-->

Sinopsis The King Loves Episode 37

- September 19, 2017
>

Sumber Gambar: MBC


San datang terlambat, ia sampai disana setelah Won bertemu Rin. San akan mendekat tapi ia dihalagi pengawal.


Won mengambil pedang dari pengawalnya lalu maju mendekati San. Won melarang San maju atau bersuara karena ia akan membunuh siapapun. San takut, ia menggeleng.


Won kembali pada Rin, ia melangkah mendekati Rin sambil menghunus pedangnya.

"Kau tidak perlu mengalah padaku. Kalahkan aku jika bisa. Dan jadilah Raja."

Won kemudian menodongkan pedangnya pada Rin. Rin juga menghunus pedangnya. Sebelum mulai, Rin menoleh pada San dan San menggeleng menahan tangis.


Tapi Rin tetap meladeni Won, pertama ia menangkis pedang Won tapi selanjutnya, ia melepaskan pedangnya dan menerima pedang Won mengenai tubuhnya.


Rin berdarah, Won dan San terkejut.


Rin roboh, San merangsek untuk mendekati Rin. Sementara Won tidak beranjak dari tempatnya. Dan melihat Rin tidak bergerak seperti itu, Won menjatuhkan pedangnya.


Raja kembali dibawa ke Istana, namun masih belum sadarkan diri. Disamping Raja berdiri Kanselir dan ada tabib.

Won masuk kemudian, Tabib menjelaskan kalau denyut nadi Raja sudah normal. Tabib yakin obat penawar yang dibawa San adalah yang tepat.

Won akan mengambil obat penawar itu, tapi Kanselir mendahuluinya. Kanselir lalu meminta Tabib meninggalkan mereka.


Kanselir menjelaskan apa yang Tabib katakan, bahwa Racun itu sudah lama terkontaminasi di tubuh Raja. Won bertanya, kenapa Kanselir menyembunyikan penawar itu darinya?

"Beliau tidak akan sadar dalam waktu dekat. Beliau akan tetap seperti ini beberapa hari terakhir. Saat Ratu ada disini--"

"Orang yang membunuh Pengawalnya dan juga yang membuat dia meninggal bukan Ayahku."

"Aku yakin bukan dia."

"Mungkin bukan dia, tapi kau khawatir aku akan membunuhnya karena marah dan memperkuat kesempatanku untuk menjadi Raja."


Kanselir minta maaf karena sudah lancang. Lalu ia mengatakan bahwa Raja sangat peduli dengan Ratu. Won seakan menertawainya.

Kanselir menjelaskan, "Cinta tidak selalu mudah terlihat. Cinta yang berjalan dengan tenang, bisa saja terlihat seperti kebencian, lalu.. mereka tersesat. Kita harus menyadari ini, jangan marah atau kesal."

"Apa anakmu menyembunyikan Ayahku karena takut akan kemarahanku? Apa itu alasan kau menjaganya ketika hidup anakmu tergantung pada keselamatannya?"

"Jeoha."


Won duduk di ranjang ayahnya dan menggenggam tangan ayahnya. Won berkata, ini kali pertama ia menggenggam tangan ayahnya itu.

"Tanganmu sebesar ini. Banyak orang yang berada di sekelilingmu. Aku terus membunuh dan membunuh mereka, tapi mereka masih tetap ada, dan aku lelah. Bagaimana bisa begini? Kau tidak pernah mempercayai siapapun. Kau datang kepada mereka.. dan membuat mereka bertarung layaknya anjing. Bagi mereka yang menang, itu seperti sepotong daging untuk anjing, kau memberi sebidang tanah rakyat atau semacamnya. Tapi Ayah.. Aku hanya membunuh beberapa orang di sekitarku. Sekarang, tidak ada yang tersisa."


Won berdiri, berkata kalau ia tidak akan kesana sementara waktu, jadi Kanselir bisa menjenguk Rin.

"Aku telah menghilangkan batasannya. Kau juga bisa menemui putrimu."


San ada di penginapan. Tabib keluar dari salah satu ruangan, Rin ada disana. Tabib menjelaskan Rin beruntung karena pedang Won tidak mengenai titik vitalnya, tapi memecahkan pembuluh darah besar, jadi Rin kehilangan banyak darah.

"Apa yang bisa kita lakukan?" Tanya San.

"Kau harus menunggu."

"Kau mau kemana?"

"Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Aku akan datang besok pagi."


San kemudian masuk ke dalam, ia memandangi Won dengan sedih.


"Kau lebih lemah dari yang kau duga. Padahal lukanya tidak dalam. Lihatlah bibirmu yang pecah-pecah. Bagaimana kau bisa melindungi negeri kita?"

