-->

Sinopsis Magic School Episode 3

- September 28, 2017
>

Sumber Gambar: jtbc


Setelah mengantar Woo Ri pulang, Na Ra kembali untuk mengambil sepedanya dan ia masih kepikiran tadi, saat Woo Ri tak sengaja menciumnya.


Kelihatannya Na Ra semalaman juga tidak bisa tidur. Iaterus kepikiran Woo Ri.


Dan tiba-tiba seseorang memencet bel pintu. Na Ra segera bangun untuk membukakan pintu. Yang datang ternyata Woo Ri. Na Ra terkejut melihat Woo Ri.

"Kemarin aku kan minum terlalu banyak. Aku ingin menghilangkan mabukku denganmu." Kata Woo Ri sambil jalan masuk. Woo Ri juga membawa bahan masakan.

Na Ra fokus pada bibir Woo Ri. Woo Ri heran melihat Na Ra begitu, yang minum kan dirinya tapi kenapa Na Ra yang terlihat mabuk? Wajah na Ra juga merah.

"Ti--Tidak. Aku berolahraga terlalu keras pagi tadi." Bantah Na Ra.


Woo Ri selesai masak dan itu banyak banget. Na Ra seneng, ia makan dengan lahap. Tapi Na Ra merasa aneh, Woo Ri bilang ingin menghilangkan mabuknya, tapi yang Woo Ri masak malah seperti makanan ulang tahun.

"Tidak, aku makan sup bulgogi dan sup rumput laut kok untuk menghilangkan mabukku." Bantah Woo Ri.


Na Ra kemudian bertanya kenapa Woo Ri minum banyak kemarin. Woo Ri menjawab kalau ia cuma nongkrong bareng temen klub filmnya.

"Kalau gitu, Berarti cuma itu aktivitas klubmu?" Tanya Na Ra lagi.


"Kau terlalu sibuk dengan ujian PNS, daripada mengerti artinya persaingan." Kata Woo Ri.

"Hei, PNS itu persaingannya lebih ketat loh."

"Tapi kami punya hobi yang sama."

"Hah, jadi itu sebabnya kalian selalu begadang, dan disuruh untuk membuat film yang bahkan tidak bisa ditonton di bioskop?"

"Semua dimulai dari awal kan. Sutradara Jo juga memintaku untuk membuat film bareng."

"Siapa itu Sutradara Jo? Apa jangan-jangan yang kemarin? Yang pakai kacamata itu?" Tanya Na Ra lagi.


Woo Ri membenarkan dan menambahi kalau Sutradara Jo juga adalah mentornya.

"Kata 'mentor' itu sesuatu ya? Membuatku merinding. Sekaligus membuatku terkejut."

"Kenapa berlebihan seperti itu?"

"Karena aku benci kata 'mentor'."

"Ah, aku nanti malam mau nonton film bareng Sutradara Jo."

Na Ra terkejut mendengarnya, apa? Nonton bareng berdua? Woo Ri balik bertanya, kenapa memangnya? Na Ra hanya menggeleng, tidak apa-apa!


Na Ra gak bisa tenang, kenytaan kalau Woo Ri akan nonton bareng Sutradara itu membuatnya gelisah dan terus kepikiran.


Tiba-tiba Si Hyung datang dan berkata sangat senang ketemu Na Ra. Hyung meminta bantuan Na ra sebentar, tapi dilarang tanya! Pokonya bantu saja, ya? ya?

"Kau kan perlu menjelaskannya dulu. Apa yang bisa ku bantu?"

Hyung lalu memberikan keranjang berisi payung yang dibawanya pada Na Ra. Na Ra hanya perlu menusukkan payung itu ke kepalanya.

"Bentar, Aku nanti balik lagi." Kata Hyung lalu pergi.


Hyung ternyata pergi untuk membawa Ji Sook kesana. Hyung ada sesuatu yang ingin ditunjukkan pada Ji Soo, ia meminta Ji Sook untuk duduk sebentar. Ji Soo sama sekali gak peduli.


Hyung menunjukkan atraksi sulap dan Na Ra sebagai asistennya. Baru kali ini Ji Soo terlihat merespon dengan apa yang Hyung lakukan.


Puncaknya adalah menusukkan payung ke kepala yang tertutupi tas kertas.

Untuk payung terakhir, Hyung meminta Ji Soo yang melakukannya. Na Ra berbisik, apa Jyung yakin akan baik-baik saja?


