-->

Sinopsis Temperature of Love Episode 13

- Oktober 11, 2017
>

Sinopsis Temperature of Love Episode 13

Sumber Gambar: SBS


Kembali saat Nyoya Yoo datang ke Good Soup dengan membawa bunga. Jung Sun bernarasi saat melihat Nyonya Yoo menyusun bunya itu.

"Kita tidak bisa memilih orang tua. Kita tidak bertanggung jawab atas kejadian yang tidak berkaitan dengan pilihan kita."

Nyonya Yoo, puas dengan hasil pilihannya dengan bunga itu. Indah, bukan? Pilihannya bagus, bukan?

"Dahulu kukira ibuku adalah wanita tercantik di dunia."

Jung Sun memandang Ibunya tajam. Nyonya Yoo heran, kenapa melihatnya begitu? Cantik kah?

"Ibuku selalu menyesuaikan diri dengan ayahku."



Jung Sun mengingat kata-kata Ibunya dulu. "Ibu bahagia.. karena ayahmu sangat mencintai ibu."


Tiba-tiba mereka sudah pindah ke rumah Jung Sun. Jung Sun bertanya, apakah menjadi cantik masih penting? Nyonya Yo menjawab penting sambil memeluk lengan Jung Sun.

"Hentikan, itu menjijikkan."

"Kenapa menjijikkan? Kita ini ibu dan anak. Ibu yang melahirkanmu. Menurutmu ada yang mencintaimu di dunia ini sebesar ibu?"

"Ada."

"Hei, kau salah. Cinta antara pria dan wanita tidak bertahan selama itu. Ibu tahu persis. Semuanya berakhir begitu mereka berpisah."

"Jika Ibu mengetahuinya, kenapa Ibu masih melakukannya?"

"Apa yang salah dengan itu? Tidak mudah menikmati hidup yang sebentar seperti itu. Kenapa selalu berpikiran negatif mengenai semua perbuatan ibu? Ibu memang sering mengacau di masa lalu. Tapi sekarang tidak lagi."

"Biasanya orang tua yang membereskan masalah yang dibuat anak."

"Tapi kita tidak wajar. Kita unik. Kita istimewa. Menjadi unik menyenangkan, bukan?"

Daniel menelfon Ibu dan Ibu segera berlari keluar.

"Dia menyesuaikan diri dengan pria yang baru saja meneleponnya. Bukan ayahku lagi."


Ayah Jung Sun tiba-tiba berkunjung. Ia datang karena melihat wajah Jung Sun di majalah. Jadi Ayah Jung Sun datang karena Jung Sun sudah sukses.

"Dia tidak lagi seperti ayah yang kuingat saat kecil."
Ayah berkata adik-adik Jung Sun ingin bertemu, jadi ia berencana mengadakan makan malam keluarga akhir tahun di sini. Jung Sun menangguk mengerti.

"Bagaimana kabar ibumu?" Tanya Ayah dan Jung Sun mengangguk, Ayah melanjutkan, "Beberapa orang sulit untuk saling akur. Ayah dan ibumu seperti itu."

"Dalih yang buruk darinya untuk melakukan kekerasan."


Ayah pamit, tapi sebelumnya ia meminta agar Jung Sun tidak menjual lahan warisan Kakek. Jung Sun kembali hanya menagguk.

"Aku merasa tidak nyaman setiap kali melihat orang tuaku. Itu membuatku merasa pelik. Karena pelik itu sulit. Karena sulit, aku menjadi ragu. Lalu aku bereaksi berlebihan karena tidak ingin ragu. Aku harus menekan diri sendiri agar tidak bereaksi berlebihan. Seperti itulah aku."


Disaat Hyun Soo terpuruk, Hong Ah mendapat kabar gembira, jadi ia tetap tersenyum untuk menyelamati Hong Ah.


Saat keluar dari Stasiun TV usai Jung Sun syuting, Jung Woo bercerita, "Stasiun TV sedang mencari penulis baru. Aktornya menolak syuting, lalu pergi begitu saja."

