Asisten Kepala Jaksa.

"Entahlah." Jawab Jae Chan.

Hyang Mi: Nam Hong Joo? Gadis di Samgyeopsal Hong Joo? Dia membuat kimchi-jjigae lezat.

Asisten Hee Min: Ya, dia.

Hyang Mi: Kita bisa melihat dia di sana. kau sudah melihatnya?


Asisten Hee Min: Belum. Tapi kudengar, dia sangat cantik dan cerdas.

Pak Choi: Cantik dan cerdas? Aku penasaran dia seperti apa. Mungkinkah dia seperti Jaksa Shin?

Hee Min yang ada di belakang langsung mengibaskan rambutnya bangga. Tapi kata-kata Jae Chan selanjutnya membuatnya sebal.

Jae Chan: Astaga, tentu saja tidak.

Hyang Mi: Benar, tidak akan ada rumor semacam itu tentang Jaksa Shin.

Asisten Hee Min: Itu maksudku. Dia dianggap berpenampilan menarik hanya saat sedang berada di sekitar orang-orang seperti kita.


Aisiten Hee Min: Nona Nam berbeda level. Orang-orang seperti kita tidak akan bisa bersaing dengannya.

Asisten Kepala Jaksa: Benar, Pengacara Lee bilang, dia wanita yang sulit didapatkan. Dia benar-benar seperti Femme Fatale.

Jae Chan yang sedang minum sampai terkejut, apa barusan? Femme... Apa?

Asisten Kepala jaksa: Anda tahu. Wanita yang menggoda pria dengan kecantikan dan kecerdasannya, tapi tidak pernah memberi hati. Femme Fatale.


Oh.. ternyata Hong Joo menyisakan tulang ayam yang ia beli ada tujuannya. Ia mengajukan protes pada pemilik restoran tempat ia membalinya.

"kau benar-benar mengambil tulangnya dengan bersih. Ada apa lagi kali ini? Bagian mana yang hilang?"

"Bagian paha bawahnya hilang. Paha bawah dan sayap adalah bagian terbaik dalam anatomi ayam."

"Dengar. Aku bukan mesin. Saat aku membungkusnya, satu potongnya mungkin masuk ke kotak lain. Itu sering terjadi. Mulai sekarang, aku akan lebih teliti. Bisa dimaklumi?"

"Aku telah memesan 26 ayam dari restoran ini sampai hari ini. Jika satu atau dua potong yang masuk ke kotak lain, pasti ada beberapa kotak yang berisi potongan ekstra, bukan?"

"Benar."


Hong Joo protes, ia tidak pernah mendapatkan potongan ekstra. Di menu tertulis "satu ayam", tapi kenapa ia tidak pernah mendapatkan satu ayam utuh? Ke mana potongan-potongan yang hilang itu? Apa dimasukkan ke dalam satu kotak dan dijual sebagai "satu ayam"?

"Astaga, yang benar saja. Apa kau salah satu pelanggan yang membuat komplain tidak wajar? Mereka mengeluh tanpa bukti hanya untuk merusak pemilik bisnis. kau akan dihukum jika aku menuntutmu."

"kau mau bukti? Aku punya bukti konkret. kau mau bukti? Di video ini benar-benar terlihat--."


Saat Hong Joo sibuk mencari videonya di ponsel, Ibu tiba-tiba datang dan langsung menjewernya.

"Hei, ibu menyuruhmu berbelanja. Sedang apa kau di sini? kau benar-benar susah diatur."

Ibu lalu minta maaf pada pemilik restoran dan membawa Hong Joo keluar. Tapi Hong Joo masih sempat mengancam Pemilik resto kalau ia akan kembali lagi.


-=EPISODE 9=-
Jangan Percayai Dia


Ibu membawa Hong Joo ke restoran, lalu memarahinya karena membuat onar bukannya berbelanja seperti yang ia suruh.

"Benar. Itu tindakan bodoh, bukan? Aku pernah mengunjungi kejaksaan, kantor polisi, dan Kongres. Tidak kusangka aku ingin mengungkap korupsi di restoran ayam goreng. Sungguh bakat yang mubazir. Aku menyia-nyiakan bakatku."