San lalu mengusap bibir Rin dengan handuk basah.

"Aku akan merawatmu malam ini. Tidurlah dengan nyenyak, dan bangunlah tepat saat ayam berkokok. Aku akan lihat."


San juga merapikan rambut Rin.

"Tapi.. mengapa kau melakukannya?"


Won juga menanyakan hal yang sama, kenapa Rin melakukannya (Menjatuhkan pedang).

Kasim Kim menyuruh Won ganti baju lalu tidur. Kalau Won tidak mau makan, setidaknya harus tidur.

"Dia memang ingin terluka. Dia ingin terluka.. sebelum dia menyakitiku. Mengapa begitu?" Gumam Won.


San: Kau tahu dia tidak akan membunuhmu, bukan begitu? Sebelum dia melakukannya, kau yakin dia akan mengurangi kekuatannya untuk menyerangmu. Kalian sudah lama dekat. Kau tahu betapa takutnya aku karena tidak tahu? Aku hampir mati karena terkejut.

San akan memukul Rin, tapi ia tahan tangannya, sama halnya dengan menahan tangisnya. Ia tahu, Rin pasti sakit, tapi bisakah Rin bangun?


San akan membereskan baju Rin dan ia menemukan surat yang terjatuh dari baju itu.


Moo Suk membawa Bi Yeon menemui Song In. Bi Yeon masih mengenali Song In. Song In menjelaskan, karena Moo Suk bilang mengenal Bi Yeon jadi ia meminta Moo Suk untuk membawa Bi Yeon.

Bi Yeon memandang Moo Suk terkejut. Song In bertanya, apa Bi Yeon tidak tahu kalau Moo Suk adalah orangnya?

"Tidak."

Song In melarang Bi Yeon menangis, ia bukan orang jahat kok.


Song In mengatakan kalau San dalam bahaya. Bi Yeon terkejut, ia bertanya dimana San. Song In meminta Bi Yeon melakukan sesuatu untuk menyelamatkan San, apa Bi Yeon bisa?

"Dimana dia?"

"Seja.. bernafsu mengejarnya. Seperti yang kau tahu, Nona San mencintai Tuan Lin. Kemarin, Seja mengalahkan Tuan Lin. Sebelumnya, dia membunuh selir Raja. Dia bahkan mencoba meracuni Raja. Seja.. saat ini sudah gila."

Bi Yeon tidak bisa membendung tangisnya mendengar semua itu.


San duduk sendiri di luar penginapan. Won berjalan kesana, tapi saat melihat San ia berbalik. Tapi setelah beberapa langkah menjauh, Won berbalik lagi.


Won mendekati San, bertanya kenapa San masih disana padahal sudah larut.

"Aku sedang menunggu."

"Siapa?"

"Aku tahu kau akan datang. Kau pasti mengkhawatirkan.. dia yang terluka. Aku tahu kau akan datang malam ini."

Won membantah, ia datang bukan karena itu tapi San tidak percaya.


Won menanyakan bagaimana keadaan Rin. San menjelaskan Rin banyak kehilangan darah, tapi dia akan baik-baik saja. dia sudah tidur.

San tersenyum, bertanya apa Won tidak merindukan
tempat dan jalan disana? Sepertinya ia akan selalu rindu tempat ini walaupun sudah menjadi Nenek.


Won dan San membayangkan mereka dulu, waktu mereka jalan bertiga di jalan itu.

Waktu itu Won membahas mengenai Rin yang tidak pernah memenangkan pedang Soyong darinya. Rin menjelaskan kalau pedang itu sesuatu yang tidak pernah ada, hanya namanya saja.

"Itu memang ada. Jika ingin melihatnya, kau harus menang melawanku." Kata Won.

"Dia ingin kau mengalahkannya." Kata San.

"Kau harus adil, Siapa orang yang lari terlebih dulu saat aku belum lari? Pertandingan itu harus adil." Kata Rin


Lalu San mengajak mereka balapan lari,  Won dan Rin setuju.

"Sampai persimpangan tiga arah. Pemenangnya akan dapat Pedang Soyong."

Tapi San curang, ia lari duluan, lalu Won menyusul dan Rin belakang sendiri.


San mengakui, setelah ibunya meninggal, ia selalu menjaga jarak dengan orang. Guru Lee dan saudara-saudaranya amat sangat baik padanya.


Tapi mereka tidak bisa mendekat lebih jauh, mereka menjaga jarak sepanjang lengan San.

" "Aku tidak akan keluar dari gelembungku, jadi kau tidak bisa masuk." Namun, Aku selalu lupa untuk menjaga jarak dengan kalian."