"Apa rencanamu usai menemui Shin Ha Rim?" Tanya Jung Sun.

"Apa lagi? Aku akan menyuruhnya syuting drama itu lagi."

"Menurutmu akan semudah itu?"


Jung Woo lalu merangkul Jung Sun, tentu saja tidak mudah, makanya ia datang menemuinya sendiri. Jung Sun sampai merinding dengan kemampuan Jung Woo yang itu.


Jung Woo menanyakan tujuan Jung Sun setelah ini. Jung Sun baru bisa memutuskan setelah menelfon.

"Kau mau berkencan?" Tanya Jung Woo.

"Apa? Berhentilah mengurusiku dan cari teman kencanmu sendiri. Kapan kau akan mengenalkan kekasihmu kepadaku?"


Jung Woo menjawabnya sambil berjalan naik mobil. "Tunggulah sebentar lagi. Tidak akan lama."

"Bicaramu seperti sudah punya kekasih saja."

"Tunggu saja sebentar lagi."


Hyun Soo selesai mandi, ia membuka kulkas, namun tidak banyak isinya, hanya telur dan air. Ia pun mengambil air.


Jung Sun menelfon, bertanya dimana posisinya saat ini. Hyun Soo menjawab ia sedang di rumah. Jung Sun tiba-tiba memintanya untuk mengirimkan alamat rumah.

"Kenapa?" Tanya Hyun Soo.

"Aku baru saja bertemu dengan Jung Woo Hyung. Kita bisa menjadi teman yang saling menyemangati."

"Aku tidak akan terpaku pada dirimu lagi. Tidak perlu menjaga jarak begitu."

"Kau tidak mau memberikan alamatmu?"

"Aku tidak bilang begitu."


Setelah itu, Hyun Soo merapikan rambutnya dan ber-make up tipis sambil menunggu Jung Sun datang.

"Ada apa denganmu? kau seharusnya menyadari situasimu saat ini. Apakah bijak menemui pria pada situasi seperti ini?" Gumam Hyun Soo.

"Ya. Tapi pria itu tidak menyukaiku lagi." Jawabnya juga.


Lalu Jung Sun datang seperti episode sebelumnya. Hyun Soo akan memberinya teh, tapi malah tumpah. Hyun Soo curhat sampaiakhirnya menangis. Jung Sun menggendongnya sampai ke sofa.

"Astaga, apa yang kau lakukan?"

"kau takut? kau membayangkan apa?"

"Aku tidak membayangkan apa pun."

"Sudah makan malam?"

"Belum."

"Istirahatlah di sini. Aku akan membuatkanmu makanan lezat."


Hong Ah terlihat Gondok di Good Soup karena Jung Sun bilang tidak bisa datang. Hong Ah memaksa, ia akan menunggu Jung Sun tapi Jung Sun tetap tidak mau datang.

"Maaf, jangan menungguku. Akan kumasakkan sesuatu lain waktu."


Soo Jung menghampiri, menanyakan apa pesanan Hong Ah atau haruskah ia membawakan sesuatu. Hong Ah menolak semua itu dan pamit.


Jung Sun membuka kulkas kosong Hyun Soo. Sebelum Hyun Soo berkomentar, Hyun Soo menjelaskan, ia lebih sering berada di ruang menulis.


Jung Sun membuka bagian bawahnya dan Hyun Soo mengatakan ia juga punya nasi instan. Ada mandu, sosis, dan kimchi juga, Jung Sun mengeluarkannya. Lalu bertanya apa ada cup ramyeon?


Jung Sun membuat sup kimchi dengan mandu dan sosis dan satu lagi yang terbuat dari mie ramyeon.


Masakan Jung Sun selesai. Hyun Soo langsung mendekat kagum, luar biasa sekali Jung Sun bisa memasak hanya memakai bahan-bahan dari kulkasnya saja?