Ibu lalu mengeluarkan surat yang ia temukan di kamar Hong Joo. Lalu? Hong Joo berniat kembali bekerja?

"Ibu melihatnya?"

"Tentu saja. Tampaknya kau menaruhnya di mejamu agar ibu melihatnya. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ibu? kau akan kembali bekerja?"

"Ya."

Ibu kembali mendesah berat.


Ibu lalu duduk dan mengingatkan soal mimpi Hong Joo itu, bukankah Hong Joo bilang sendiri kalau dimimpi itu Hong Joo meninggal dengan menggunakan seragam reporter? Bukannya Hong Joo sangat takut untuk melanjutkan pekerjaan itu? Dan Hong Joo sudah berjanji akan membantunya saja di restoran. Kenapa berubah pikiran? Apa yang terjadi?

"Bukan berarti aku berubah pikiran. Masa depan bisa diubah."

"kau bilang itu tidak bisa diubah, dan mengetahui apa yang akan terjadi tidak akan mengubah apa pun."

"Ternyata itu bisa diubah. Dia menyelamatkan nyawa kita."

"Jadi, kau bergantung kepadanya dan kembali bekerja? Dia bilang akan menyelamatkan nyawamu? Dia akan melindungimu?"

"Sebenarnya... Tidak juga."


Hong joo meninggikan suaranya. Ia kesal karena Jae Chan bisa bisa mengubah masa depan disaat ia tidak bisa. Ibu membentaknya, Hong Joo tidak bisa! Tidak akan bisa!


Hong Joo menanyakan alasannya, kenapa? Memangnya Jae Chan lebih kuat dari dirinya?

"Ya! Jauh lebih hebat!"

"Ibu, aku putri Ibu. Ibu lebih memercayai dia daripada aku?"

"Ya. Di mata ibu, kau jauh lebih payah dan lemah daripada dia. kau jauh membuat ibu khawatir, kau jauh lebih.. kau jauh lebih berharga bagi ibu."


"Hanya kau.. yang ibu miliki di dunia ini. Jadi, jangan tinggalkan ibu. Mengerti?"

Hong Joo menengangguk. Ibu pun tersenyum dan memeluknya. Begini baru putri Ibu.


Woo Tak dan Kyung Han datang saat itu. Mereka terkejut dan langsung melepaskan pelukannya. Woo Tak dan Kyung Han bilang mau makan samgyeopsal.

"Lagi?" Heran Ibu.

"Kami melakukan banyak tugas tadi pagi. Kini kami kelaparan." Jawab Woo Tak.


Di Kantor SBC, seorang reporter sedang sibuk, Reporter yang menjadi saksi kasus Ayah So Yoon kemarin, Reporter Bong Du Hyun.

Kapten bertanya pada rekan Reporter Bong, sedang apa Reporter Bong itu.

"Protes di Gwanghwamun kemarin. Dia ingin menghitung berapa banyak orang di sana untuk melihat siapa yang benar antara polisi dan penyelenggara."

"Kurasa dia punya waktu yang sangat banyak."


Kapten lalu mendekati Reporter Bong, menanyakan soal Hong Joo yang akan kembali pekan depan, benarkah? Dia akan kembali?

Reporter Bong masih tetap menghitung, ia kesal karena Kapten bertanya padanya.

"Aku harus tahu berapa orang yang membutuhkan seragam. kau penyelianya. kau harus mengetahui hal semacam ini."

Kapten ikut campur dalam hitungan Reporter Bong jadi Reporter Bong bingung. Ia minggikan suaranya.

"Aku menjadi lupa gara-gara Anda! Bukankah Anda penyeliaku? Aku tidak meminta bantuan Anda, tapi setidaknya, jangan mengganggu pekerjaanku."

"Hei, orang-orang akan mengira kau penyeliaku. Apa yang harus kulakukan? Apa dia masuk dalam hitungan?"

Reporter Bong tak menjawab, ia mulai menghitung dari satu lagi.