Hyung mengangguk, Na Ra pun memberikan payungnya pada Ji Soo.

Ji Soo menusukkan payung terakhir. Lalu tugas Na Ra selanjutnya adalah mencabuti payung itu satu persatu.


Setelah semuanya tercabut, Hyung membuka penutup kepalanya. Na Ra dan Ji Soo tersenyum lebar menantikannya.

Namun berubah menjadi keterkejutan saat melihat darah di kepala Hyung. Ji Soo ketakutan, ia kabur. Hyung panik dan mengejar Ji Soo.


Na Ra memanggil Hyung tapi Hyung tidak berhenti.


Hyung akhirnya kembali ke taman dengan kepala di perban. Ia kesal, hampir saja sukses tadi, tapi berakhir dengan memalukan!

"Aku sudah latihan berhari-hari. Ishh!!"

"Hyung. Kenapa kau melakukan semua ini?"

"Apa maksudmu? Tentu saja karena aku ingin nembak dia."

"Jadi karena itu, Kau bolos kerja untuk demi melakukan ini?"

"Ya. Mungkin nanti aku akan mendapat surat peringatan."

"Apa?"

"Tidak usah khawatir. Aku akan bekerja keras dan sukses suatu hari nanti. Terima kasih ya untuk hari ini."


J berlatih suatu trik, trik-nya Key, melepaskan tangan yang diborgol. Ia menggunakan penghitung waktu di ponselnya dan berhasil melakukannya tepat 30 detik. Tapi kayaknya, ia gak puas.


Woo Ri keluar dari minimarket saat Na Ra sampai disana, tapi mereka tidak saling melihat, karena Woo Ri fokus jalan ke depan dan Na Ra menunduk.


Na Ra lalu masuk ke dalam, disana ia melihat Sutradara Jo membeli kond*m. Lalu ia teringat kata Woo Ri kalau malam ini Woo Ri akan nonton film bareng Sutradara Jo.


Sutradara Jo keluar setelah membayar. Na Ra melihatnya dan ternyata Woo Ri ada di mobil Sutradara.


Na Ra memutuskan untuk mengikuti mereka dengan sepedanya. Sampai di tempat tujuan, Na Ra ngos-ngosan.

"Katanya mereka mau nonton film bareng, tapi kenapa mereka pergi kesini?" Heran Na Ra.


Na Ra keliling parkiran untuk mencari mobil Sutradara Jo dan setelah ketemu ia mengintip isinya tapi tidak ada siapapun.


Na Ra menghubungi Woo Ri tapi tidak dijawab, ia semakin panik.


Na Ra memutuskan mencari Woo Ri sambil teriak-teriak. Ternyata Woo Ri nontonnya bareng-bareng, gak cuma sama Sutradara Jo saja.

Woo Ri heran, kenapa Na Ra ada disana? Mencarinya pula?


Sutradara Jo mengantarkan Woo Ri sampai ke minimarket tadi. Na Ra juga sudah ada disana. Woo Ri berterimakasih, lalu SUtradara Jo pamit.


Woo Ri kesal karena Na Ra membuatnya malu. Apa sih yang Na Ra lakukan sampai tiba-tiba lari ke depan timnya?

"Aku rasa Sutradara Jo itu tertarik padamu."

"Apa? Tertarik? Yaa! Dia bukan orang kayak gitu. Dia juga udah punya pacar. Tapi kenapa kau mengikutiku seperti ini?"

"Maaf deh. Lupakan!"


Woo Ri bertanya, memangnya apa hubungannya sama Na Ra kalau misalkan ia PDKT sama cowok.

"Apa tidak boleh jadi masalah buatku?" Na Ra malah balik nanya.

"Emangnya kenapa? Kau.. Jangan-jangan.. Suka padaku.. Sebagai wanita?"

"Tidak. Apa aku gila?"


Woo Ri langsung memukul kepala Na Ra. Na Ra kesal, kenapa mukul?!

"Apa kau akan menyukaiku kalau kau sudah gila?!"

"Bukan, bukan itu yang kumaksud."

"Terus, apa? Kau juga.. Kadang-kadang.. Bisa gila juga kan?"


Woo Ri malu, ia lalu pergi duluan. Na Ra memegangi kepalanya bingung, bisa gila beneran kalau begini.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search