Hyun Soo tidak sabar mau memakannya tapi Jung Sun menutupinya.

"Tahan sebentar. kau boleh makan usai aku selesai menyajikannya."

"Aku tidak bisa melakukan itu." Jawab Hyun Soo lalu entah kemana.

"kau mau melakukan apa?"

Jung Sun menggunakan kesempatan itu untuk menyajikan masakannya.


Sementara itu Hong Ah berjalan menuju rumah Hyun Soo.


Hyun Soo mengajak Jung Sun berfoto dulu sebelum makan, ia juga memotret makanan masakan Jung Sun. Jung Sun berkomentar kalau itu bukan apa-apa.

"Mungkin tidak ada artinya bagimu. Tapi bagiku, ini sangat istimewa."

Hyun Soo lalu menunjukkan hasil fotonya, juga foto masakan Jung Sun di Good Soup.

"kau memotret ini juga?" Tanya Jung Sun.

"Tentu saja. kau sudah membuatnya."


Jung Sun menyuruh Hyun Soo cerita, ia akan mendengarkan masalah Hyun Soo tanpa berusaha memecahkannya. Tapi biar ia tebak saja dahulu karena mungkin Hyun Soo akan sulit mengatakannya.

"Stasiun TV mempekerjakan penulis baru. Lalu aktornya--" Jung Sun memulai, tapi Hyun Soo memotongnya.

"Menolak syuting dan pergi. Artikel dan komentar-komentar itu terlalu menyerang. Mereka bilang aku harus berhenti menulis. Aku berusaha menghilangkan stres dengan lantang mengatakannya."

"Baiklah. Begitu, ya."

"Ya, seperti itu. Itulah sebabnya ini sangat menyiksa, menyedihkan, dan menyakitkan."

"kau bisa menangis jika mau."


Hyun Soo menangis betulan dibilangin begitu. Ia malu, jadinya ia menutupi wajahnya.

"Astaga, jika kau bilang begitu, aku benar-benar akan menangis."


Jung Sun akan mengusap airmata Hyun Soo tapi mereka dikagetkan dengan kedatangan seseorang, Hong Ah. Hyun Soo mengusap airmatanya sendiri, ia merasa lebih baik sekarang.

"Perasaanmu ini sangat membingungkan." Kata Jung Sun dan ketawa.


Jung Sun yang membukakan pintu untuk Hong Ah. Hong Ah terkejut, kenapa Jung Sun ada disana? Jung Sun hanya diam saja. Lalu dari dalam Hyun Soo menyuruh Hong AH masuk.


Hyun Soo menyiapkan nasi untuk Hong Ah. Ia berkata Hong Ah beruntung sekali jika menyangkut makanan. Ia juga menjelaskan kalau semua itu masakan Jung Sun, bukankah dia luar biasa?

"Unnie tampak senang sekali."

"Oh,, Sejenak aku melupakan keadaanku."


Jung Sun menyahut, meminta Hong Ah duduk dan makan bersama.

"Apakah ini rumahmu? Memang siapa kau menyuruhku duduk? Aku lebih mengenal rumah ini dibandingkan dirimu." Jawab Hong Ah.

"Kalau begitu, lakukan saja semaumu."

Jung Sun bertanya pada Hyun Soo, dimana ia harus duduk? Hyun Soo agak bingung, ia pun menjawab Jung Sun boleh duduk dimana saja.


Jung Sun memilih duduk disamping Hyun Joo, mereka berhadapan dengan Hong Ah. Hyun Soo mencoba sesuap, ia merasa akan lebih nikmat jika lebih asin dan pedas.

"Tidak, sudah larut. Wajahmu bisa membengkak besok." Jawab Jung Sun.

"Aku tidak pergi ke mana-mana besok."

Hong Ah tidak berkomentar apa-apa, hanya melihat mereka saja.