Jae Chan selesai rapat dengan yang lain, Kepala bertanya mereka akan makan siang dimana. Jae Chan menjawab, mereka akan ke--.


Tapi Jaksa Son menyelanya. Jaksa Son heran kerana Kepala tidak tidak menerima kasus pengemudi mabuk dan tabrak lari, kenapa?

"Aku telah menulis "kurang bukti" sebagai alasannya. Menuduh penumpang telah membantu dan bersekongkol dengan pengemudi mabuk sangatlah kejam. Sadarkah kau? Lagi pula, dia akan dibebaskan jika kasusnya dibawa ke pengadilan. Itulah yang terjadi dalam sidang bulan lalu."

Kepala bertanya tujuan makan siang mereka pada Jae Chan lagi. Jae Chan akan menjawab tapi lagi-lagi Jaksa Son menyelanya.


Jaksa Son menjelaskan, tahun lalu pelanggar serupa dijatuhi hukuman percobaan di Gwangju dan Daejeon. Ada kasus serupa di Jepang dan penumpangnya dijatuhi hukuman dua tahun penjara.

Jaksa Lee membenarkan, ia juga pernah membaca soal kasus itu. Lalu bertanya pada Jaksa Son, apakah kasusnya serupa?

"Ya. Tidak, sebenarnya jauh lebih parah." Jawab jaksa Son.


"Mereka meminum miras bersama sampai benar-benar mabuk, dan dia mengambil kunci mobil dari layanan valet. Lalu dia minta diantar pulang dan bilang tahu cara menghindari polisi. Dia sebenarnya menghasut melakukan pelanggaran tersebut. Dia menghasut pengemudi itu untuk mengemudi dalam kondisi mabuk. Anak berusia 9 tahun kehilangan orang tuanya akibat kecelakaan itu dan harus memakai kantong kolostomi di sisa hidupnya."


Jaksa Son semakin menggebu, "Semua itu tidak akan terjadi andai dia menghentikan pengemudinya. Aku benar-benar menginterogasinya dengan santai. Ini tidak kejam. Dia pantas mendapat hukuman yang lebih berat."

"Dia bahkan tidak menyetir. Dia hanya memberikan kunci kepada pengemudi. Jaksa tidak boleh membuat orang yang tidak berdosa menjadi penjahat." Jawab Kepala.


Jaksa Son mau protes, tapi Kepala malah membentaknya. Jaksa Lee menghentikan perdebatan dengan mengajak mereka makan dulu. jaksa Lee lalu bertanya pada Jae Chan, mau makan dimana mereka.

Jae Chan: Kita akan ke Finest Tonkatsu, restoran tonkatsu di seberang jalan.

Jaksa Lee: Astaga, lihatlah itu. kau membaca pikiranku atau bagaimana? Aku sedang mengidamkan tonkatsu.

Hee Min: Makanan di Finest Tonkatsu sangat lezat, tapi semalam, Pak Park minum miras. Jadi, dia harus hilangkan pengarnya. Kudengdar, kimchi-jjigae di Samgyeopsal Hong Joo luar biasa.

Jae Chan: Ahha ha..Restoran itu terlalu jauh. Kita sebaiknya ke restoran terdekat seperti yang ada di seberang jalan.


Jaksa Lee membenarkan Jae Chan, ada banyak restoran kimchi-jjigae lezat di sekitar sini. Tapi Kepala memutuskan untuk ke Samgyeopsal Hong Joo. Itung-itung sebagai olah raga.

Hee Min: Bukankah cuaca sangat bagus belakangan ini? Aku selalu turun lebih awal dan berjalan kemari belakangan ini. Ayo.


Woo Tak menjelaskan analisisnya pada Hong Joo. Hong Joo telah melihat banyak orang yang tidak dikenal di mimpinya, tapi Jae Chan sering muncul di antara mereka belakangan ini.

"Benar." Jawab Hong Joo.

"Sepertinya, Jae Chan sering memimpikanmu, dan aku sering memimpikan dia."

"Sungguh? Aneh sekali."