San ingat saat ia pertama kali datang ke penginapan, waktu itu ia akan tidur di luar tapi Won dan Rin tidak mengijinkannya.


Won berkata, ia hampir membunuh Lin. San menangkan, lukanya tidak dalam, pelakunya adalah orang yang tidak bisa menusuk dengan dalam.

"Delapan tahun lalu, Aku tahu perampok itu akan merampok kalian. Jika saja aku memberitahumu, Ibumu.. tidak akan meninggal."

"Kenapa kau tidak melakukannya?"

"Jika aku mengatakan perampok itu tampak seperti lelucon, apa itu terdengar seperti alasan?"


San menjawab, bahkan jika tidak terjadi di hari itu, pasti akan terjadi di hari lain. Won menerima jika San ingin menyelamatkannya.

"Itu bukan kesalahanmu yang pertama. Kesalahanmu yang pertama adalah menyapaku saat bertemu di Gunung Duta. Dan yang kedua.. saat kau menungguku disini. Dan yang ketiga saat kau berteman denganku.. setelah semua yang terjadi."

"Bagaimana bisa?"

"Kau membuka hatiku.. yang dijaga dengan baik sampai saat itu."

San lalu meminta Won duduk disampingnya, tapi Won tidak mau, pokoknya tidak mau.


San mengancam, ia mengeluarkan surat yang ia temukan di baju Rin, ia tidak akan memberikannya pada Won. Terunyata itu surat yang ditulis Rin untuk Won.

"Orang menulis surat untuk mengatakan apa yang mereka inginkan. Kau seharusnya bertatap muka langsung untuk mengatakannya." Kata Won sok.

"Kalau begitu dia salah."

"Tentu."

"Berarti, aku akan merobek--"

Won buru-buru merebut surat itu dan akhirnya ia duduk disamping San. San tertawa karena Won masih belum berubah, masing gengsi-an.


Song In kembali bicara sendiri, ia membayangkan Boo Yong menemaninya.

"Aku ingat. Kau bilang begini. "Daripada membuat orang menjadi Raja lalu menghormati dan melindunginya, kau sendiri yang seharusnya menjadi Raja". Itu sebabnya aku bilang kau terlalu naif. Untuk menjadi Raja, kau harus mengalahkan dunia. Tapi jika kau membuat orang menjadi Raja, kau hanya perlu mengalahkan Raja."


Song In jalan sambil ketawa-ketawa sendirian, itulah yang Song Bang Young lihat dengan matanya, mungkin Song Bang Young merasa Song In sudah tidak waras.


Song Bang Young lalu menemui Guru Lee yang mereka sekap. Song Bang Young merasa akan ada pertumpahan darah di negeri mereka.

"Aku sudah dengar  Seja membunuh Wang Lin." Kata Guru Lee.

"Bagaimana kau bisa tahu ketika dikurung disini?"

"Telingaku sangat hebat."

"Sepertinya.. Seja ingin membuat sekutu terdekat Raja menyingkirkan semua masalah sebelum terjadi."

"Apa dia membawa banyak orang?"

"Sepertinya orang-orang Hwangs membawa beberapa. Maksudku, kami beroperasi dalam sistem yang berbeda. Bagaimanapun, masalahnya adalah dia."

"Pasti Song In."

"Sepertinya dia menyimpan dendam besar pada Seja."

"Ratu Mu yang dibunuh adalah istrinya, 'kan?"

"Huh! Kau tahu semuanya."

"Aku punya telinga yang hebat."


" "Aku akan membunuh semua orang yang disayangi Seja. Aku akan membuat dia menyaksikan kematiannya dengan kedua matanya". Itu yang dia katakan.

Tapi Guru Lee malah tersenyum membuat heran Song bang Young.

Guru Lee menjawab, "Wajahku hanya terdistorsi karena ingin mencari tahu kenapa kau menceritakan ini?"

"Guru Lee, kau ilmuwan terbaik di negeri ini."

"Kau bisa jadi ilmuwan dengan sering baca buku. Aku lebih mirip orang bijak."

"Lalu, kau akan berada dipihak mana?"

"Bukankah pertanyaanmu seharusnya... "Apa yang harus aku lakukan untuk negeri ini?""

"Siapapun yang menjadi Raja, tidak akan banyak yang berubah. Yang penting bagiku  mengetahui kau berada dipihak mana.. supaya bisa menjaga hartaku dan dapat lebih banyak lagi nanti. Orang-orang sepertimu punya nilai yang tidak bisa kau lihat. Tapi aku memegang uang, yang bisa kau lihat. Maksudku, kita semua sama."



Won membaca surat Rin seorang diri.