Jung Sun lalu berdiri, ia akan membuat masakannya menjadi lebih asin dan pedas. Hyun Soo mengikutinya berdiri untuk melarang, Jung Sun tidak perlu memasak lagi.

"Aku tidak keberatan."

Hong Ah tidak kuat lagi, ia memilih pergi. Hyun Soo menghalangi, Hong Ah kan suka makanan pedas, makanlah dulu sebelum pulang.

"Tidak Unnie. Aku mau pergi."


Hyun Soo mendekati Hong Ah, ia merasa Hong Ah kelihatan kesal, apa sda yang terjadi?

"kau benar. Yang kita rasakan sekarang pasti berlawanan. Itulah kita saat ini."

Hong Ah lalu bertanya pada Jung Sun, apa Jung Sun mau tidur disana. Hyun Soo langsung membantahnya, tidak! Hong Ah heran, kenapa Hyun Soo yang menjawabnya.

Tidak ada yang menjawab lagi. Hong Ah melanjutkan dengan kesal bahwa mereka berdua kelihatan cocok. Lalu ia membuka pintu dan pergi.


Hyun Soo lalu berbalik memandang Jung Sun. Mereka tidak berkata apa-apa.


Jung Woo mendatangi Shin Ha Rim yang sedang pesta dengan gadis-gadis. Jung Woo mengusir mereka semua karena mau bicara berdua dengan Ha Rim.

Ha Rim melarang mereka semua pergi. Ia marah pada Jung Woo, memang siapa Jung Woo menyuruh mereka pergi?!


Jung Woo membungkuk untuk memandang lurus mata Ha Rim, ia memanggilnya Seonbaenim. Jung Woo meminta Ha Rim kembali syuting.

"Jung Woo-ya. kau sudah menjadi orang penting, bukan?"

Ha Rim berdiri dan langsung memukul Jung Woo sampai bibir Jung Woo berdarah. Jung Woo masih tenang, tapi semuanya panik. Jung Woo kembali menyuruh mereka semua keluar dan kali ini mereka semua menurut.


Ha Rim akan memukul Jung Woo lagi tapi Jung Woo menahannya. Ha Rim tak menyangka, ia meminta Jung Woo melepaskannya.

"Aku akan melupakan tamparan tadi karena kau lebih tua daripada aku."


Jung Woo lalu melepaskan tangan Ha Rim. Ia duduk duluan dan menyuruh Ha Rim duduk.

"Pikirmu dengan melakukan ini aku mau kembali syuting?"

"Aku sudah memeriksa riwayatmu."

"Menurutmu itu akan membuatku takut?"

"kau pernah menyebabkan kecelakaan usai meminum alkohol. kau pasti mengira masa lalu pasti berlalu. Tapi korban tidak berpikir begitu. Hal ini bisa kembali muncul suatu hari nanti. Mungkin aku yang akan mengungkitnya."


Ha Rim pun bersedia kembali ke lokasi syuting, ia menyuruh supirnya untuk mengantar Ha Rim kesana.


Usai makan, Jung Sun dan Hyun Soo menikmati secangkir teh. Hyun Soo berkomentar, semuanya sempurnya bahkan teh yang mereka minum itu.

"Tidurlah dan jangan pikirkan apa pun." Kata Jung Sun.


Hyun Soo minta ijin, bolehkan ia menanyakan sesuatu yang sedikit sesitif?

"Restoranku mengalami defisit." Aku Jung Sun.

"Apa? Kini aku lebih penasaran soal itu. Restoranmu mengalami defisit? Lalu bagaimana?"

"Jangan cemas. Aku akan mengurusnya. Apa tadi pertanyaanmu?"

"Ini soal Hong Ah.. Apa hubunganmu dengannya?"

"Apa maksudmu? Kami berteman."

"Teman? Kalian sudah sepakat berteman?"

"Apa maksudmu sepakat berteman?"