"Pasti ada beberapa peraturan. kau yang pertama mulai mengalami mimpi-mimpi ini. Setelah itu, Jae Chan. Lalu aku. Jika ini penyakit menular, kau yang pertama terinfeksi, tapi jelas, itu tidak menyebar melalui udara atau kontak fisik. Jika ini benar, mungkin banyak orang lainnya yang sudah terinfeksi."

"Hei, kau pikir aku sakit?"

"Ayolah. Aku hanya menggunakan analogi itu untuk memperjelas. kau tidak menyukai mimpi-mimpi itu?"

"Tidak. Aku penasaran apakah aku pernah melakukan hal buruk di masa laluku. Ini pasti semacam hukuman."


Woo Tak membantahnya, Hong Joo pasti telah menolong negara ini atau semacamnya. Jika bisa mengetahui aturannya, mereka akan mampu mencegah semua jenis kriminal dan bencana.

"Tunggu. Bagaimana jika aku bermimpi soal perang atau serangan teroris? Hong Joo-ya, kita harus menguasai bahasa asing untuk mencegah bencana di taraf internasional. Aku bisa sedikit berbahasa Jerman."


Sementara itu, Kyung Han sedang membayar di kasir. Ibu bertanya, Woo Tak itu memiliki tata krama yang bagus, kan? Dia tampan dan punya tata krama bergaya Amerika. Ibu lalu memberinya satu poin lagi. Jadi sekarang poinnya sama seperti Jae Chan.

"Itu karena dia belajar dariku. Maksudku, dia bahkan mirip denganku. Orang-orang selalu berpendapat dia adikku dan bilang bahwa aku membesarkan dia dengan sangat baik. Aku boleh meminta setruknya, bukan?" Pinta Kyung Han.

"Ya, tentu saja."


Hong Joo melihat kalau Woo Tak sangat bersemangat. Senangnya mendapat mimpi seperti itu? Woo Tak tanpa ragu membenarkan.

"Bagaimana jika kau bermimpi soal kematianmu?" Tanya Hong Joo. Ibu langsung memperhatikan mereka.

"Jangan mengatakan hal buruk semacam itu." Jawab Woo Tak.

"Tapi kau adalah polisi. Bagaimana jika kau melihat kau mati selagi bertugas? kau akan berhenti menjadi polisi?"

"kau gila? kau tahu sekeras apa perjuanganku demi menjadi polisi?"

"Tapi kau bisa mati."

"Kalau begitu, aku akan mengubah masa depanku."


Woo Tak menegaskan, ia hanya perlu mengubahnya. Semua itu bisa diubah. Hong Joo tampak senang, Sungguh? Menurut Woo Tak begitu? Woo Tak mengangguk mantap.


Ibu langsung berteriak menyuruh Woo Tak keluar, bahkan ibu juga memukulnya agar segera beranjak. Woo Tak heran, ia memanggil Ibu dengan sebutan Ibu dan menanyakan alasannya tapi Ibu malah menolak dipanggil Ibu olehnya.

Hong Joo memprotes Ibunya tapi Ibunya tidak mendengar dan tetap saja mendorong Woo Tak keluar.


Woo Tak bertanya pada Kyung Han, kenapa Ibu Hong Joo tiba-tiba seperti itu? Apa ia mengatakan hal yang tidak sopan?

"Tidak, kurasa dia marah kepadaku. Aku meminta setruk kepadanya."

"Astaga, kenapa kau memintanya? Bahkan totalnya tidak banyak."

"Dia bahkan memberi kita nasi gratis."

"Astaga."


Mereka berdua kemudian masuk mobil dan Jae Chan melihatnya.


Di dalam, Ibu mencoret poin Woo Tak dengan kesal.


Rombongan Jae Chan masuk ke dalam restoran. Ibu dan Hong Joo menyambut mereka ramah. Jae Chan masuk belakangan dan Ibu terkejut sekaligus senang. Ibu menyubut Jae Chan "Uri Jung Geomsanim".


Jaksa Lee berkomentar, Jae Chan tampaknya sangat akrab dengan pemiliknya. Hong Joo yang menjawabnya, mengatakan kalau Jae Chan pelanggan tetap.