"Seja Jeoha. Pertama, aku mohon kau mengerti. Aku menulis semua yang ingin aku katakan daripada mendiskusikannya. Nama yang aku lampirkan ini adalah orang yang memegang kekuasaan dalam ambang-ambang. Mereka tidak berada di pihak Raja. Mereka orang yang berkumpul untuk mempertahankan kekuasaannya dinegeri ini."

 

"Bagi mereka, tidak penting siapa yang dilayani. Asal mereka bisa mengendalikannya. Kau sangat pintar. Itulah mengapa mereka menentangmu.. dengan membuat masalah karena darah campuran. Raja bertahan lama karena dia memberi apa yang mereka mau. Tapi sekarang, mereka ingin Raja baru. Mereka ingin menyingkirkan Raja, yang sudah memiliki kekuasaan, dan juga kau. Dan mereka ingin membuat seseorang.. yang mudah dikendalikan, seperti aku untuk menjadi Raja."


"Keberadaan aku saja sudah cukup bagi mereka. Selama aku masih hidup, aku akan digunakan sebagai alat untuk membuat kau lemah. Aku merasa terhormat.. bisa melindungi, mengikuti, dan tinggal bersamamu."


"Tapi aku.. mencintai wanitamu. Saat jatuh cinta, aku menjadi nekat, dan tidak bisa mengendalikan diriku. Aku memang pantas mati. Aku tidak akan menyangkalnya. Tapi jika aku bisa hidup, tolong biarkan aku pergi. Aku akan pergi.. dan tinggal jauh seperti sudah mati. Aku mohon padamu sebagai hamba yang setia, teman dekat, dan saudara."


Esokya tabib kembali memriksa Rin dan mengejutkannya denyut nadi Rin sudah kembali normal hanya dalam semalam, Rin adalah pria yang kuat.

"Tapi dia belum sadar." Kata San.

"Karena aku memberikan obat untuk meringankan rasa sakit."

"Lalu dia akan segera sadar?"

"Jika berhati-hati dengan lukanya supaya tidak terinfeksi, tidak akan ada masalah."

"Secepat itu?"

"Kau tidak ingin dia pulih sepenuhnya?"


San ke kamar Rin, ia membetulkan selimut Rin lalu duduk disampingnya.

"Kau masih tidur? Ini masalah. Banyak yang ingin kukatakan padamu. Aku tidak ingat apapun."


San mengawali dengan apa yang dikatakan tabib, Rin akan baik-baik saja, jadi itu artinya Rin tidak butuh ia lagi.

"Aku sedih."


San kemudian berbaring disamping Rin, airmatanya mengalir.

"Seperti inilah wajahmu. Aku harus ingat ini."


Rin terbangun dan samar-samar ia melihat San tidur disampingnya.

"Kau.. ada dalam mimpiku." Gumam Rin dan ia kembali menutup matanya.


Rin akhirnya benar-benar terbangun, tapi San tidak ada disana, San tidak ada dimanapun.


Raja mulai menggerakkan jarinya, kemudian matanya.


Sepertinya Won memanggil menteri yang ada dalam daftar surat Rin.

"Pertama, jika kalian membandingkan nama orang yang bekerja sebagai petugas publik istana dengan daftar.. Kita akan mulai."

Kemudian penjaga istana masuk. Mereka menangkap semua menteri itu.


Won menegaskan, tidak ada yang bisa mendengar ini di luar istana, bawa mereka dan kurung secepat mungkin.

"Kau bisa menyebar rumor ini sebagai gantinya. "Seja minum lagi. Dia minum di siang dan malam hari bersama hambanya. Ini masalah besar"."


Won menyuruh Pengawal bayangan untuk mengumpulkan semua komandan. Tapi ingat! mereka harus melakukannya diam-diam sebelum yang lain sadar.


Won menanyakan bagaimana keadaan Penginapan. Jang Eui menjelaskan kalau Rin sudah sadar. Won terkejut, juga senang.

"Tapi... mereka kehilangan Nona San." Lanjut Jang Eui.

"Apa maksudmu?"

"Mereka melihatnya keluar dari ruangan dan mengikutinya. Tapi dia pasti sadar diikuti sehingga dia menghilang."


Raja juga membuka matanya.
>

4 komentar

avatar

akhirnya tau perasaan nya san , suka nya sm sapa
liat preview ep terakhir bikin nyesek

thx dan smgt ya mb diana ttp ditunggu recap nya.


avatar

Makasih recap nya kak..

avatar

Makasih recap nya kak..

avatar

Makasih rekapnya...
Yup perasaan San ke Won ternyata friendzone doang😢
Ya udah gak papa deh yang penting San bahagia... Rin itu baek kok 😭😭😭😭


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search