Hyun Soo menjelaskan, mereka bisa dibilang berteman jika orang yang satunya sepakat. Jung Sun menjawab, ia tidak pernah melakukan kesepakatan seperti itu, tapi kenapa teman harus bersepakat soal itu? Pastinya berbeda jika sebelumnya mereka berhubungan.

"Benar. Kupikir juga begitu." Kata Hyun Soo.


Jung Woo ada di depan rumah Hyun Soo dan ia menelfonnya. Jung Woo bertanya sedang apa Hyun Soo saat ini?

"Sedang bersama temanku."

"kau sungguh menarik."

"Apa ada yang salah?"

"Tidak. Bersenang-senanglah. Shin Ha Rim sudah kembali ke tempat syuting."

"Benarkah? Itu kabar bagus. Semoga malam Anda menyenangkan."


Jung Woo tak menyangka jawaban HYun Soo hanya "Semoga malam Anda menyenangkan."

Sementara itu, Jung Sun bisa menebak, tadi dari Jung Woo Hyung kan? Pasti Shin Ha Rim sudah kembali ke lokasi syuting.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Hyun Soo heran.

"Aku harus pergi juga."

"Baiklah. Terima kasih banyak."

"Untuk apa?"

"Aku tidak mau bilang."

Dan itu membuat Jung Sun tersenyum.


Di bawah, Jung Woo juga tersenyum, tapi bibirnya jadi nyeri. Ia membawa kompres es dan langung memakainya.


Jung Woo berjalan menjauh dan bertepatan dengan itu, Jung Sun keluar. Mereka berjalan ke arah berlawanan, jadi tidak saling melihat.


Jung Sun kembali ke rumah, disana Hong Ah sedang menunggunya.

"kau bersenang-senang? Urusan mendadakmu itu dengan Hyun Soo Unnie? Kenapa kau seperti ini kepadaku? Setelah semua yang kulakukan untukmu?"

"kau sudah melakukan apa untukku? Memang aku pernah memintamu melakukan sesuatu?"

"Jadi.. kau tidak melakukan kesalahan apa pun?"

"Aku sudah minta maaf karena membatalkan janjiku. Jika kau marah karena aku membatalkan janjiku dan pergi menemui Hyun Soo-ssi, aku bisa mengerti."

"kau mengerti? Lantas, kenapa sikapmu tidak tahu malu?"

"Semua orang memiliki prioritas dalam hidupnya. Aku lebih memprioritaskan dia."

"Aku tidak mengerti. Kenapa aku kurang penting daripada Hyun Soo?"

"Semua orang kurang penting daripada Hyun Soo."


Hong Ah mulai berkaca-kaca. Jelasjelas Jung Sun mengetahui perasaannya, Jung Sun tahu alasannya berada di dekatnya.

"kau juga mengetahui perasaanku. Kurasa aku tidak pernah melakukan hal yang membuatmu salah mengerti. Apakah pernah?"

"Tidak."

"Aku tidak bertanggung jawab atas perasaanmu. kau harus mengurus emosimu sendiri. Jangan berbuat kasar karena emosimu lagi."

"Aku berbuat kasar? Cintaku ini kasar bagimu? Bedebah. Haruskah kau berkata begitu? kau tidak bisa mengatakan hal yang lebih baik?!"

"Aku merasa kasihan kepadamu. Kita bisa menjadi teman baik asal tidak melanggar batasan."

"kau... kau tahu makna hari ini untukku? Akhirnya aku mendapatkan hal yang paling kuinginkan. Aku ingin kau menjadi orang pertama yang memberiku selamat. Tapi kau malah bersikap kejam seperti ini. kau tidak bisa berbohong? Tidak bisakah berbohong untukku? Katamu kau kasihan. Hanya ini sajakah rasa ibamu?! Aku akan membuatmu menyesali perlakuanmu kepadaku. kau akan menyadari betapa bodohnya dirimu karena tidak memilihku."


Hyun Soo mengirim naskah episode 9 pada Sutradara Min, Kyung, Hong Ah dan Jung Woo. Ia mulai hari ini dengan semangat baru.