Hee Min: Apa berarti rumor tentang kalian berdua benar?

Jae Chan: Tidak.

Hee Min: Kita akan mendapatkan soda gratis jika Jaksa Jung pelanggan tetap?

Jaksa Son: Menurutku, orang-orang yang meminta soda dan hidangan pembuka gratis di restoran terlihat sangat murahan. Mereka seakan ingin menyusahkan orang lain.

Hong Joo: Tidak sama sekali. Tentu, kami akan memberi kalian menu gratis. Tunggu sebentar, ya.


Hee Min: Dia pasti Nona Nam Hong Joo. Dia cantik sekali. Dia juga terlihat sangat cerdas. Aku harus bagaimana menjelaskannya? Tipe Femme Fatale?

Jae Chan memandang Hee Min sebal. Kepala bertanya, apa namanya? Femme...


Saatnya berdoa, Ibu dan Hong Joo memandang mereka aneh.

Kepala: Tuhan, Engkau selalu memberi kami hikmah dan anugerah. Kumohon izinkan semua jaksa di Divisi Kriminal Tiga untuk menikmati hikmah Engkau agar kami bisa selalu yakin untuk mengadili semua pelanggar dengan adil.


Sementara itu, Jae Chan mebagikan sumpit dan sendok pada mereka semua dengan berhati-hati.


Jaksa Son: Seorang anak menjadi yatim piatu akibat kecelakaan nahas, dan dia harus hidup dengan disabilitas di sisa hidupnya. Orang yang menyebabkan kecelakaan dan yang membiarkan kecelakaan itu terjadi adalah pendosa. Tuhan kami yang adil, kumohon gunakan pedang Engkau untuk turut menghukum orang yang tidak mencegah kecelakaan itu--.


Hee Min: Kecelakaan semacam itu dianggap kejahatan kelalaian kriminal. Karena itu kekeliruan, membantu ataupun bersekongkol itu mustahil. Maka, kita tidak bisa menuduh dia melakukan pelanggaran semacam itu--.


Jaksa Lee: Mengemudi dalam pengaruh alkohol dapat menyebabkan kecelakaan, jadi, kecelakaan itu mungkin bisa diprediksi dan dicegah. Bapa, orang yang berlagak bodoh dalam kasus ini pantas mendapatkan hukuman, dan itulah alasan hukum ditegakkan.


Kepala: Menurut logika itu, semua orang yang belum memberi donasi kepada anak-anak kelaparan di dunia juga pantas mendapatkan hukuman.

Jaksa Son: Tolong selamatkan kami dari mereka yang dengan bodohnya menutupi masalah utama.

Kepala: Di negara ini, menghormati orang yang lebih tua dianggap kebajikan. Kita harus memperlakukan atasan kita dengan hormat--.


Jaksa Son membuyaran doa mereka, ia tak mengerti kenapa Kepala bicara soal menghormati orang yang lebih tua dan atasan? Itu salah satu ajaran Kong Hu Cu.

"Kenapa aku tidak boleh membahasnya? Agama harus dipersatukan demi perdamaian dunia!" Bentak Kepala.

Jaksa Lee kembali menengahi, bagaimana kalau mereka memungut suara agar adil?

Hee Min memanggil Hong Joo, meminta menu gratis. Jaksa Son melarang, menyuruh Hong Joo memasukkan taguhan itu ke dalam bon mereka. Hong Joo mengiyakan Jaksa Son.


Kepala setuju untuk memungut suara. DImana hasilnya dua setuju (Jaksa Son dan Jaksa Lee) dan sua tidak setuju (Kepala dan Hee Min). Sementara Jae Chan tidak menangngkat tangan.


Jaksa Son bertanya, kenapa Jae Chan tidak engangkat tangan.

"Argumen kedua pihak sah, jadi, aku butuh waktu untuk berpikir." Jawab Jae Chan.


Hee Min menggebrak meja, "Jangan pedulikan pendapat orang lain. Jujur saja. Menjadi golongan putih sekarang adalah tindakan pengecut."

Hong Joo kebetulan mendekati mereka sambil membawa minuman. Hee Min kemudian meminta pendapatnya.


Hong Joo: Kenapa kau bertanya kepadaku?

Hee Min: Aku hanya penasaran apakah hanya aku yang menganggap itu pengecut.

Hong Joo: Begini... Menurutku, ibadah semacam ini bertentangan dengan netralitas agama yang seharusnya diteliti oleh PNS.

Hee Min: Tapi kami berempat beragama Kristen.

Hong Joo: Ae.. Tidak mungkin. Hanya 20 persen dari populasi Korea yang beragama Kristen. Artinya, peluang kalian berempat beragama Kristen adalah 0,2 pangkat 4, sama dengan 0,0016 persen. Itu lebih sedikit dari peluang melihat pelangi ganda. Dengan kata lain, itu mustahil.


Hong Joo melanjutkan, ia yakin sebagian dari mereka menyembunyikan agama mereka demi menyenangkan atasan kalian. Betul ternyata karena Jaksa Lee segera menyembunyikan gelang yang dipakainya, sepertinya ia beragama budha.

Hong Joo: Dan tidak ikut berdoa di budaya organisasi semacam ini menunjukkan bahwa orang itu berani menunjukkan keyakinannya. Kurasa dia tidak takut atau khawatir akan pandangan orang. Dia pasti berpikir keras apa yang harus dilakukan. Dia lebih hati-hati daripada kalian. Apa itu menjawab pertanyaanmu?


Jaksa Lee kagum dengan jawaban Hong Joo tadi. Jae Chan mengangkat kedua bahunya tanda gak tahu! Sementara Hee Min cemberut.


Kepala berpikir, sepertinya ia tidak asing dengan cara Hong Joo berbicara. Tapi ia tidak ingat dimana ia mendengarnya.


Ibu tampak berpikir sambil melihat Hong Joo yang sedang beres-beres.


Setelah kembali ke kantor, Kepala mengatakan keras-keras nama Hong Joo mengagetkan semuanya.

"Nam Hong Joo! Wanita di restoran itu. Dia seorang reporter. Reporter Nam Hong Joo. Dia reporter berita lokal di SBC. Aku tidak mengenalinya karena dia potong rambut, tapi itu benar dia. Aku merasa suaranya tidak asing."

"Dia seperti apa sebagai reporter?" Tanya Jae Chan.

"Astaga, dia orang yang teguh."


"Dia selalu paling depan setiap kami mengawal para tersangka. Dia muncul dan membombardir kami dengan pertanyaan. Dia juga sangat lantang. Dia selalu berteriak lantang. Apa itu dua tahun lalu ya? Insiden pelecehan seksual di Kantor Kejaksaan Yeonju. Dia yang menyebabkan asisten Kepala Jaksa dipecat."


Kepala menduga Hong Joo dikirim ke luar negeri sebagai koresponden karena tiba-tiba menghilang.

Hee Min: Jadi, kariernya sukses. Tapi kenapa sekarang dia bekerja di restoran?

Kepala: kau benar. Aku juga penasaran. Dia tidak mungkin berhenti sebagai reporter. Sebaiknya aku mencari tahu.


Jae Chan mendesah mendengar kenyataan itu.


Di Restoran, Hong Joo mengupas bawang sambil menonton berita. Ia tiba-tiba melihat ke arah meja tempat tim Jae Chan makan tadi.


Hong Joo mengingat bagaimana mereka berdebat membahas pekerjaan.


Dan karena melamunkan itu, Hong Joo tidak sadar mengiris jarinya sendiri. Ibu mendekat, khawatir. Tapi Hong Joo malah menangis.

"kau menangis? Apa sakit sekali? Mau ibu antar ke rumah sakit?"

"Ibu, sepertinya bawangnya tidak segar. Mataku perih."

Ibu menyadari sebenarnya Hong Joo menangis bukan karena bawang.


Hong Joo lalu keluar, ia berdiri di seberang jalan gedung SBC. Tapi saat lampu hijau menyala, Hong Joo tidak mampu melangkah, ia tetap mematung disana.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search