Sementara Jung Sun mememulai harinya seperti biasa, dengan olah raga. Lalu Won Joon menelfonnya. Cuma telfon balik sih, karena tadi Jung Sun menelfon Won Joon saat ia sedang mandi.

"Ada wawancara dengan reporter hari ini. Tolong aturkan persiapan untuk pagi." Pinta Jung SUn.

"kau sibuk sekali, Chef-nim."

"Ini musim yang sibuk, Sous Chef-nim. Tapi wawancaranya akan dilakukan di Good Soup."


Khusus hari ini, Hyun SOo yang membuatkan kopi untuk Kyung. Kyung cemberut, kenapa Hyun Soo mengirim naskah episode 9 padanya, kan penulis lain yang menulisnya.

"Aku memberi pertimbangan. Bagaimana bisa dia mendadak melanjutkan cerita ini? Aku tidak tahu siapa penulisnya, tapi jika dia melihat naskahku, pekerjaannya akan lebih mudah."

"kau baik sekali, Hyun Soo!"


Hong Ah datang. Kyung menyindirnya karena Hong Ah datang lebih awal hari ini, ada apa gerangan?

"Aku kemari untuk mengambil barang." Jawab Hong Ah dan ia mulai beres-beres.

"Oh.. Benarkah?" Tanya Hyun Soo.

"Ya Unnie, aku tidak bisa menjadi asisten penulis lagi."

Kyung berkomentar, "kau tidak bisa berhenti bekerja hanya karena karyamu terpilih. kau tidak bisa pergi begitu saja."

"Aku tidak pernah berguna bagi Hyun Soo."

"Memang benar, tapi.. Tetap saja, kau tidak bisa pergi dengan penuh emosi."

Tapi berbeda dengan Kyung, Hyun Soo membebaskan Hong Ah melakukan apa yang diinginkannya.

"Itu tidak berarti aku bisa pergi." Balas Hong Ah.

"kau mau aku menyuruhmu pergi?"

Hong Ah hanya menatap Hyun Soo. Menyadarai suasana aneh itu, Kyung menyela dengan berkata kalau ia akan membantu Hong Ah. Hong Ah menolaknya karena orang akan mengira ia menyuruh Kyung melakukan tugas remeh.


Hong Ah lalu masuk ke sebuah ruangan dan Kyung mengikutinya dari belakang. Ia memprotes Hong Ah yang terlalu kasar tadi.

"Apa maksudmu kasar? Hidup itu mengikuti jalan yang paling menguntungkanmu. Siapa yang membelaku jika aku gagal bersikap baik?"

"Setidaknya katakan itu usai kau bersikap baik. Kapan kau pernah mau rugi?"

"kau juga harus sadar. Dari keadaannya sekarang, Hyun Soo akan dipecat. Ikutlah denganku."

"Apa?"

"Aku bisa membayarmu lebih daripada Hyun Soo. Jadilah asisten penulisku."

"Wahhh.. Pergilah saja! Aku berusaha memahami karena kita pernah dekat. Tapi aku tidak bisa memahamimu sama sekali."

"Tidak usah ikut jika tidak mau. Tidak perlu marah."

Kyung mengingatkan teh Hong Ah yang lupa terbawa, tidak mau lagi? Hong Ah teringat, itu adalah teh yang ia minta dari Jung Sun.

"kau dan Hyun Soo bisa meminumnya." Kata Hong Ah kemudian.

"Astaga. Sebelumnya kau melarang kami minum ini. Kenapa kini perhatian?"

"Siapa bilang aku perhatian?"


Hong Ah malas menanggapi Hyun Soo, mau bicara apa? Ia erasa lelah karena semalam sulit tidur.

"Aku penasaran soal sesuatu."

"Haruskah kau memuaskan rasa penasaranmu padahal kubilang aku lelah?"

"Kenapa kau kesal sekali? kau seperti ini sejak kemarin. Apakah Jung Sun salah satu alasanmu.. bersikap seperti ini?"

"Mana mungkin dia ada kaitannya dengan perasaanku?"

"Karena jika kau memang menyukai Jung Sun, aku bisa mengerti alasanmu bersikap seperti ini."

"Mana mungkin aku menyukai pria seperti dia? Menurutmu kami bisa menjadi pasangan serasi?"

"Ya, kurasa kalian bisa menjadi pasangan serasi.. Tapi hanya jika dia menyukaimu juga."

"Dia bilang kepadamu sudah menolakku? Dia juga melarangmu cemas? kau jahat sekali. kau tidak peduli perasaanku hanya karena dia menyukaimu? kau tidak memedulikan kita karena tergila-gila kepadanya?!"


Hyun Soo terkejut mendengar itu dari Hong Ah. Hong AH semakin menggebu, ia mengakui Hyun Soo selalu menang darinya sampai sekarang, tapi ia pastikan itu tidak akan terjadi lagi.

Hong Ah langsung pergi setelah mengatakannya.


Hyun Soo mematung di tempatnya berdiri, ia shock mengetahui kenyataan.


Sebelum wawancara, Jung Sundiambil gambar dulu. Tapi gayanya terlalu kaku. Jung Sun mencoba santai tapi malah jadi aneh. Soo Jung diam-diam tersenyum.


Di dapur, para staf sudah mulai memasak. Won Joon memerintahkan Min Ho untuk buat puree kacang macadamia. Min Ho sangat senang, ia bisa kok!


Ha Sung ragu, apa Min Ho bisa? Kyung Soo menenangkan, pasti Min Ho bisa, kan Min Ho pintar!

Ha Sung: Mereka bilang orang sepemikiran selalu bersama. Mereka pasti menjadi akrab karena sama-sama konyol.

Kyung Soo: Astaga, bedebah itu. Min Ho bisa membuatnya.


Won Joon tiba-tiba membantak mereka. APa menurut mereka ini lelucon? Apakah mereka tidak serius karena Chef On tidak di sini?

"Bukankah sudah kubilang harus serius saat memasak?"

Tapi mereka sama-sama menahan ketawa. Won Joon mencoba keras, tapi kentara sekali ia akan ketawa.


Soo Jung menuangkan teh untuk reorter yang akan mewawancarai Jung Sun. Jung Sun memperkenalkan Soo Jung pada reporter. Ia yang merekrut Soo Jung sendiri.


Reporter: Menurut ulasan, kurasa orang-orang antara amat menyukai hidangan Anda dan tidak menyukainya sama sekali. Tapi bagiku, ini terasa baru.

Jung Sun: Terima kasih. Fokus hidanganku adalah menonjolkan rasa asli bahan-bahannya. Bisa saja terasa asing karena rasa bahan itu tidak kuat.

Reporter: Tapi intinya, aku terus memikirkannya saat pulang.

Jung Sun: Tinggallah untuk makan siang.

Reporter: Dengan senang hati.


Jung Sun kembali ke dapur, ia tak menyangka mereka baik-baik saja ia tinggal. Min Ho menunjukkan puree kacang macadamia yang ia buat.

"kau menggiling ini pada suhu berapa?" Tanya Jung SUn.

"Itu..." Min Ho gak yakin.


Jung Sun lalu meminta contoh puree kacang macadamia yang Won Joon buat. Jung Sun menjajarkannya.

"Jika digiling pada suhu tinggi, hasilnya akan lengket. Jika terus digiling, hasilnya akan seperti ini. Buatanmu jelas berbeda dengan buatan Won Joon, bukan? Bertanyalah jika tidak yakin. Bertanya itu hal baik. Itu artinya kau tertarik."

"Baik."


"Dapur adalah tempat kita bekerja dengan gembira. Kita harus saling menghormati. Respek!"

"Respek!"

"Saatnya kembali bekerja."
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search